I. DEFINISI KONSELING
Konseling adalah suatu bantuan yang diberikan seorang pebimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya. Agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalah dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Konseling lebih menekan pada pengembangan potensi individu yang terkandung dalam dirinya, baik dari aspek intelektual, afektif, sosial, emosional dan religius. Sehingga
individu akan lebih berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat.
Secara Etimologi Konseling berasal dari bahasa Latin consilium artinya „dengan‟ atau „bersam‟a yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari sellan yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.
IA.DEFINISI KONSELING MENURUT BEBERAPA PENDAPAT
1. Menurut British Association of Counselling (1984) yang dikutip oleh Mappiare (2004)
Konseling merupakan suatu proses bekerja dengan orang banyak, dalam suatu hubungan yang bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah.
2. Menurut Burk dan Stefflre (1979) yang dikutip Latipun (2001)
Konseling mengindikasikan hubungan profesional antara konselor terlatih dengan klien, hubungan yang terbentuk biasanya bersifat individu ke individu, kadang juga melibatkan lebih dari satu orang suatu misal keluarga klien. Konseling didesain
untuk menolong klien dalam memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap suatu masalah yang sedang mereka hadapi melalui pemecahan masalah dan
3. Menurut Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare (2004) Konseling merupakan suatu proses dengan adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dari hati kehati antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas hubungan.
4. Menurut Palmer dan McMahon (2000) yang dikutip oleh Mc leod (2004)
Konseling bukan hanya proses pembelajaran individu akan tetapi juga merupakan
aktifitas sosial yang memiliki makna sosial. Orang sering kali menggunakan jasa konseling ketika berada di titik transisi, seperti dari anak menjadi orang dewasa, menikah ke perceraian, keinginan untuk berobat dan lain-lain. Konseling juga merupakan persetujuan kultural dalam artian cara untuk menumbuhkan kemampuan beradaptasi dengan institusi sosial.
5. Menurut James F. Adam
Konseling adalah Suatu pertalian timbal balik antara 2 orang individu dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain (conselee) supaya ia dapat memahami dirinya dalam hubungan denfgan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan waktu yang akan datang.
6. Menurut Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101)
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya,
demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
7. Jones (Insano, 2004 : 11)
Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
8. Konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105)
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukanmelalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
9. Winkel (2005:34)
Konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingandalam usaha membantukonseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagaipersoalan atau masalah khusus.
10.Rogers dalam Hendrarno ( 2003:24 )
Konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
11.Gibson ( 1985 )
Konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
12.Menurut Edwin C. Lewis ( 1970 ) dalam Abimanyu dan Manrihu ( 1996:9 )
interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat ( konselor ) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yangmemungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
13.Menurut Pepinsky & Pepinsky,dalam Shertzer & Stone,1974)
Konseling adalah suatu proses interaksi antara dua orang individu,masing-masing disebut konselor dan klien. Dilakukan dalam suasana yang profesionalBertujuan dan
berfungsi sebagai alat (wadah) untuk memudahkan perubahan tingkah laku klien.
14.Smith, dalam Shertzer & Stone(1974)
a. Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan
b. Bantuan diberikan dengan meng interpreswtasikan fakta-fakta atau data,baik mengenai individu yang dibimbing sendiri maupun lingkungannya,khususnya menyangkut pilihan-pilihan,dan rencana-rencana yang dibuat.
15.Division of Conseling Psychologi
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu.
16.Menurut Mc. Daniel, (1956)
Konseling adalah Suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kapadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinyasendiri dan lingkungan.
17.Gerald Corey
Yaitu terapi yang ditujukan untuk perbaikan susunan kepribadian manusia, yang
tidak beralasan, dan pergantian perilaku maladaptif dengan pembelajaran perilaku adaptif.
