• Tidak ada hasil yang ditemukan

Homoseksualitas Ditinjau dari Perspektif huku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Homoseksualitas Ditinjau dari Perspektif huku"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SATYABHAKTI

HOMOSEKSUALITAS

DITINJAU DARI PERSPEKTIF KRISTEN DAN SOSIOLOGI

UNTUK MEMEHUNI MATA KULIAH SOSIOLOGI UMUM

PROGRAM PENDIDIKAN JARAK JAUH

OLEH THOMAS ERWIN

(2)

HOMOSEKSUALITAS

DITINJAU DARI PERSPEKTIF KRISTEN DAN SOSIOLOGI Pendahuluan

Suatu ketika saya membaca berita yang menyinggung tentang homoseksualitas. Telah terjadi pesta gay di Jakarta. Dituliskan dalam artikel tersebut bahwa ada sekitar lima puluh satu orang yang terdiri dari warga negara Indonesia maupun warga negara Asing. Mereka adalah campuran dari para karyawan, mahasiswa dan bahkan para penggangguran.1 Sebuah fenomena yang masih tabu memang untuk dilakukan di konteks negara seperti Indonesia yang belum terlalu terbuka dalam hal seksual seperti itu, berbeda dengan negara-negara lain yang telah melegalkan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender).

Tanpa kita sadari, banyak kasus-kasus penyimpangan seksual seperti kasus diatas sedang terjadi sekarang ini. Perilaku seksual yang menyimpang ini menjadi salah satu masalah yang cukup serius untuk ditanggapi. Ketika ini semua dibiarkan, maka hal ini akan menjadi penyimpangan bukan hanya dari segi seksual, namun juga norma-norma atau budaya yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.2 Indonesia masih menjadi salah satu negara yang memegang teguh prinsip kebudayaan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang ada. Jika kasus diatas seperti itu dibiarkan saja, maka tidak mungkin kasus-kasus diatas akan menjamur dengan cepat di Indonesia.

Secara sosiologis, homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksualnya.3 Perilaku seksual yang

1 Pencarian kata “Homoseksual” [Situs Online] Diambil dari

{http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/10/08/kasus-pesta-gay-di-jakarta-temuan-kondom-dan-alat-perangsang-hingga-tarif-rp-165-ribu} Internet, diakses 4 Desember 2017

2

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), 878

3

(3)

menyimpang ini akibat terjadinya disorientasi seksual pada diri orang tersebut. Sulit untuk kita membayangkan seseorang ketika menjadi seorang homoseksual. Menjadi seorang homoseksual adalah hal yang sangat tidak wajar.4

Dalam karya tulis ini, kita akan membahas bagaimana seseorang bisa menjadi seorang homoseksual, pandangan-pandangan Kristen yang diintegrasikan dengan pandangan sosial tentang homoseksualitas, dan juga pandangan dari masyarakat itu sendiri, terkhusus dalam konteks Indonesia. Apakah masyarakat Indonesia saat ini dapat menerima kehadiran para homoseksual ini atau belum dapat menerima mereka dengan baik.

Isi

John Stott mengakui tidak semua orang memiliki kecenderungan untuk menjadi seorang homoseksual.5 Pandangan John Stott ini seolah-olah menolak pandangan bahwa homoseksual merupakan turunan genetik daripada sang orangtua. Saya mengutip salah satu kalimat yang terdapat pada sebuah surat kabar mengenai teori homoseksual yang adalah keturunan genetik :

William Rice, profesor dari University of California, dan Urban Friberg dari Uppsala University di Swedia percaya bahwa homoseksualitas berkaitan dengan epi-mark. Epi-mark adalah bagian yang mengontrol pembentukan gen selama proses pembuahan dan pembelahan sel, serta ketika bayi lahir.6

Faktor yang menyebabkan terjadinya Homoseksual

4

Norman L. Geisler, Etika Kristen Pilihan dan Isu (Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2003), 347

5

John Stott, Isu-Isu Global Penilaian Masalah Sosial & Moral Kontemporer Menurut Perspektif Kristen (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015), 507

6

Pencarian Kata “Teori Homoseksual” [Situs Online] Diambil dari

(4)

Pada intinya teori diatas percaya bahwa faktor genetik dan proses pembentukan janin dalam rahimlah yang dapat menjadikan penyimpangan seksual seperti homoseksual itu terjadi. Namun, tidak serta merta bahwa teori ini benar. Saya lebih menyondongkan pandangan saya kepada pandangan daripada John Stott. Orang-orang yang yang memilih untuk menjadi seorang homoseksual biasanya memiliki pengalaman ketertarikan pada sesama jenis, sekalipun pengalaman ketertarikan itu hanya terjadi secara cepat.7 Para peneliti pun umumnya percaya bahwa orientasi seksual seseorang ditentukan dari kombinasi berbagai faktor, antara lain lingkungan, budaya, emosional, hormonal, dan biologis.8 Jadi, bukan hanya faktor genetik semata yang menyebabkan terjadinya penyimpangan seksual pada diri seseorang, namun faktor-faktor eksternal seperti yang telah disebutkan diatas juga memegang peranan penting sebagai penyebab seseorang memilih untuk menjadi seorang homoseksual.

