• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TENTANG KONSELING DAN PSIKOTERAP (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TENTANG KONSELING DAN PSIKOTERAP (1)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TENTANG KONSELING DAN PSIKOTERAPI

Dosen pengampu: Muhammad Ripli,M.Pd.I

OLEH

KELOMPOK 12

1. SESI DAMAYANTI 2. NURHASANAH

PROGRAM STUDI EKONOMI

UNIVERSITAS HAMZANWADI SELONG

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taupik, dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” Konseling dan Psikoterapi” .Dan kedua kalinya takpula kita selawat dan salam kami sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam gelap gulita menuju alam yang terang menerang seerti yang kita rasakan pada hari ini.

Dan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bapak Dosen pengampu dan pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Namun penulis merasa makalah ini masih jauh dari sempurna dan dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan keritik dari bapak dosen pengampu dan rekan-rekan mahasiswa khususnya dan para pembaca pada umumnya. Dengan demikian penulis dapat mengebangkan makalah ini agar lebih sempurna, lagi kami ucapkan terimakasi kepada semua pihak atas dukungan dan dorongan sehingga terselesaikanya makalah ini,dan semoga dapat bermampaat bagi kita semua. Amin...

Pancor, 08 mei 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penulisan...2

1.4 Manfaat Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 KONSELING A. Definisi Konseling...3

B. Ciri-ciri pokok konseling...4

C. Tujuan Konseling...4

D. Tahap-Tahap konseling...6

2.2 PSIKOTERAPI A. Defnisi Psikoterapi...10

B. Ciri-ciri pokok psikoterapi...11

C. Tujuan Psikoterapi...12

D. Tahap-tahap psikoterapi...14

2.3 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KOSELING DENGAN PSIKOTERAPI A. Persamaan Konseling dengan Psikoterapi...16

B. Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi...17

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...21

3.2 Saran...21

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Pada zaman yang semakin berkembang ini, sering dihadapkan kepada individu dengan persoalan-persoalan rumit dan sukar untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses perkembangannya akan melewati tahap-tahap baik itu dari ukuran fisik atau non-fisik. Masa melewati tahap-tahap ini terkadang menjadi sebuah problem untuk sebagian individu. Oleh karenanya mereka membutuhkan bantuan agar dapat lebih memahami dan memecahkan problem tersebut. Maka muncul sebuah solusi yang kemudian akan sedikit memberikan bantuan berupa pemberian informasi-informasi kepada individu yang mengalami problem-problem tersebut. Dalam dunia psikologi, dikenal istilah "konseling" dan "psikoterapi" sebagai bentuk aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada seorang individu yang memerlukannya. Dalam prakteknya, istilah "konseling" sendiri tidak bisa dilepaskan dengan istilah "psikoterapi". Jika dilihat eksistensinya, konseling merupakan salah satu bantuan profesional yang sejajar dengan, misalnya, psikiatris, psikoterapi, kedokteran, dan penyuluhan sosial.

Terdapat banyak persamaan dan perbedaan antara konseling dan psikoterapi. Sehingga, konseling dan psikoterapi tidak dapat dibedakan secara jelas. Konselor sering kali mempraktikan sesuatu yang dipandang sebagai psikoterapi oleh psikoterapis. Demikian juga, psikoterapis sering sekali mempraktikan sesuatu yang dipandang sebagai konseling oleh konselor. Meskipun demikian, kedua bidang ini tetap berbeda.

(5)

1.2RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud konseling dan psikoterapi?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara konseling dengan psikoterapi?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui yang dimaksud konseling dan psikoterapi.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara konseling dengan psikoterapi.

1.4 MANFAAT PENULISAN

1. Untuk memberikan informasi mengenai konseling dan psikoterapi.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSELING

A. Definisi Konseling

Konseling secara etimologi, berasal dari bahasa latin, yaitu consilium (dengan atau bersama), yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Dalam bahasa Anglo saxon, istilah konseling berasal dari sellan, yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.