18.Bernard dan Fuller
Yaitu usaha yang dilakukan untuk mengubah pola pandang seseorang terhadap dirinya sendiri, orang lain ataupun lingkungan fisik, serta untuk membantunya mencapai indentitas sebagai pribadi untuk menentukan langkah – langkah yang dapat memupuk perasaan berharga, berarti dan bertanggung jawab.
19.Rickey L. George dan TS Criastian.
Merupakan usaha yang dilakukan untuk membantu seseorang dalam masalah psikologis untuk mencapai kemudahan dalam perubahan, perbaikan dan pemeliharaan perilaku. Konseling juga ditujukan sebagai usaha agar seseorang mampu menyelesaikan masalahnya sehingga mampu mengambil keputusan dan menjalin hubungan interpersonal serta mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.
20.Edmund Griffith Williamso.
Merupakan bagian komprehensif dalam usaha menolong individu agar dapat tumbuh, memilih dan menetapkan tujuannya serta dapat menyelesaikan masalah pribadinya yang memiliki hubungan erat dengan lingkungan sosial.
IB.TUJUAN DILAKUKAN KONSELING
1. Untuk membantu seseorang dalam memecagkan masalah.
2. Membantu untuk meningkatkan kemampuan dan keefektifan individu dalam mengambil keputusan.
3. Membantu seseorang untuk mengurangi dan mengendalikan perasaan takut, tertekan demi mencapai kesehatan mental.
IC.FUNGSI KONSELING
Konseling memiliki fungsi tersendiri bagi satiap aspek kehidupan seseoarang, diantaranya adalah :
1. Fungsi Pencegahan
Konseling dilakukan untuk mencegah kembali timbulnya masalah atau gangguan – gangguan psikologis pada diri klien.
2. Fungsi Penyesuaian
Diadakaannya sutu konseling berfungsi untuk membantu seseoang dalam menyeseukain diri terhadap perubahan lingkungannya yang disebabkan oleh : perubahan biologis klien, perubahan psikologis klien, dan perubahan sosial yang terjadi pada diri klien.
3. Fungsi Perbaikan
Konseling yang dilakukan seseorang berfungsi untuk memperbaiki perilaku-perilaku klien yang menyimpang dan merugikan dirinya sendiri dan orang di sekitarnya.
4. Fungsi Pengembangan
Konseling berfungsi untuk membantu klien dalam mengembangkan pengetahuan dan kemampuan klien dalam menghadapi dan mengatasi masalah.
ID.PERBEDAAN KONSELING PENGEMBANGAN (ORIENTASI BARU) DAN KONSELING GAYA LAMA
konseling pengembangan (orientasi baru)
konseling gaya lama
1. Bersifat pedagogis
2. Melihat potensi klien bukan kelemahan
3. Beriontasi pengembangan potensi positif klien
1. Bersifat klinis
2. Melihat kelemahan klien
3. Beriontasi pemecahan masalah klien
4. Mengembirakan klien
5. Dialog konselor menyentuh klien; klien terbuka
6. Bersifat humanistik – religius
7. Klien sebagai subjek memegang peranan, memutusakan tentang dirinya
8. Konselor hanya membantu dan memberi alternatif – alternatif
5. Klien sering tertutup
6. Dialog menekan perasaan klien 7. Klien sebagai objek
II. PERAN KONSELING DALAM KEPERAWATAN A. Konselor
Konselor yaitu orang yang memerlukan konseling terhadap masalah yang dialami untuk mengambil keputusan yang sianggap terbaik bagi dirinya. Konseling adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah antara klien dengan petugas kesehatan (perawat) yang bertujuan memberikan bantuan mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penyakit, sehingga klien mampu mengambil keputusan sendiri
mengenai trapiotik apa yang terbaik bagi dirinya. Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual
B. Tujuan Perawat Sebagai Konselor
C. Syarat Seorang Konselor
1. Perawat konselor perlu memiliki dan memenuhi persyaratan antara lain : 2. Mempunyai minat dan sikap positif terhadap penyakit yang diderita 3. Memiliki pengetahuan teknis mengenai perjalanan suatu penyakit 4. Menguasai dasar – dasar teknis konseling
5. Memiliki keterampilan
6. Kepribadian serta sikap yang kondesif untuk terciptanya interaksi yang adekuat antara konselor dengan klien sangat diperlukan di dalam mempermudah melakukan
proses pelayanan keperawatan secara profesional.