Soekahar menambahkan, faktor-faktor yang menentukan seseorang untuk menjadi seorang homoseksual adalah masalah tempramen, hubungan dengan orangtua, kehidupan orangtuanya, lingkungan tempat anak tersebut dibesarkan, gangguan seksual pada masa kanak-kanan, senang bermasturbasi dan mengkhayalkan seks, takut membangun pernikahan, dan faktor lingkungan sosial.9

Jadi pada intinya, saya tidak setuju kalau teori genetiklah yang menjadi faktor utama penyebab daripada terjadinya homoseksual. Bahkan pada umumnya, teori genetik tentang homoseksual ini telah dibuang atau tidak diindahkan lagi pada masa kini.10 Penyimpangan seksual ini terjadi karena adanya faktor internal dan faktor eksternal yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya penyimpangan seksual ini.

Pandangan Sosiologi dan Kristen mengenai Homoseksual

7 Stott, 507 8

Pencarian kata “Penyebab Homoseksual” [Situs Online] Diambil dari

{http://www.alodokter.com/faktor-penentu-seseorang-menjadi-homoseksual} Internet, diakses 05 Desember 2017

9 H. Soekahar, Homoseksual tinjauan singkat berdasarkan Iman Kristiani (Yogyakarta : Yayasan ANDI, 1987), 35-40

(5)

Banyak argumen-argumen Alkitabiah yang menentang homoseksualitas. Saya akan mengutip pernyataan dari Norman Geisler yang adalah pakar dibidangnya. Setidaknya Norman Geisler menyatakan 11 argumentasi Alkitabiah yang menolak homoseksualitas, diantaranya adalah

Allah menetapkan heteroseksualitas, bukan homoseksualitas, lalu Kanaan dihukum karena dosa homoseksual, Sodom dan Gomora dihancurkan karena penyimpangan seksual, Taurat mengutuk homoseksualitas, Semburit (pelaku homoseksual) bakti dikutuk,

Homoseksual dikutuk dalam kitab hakim-hakim, Nabi mengutuk sodomi, Roma 1 mengutuk homoseksualitas, Orang-orang homoseksual tidak mendapatkan tempat dalam kerajaan Allah, 1 Timotius mengutuk homoseksualitas dan Kitab Yudas menyebut homoseksual sebagai perbuatan yang tidak wajar.11

Dari hal ini kita dapatkan bahwa Alkitab atau firman Allah dengan sangat jelas menolak keberadaan homoseksualitas di dalam masyarakat. Bahkan John Stott menilai bahwa Alkitab mengutuk semua tindakan homoseksual.12 Dan gereja pun memandang homoseksualitas sebagai dosa.13 Worthen berpendapat bahwa gereja percaya kalau Allah menetapkan norma bagi perilaku manusia dalam kisah penciptaan (kaitannya dengan heteroseksual).14 Gereja pun percaya bahwa Allah menciptakan konsep heteroseksual bagi ciptaan-Nya manusia, bukan homoseksual, sama seperti pernyataan Geisler.15 Sampai sini kita bisa berpendapat bahwa orang-orang homoseksual bukan hanya perilaku seksualnya saja yang menyimpang, namun ia pun telah menyimpang dari tujuan ia sendiri diciptakan

(kaitannya dengan konsep heteroseksual yang telah ditetapkan oleh Allah). John Stott pun menilai bahwa konsep heteroseksual bukan hanya ditetapkan oleh Allah, namun konsep heteroseksual adalah ciptaan Ilahi adanya dan merupakan kehendak daripada Allah sendiri.16

(6)

Jadi sudah sangat jelas bahwa, Kristen memandang homoseksualitas sebagai dosa terbesar karena dosa homoseksualitas adalah dosa yang tidak memaknai karya Allah yang telah Allah canangkan sebelumnya dengan sangat baik.

Secara sosiologis homoseksual dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu ; golongan yang aktif mencari mitra seksual, golongan pasif yang hanya menunggu, dan golongan situasional yang mungkin pasif namun dapat melakukan tindakan-tindakan

tertentu.17 Selain itu, homoseksual juga dibagi berdasarkan tipe atau kalangannya, yaitu ; Pria homoseksual yang memiliki istri, kelompok-kelompok besar yang secara struktural tidak begitu ketat, dan juga kelompok homoseksual yang mengadakan pertemuan secara intens.18

Lalu, hampir sama dengan prinsip Alkitabiah, norma-norma umum yang ada di masyarakat juga menganut paham heteroseksual. Sedangkan homoseksual kerap

mendapatkan diskriminasi karena tidak sesuai dengan norma yang berlaku.19 Diskriminasi terhadap penyandangan homoseksual pada umumnya terbagi atas tiga jenis, yang pertama adalah diskriminasi secara ideologis atau ajaran agama, lalu kedua diskriminasi secara legatitas (homoseksual dianggap sebagai ilegal), dan diskriminasi dalam hal pekerjaan.20 Penyandang homoseksual dinilai memiliki selera seksual yang berbeda dari orang-orang pada umumnya.21 Perilaku penyimpangan seksual ini dilarang di sejumlah negara, salah satunya Inggris. Di Inggris, orang-orang yang didapati melakukan sodomi akan dihukum dengan hukuman mati.22