Selain itu, Konseling memiliki banyak definisi yang dijumpai dalam berbagai literatur, antara lain :

1. Tolbert, (dalam Prayitno 2004 : 101) : Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.

2. Edwin C. Lewis (1970) (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996:9) : Konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.

(7)

4. Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare (2004) : Konseling merupakan suatu proses dengan adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dari hati ke hati antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas hubungan.

B. Ciri-ciri Pokok Konseling

a. Konseling menuntut dilaksanakannya oleh seorang konselor yang profesional, kompeten dalam menangani konflik-konflik, kecemasan-kecemasanatau masalah yang berkaitan dengan keputusan-keputusan pribadi, sosial, karier dan pendidikan serta ciri-ciri pribadi yang akan memungkinkannya memahani proses-proses psikologi dan dinamika perilaku pada diri klien dan konselor, maupun hubungan antar keduanya.

b. Konseling melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung maupun tidak langsung mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata dan gerakan-gerakan lain dengan maksud meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat dalam interaksi itu.

c. Model interaksi dalam konseling tidak terbatas dalam dimensi verbal saja tetapi juga telah dikembangkan model interaksi konseling non verbal.

d. Interaksi antar konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relative lama dan terarah pada pencapaian tujuan.

e. Tujuan dari proses konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien. f. Konseling merupakan proses yang dinamis.

g. Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien.

C. Tujuan Konseling

Selain tujuan konseling yang tercantum dalam prinsip konseling diatas, ada beberapa ahli yang mengemukakan tujuan konseling, antara lain :

(8)

dan pembangunan saat ini, konseling bukan saja bersifat klinis-psikologis, tapi harus lebih menekankan pada pengembangan potensi individu yang terkandung didalam dirinya, baik intelektual, afektif, sosial, emosional, dan religius; menjadikannya sebagai individu yang akan berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat. Dengan demikian, ada perubahan konsepsional antara pengertian konseling lama dengan konseling baru, dimana konseling bukan saja bersifat klinis, tapi juga bersifat preventif dan pengembangan individu.

2. Menurut Prof. Rosjidan, ada tiga kategori yang bisa dicatat dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan sebuah konseling. Tujuan khusus ini meliputi :

· Merubah tingkah laku yang terganggu · Mempelajari tingkah laku yang terganggu, · Mencegah problem-problem.

3. Corey (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) mengelompokan tujuan-tujuan konseling menjadi :

· Reorganisasi kepribadian

· Menemukan makna dalam hidup · Penyembuhan ganguan emosional · Penyesuaian terhadap masyarakat

· Pencapaian aktualisasi (perwujudan) diri · Peredaan kecemasan

· Penghapusan perilaku maladaptif (sulit untuk menyesuaikan diri) · Belajar pola-pola perilaku adaptif

4. Shertzer dan stone (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) membuat pengelompokan yang lebih sederhana mengenai tujuan konseling, meliputi :

· Perubahan Perilaku

· Kesehatan mental yang positif · Pemecahan masalah

(9)

D. Tahap-Tahap Konseling

Keberhasilan konseling banyak ditentukan oleh keefektifan konselor dalam menggunakan berbagai teknik. Dalam pelaksanaannya, secara umum, teknik konseling meliputi :

 Penggunaan hubungan intim (rapport);

 Memperbaiki pemahaman diri;

 Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan;

 Menunjukkan kepada petugas lain atau referal bila dirasa tidak mampu menangani

masalah klien .

Sedangkan menurut Willis, teknik konseling meliputi :

 Perilaku attending : mencakup kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan.

 Empati : merasakan apa yang dirasakan klien.

 Refleksi : memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman

klien sebagai hasil pengamatan.

 Eksplorasi : menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien.

 Menangkap pesan utama tentang perasaan, pengalaman, atau pikiran klien dan

disampaikan kembali kepada klien.

 Bertanya untuk membuka percakapan

 Bertanya tertutup melalui sebuah pernyataan yang membutuhkan tanggapan.