D. Sikap Yang Diperlukan Konselor
Sikap seorang konselor di dalam melakukan pelayanan terhadap kilen di waktu terjadinya konseling anrata lain : sabar, ramah, empati dan terbuka, menghargai pendapat klien, duduk sejajar dan memposisikan dirinya sejajar dengan klien, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah mengerti, tidak menilai dan bisa menerima klien apa adanya, mempu membina hubungan antara konselor dengan klien, dapat menemukan kepercayaan dari klien yang dibantunya, memberikan informasi yang lengkap dan rasional kepada klien, menghindari pemberian info yang berlebihan, hanya memberikan informasi yang dibutuhkan oleh klien, membantu klien untuk mengerti dan mengingat.
E. Peran perawat :
1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. 2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya.
III. PERBEDAAN ANTARA KONSELING, PENDIDIKAN KESEHATAN DAN PSIKOTERAPI
IIIA. Persamaan dan Perbedaan Konseling dan Psikoterapi A. Persamaan
Konseling dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk membantu/memberikan layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis. Dengan kata lain Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behauvioral change), kesehatan mental
positif (positive mental health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making). Dengan demikian seorang konselor perlu didukung oleh pribadi dan keterampilan yang dapat menunjang keefektifan konseling.
Konseling dan psikoterapi pada dasarnya berurusan dengan proses yang sama. Pada dasarnya tujuan-tujuan konseling dan psikoterapi adalah sama, yaitu eksplorasi diri, pemahaman diri dan perubahan tindakan atau perilaku. Tujuan keduanya menghilangkan perilaku merusak diri (self defeating) pada klien.Baik konseling maupun psikoterapi memberi penekanan pentingnya perkembangan pembuatan keputusan dan ketrampilan pembuatan rencana oleh klien.
B. Perbedaan
Konseling lebih fokus pada konseren, ihwal, masalah, pengembangan, pendidikan dan pencegahan. Sedangkan psikoterapi lebih memfokuskan pada konseren atau masalah penyembuhan, penyesuaian dan pengobatan.
IIIB. Perbedaan Konseling dan Pendidikan Kesehatan 1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmodjo, 1993). Semua petugas kesehatan mengakui bahwa pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Stuart (1968) dalam defenisi yang dikemukakan, dikutip oleh staf jurusan PK-IP FKMUI (1984) mengatakan bahwa pendidikan
kesehatan adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarkat yang merupakan cara perubahan berfikir, bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat (Suhila, 2002).
Menurut Grout pendidikan kesehatan adalah upaya menterjemahkan sesuatu yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku yang diinginkan dari perseorangan ataupun masyarakat melalui proses pendidikan, sedangkan menurut Nyswander pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perseorangan dan masyarakat. Bila dilihat dari defenisi-defenisi pendidikan kesehatan tersebut tidak jauh berbeda dan keduanya menekankan pada aspek perubahan perilaku individu dan masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendy, 1995).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu dan masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 1997). Menurut Effendi (1995), tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah
tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat
ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat.
Materi yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga dapat langsung dirasakan manfaatnya. Sebaiknya saat memberikan pendidikan kesehatan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam bahasa kesehariaannya dan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman serta menarik perhatian sasaran (Walgino, 1995).
Metoda yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan kesehatan terhadap sasaran, sehingga diharapkan pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metoda yang dipakai antara lain: curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi dan bermain peran.
IV. TEORI-TEORI YANG DIGUNAKAN DALAM KONSELING IVA. TEORI KONSELING PSIKOANALISIS (PSIKOANALISA)
Tokoh paling terkenal dari teori psikoanalisa ini adalah Sigmund Freud. Psikoanalisa dapat dipandang sebagai teori kepribadian ataupun metode psikoterapi. Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebahagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.