17

Soekanto dan Sulistyowati, 336 18

Ibid, 339 19

Pencarian kata “Masalah Sosial tentang Homoseksual” [Situs Online] Diambil dari

{https://www.vemale.com/topik/cinta-dan-seks/55443-homoseksualitas-adalah-masalah-sosial.html} Internet, diakses 6 Desember 2017

20 Pencarian kata “Masalah Sosial tentang Homoseksual” [Situs Online] Diambil dari

{https://www.vemale.com/topik/cinta-dan-seks/55443-homoseksualitas-adalah-masalah-sosial.html} Internet, diakses 6 Desember 2017

21

Anthony Giddens, Sociology (Cambridge, United Kingdom : Polity Press, 1993), 196 22

(7)

Jika berbicara dalam konteks masyarakat di Indonesia, sebenarnya belum ada perundangan-undangan yang mengatur masalah homoseksualitas, namun jika kita berbicara secara eksplisit, maka peraturan tersebut tertera pada Undang-Undang Hukum Pidana pada pasal 292 yang mengatur sikap tindakan homoseksual.23 Kita dapat mengambil sebuah persepsi dari hal ini, homoseksual juga merupakan hal yang terlarang untuk dilakukan di dalam negara kita. Secara kebudayaan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat juga berlaku demikian. Jadi, tidak ada ruang bagi homoseksual di dalam lingkup masyarakat Indonesia.

Kesimpulan

Homoseksualitas adalah perilaku penyimpangan secara seksual. Perilaku

penyimpangan juga juga menyimpang dari hukum, budaya serta norma-norma yang berada di lingkungan masyarakat. Dari perspektif Kristen, homoseksual juga ditolak karena Alkitab tidak mendukung bahkan mengutuk tindakan homoseksual yang ada. Dari segi sosial, homoseksual juga masih dianggap tabu karena melanggar norma-norma yang serta budaya yang ada di dalam masyarakat. Tak jarang, penyandangan homoseksual sering mendapatkan diskriminasi atas perilaku menyimpang mereka. Biarpun ada banyak organisasi-organisasi homoseksual yang ada sekarang, sebegitu kuatnya mereka dalam mengekspresikan diri mereka, namun tetap tidak ada ruang yang legal bagi tindakan menyimpang mereka. Maka dari itu, perilaku homoseksual masih merupakan hal yang terlarang untuk dilakukan.

(8)

Daftar Pustaka

Sumber Buku

Geisler, Norman L. Etika Kristen Pilihan dan Isu. Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2003.

Giddens, Anthony. Sociology. Cambridge, United Kingdom : Polity Press, 1993.

(9)

Soekahar, H. Homoseksual tinjauan singkat berdasarkan Iman Kristiani. Yogyakarta : Yayasan ANDI, 1987.

Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press, 2017.

Stott, John. Isu-Isu Global Penilaian Masalah Sosial & Moral Kontemporer Menurut Perspektif Kristen. Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015.

Worthen, Frank. Mematahkan Belenggu HomoSeksualitas. Malang : Gandum Mas, 1990.

Sumber Internet

“Homoseksual” Artikel Online. Diambil dari

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/10/08/kasus-pesta-gay-di-jakarta-temuan-kondom-dan-alat-perangsang-hingga-tarif-rp-165-ribu. Internet. Diakses 4 Desember 2017.

“Masalah Sosial tentang Homoseksual” Artikel Online. Diambil dari

https://www.vemale.com/topik/cinta-dan-seks/55443-homoseksualitas-adalah-masalah-sosial.html. Internet. Diakses 6 Desember 2017

“Penyebab Homoseksual” Artikel Online. Diambil dari http://www.alodokter.com/faktor-penentu-seseorang-menjadi-homoseksual. Internet. Diakses 05 Desember 2017 “Teori Homoseksual” Artikel Online. Diambil dari

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru bimbingan dan konseling tentang bagaimana metode yang dilakukan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling terkait

Kegiatan melibatkan 15 peserta yang terdiri dari pengurus LPD dari 2 desa yakni desa Bonyoh dan Desa Bayung Gede serta beberapa kelihan banjar dinas.. Kegiatan ini

pendidikan ibu, nilai aset, pendapatan per kapita, dan pengeluaran per kapita keluarga merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kesejahteraan keluarga

* Disesuaikan dengan nama lembaga penelitian dan atau pengabdian kepada masyarakat di PT...

a) Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan yang sehat. b) Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran

Penelitian berawal dari adanya perbedaan bahasa isyarat (SIBI) yang telah dibakukan oleh pemerintah dengan bahasa isyarat Bisindo yang digunakan oleh siswa remaja tunarungu