 Dorongan minimal : upaya konselor secara halus agar klien tetap terlibat dalam hubungan

yang komunikatif.

 Interpretasi perasaan, pengalaman, atau pikiran klien berdasarkan teori-teori yang ada.

 Mengarahkan agar klien tetap dalam situasi dan hubungan komunikasi yang ideal.

 Menyimpulkan sementara secara periodik agar tahapan-tahapan bisa berkesinambungan.

 Memimpin arah pembicaraan.

 Fokus pada permasalahan.

 Konfrontasi : kemampuan konselor untuk bisa mengungkapkan adanya inkonsistensi

dalam diri klien.

 Menjernihkan ucapan klien yang samar-samar.

(10)

 Diam sebagai variasi komunikasi guna menumbuhkan pemusatan perhatian dan

penekanan.

 Mengambil inisiatif untuk bisa membuka, mencairkan, mendorong terciptanya

komunikasi yang mandeg.

 Memberi nasehat dengan mempertimbangkan aspek kemandirian klien.

 Pemberian informasi kemandirian klien untuk mencari informasi sendiri.

 Merencanakan dengan cara membantu klien menyusun program untuk action.

 Membantu klien menyimpulkan hasil sebuah pertemuan.

Hubungan antara konselor dan klien merupakan inti proses konseling oleh karena itu para konselor hendaknya menguasai berbagai teknik dalam menciptakan hubungan. Untuk melakukan konseling, tentunya ada serangkaian tahap-tahap yang harus dilakuakan, hal ini akan mempermudah konselor dalam menggali permasalahan klien guna terselesaikannya masalah klien. Tahap-tahap tersebut antara lain :

1. Teknik Pembukaan (Pengantaran/ introdaktion)

Yaitu usaha konselor untuk mengantarkan klien dalam memasuki proses konseling. Dalam teknik pembukaan ini konselor memberikan penjelasan kepada klien tentang konseling, tujuan, asas-asas, manfaat serta hal lain yang berhubungan dengan proses konseling.

2. Teknik hubungan Refleksi

Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu). Refleksi ini merupakan teknik penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan dibuat dan sebelum pemberian informasi dan tahap interpretasi dimulai. Perasaan-perasaan yang diekspresikan dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu yang positif, negative, dan ambivalen. Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan jika :

 Stereotip dari konselor

 Konselor tidak dapat mengatur waktu

 Konselor tidak tepat memilih perasaan

 Konselor tidak mengetahui isi perasaan yang direfleksikan

(11)

 Konselor menambah arti perasaan

Manfaat refleksi perasaan dalam proses konseling antara lain :

 Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam

 Klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku

 Memusatkan evaluasi pada klien

 Member kekuatan untuk memilih

 Memperjelas cara berfikir klien

 Menguji kedalaman motif-motif klien

3. Teknik Penerimaan dan Penstrukturan

Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses konseling. Dalam teknik penerimaan, ada tiga unsur yaitu : 1) ekspresi air muka, 2) tekanan suara, 3) jarak dan perawakan.

Teknik penstrukturan (structuring) adalah proses menetapkan batasan oleh konselor tentang hakekat, batasan-batasan dan tujuan proses konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada khususnya. Struktur konseling mempunyai dua unsur yaitu, 1. unsur implisit, dimana peranan konselor yang secara umum diketahui klien, dan 2. struktur yng formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi proses konseling.

Dengan demikian structuring merupakan teknik merumuskan batasan dan potensialitas konseling. Berdasarkan pembatasan dan potensi proses konseling ada lima macam struktur, yaitu :

a. Batas-batas waktu baik dalam satu individu maupun seluruh proses konseling b. Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien

c. Batas-batas peranan konselor d. Batas-batas proses atau prosedur e. Structuring dalam nilai proses 4. Teknik Mendengarkan

(12)

pikirannnya konselor menanghkap isi pesan yang disampaikan, dan dengan matanya konselor mengamati bahasa badani dalam sikap duduk, gerak gerik, isyarat dan sebaginya yang ditampilkan oleh klien. Konselor berusaha secara benar-benar tepat penyesuaian dirinya dengan diri orang lain, memusatkan diri pada orang lain, dan menjadikan pesan-pesan yang datang dari orang lain itu sebagai suatau yang sangat penting.