IVB. TEORI GESTALT FREDERICK PERLS
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu menemukan jalan
bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tak diketahui. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. Oleh karena itu terapi Gestalt pada dasarnya non interpratatif dan sedapat mungkin, klien menyelenggarakan terapi sendiri.
IVC. TEORI TRAIT AND FACTOR WILLIAMSON
Teori ini tergolong pada pandangan kognitif atau pendekatan rasional.Pendekatan
ini mencoba secara intelektual dan rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien, cara pemecahan kesulitan-kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional.
Konseling dengan pendekatan trait and factor yang dipelopori oleh Williamson ini disebut pula konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Maka konseling yang directive ini disebut pula counseling centered atau konseling yang berpusat pada konselor. Dan konseling semacam inilah yang banyak dilakukan disekolah-sekolah baik diluar negeri maupun di negara kita. Berbicara tentang trait and factor, senantiasa dihubungkan dengan universitas Minnesota yang termasuk didalamnya Walter Bingham, John Darley,Paterson, dan E.G.Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan ini banyak menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti:bakat, kemampuan, minat, tingkah laku dan kepribadiannya.
IVD. TEORI RATIONAL EMOTIF THERAPY (RET) ALBERT ELLIS
Konsep dasar teori ini adalah bahwa pola berpikir manusia itu sangat dipengaruhi oleh emosi, demikian pula sebaliknya. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan
diprasangkakan atau sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik. Sedangkan pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan
IVE. TEORI BEHAVIORISTIK ARNOLD LAZARUZ
Konselor behavioral membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian utama dari para konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Manusia menurut pandangan ini bukan hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dalam konsep bahvioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan
suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Thoresen (Shertzer & Stone, 1980) sebagaimana dikutip oleh Surya (1988), memberi ciri-ciri konseling behavioral sebagai berikut:
1. Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat dirubah. 2. Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individual dapat membantu
dalam merubah perilaku-perilaku yang relevan; prosedurprosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku klien dengan merubah lingkungan.
3. Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti misalnya “reinforcement” dan “social modeling”, dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur konseling.
4. Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-perubahan dalam perilaku-perilaku khusus klien diluar wawancara konseling.
5. Prosedur-prosedur konseling tidak statik, tetap, atau ditentukan sebelumnya, tetapi dapat secara khusus didisain untuk membantu klien dalam memecahkan masalah khusus.
Jadi hakikatnya tugas konselor terhadap klien dalam teori behavioral ini adalah mengaplikasikan prinsip dari mempelajari manusia untuk memberi fasilitas
demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki sepanjang sasaran itu sesuai dengan kebaikan masyarakat secara umum. (Corey, 1995)
IVF. TEORI EKSISTENSIAL
Dasar terapi eksistensial falsafat eksistensial sebagai dasar terapi eksistensial 1. Area filosofi yang berhubungan dengan makna keberadaan
2. Menanyakan pertanyaan- pertanyaan tentang masalah- masalah cinta kematian,
dan juga makna hidup.
3. Bagaimana seseorang berhubunga dengan nilai dan makna hidup seseorang. 4. dunia berubah sesuai pemikiran orang yang berubah.
5. Ide- ide tentang dunia = pembangunan manusia
6. “berada di dunia” = seseorang tidak bisa berada di dunia tanpa sebuah duniadan sebuah dunia tidak bisa ada tanpa seseorang(makhluk) untukmenyadarinya. 7. Harus belajar tentang manusia- manusia dalam dunia mereka.
8. Jangan memikirkan pertanyaan- pertanyaan tentang kenapa. 9. Mereka memikirkan tentang pernyataan-pernyataan.
10.Mereka tidak mengabaikan atau menjelaskan masalah- masalah manusia seperti etika-etika atau moral.