5. Teknik Mengarahkan

Di sini konselor lebih berinisiatif dari pada klien. Dengan memberikan pengarahan, secara tidak langsung konselor mengetahui apa yang harus dilakukan. Pemberian pengarahan hanya dilakukan bila mana konselor benar-benar telah memahami keadaan dan kebutuhan klien. Nilai dari upaya pemberian pengarahan tidaklah mudah, konselor harus menentukan kapan cara ini tepat dilakukan, dan cara mana yang sebaiknya dipakai.

Penggunaan pengarahan yang terlalu cepat atau terlalu sering terhadap klien yang enggan malah dapat mengakibatkan timbulnya suasana tidak tenang atau menjengkelkan pada diri klien karena konselor tampak kurang peka terhadap suasana kejiwaan klien.

6. Teknik mengakhiri proses konseling

Mengakhiri wawancara, dapat dilakukan dengan cara : o Mengatakan bahwa waktu sudah habis

o Merangkum isi pembicaraan

o Merangkum adalah proses menyatukan semua yang dikomunikasikan selama proses konseling dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien.

o Menunjukan pada pertemuan yang akan datang dengan menanyakan “apa yang akan anda lakukan?”.

o Membuat catatan singkat.

o Membuat catatan merupakan usaha sederhana tetapi sangat penting karena kegiatan ini mempunyai andil yang sangat besar dalam rencana pengubahan tingkah laku yang perlu dirubah.

o Memberikan tugas-tugas tertentu

o Mendoakan klien semoga tetap bahagia

o Berdiri

(13)

2.2 PSIKOTERAPI

A. Definisi Psikoterapi

Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.

Sedangkan definisi umum psikoterapi yaitu serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Psikoterapi merupakan suatu interaksi sistematis antara pasien dengan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien agar membantu pasien mengatasi

tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.

Selain definisi diatas, ada berbagai definisi psikoterapi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya :

1. Hariyanto (2010) : Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru atau akan mengalami perceraian.

2. Wolberg (1954) : psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih dengan seksama membentuk hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan, mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk menghilangkan pola-pola perilaku yang terhambat.

3. Whitaker dan Malone (1953) : psikoterapi adalah semua upaya untuk mempercepat pertumbuhan manusia sebagai pribadi

(14)

Dengan demikian perawatan menggunakan teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum menggunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologis terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.

B. Ciri-ciri Pokok Psikoterapi

Ada tiga ciri utama psikoterapi, antara lain:

1. Dari segi proses : berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi.

2. Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada (afektif, kognitif, perilaku/kebiasaan).

3. Dari segi tindakan : seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya (data yang diperoleh melalui proses assessment-wawancara, observasi, tes, dsb).

Selain itu, dari beberapa definisi yang ada dapat dikemukakan ciri-ciri psikoterapi, antara lain:

1. Interaksi Sistematis

Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.

2. Prinsip-prinsip Psikologis

Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta menyusun interaksi teraupetik.

3. Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan

Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.

4. Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi

(15)

abnormal, seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan

kecemasan atau skizofrenia. Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau menangani

masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karir. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.

5. Psikoterapi membutuhkan interaksi-interaksi verbal. Bagaimanapun juga, psikoterapi adalah bentuk-bentuk interaksi antara klien yang melibatkan pembicaraan. Terapis mendengar dengan teliti apa yang dialami dan diusahakan oleh pasien untuk disampaikan oleh psikoterapis. Psikoterapi juga melibatkan komunikasi-komunikasi nonverbal. Seorang terapis yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pasien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar. Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien.

C. Tujuan Psikoterapi

a. Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar.

Tujuan ini biasanya dilakukan melalui terapi yang sifatnya direktif (memimpin) dan suportif (memberikan dukungan dan semangat). Persuasi (ajakan) dengan cara diberi nasehat sederhana sampai pada hypnosis (keadaan seperti tidur karena sugesti) digunakan untuk menolong orang bertindak dengan cara yang tepat.

b. Mengurangi tekanan emosi melalui kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yang mendalam.

Fokus disini adalah adanya katarsis (penyucian diri yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan).

(16)

Klien diharapkan dpt. Mengembangkan potensinya. Ia akan mampu melepaskan diri dari fiksasi (perasaan terikat atau terpusat pada sesuatu secara berlebihan) yang dialaminya. Klien akan menemukan bahwa dirinya mampu untuk berkembang ke arah yang lebih positif.

d. Mengubah kebiasaan.

Tugas terapis adalah menyiapkan situasi belajar baru yang dapat digunakan untuk mengganti kebiasaan-kebiasaan yang kurang adaptif.

e. Mengubah struktur kognitif individu. Menggambarkan tentang dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya. Masalah muncul biasanya terjadi kesenjangan antara struktur kognitif individu dengan kenyataan yang dihadapinya. Jadi, Struktur kognisi (kegiatan atau proses untuk memperoleh pengetahuan) perlu diubah untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

f. Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan dengan tepat. g. Meningkatkan pengetahuan diri atau insight (pencerahan).

h. Meningkatkan hubungan antar pribadi.

Terapi kelompok merupakan dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk meningkatkan hubungan antar pribadi ini.

i. Mengubah lingkungan social individu. Terutama terapi yang diperuntukan untuk anak-anak.

j. Mengubah proses somatic (fisik) supaya mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kesadaran tubuh.

Latihan fisik dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran individu. Seperti : Relaksasi untuk mengurangi kecemasan, yoga, senam, menari dll.

k. Mengubah status kesadaran untuk mengembangkan kesadaran, control, dan kreativitas diri.

Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir, proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan pendekatan psikologis. Dengan demikian, dapat disimpulkan tujuan psikoterapi antara lain :

(17)

c. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif. d. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.

e. Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional. f. Mengembangkan potensi klien.

g. Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik. h. Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).

i. Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.

j. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial. k. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.

l. Membantu penyembuhan penyakit fisik. m. Meningkatkan kesadaran diri.

n. Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.

o. Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.

D. Tahap-Tahap Psikoterapi

Setelah mengatahui tujuan Psikoterapi perlu mengetahui tahapan-tahapan dalam Psikoterapi, yaitu :

1. Wawancara

Terapis akan mengetahui keluhan atau permasalahan klien. Dalam tahap ini perlu dikemukakan :

 Aturan-aturan apa saja yang perlu diketahui oleh klien.

 Apa yang akan dilakukan oleh terapis

 Apa yang diharapkan klien

 Adanya persekutuan antara klien dengan terapis untuk melawan masalah

yang dihadapi klien.

 Perlu dibina rapport, yaitu hubungan yang menimbulkan keyakinan dan

kepercayaan klien bahwa ia akan dapat ditolong. Tanpa ini klien akan lari sebelum mulai. Terapi tidak akan berjalan seperti yang diharapkan.

 Perlu dikembangkan komitmen klien untuk menjalankan perannya

sebagai klien.

(18)

 Persetujuan antara tugas klien dan tugas terapis kapan dan dimana terapi

dilakukan dan berapa lama.