11.Mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri tentang konflik dari pemilihan etika-etika atau moral tapi lebih menerimanya sebagai bagian penting dari manusia- manusia untuk begitu. nJangan memikirkan pertanyaanpertanyaan tentang kenapa.
12.Mereka memikirkan tentang pernyataan-pernyataan.
13.Mereka tidak mengabaikan atau menjelaskan masalah- masalah manusia seperti etika-etika atau moral.
IVG. TEORI CLIENT CENTERED THERAPY (ROGERS)
Carl Ransom Rogers (1902-1987) pada awal tahun 1940 (Corey 1986:100; Corey 1995: 291-294) pada awal tahun 1940 mengembangkan teori yang disebut
non-directive counseling (konseling non-direktif) sebagai reaksi atas pendekatan yang direktif dan pendekatan psikoanalitik. Teorinya adalah sebagai reaksi atas pendekatan yang direktif dan pendekatan psikoanalitik. Rogers menentang asumsi dasar bahwa “konselor tahu apa yang terbaik“. Dia juga menentang kesahihan dari prosedur terapeutik yang telah secara umum bisa diterima seperti nasehat, saran,
himbauan, pemberian pengajaran, diagnosis, dan tafsiran. Didasarkan pada keyakinannya bahwa konsep dan prosedur diagnostik kurang memadai, berprasangka, dan sering kali disalahgunakan, maka pendekatannya tidak dengan menggunakan cara tersebut. Konselor non-direktif menghindar dari usaha untuk melibatkan dirinya dengan urusan klien, dan sebagai gantinya mereka memfokuskan terutama pada merefleksi dan komunikasi verbal dan non-verbal dari klien. Asumsi dasarnya adalah bahwa orang itu secara esensial bisa dipercaya, memiliki potensi yang besar untuk memahami dirinya dan menyelesaikan masalah mereka tanpa intervensi langsung dari pihak terapis, dan bahwa mereka ada kemampuan untuk tumbuh sesuai dengan arahan mereka sendiri apabila mereka terlibat dalam hubungan terapeutik. Sejak semula ia menekankan kepada sikap dan karakteristik pribadi terapis dan kualitas hubungan klien sebagai penentu utama dalam prosedur terapeutik. Secara konsisten ia mengarahkan kepada posisi yang sekunder seperti pengetahuan terapis tentang teori dan teknik.
V. MELAKUKAN KONSELING SECARA UMUM VA. PROSES KONSELING
Secara sistematis proses konseling yang di kemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti berikut ini :
1. Membina hubungan konseling yang terjadi pada awal konseling
2. Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan transferensi.
4. Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri
5. Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
Transferensi adalah apabila klien menceritakan kembali pengalaman dan konflik masa lalu sehubungan dengan cinta , seksualitas, kebencian, kecemasan. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai konselor.
6. Melanjutkan hal-hal yang resistensi 7. Menutup wawancara konseling.
VB. WAWANCARA
J. Rich sebagaimana dikutip oleh Barker (1990;11) mengklasifikasikan wawancara konseling ke dalam beberapa fungsi utama yang berkaitan terhadap wawancara terhadap anak dan remaja, yaitu :
1. Wawancara penelusuran fakta (fact-finding interviews). Wawancara ini didisain untuk menemukan informasi-informasi yang sangat dibutuhkan. Dalam setting klinis wawancara ini mencari data -data historis yang berkaitan dengan keadaan individu, keadaan keluarga (family history), dan informasi kondisi-kondisi spesifik anak dan situasi sosial yang melingkupinya. Pewawancara dapat juga mencari fakta - fakta berupa keadaan emosional individu, proses - proses kognitif, dan keadaan stabilitas mental yang bersangkutan
2. Wawancara pemberianfakta (fact-giving information).
Bentuk wawancara ini adalah suatu proses dimana pewawancara memberi informasi kepada klien yang diwawancarai. Namun fungsi wawancara ini tidak akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini. Karena umumnya tidak digunakan dalam kepentingan klinis. Hanya saja kaitannya dengan kepentingan konseling, pemberian fakta dapat berupa pewawancara menginformasikan kepada klien tentang hasil assessmen, hasil tes psikologis, hasil-hasil diagnostik, dan mendiskusikan
pilihan-pilihan dalam mengatur situasi masalah. 3. Wawancara terapi (treatment interviews).