 Kemukakan tujuan yang akan dicapai oleh klien dalam terapi. Apa yang

dapat dijanjikan terapis dan apa yang dapat diharapkan oleh klien

 Untuk menyakinkan klien perlu dikemukakan keberhasilan yang telah

dialami terapis untuk kasus-kasus yang sama. Atau dapat dikemukakan hasil penelitian tentang efektivitas pendekatan yang digunakan terapis. Tugas terapis adalah memberikan perhatian penuh dan mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan oleh klien. Tugas klien adalah menceritakan semuanya pada terapis. Jangan sampai terbalik bahwa terapis yang banyak bicara dan klien yang mendengarkan. Terapis banyak memberikan nasehat dan klien hanya mendengarkan saja. Kalau sampai terjadi seperti ini berarti bukan merupakan proses psikoterapi tetapi

konsultasi. 2. Proses Terapi

Tahap kedua dari psikoterapi adalah proses terapi. Supaya terjadi komunikasi yang mengalir dengan baik perlu dilakukan hal-hal sbb:

o Mengkaji pengalaman klien

o Menggali pengalaman masa lalu

o Mengkaji hubungan antara terapis dank lien saat ini dan di sini

o Melakukan pengenalan, jenjelasan, dan pengartian perasaan dan arti-arti pribadi pengalaman klien

3. Tindakan Psikoterapi

Tahap ini dilakukan pada saat menjelang terapi berakhir. Hal-hal yang perlu dilakukan terapis dan klien, yaitu :

o Terapis mengkaji bersama klien tentang apa yang telah dipelajari klien selama terapi berlangsung.

o Apa yang telah diketahui klien akan diterapkan dalam kehidupannya nanti. 4. Mengakhiri Terapi

(19)

sebelum pengakhiran terapi, hal ini penting karena klien akan menghadapi lingkungannya nanti sendiri tanpa bantuan terapis. Ketergantungannya kepada terapis selama ini sedikit-sedikit harus dihilangkan dengan menumbuhkan kemandirian klien

2.3 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSELING DENGAN PSIKOTERAPI

A. Persamaan Konseling dengan Psikoterapi

1. Konseling dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk

membantu/memberikan layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis.

2. Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behauvioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making).

3. Konseling dan psikoterapi membantu dan memberikan perubahan, perbaikan kepada klien (yaitu, eksplorasi-diri, pemahaman-diri, dan perubahan tindakan/perilaku) agar klien dapat sehat dan normal dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

4. Konseling dan psikoterapi merupakan bantuan yang diberikan dengan mencoba menghilangkan tingkah laku merusak-diri (self-defeating) pada klien.

5. Psikoterapi maupun konseling memberikan penekanan pentingnya perkembangan dalam pembuatan keputusan dan ketrampilan dalam pembuatan rencana oleh klien.

6. Pentingnya saling-hubungan antara klien dan psikoterapis ataupun konselor disepakati sebagai suatu bagian integral dalam proses psikoterapi maupun konseling. Jadi, inti dari konseling dan psikoterapi adalah bantuan kepada klien melalui hubungan yang bersifat positif dan membangun.

(20)

B. Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi

 Konseling

1. Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.

2. Klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi orang yang ditangani tersebut.

3. Konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik yag dipakai lebih bersifat manusiawi.

4. Konseling lebih edukatif, suportif, berorientasi sadar dan berjangka pendek. 5. Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret.

 Psikoterapi

1. Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu.

2. Klien dianggap sebagai orang sakit mental dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,

3. Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya.

4. Psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang. 5. Psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan

berkembang terus.

Selain itu, banyak ahli yang mengemukakan perbedaan konseling dengan psikoterapi ditinjau dari berbagai aspek, antara lain :

a. Dilihat dari problem-problemnya, Rosjidan membedakan bahwa konseling menyangkut hal-hal seperti : reality-oriented, situasional, lingkungan, spesifik, non-embeded dan kesadaran. Sedangkan psikoterapi menyangkut interpersonal, mendalam, umum, ganguan kepribadian, embeded dan unconseious. Mowrer membedakan bahwa konseling bertujuan membantu seeorang membebaskan diri dari konflik-konflik yang disadari. Sedangkan psikoterapi menyangkut konflik-konflik unconseious dan kecemasan neurotik.

(21)

pembedahan otak. Proses konseling lebih mengarah pada identifikasi dan kekuatan-kekuatan positif yang dimiliki klien, agar klien lebih maksimal dalam kehidupannya.

c. Corsini (1989), membedakan secara kuantitatif. Perbedaan disini adalah hanya dalam hal jumlah intervensi yang dilakukan saja. Lebih jelas perbedaan persentase waktu yang

digunakan antara konselor dan psikoterapis dalam aktivitas profesionalnya sebagaimana tabel berikut :

Proses Konseling (%) Psikoterapi (%)

Listening (Mendengarkan) 20 60

Questioning (Menanyakan) 15 10

Evaluating (Mengevaluasi) 5 5

Interpreting (Menginterpretasikan) 1 3

Supporting (Mendukung) 5 10

Explaining (Menjelaskan) 15 5

Informing (Memberitahu) 20 3

Advising (Menyarankan) 10 3

ordering (Menyuruh) 9 1

d. Dilihat dari tugas pokoknya, Orval H. Mowrer membedakan bahwa konseling memecahkan persoalan hidup kejiwaan yang masih pada tingkat normal, yang disebabkan oleh perasaan frustasi yang disadari oleh klien, sedangkan psikoterapi menyembuhkan perasaan cemas yang bersifat mendalam (neurotic anxiety) yang sumber penyebabnya adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang amat menekan dan tidak disadari oleh klien. e. Menurut Mappiare (dalam Hartosujono, 2004) ada sejumlah perbedaan psikoterapi dan

konseling dikemukakan sebagai berikut :

 Konseling merupakan bagian dari psikoterapi. Psikoterapi merupakan bagian

yang lebih luas dari pada konseling.

 Konseling lebih mengarah pada penyebab atau awal masalah. Selanjutnya

konseling lebih mengarah pada pengembangan-pendidikan-pencegahan. Berbeda dengan psikoterapi yang mengarah penyembuhan-penyesuaian-penyembuhan.

 Dasar konseling adalah filsafat manusia. Dasar dari psikoterapi adalah

(22)

f. Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan bahwa konseling ditandai dengan adanya terminologi seperti “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short-time”. Sedangkan psikoterapi ditandai dengan “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotic and other severe emotional problem and long-term”.

g. Pallone (1977) dan Patterson (1973) menyimpulkan perbedaan konseling dan psikoterapi yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut :

KONSELING PSIKOTERAPI

1. Klien 1. Pasien

2. Gangguan yang kurang serius 2. Gangguan yang serius

3. Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb 3. Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan

4. Berhubungan dengan pencegahan 4. Berhubungan dengan penyembuhan 5. Lingkungan pendidikan dan non

medis

5. Lingkungan medis

6. Berhubungan dengan kesadaran 6. Berhubungan dengan ketidaksadaran 7. Metode Pencegahan/preventif 7. Metode penyembuhan/kuratif

Jangka Pendek Jangka Panjang

Dari berbagai perbedaan dilihat dari berbagai aspek-aspeknya antara konseling dan psikoterapi, maka lebih jelasnya dapat disimpulkan sebagaimana tabel berikut :

(23)

6. Aktualisasi diri.

7. Mengubah KES T (Kehidupan Efektif Sehari-hari Terganggu) menjadi KES (Kehidupan Efektif Sehari-hari).

Proses

1. Wawancara konseling sebagai alat utama.

2. Mencapai KES (Kehidupan Efektif Sehari-hari).

(24)

lain Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behavioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making).

Sedangkan jika dilihat dari pelaksanaannya, baik konseling maupun psikoterapi, menggunakan landasan teori dari beberapa landasan filosofis tentang perilaku. Namun, psikoterapi membutuhkan langkah-langkah yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan konseling. Sementara jika dilihat dari landasan operasionalnya, konseling lebih didasarkan pada permasalahan-permasalahan pandangan hidup, permasalahan penyesuaian diri, lebih pada pelaksanaan bimbingan dan arahan melalui penanaman pengertian tentang falsafah hidup, pendidikan dan pemahaman lingkungan. Sedangkan psikoterapi didasarkan pada aspek-aspek psikopatologi, penyakit-penyakit kejiwaan yang lebih spesifik, dan membutuhkan langkah-langkah "pembedahan-jiwa" secara lebih spesifik. Konseling menyangkut permasalahan kejiwaan umum yang cenderung bersifat preventif, sedangkan psikoterapi sudah menyangkut permasalahan kejiwaan yang spesifik dan cenderung bersifat kuratif.