Pewawancara harus berusaha semaksimal mungkin untuk menerima pola pikir sang klien, pendapat dan situas- situasi emosional dari klien yang diwawancarA
1. Tahap pertama berupa fase perkenalan; bertujuan membuat diri si konselor dan klien atau pihak keluarga lainnya yang terlibat saling mengetahui satu sama lain. Selama tahapan wawancara ini, konselor sebagai pewawancara harus menanyakan tentang usia klien, tanggal kelahiran, kehadiran di sekolah, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Menurut pengalaman Barker (1990) bahwa ia sering mengatakan kepada individu yang menjadi kliennya banyak hal tentang dirinya sendiri; memperkenalkan dirinya sendiri jika klien tidak siap atau
ragu-ragu untuk memulainya terlebih dahulu. Bagian yang paling krusial untuk dilakukan adalah ,sebagaimana yang disebutkan terdahulu, membangun rapport. Pada tahap yang pertama, bagian ini menjadi proses primer yang tak bisa diabaikan begitu saja.
2. Pada tahap yang kedua atau tahapan inti, proses yang terjadi dalam wawancara adalah proses pertukaran informasi (exchange of information). Dalam wawancara klinis pencarian informasi menjadi fokus utama, tetapi kadang-kadang yang juga tak kalah pentingnya adalah pemberianinformasi-informasi tertentu kepada klien yang diwawancarai. Dalam tahapan inti inilah konsleor akan dapat memahami individu beserta dimensi persoalan-persoalan yang melingkupinya. Konselor dapat memahami bagaimana keadaan emosionalnya, interaksi dengan keluarga, hubungan sosial dengan orang lain, dan data-data penting lainnya. Proses pertukaran informasi ini hanya dimungkinkan terjadi dengan prasyarat telah terbangunnya rapport. Jika tidak, maka besar kemungkinan dalam tahapan inti ini akan muncul kesulitan-kesulitan yang akan menghambat keputusan-keputusan konselor dan klien.
3. Tahap yang terakhir berupa termination phase didahului oleh sinyal-sinyal tertentu yang datangnya dari konselor. Kirakira 5 –10 menit, konselor sudah mempersiapkan diri untuk menutup proses wawancara. Satu hal yang penting adalah melakukan klarifikasi kepada klien tentang-tentang kemungkinan-kemungkinan prognosis atau perkembangan kasus yang dihadapinya untuk waktu mendatang. Kira-kira prospek masalah yang akan datang apakah
VC. TEKNIK KONSELING PSIKOANALISA
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisa, yaitu : 1. Asioasi bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang ini, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
Tujuan teknik ini adalah untuk mengunkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa
lalu. Hal ini disebut katartis. 2. Interpretasi
Adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asioasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasi dalam mimpi, asioasi bebas, resistensi dan transferensi klien. Tujuannya adalah agar ego klien dapat mencerna materi baru dan mempercepat proses penyadaran.
3. Analisis mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk memilih masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena diwaktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan. Oleh Freud mimpi ditafsirkan sebagai jalan raya terhadap keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari yang di ekspresikan.
4. Analisis Resistensi
Analisis resistensi ditunjukan untuk menyadarkan klein terhadap alasan-alasan terjadinya resistensinya, konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi.
5. Analisis transferensi
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar
DAFTAR PUSTAKA
1. Mappiare, Andi.2010. Pengantar Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
2. Willis, Sofyan S.2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
3. Winkel, W.S.,2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia
4. Chaplin, J. P.. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
5. Wiramihardja, Sutardjo A.. 2009. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung: PT