3.2 SARAN

Hendaknya para praktisi konseling maupun psikoterapi lebih jeli dalam membedakan antara ranah konseling dan psikoterapi sehingga tidak terjadi kekacauan dalam menentukan penanganan masalah individu. Dengan menelaah terlebih dahulu intensitas masalah klien, hendaknya konselor dan terapis lebih tepat dalam mengambil tindakan untuk individu yang mengalami masalah. Ada baiknya dalam menangani masalah individu terlebih dulu

menggunakan konseling, jika masalah-masalah individu tersebut tidak mampu terpecahkan, maka dapat dialihtangankan pada proses psikoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

Nashruddin Hilmi, M.Pd.I.. 2012. Pengertian Bimbingan Psikologi; Bimbingan, Konseling dan Psikoterapi. http://nashruddinhilmi.blogspot.com/2012/01/pengertian-bimbingan- psikologi.html. 30 November 2013.

(25)

Sani. 2012. Perbedaan Bimbingan, Konseling, dan Psikoterapi.http://counseling4human. blogspot.com/2012/07/perbedaan-bimbingan-konseling-dan.html. 30 November 2013.

Aprilia Maharani. 2013. Perbedaan Psikoterapi dengan Konseling. http://cikucikulucu . blogspot.com/2013/05/perbedaan-psikoterapi-dengan-konseling.html. 30 November 2013.

Meita. 2013. Perbedaan antara Konseling dengan Psikoterapi. http://meitadwi.blogspot .com/2013/03/perbedaan-antara-konseling-dengan.html. 30 November 2013.

Puspa Ken Nisa. 2013. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi . http://keensdiary.blogspot .com/2013/03/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi.html. 30 November 2013.

Putri April. 2013. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi. http://putriapril.wordpress.com/ 2013/05/07/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi/. 30 November 2013.

Yesi Mariati. 2013. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi. http://yesimariati.blogspot.com / 2013/04/persamaan-dan-perbedaan-konseling-dan.html. 30 November 2013.

Akhmad Harum. __________. Konseling,Definisi Konseling,Konseling dan Psikoterapi dan Profesi yang Berkaitan.http://bukunnq.wordpress.com/konselingdefinisi-konseling konseling-dan-psikoterapi-dan-profesi-yang-berkaitan/. 30 November 2013.

__________. 2009. Pengertian, Objek, Persamaan dan Perbedaan Konseling dan Psikoterapi http://makalahkitasemua.blogspot.com/2009/10/pengertian-objek-persamaan- dan.html. 30 November 2013.

Gambar

tabel berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Konseling Mahasiswa di Perguruan tinggi adalah suatu kebutuhan akan bantuan psikologis yang diberikan oleh seorang profesional yang memiliki keahlian dan kewenangan

Dalam konteks ini, tujuan pelayanan bimbingan konseling adalah membantu individu (siswa) agar mampu mewujudkan diri secara baik di tengah-tengah lingkungannnya. Setiap

1) Gienn e. Smith, dalam Shertzer and Stone, 1978: 18, konseling adalah proses dalam mana konselor membantu klien membuat interpretasi- interpretasi tentang

Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman

Jadi pemahaman konselor terhadap implementasi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013 adalah seseorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan

Surya yang dikutip Dewa Ketut Sukardi, dalam buku Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 2000:20, bahwa: “Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang

Tujuan Umum Bimbingan Konseling Prayitno dan Erman Amti 2004:114 mengemukakan bahwa tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara

LATAR BELAKANG Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita, mengingat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan