• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Filsafat Yunani dengan Filsafa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbedaan Filsafat Yunani dengan Filsafa"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

FILSAFAT UMUM

Perbedaan Filsafat Yunani dan Filsafat Islam

Diajukan sebagai Pemenuhan Tugas dan Pemenuhan Nilai Akademik

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

Putri Nur Jahara Binti Azhar (10020213001)

Ahmad Fadhil Arispen (10020213002)

Sofyan Nuryahya (10020213003)

Lisna Riski Aprianita (10020213004)

FAKULTAS DAKWAH

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG (UNISBA)

Jl.Rangga Gading No. 08 Bandung

(2)

KATA PENGANTAR

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sebagai seorang dari hambanya yang selalu berada dalam kasih sayang-Nya dan tidak lupa pula shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen serta teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makah ini, sehingga kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaannya. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Bandung, 10 Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI... 2

BAB 1... 3

PENDAHULUAN... 3

1.1 Latar Belakang Penulisan...3

1.2 Rumusan Penulisan... 4

1.3 Tujuan Penulisan... 5

1.4 Manfaat Penulisan... 5

BAB 2... 6

PEMBAHASAN... 6

2.1 Pengertian Filsafat Menurut Yunani dan Islam...6

2.2 Sejarah Singkat Lahirnya Filsafat Yunani dan Islam...6

2.3 Tokoh – tokoh Filsafat Yunani dan Islam...8

2.4 Karakteristik Filsafat Yunani dan Islam...16

2.5 Perbedaan antara Filsafat Yunani dan Islam...21

BAB 3... 23

PENUTUP... 23

3.1 Kesimpulan... 23

3.2 Kritik... 23

3.3 Saran... 24

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Filsafat merupakan suatu ilmu yang telah lama ada sebelum adanya ilmu-ilmu murni dan ilmu terapan lainnya. Filsafat, suatu ilmu yang berasal dari sebuah pemikiran sederhana yang dikembangkan melalui metode yang mungkin bagi sebagian masyarakat dianggap rumit dan membuat seseorang yang mempelajari ilmu iniakan merasa seperti membuang waktu dan tenaga hanya untuk mempelajari sebuah pemikiran yang pasti ada dalam setiap benak manusia.

Namun, filsafat adalah ilmu yang sangat berguna dan juga dibutuhkan pada zaman seperti zaman abad ke-21 kini. Banyak sekali orang yang telah mempelajari ilmu ini namun pada akhirnya salah menginterpretasikan apa yang sebenarnya benar dan mana yang salah. Filsafat muncul karena untuk mempertanyakan apa yang terlintas di benak manusia. Namun, ada kalanya filsafat pun tidak dapat menembus rongga suatu pemikiran yang bentuknya sangat abstrak secara keseluruhan seperti masalah keTuhanan.

Dan banyak sekali pemahaman yang justru menjauhkan diri seorang manusia dari Tuhan setelah mempelajari ilmu ini. Padahal, pada hakikatnya ilmu filsafat dan Tuhan, tidak dapat dipisahkan begitu saja. Karena, ilmu ini bukanlah sesuatu ilmu yang bersifat doktrin yang tidak dapat diubah. Ilmu filsafat ini masih mengalami perkembangan, sehingga setiap pemikiran baru harus dapat dimengerti dan juga diterima oleh seseorang. Namun, belum tentu kita dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan apabila kesimpulan filsafat yang ada bertolak belakang dengan prinsip yang ada dalam diri kita sebagai manusia yang beragama.

(5)

Filsafat, memiliki alur pemikiran yang berbeda ketika ia berasal dari wilayah yang berbeda pula. Filsafat barat, tentu sangat bertolak belakang dari filsafat timur mengenai masalah keTuhanan dan juga dalam etika. Namun, tak dapat dipungkiri pula bahwa ada kesamaan diantara keduanya yang mungkin dapat melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing filsafat tersebut. Bila ada persamaan, pasti tentulah ada yang namanya perbedaan. Karena berasal dari wilayah yang berseberangan, filsafat barat dan filsafat timur lahir dengan cara yang berbeda dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda pula.

Hal inilah yang melatar belakangi adanya penulisan dan penyusunan makalah ini. Dengan adanya perbedaan antara filsafat barat dan filsafat timur, akan lebih mudah kita mengambil dan mengkombinasikan antara kedua filsafat ini yang tentu nantinya akan bisa bermanfaat bagi kehidupan. Dengan mengambil dua contoh filsafat untuk diperbandingkan, yaitu filsafat dari Yunani sebagai filsafat yang berasal dari wilayah barat, dan filsafat dari Islam yang berasal dari wilayah timur, diharapkan perbedaan yang ada dapat membuka jendela wawasan kita untuk tidak memandang filsafat hanya dari satu sisi yang ada.

1.2 Rumusan Penulisan

Adapun dalam penulisan makalah ini kami ingin menyajikan beberapa rumusan yang dapat mencakup materi yang akan kami bahas dan kupas di dalam makalah kami ini, diantara rumusan tersebut adalah :

1) Apa itu filsafat menurut Yunani dan Islam?

2) Bagaimanakah sejarah singkat munculnya filsafat di Yunani dan Islam?

3) Siapakah tokoh-tokoh filsafat yang terkenal diantara Yunani dan Islam!

4) Bagaimanakah karakteristik filsafat keduanya?

5) Apa yang membedakan antara filsafat Yunani dan filsafat Islam?

(6)

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari disusun dan ditulisnya makalah ini antara lain, yang pertama sebagai persyaratan pemenuhan nilai akademik yang harus dan mesti kami penuhi sebagai mahasiswa. Dan juga sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa yang lain untuk dapat mengaplikasikan isi dari pembahasan makalah kami ini dalam kehidupan sehari-hari yang sekiaranya dapat berpengaruh di dalam masyarakat yang luas.

Dan pada intinya, kami sebagai penulis menginginkan makalah kami ini berguna baik di dunia ini sebagai sebuah pengetahuan yang begitu berharga yang dapat berguna dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, dan juga untuk di akhirat nanti sebagai media pengamalan ilmu yang akan selalu dapat mengalirkan kebaikan kepada sang pengamal ilmu yang kami susun dalam makalah ini.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah yang kami susun dan kami tulis ini memiliki dua manfaat secara garis besar. Yaitu, manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat teoritis adalah manfaat yang berpengaruh kepada diri seseorang dari segi akademika. Sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang dapat diaplikasikan menjadi sebuah tindakan yang berguna bagi diri ataupun masyarakat.

(7)

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Menurut Yunani dan Islam

a) Filsafat menurut Yunani

Secara etimologis1, berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia. Sebuah kata

majemuk yang berasal dari kata philos yang artinya cinta atau suka, dan kata shopia yang artinya bijaksana.

Secara terminologis2, menurut Aristoteles3 mengatakan, bahwa filsafat adalah ilmu

yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu lain seperti, metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

b) Filsafat menurut Islam

Secara etimologis, berasal dari bahasa Arab, yaitu Falsafah.

Secara terminologis, menurut Al-Farabi4 seorang filsuf muslim mengatakan bahwa

filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

2.2 Sejarah Singkat Lahirnya Filsafat Yunani dan Islam

a) Yunani

Orang-orang Yunani dulu kala mempunyai banyak cerita dan dongeng takhayul. Mitos-mitos tersebut betapa pun jauh dari kebenaran rasional, tetapi sudah merupakan percobaan untuk mengerti tentang rahasia alam ini. Mitos-mitos tersebut telah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam hati mereka. Melalui mitos-mitos

1 Pengertian (makna) suatu kata secara kebahasaan. 2 Pengertian (makna) kata secara istilah (pemaparan). 3 (384 SM-322 SM)

(8)

itulah manusia mencari keterangan-keterangan tentang asal-usul alam semesta yang biasanya disebut dengan mitos kosmogonis, dan keterangan-keterangan tersebut diperoleh tanpa bimbingan rasional.

Pada abad ke-6 SM mulai berkembang di Yunani suatu sikap baru, dimana orang mulai mencari jawaban-jawaban tentang rahasia-rahasia alam semesta. Rasio mulai menggantikan mitos-mitos yang ada, dan logika menggantikan legenda-legenda. Dengan demikian, lahirlah filsafat Yunani, di mana mereka tidak mencari-cari lagi keterangan-keterangan tentang alam semesta ini dalam cerita-cerita mitos, tetapi mereka mulai berpikir sendiri, untuk memperoleh keterangan-keterangan yang memungkinkan mereka mengerti kejadian-kejadian dalam alam ini. Perubahan sikap baru yang rasional tersebut, kemungkinannya dipengaruhi oleh penrkembangan ilmu-ilmu pengetahuan di wilayah Timur Kuno. Dikarenakan banyak orang-orang Yunani yang mempelajari ilmu-ilmu, seperti ilmu ukur, ilmu hitung, dan astronomi dari bangsa Mesir dan Babilonia. (Roger Garudi, Janji-janji Islam, terjemahan Prof.H.M.Rasyidi, Jakarta:Bulan Bintang, hal. 11-47)

Oleh karena itu, filsafat bagi orang Yunani pada masa itu bukan merupakan ilmu pengetahuan yang lainnya, melainkan meliputi segala pengetahuan yang ada. Dan filsafat ini menjadikan orang-orang Yunani saat itu istimewa karena mereka mencari pengetahuan semata-mata untuk mengetahuinya saja, dan mencintai pengetahuan dengan segenap hati mereka, tanpa mengharap keuntungan darinya.

b) Islam

Filsafat Islam pada dasarnya adalah perbincangan tentang tuntunan kehidupan yang baik dan pengabdian kepada Allah SWT, dan bersumberkan agama. Filsafat Islam dapat kita temukan pada pemikiran-pemikiran Ibnu Sina,5 juga pada pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd.6

Mereka dikenal sebagai dua tokoh utama filsafat Islam. Namun tidak hanya kedua pemikir ini saja, Islam memiliki sejumlah filosof karena berani mengemukakan pemikiran yang berbeda dengan yang ada sebelumnya. Khususnya dengan para penyebar agama Islam yang berpikir dalam nuansa Islam.

Para pemikir Islam yang tidak terlalu menempatkan diri sebagai imam masjid, adalah mereka yang berhasil mengungkap lebih dalam dan lengkap filsafat Yunani dibandng para

5 (370 H-428 H / 980 M-1036 M) Avicenna merupakan nama yang digunakan masyarakat Barat untuk menyebut namanya.

(9)

filosof Barat. Sebelum pemikir Islam menyebar, Aristoteles hanya dikenal sebagai Bapak Logika melalui buku yang berjudul “Organon”.7 Sementara itu, para pemikir Islam telah

menerjemahkan dan meyebarkan banyak sekali filsafat Yunani, jauh lebih banyak daripada yang disebarkan pemikir Barat.

Tetapi setelah Al-Ghazali, yaitu seorang imam besar Islam, mengeritik keras filsafat Islam atau pemikiran para filosof Islam maka filsafat Islam menjadi kurang bersinar. Hal ini disebabkan karena secara khas antara filsafat dan agama terdapat perbedaan yang mendasar. Dapat dikatakan bahwa filsafat semata-mata didasari oleh akal, sedangkan agama didasari oleh keyakinan yang mendalam atas kebenaran sehingga bersifat dogmatis. Filsafat Islam secara khas merupakan pemikiran yang berada dalam suasana keyakinan, atau gabungan akal dan keyakinan.

Namun, hal ini bukan berarti bahwa Islam tidak tumbuh dalam perkembangan filsafat, bukti bahwa munculnya Al-Kindi8 dan Al-Farabi9 sebagai filosof atau pemikir Islam yang

besar yang sangat dihormati dunia menunjukkan bahwa filsafat Islam berkembang dan menghasilkan para filosof yang tak kalah dari filosof-filosof Barat.

2.3 Tokoh – tokoh Filsafat Yunani dan Islam

a) Tokoh-tokoh Filsafat Yunani

Thales

Thales (624-546 SM), orang Miletus itu digelari bapak filsafat, karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar; what is the nature of the world stuff ? (apa sebenarnya bahan alam semesta ini ?) Ia menjawab air. Jawaban ini amat sederhana dan belum tuntas. Belum tuntas karena dari apa

air itu ? Thales mengambil air sebagai asal alam semesta, barang kali karena ia melihat sebagai suatu yang amat diperlukan dalam kehidupan dan menurut pendapatnya bumi ini mengapung di atas air (Ahmad Tafsir, 1990:41).

7 Organon merupakan buku yang disusun oleh murid-murid Aristoteles di lembaga pendidikan Lyceum. Dimana lembaga ini dibangun oleh gurunya yaitu Plato.

(10)

Anaximander

Anaximander disebut murid Thales. Ia hidup kira-kira antara tahun 610 SM dan tahun 540 SM. (K. Bartens, 1988:28). Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Anaximander mengatakan udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan, demikian alasannya (Ahmad Tafsir, 1990:4).

Heraclitus

Heraclitus (544 – 484 SM) menyatakan You can not step twice to the river, for the fresh waters are ever flowing upon you (Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu mengalir).

Menurut Heraclitus, alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak memahami kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis, kosmos tidak pernah dalam keadaan berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah.

Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan. Itulah sebabnya ia pada konklusi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan (stuff)nya seperti yang dipertanyakan oleh filosof pertama itu, melainkan prosesnya. Pernyataan “semua mengalir” berarti semua berubah menjadi bukanlah pernyataan yang sederhana. Implikasi pernyataan ini amat hebat. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4, besok dapat bukan empat (Ahmad Tafsir, 1990 : 41-42).

Parmanides

Parmanides (450 SM) dalam the way of the truth, ia bertanya : Apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas ? Bagaimana hal itu dapat dipahami ? Ia menjawab ukurannya ialah logika yang konsisten. Perhatikanlah contoh berikut : Ada tiga cara berfikir tentang Tuhan ; 1. ada, 2. tidak ada, dan 3. ada dan tidak ada. Yang benar adalah ada (1). Tidak mungkin meyakini yang tidak ada (2) sebagai dua karena yang tidak ada pastilah tidak ada. Yang ketiga pun tidak mungkin, karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada.

Zeno

(11)

- Anda tidak pernah mencapai garis finis dalam suatu balapan. Untuk mencapai garis finis itu mula-mula anda harus menempuh separuh jarak, lalu setengah dari separuh jarak, kemudian setengah dari sisa, dan kerja anda selanjutnya ialah menghabiskan sisa yang tidak pernah akan habis. Anda tidak pernah mencapai garis finis, padahal secara empiris anda telah lama mencapai garis finis itu.

- Anak panah yang meluncur dari busurnya, apakah bergerak atau diam ? Diam ialah bila suatu benda pada suatu saat berada pada suatu tempat. Anak panah itu setiap saat berada di suatu tempat. Jadi anak panah itu diam. Ini khas logika. Padahal mata kita jelas-jelas menyaksikan bahwa anak panah itu bergerak dengan cepat. Siapa yang benar ? Yang mengatakan bergerak atau yang mengatakan diam ? Itu relatif kedua-duanya benar, bergantung pada cara pembuktiannya. (Ahmad Tafsir, 1990:43).

Protagoras

Ia mengatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Kebenaran itu bersifat pribadi (private). Akibatnya ialah tidak akan ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika maupun agama. Bahkan teori-teori metafisika tidak juga dianggapnya mempunyai kebenaran yang absolut.

Gorgias

Pandangan filsafatnya, dia mengajukan tiga proporsi sebagai kesimpulan falsafah dirinya yaitu :

Pertama, tidak ada yang ada, maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada. Kita harus mengatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tidak dicipta.

Kedua, akal tidak mampu meyakinkan kita tentang bahan alam semesta ini, karena kita telah dikungkung oleh dilema subyektif. Orang berfikir sesuai dengan kemauan dengan idea kita yang sesuai dengan fenomena. Karena demikian maka proses ini tidak akan menghasilkan kebenaran.

Ketiga, ia menegaskan; sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, namun tidak akan dapat diberitahukan kepada orang lain.

(12)

Socrates (469-399 SM) terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur dan adil. Socrates banyak mendapat simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia kurang disenangi karena dituduh sebagai perusak moral dan menolak dewa-dewa atau tuhan yang telah diakui negara.

Atas tuduhannya tersebut dia menulis naskah yang berjudul apologi, termasuk salah satu bahan penting untuk mengetahui sejarah Socrates. Dalam pengadilan dia dinyatakan bersalah dengan suara 200 dan 220 melawan. Ia dituntut hukuman mati (Ahmad Syadali, Mudakir, 1999:61).

Menurut Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung kepada satu atau kita. Untuk mencapai kebenaran obyektif menggunakan metode dialektika yang berarti bercakap-cakap atau dialog. Juga dengan ajarannya tentang ilmu kebijakan (filsafat etika) atau kesusilaan dengan logika sebagai dasar untuk membahasnya.

Dari metode dialektiknya ia menemukan dan penemuan metode yang lain induksi dan definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkannya dengan pengertian yang umum. Pengertian yang umum diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang sama (umum) dari masing-masing kasus khusus dan ciri-ciri khusus yang tidak disetujui bersama adalah disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi dan semua ciri khusus itu dinamakan ciri eksistensi. Suatu definisi disebut dengan menyebutkan semua ciri esensi suatu obyek dengan menyisihkan semua ciri eksistensinya. Demikianlah jalan untuk memperoleh definisi tentang suatu persoalan.

Plato

Plato (427-347 SM) lahir di Athena, salah seorang murid dan teman Socrates. Ia menggunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun kebenaran umum (definisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates, pengertian umum (definisi) menurut Plato sudah tersedia di sana di dalam idea (Ahmad Syadali, Mudzakir, 1999 : 69-70).

Pendapat Plato ini, jelas memperkuat posisi gurunya. Idea itu umum, berarti berlaku umum. Plato juga berpendapat bahwa selain kebenaran yang umum itu ada kebenaran yang khusus yaitu “kongkretisasi” idea di alam ini (Ahmad Tafsir, 1990:51).

(13)

Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stagina sebuah kota di Thirace. Ia adalah teman dan murid Plato. Di dalam dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai bapak logika. Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut logika modern. Logika Aristoteles sering juga disebut logika formal (Ahmad Tafsir, 1990:52).

Bila orang-orang sofis banyak menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam metaphysic menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Ia menyatakan bahwa matter dan form tu bersatu. Matter memberikan substansi sesuatu, form memberikan pembungkusnya. Setiap obyek terdiri atas matter dan form.

Jadi, ia telah mengatasi dualisme Plato yang memiahkan matter dan form, bagi Plato matter dan form berada sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form itu aktualitas. Namun ada substansi yang murni, form tanpa potentiality, jadi tanpa matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya kepada adanya Tuhan. Bukti adanya Tuhan menurutnya ialah Tuhan sebagai penyebab gerak (a first cause of motion) (Ahmad Syadali Mudzakir, 1999 : 73-74)

b) Tokoh-tokoh Filsafat Islam

Al-Kindi

Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H dari keluarga kaya dan terhormat. Ayahnya, Ishaq ibnu Al- Shabbah, adalah gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Ar-Rasyid. Al-kindi sendiri mengalami masa pemerintahan lima khalifah Bani Abbas, yakni Al-Amin, Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, Al- Wasiq, dan Al-Mutawakkil.

Dalam hal pendidikan Al-Kindi pindah dari Kufah ke Basrah, sebuah pusat studi bahasa dan teologi Islam. Dan ia pernah menetap di Baghdad, ibukota kerajaan Bani Abbas, yang juga sebagai jantung kehidupan intelektual pada masa itu. Ia sangat tekun mempelajari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu tidak heran jika ia dapat menguasai ilmu astronomi,ilmu ukur, ilmu alam, astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik meteorologi,, optika, kedokteran, matematika, filsafat, dan politik. Penguasaannya terhadap filsafat dan ilmu lainnya telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab dalam jajaran filosof terkemuka. Karena itu pulalah ia dinilai pantas menyandang gelar Faiasuf al-‘Arab ( filosof berkebangsaan Arab).

(14)

Nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh. Dikalangan orang-orang latin abad tengah, Al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr. Ia lahir di Wasij, Distrik Farab (sekarang kota Atrar), Turkistan pada 257 H. Pada tahun 330 H, ia pindah ke Damaskus dan berkenalan dengan Saif al-Daulah al-Hamdan, sultan dinasti Hamdan di Allepo. Sultan memberinya kedudukan sebagai seorang ulama istana dengan tunjangan yang sangat besar, tetapi Al-Farabi memilih hidup sederhana dan tidak tertarik dengan kemewahan dan kekayaan. Al-Farabi dikenal sebagai filsuf Islam terbesar, memiliki keahlian dalam banyak bidang keilmuan dan memandang filsafat secara utuh dan menyeluruh serta mengupasnya secara sempurna, sehingga filsuf yang datang sesudahnya, seperti Ibnu Sina dan Ibn Rusyd banyak mengambil dan mengupas sistem filsafatnya.

Ibnu Sina

Nama lengkapnya Abu Ali al- Husien ibn Abdullah ibn Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia dilahirkan didesa Afsyanah, dekat Buhkara, Persia Utara pada 370 H. Ia mempunyai kecerdasan dan ingatan yang luar biasa sehingga dalam usia 10 tahun telah mampu menghafal Al-Qur’an, sebagian besar sastra Arab dan juga hafal kitab metafisika karangan Aristoteles setelah dibacanya empat puluh kali. Pada usia 16 tahun ia telah banyak menguasai ilmu pengetahuan, sastra arab, fikih, ilmu hitung, ilmu ukur, filsafat dan bahkan ilmu kedokteran dipelajarinnya sendiri.

Al-Razi

Nama lengkap al-razi adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Razi. Dalam wacana keilmuan barat, beliau dikenal dengan sebutan Razhes. Ia dilahirkan di Rayy, sebuah kota tua yang masa lalu bernama Rhoges, dekat Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 H/865 M. Perlu diingat bahwasanya tempat yang ia tinggali yakni Iran ,yang sebelumnya terkenal dengan sebutan Persia, merupakan tempat dimana terjadinya pertemuan berbagai kebudayaan terutama kebudayaan Yunani dan Persia. Dengan suasana seperti lingkungan seperti ini mendorong bakat Al-Razi tampil sebagai seorang intelektual.

(15)

Ibn arabi

Sesuatu kekeliruan yang diperbuat oleh perang-perang barat dan Timur mengalami sejara hidup ibn arabi arab dan Al-robad.

Yang pertama, jaitu ibn Arabi ialah pribadi yang kita bicarakab dalam buku ini, seorang tokoh filsafat agama serta tasawwuf yang termasuku adalajvy panjipa ilmu kebatinan . ada oun yang kedua ada yaitu orang Qadhi dan seseorang akhl hukum yang pernah menjabad perkejaan qadhil itu di seville di sepanyol atau di andalusia bernama lengkap Abu Bakar ibn-Al-arobi. Ibn arobi sebagai tokoh filsafat dan tasawwuf yang kita bicarakan sekarang bernama Muhjddin Muhammad bin Ali bin muahmmad bin Ahmad al_hatimi lahir di Murcia di spanyol atau andalusia. Sebagai kita katakan di barat ia terkenal dengan nama ibn Al-Arabi suatu nama yang keliru dan di andalusia ia di sebut ibn Suraqah sedangkan di timur ia didaerah abbasiyah ia di sebut arabi.

Ibnu Miskawaih

Nama lengkap Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ya’kub ibnu Miskawaih. Ia dilahirkan di kota Rayy, Iran pada tahun 330 H/ 941 M dan wafat di asfahan pada tanggal 9 Shafar 421 H/ 16 Februari 1030 M. Dari buku yang kami dapatkan, tidak ada penjelasan yang sangat rinci mengungkapkan biograpinya. Namun, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan, bahwa ibnu miskawaih belajar sejarah terutama Taarikh al-Thabari kepada Abu Bakar Ibnu Kamil Al-Qadhi dan belajar filsafat kepada Ibnu Al-Khammar, mufasir kenamaan karya-karya aristoteles.

Al-Ghazali

(16)

dan adab kesopanan, kemudian autobiografi. Sebagian besar dari buku-buku tersebut diatas dalam bahasa Arab dan yang lain ditulisnya dalam bahasa Persia.

Ibnu Bajah

Ia adalah Abubakar Muhammad bin Yahya, yang terkenal dengan sebutan Ibnus-Shaigh atau Ibnu Bajah. Orang-orang Eropa pada abad-abad pertengahan menamai Ibnu Bajah dengan “Avempace”, sebagaimana mereka menyebut nama-nama Ibnu Sina, Ibnu Gaberol, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd, masing-masing dengan nama Avicenna, Avicebron, Abubacer, dan Averroes.

Ibnu Thufail

Ia adalah Abubakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail, dilahirkan di Wadi Asy dekat Granada, pada tahun 506 H/1110 M. kegiatan ilmiahnya meliputi kedokteran, kesusasteraan, matematika dan filsafat. Ia menjadi dokter di kota tersbut dan berulangkali menjadi penulis penguasa negerinya. Setelah terkenal, ia menjadi dokter pribadi Abu Ya’kub Yusuf al-Mansur, khalifah kedua daru daulah Muwahhidin. Dari al-Mansur ia memperoleh kedudukan yang tinggi dan dapat mengumpulkan orang-orang pada masanya di istana Khalifah itu, di antaranya ialah Ibnu Rusyd yang diundang untuk mengulas buku-buku karangan Aristoteles. Buku-buku biografi menyebutkan beberapa karangan dari Ibnu Thufail yang menyangkut beberapa lapangan filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika, kejiwaan dan sebagainya, disamping risalah-risalah (surat-surat) kiriman kepada Ibnu Rusyd.

Ibnu Rusyd

Nama asli dari Ibnu Rusyd adalah Abu Al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Rusyd, beliau dilahirkan di Cordova, Andalus10 pada tahun 510 H/ 1126 M,

15 tahun setelah kematiannya Imam Ghazali. Di dunia barat dia lebih terkenal dengan sebutan Averros, sedang di dunia islam sendiri lebih terkenal dengan nama Ibnu Rusyd. Ibnu

Rusyd adalah keturunan keluarga terhormat yang terkenal sebagai tokoh keilmuwan, sedang ayah dan kakeknya adalah mantan hakim di andalus. Pada tahun 565 H/ 1169 M dia diangkat menjadi seorang hakim di Seville dan Cordova. Dan pada tahun 1173 ia menjadi ketua mahkamah agung, Qadhi al-Qudhat di Cordova.

(17)

Salah satu faktor yang membuatnya menjadi seorang ilmuwan adalah karena dia tumbuh dan hidup dalam keluarga yang Ghirah-nya11 besar sekali dalam bidang keilmuwan.

Akan tetapi yang menjadi faktor utamanya karena ketajamannya dalam berpikir serta kejeniusan otaknya. Dengan semua faktor-faktor di atas, tidaklah heran apabila dia menjadi seorang ilmuwan Muslim yang terkemuka.

2.4 Karakteristik Filsafat Yunani dan Islam

a) Karakteristik Filsafat Yunani

Filsafat memiliki beberapa ciri ciri, sebagai berikut:

1. Skematika konsepsial

Konsepsi (rencana kerja) merupakan hasil generalisasi serta abstrak dari pengalaman tentang hal hal serta proses proses satu demi satu. Karena itu filsafat merupakan pemikiran tentang hal hal seta proses proses dalam hubungan yang umum. Diantara proses proses yang dibicarakan ialah pemikiran itu sendiri. Dan diantara hal hal yang dipikirkan ialah si pemikir itu sendiri. Filsafat merupakan hasil menjadi –sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri sebagai pemikir, dan menjadi – kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam dunia yang dipikirkannya.

Sebagai konsekuensinya, seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada disekitarnya serta dunia yang ada di dalam dirinya. Ia tidak hanya ingin mengetahui hakekat kenyataan dan ukuran ukuran untuk melakukan verifikasi terhadap pernyataan pernyataan mengenai segala sesuatu ,melainkan ia berusaha menemukan kaidah kaidah berpikir itu sendiri. Bila manakah suatu pemikiran itu membawa kita kepada kesimpulan yang sah, dan bagai manakah caranya serta mengapa membawa kita kepada kesimpulan yang sah ?

2. Koheren

Pemikiran filsafat merupakan suatu usaha perenumgan/refleksi kritis-rasional yang runtut dan mendalam terhadap suatu hal atau suatu obyek yang dipikirkan oleh akal budi. Orang bukan berpikir asal-asalan atau berpikir setengah hati saja. Dalam proses berpikir ini, orang perlu mengerahkan seluruh pikiranya secara fokus, terarah, terorientasi,terkonsentrasi

(18)

pada obyek yang dipikirkan agar mencapai hasil akhir pemikiran yang benar secara filosofis. Pemikiran yang serius tidak mampu menemukan ide filosofis yang mencerahkan dirinya.

3. Rasional

Istilah atau kosakata “rasional” berarti logis, masuk akal, dan dapat dimengerti atau diterima secara akal sehat. Pemikiran yang logis berarti pemikiran yang berhubungan satu sama lain, utuh, tidak terpisah-pisah, tidak frakmentaris, tidak terpotong-potong. Pemikiran rasional kontra terhadap segala hal yang irasional dalam kehidupan karena berfilsafat mengandalkan rasio sebagai alat analisinya. Filsafat menolak segala hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip rasionalitas yang benar.

4. Menyeluruh/holistic

Holistik berarti obyek pemikiran kita harus berhubungan erat dengan seluruh tatanan yang ada (esse). Segala sesuatu yang dapat dipikirkan termasuk dalam pemikiran filsafat. Jadi, obyeknya bisa berupa apa saja dan segala entitas (substansi) apa saja sejauh itu dapat dipikirkan oleh akal budi. Segala sesuatu yang dapat dipikirkan dapat menjadi data/hal menarik untuk direfleksikan secara menyeluruh oleh filsafat, termasuk didalamnya refleksi tentang diri kita sendiri sebagai manusia kini dan disini.

5. Memberi visi

Filsafat juga berciri visioner.filsafat tampil dalam paradigm pandangan/ pemikiran/ visi terhadap suatu kenyataan dunia dan diri kita sendiri. Kita tidak mungkin memiliki pandangan terhadap sesuatu jika kita tidak dapat berefleksi secara benar terhadapnya. Hanya orang yang merenung/berefleksi secara benar yang akan mampu menghasilkan ide-ide cermelang tentang dunia dan manusia. Orang yang dapat memberikan pandangan dunia dan dirinya itu sudah termasuk dalam pemikiran filosofis. (kattsoff,2004: hlm. 9-14)

b) Karakteristik Filsafat Islam

Filsafat Islam memiliki cirinya (karakteristik) secara khusus yaitu :

1. Sebagai filsafat religious-spiritual

(19)

dengan mengesakan Tuhan dan menganalisa secara universal kemudian menggambarkan Allah Yang maha Agung adlah bersifat abstrak dan suci, dimana keesaan mutlak dan kesempurnaan total bagi-Nya. Karena Ia adalah pencipta, menciptakan alam sejak azali mrngatur dan menatanya. Filsafat religious ini sangat memberikan perhatian kepada jiwa karena di dalam jiwa manusia terdapat Nur dan Ilahi.Filosof Islam berpendapat bahwa ruh merupakan sumber gerak dan sebagian saran kebahagiaaan.

2. Sebagai filsafat rasional

Filsafat rasional sangat bertumpu pada akal dalam menafsirkan problematika ketuhanan, manusia dan alam.Karena akal merupakan sesuatu pertama yang diciptakan Allah.Terdapat 2 tugas akal.Pertama bertugas mengendalikan badan dan tingkah laku, kedua, menerima pandangan-pandangan inderawi.Pada kenyataannya para filosof Islam memiliki kecenderungan rasional sejalan dengan Mu1tazilah yang mengagungkan akal.Mereka sepakat bahwa kebebasan berkehendak dan kemerdekaan manusia untuk berbuat.Mereka mengartikan teks-teks agama yang tidak sejalan dengan logika. Dan untuk mewujudkan itu, mereka mengadakan berbagai jenis majelis dan diskusi

3. Filsafat sinkretis

Adalah filsafat yang memadukan pemikiran atau pendapat antara filosof. Sebagaimana bangsa Arab yang sebagian besar telah dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani, dalam filosofi mereka setelah menaklukkan Laut Tengah mereka tidak hanya mempelajari bahkan menterjemahkan dialog dan buku atau karya dari Plato dan Aristoteles. Kedua tokoh inilah yang mempengaruhi banyak aliran islam karena Ia merupakan titik awal yang melandasi para filosof selanjutnya.

4. Filsafat yang berhubungan kuat dengan ilmu pengetahuan

(20)

Tampilnya filsafat Islam di arena pemikiran merupakan hasil interaksi agama Islam dengan faktor ekstern.Faktor ekstern yang dimaksud adalah budaya dan tradisi non Islam yang sepanjang sejarah diwakili oleh Eropa dibelahan Barat, serta India, Iran, dan Cina di belahan Timur.

Kalau kita lacak dalan khazanah Islam, buku-buku yang menguraikan ihwal filsafat Islam, memang sudah cukup banyak ditulis.Akan tetapi hampir selalu saja terkesan adanya beberapa aspek yang terasa kurang puas.Akhirnya, setiap karya seperti itu memuat daftar panjang istilah-istilah filsafat Islam yang patut di dihargai dan harus apresiasi secara mendalam.

Haidar Bagir tidak mau ketinggalan, ia pernah menghadirkan sebuah karya yang dijuduli “Buku Saku Filsafat Islam” (2005), yang sekalipun dinamai “saku” namun buku tersebut cukup memadahi untuk mengantarkan kita memahami filsafat Islam secara holistik. Islam sebagai sebuah sumber peradaban, dipandang ikut meletakkan “prosesi batu pertama” bangunan budaya dan peradaban modern yang saat ini berkembang pesat di Barat. Di abad pertengahan itulah Islam merupakan juru ‘penyelamat’ bagi peradaban Yunani, Persia dan Romawi dengan cara menerjemahkannya ke dalam bahasa dan tradisi Islam.

Kemajuan Islam era pertengahan tidak saja mewarisi pengetahuan Yunani-Romawi, akan tetapi telah memodifikasi dan menyempurnakan pengetahuan sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil usaha kreatif cendikiawan muslim seperti Kindi, Ibn Sina, al-Farabi, al-Razi dan setelahnya, selain mengadopsi kekayaan pengetahuan mereka, juga melahirkan teori dan pengetahuan orisinil yang sama sekali baru.

Peradaban Yunani, Persia dan Romawi jelas menyumbangkan peradaban yang sangat berharga bagi Islam.Peradaban Zoroastrian (Sassanian) telah mencapai puncak renaisan kebudayaannya pada abad ke enam, sebelum Islam datang di tanah Arab.Hal ini yang kemudian menjadi pembawa obor bagi peradaban Barat, bersama-sama membawa sebuah sinkronisme kreatif baru pemikiran ilmiah dan filosofis Yunani, Hebrew, India (Hindu), Syirian, dan Zoroaster.

(21)

geografi, bahkan teologi dan sastra, adalah kontribusi pemikir dan cendikiawan Persia yang pada permulaan Abad-abad Islam telah menulis dalam bahasa Arab dan atas nama Islam.

Filsafat Islam memiliki karakteristik sekaligus sebagai keunikan tersendiri.Setidaknya, terdapat tiga karakteristik yang dapat kita diketemukan dalam khazanah ini, yaitu peripatetisme (Masysya’iyyah), iluminasi (Israqiyyah) dan teosofi transenden (al-hikmah al-muta’aliyah). Ketiga karakteristik tersebut sudah sering dikaji oleh para sarjana muslim.

Filsafat peripatetisme adalah paham kelanjutan dari pengaruh ide-ide Aristotelian yang bersifat diskursif-demontrasional.Corak dari Aristotelian yaitu hylomorfisme, suatu paham yang cenderung bersifat material.Peripatetisme dimulai sejak al-Kindi, yang melewati antara lain, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Thufail dan Ibn Bajjah hingga Ibn Rusyd.Mungkin, hanya Ibn Rusyd saja yang agak berani membersihkan Aristotelianisme dari Neo-Platonisme.Filsafat iluminasi (Israqiyyah) berbicara mengenai suatu kilatan-mendadak dalam bentuk pemahaman atau ilham sebagai suatu arus cahaya.Asal mulanya, teori ini berakar dari pola-pola Platonik, yang selama periode Hellenistik dan Romawi aliran ini diserap dan tergabungkan dalam pikiran Kristiani dan Yahudi.

Tokoh yang ternama dalam corak filsafat iluminasi yaitu Surawardi.Sebagai pencetus paham iluminasi, dia telah membuka jalan suatu dialog dengan wacana-wacana dan upaya-upaya religius atau mistis dalam dunia ilmiah.Dia juga termasuk filosof yang meyakini adanya perennial wisdom.Sebuah jalan kebenaran yang dijadikan ukuran adalah pengalaman “intuitif” yang kemudian mengelaborasi dan memverifikasinya secara logis-rasional.

Sementara filsafat hikmah di perkenalkan oleh Mulla Shadra. Dia membangun aliran baru filsafat dengan semangat untuk mempertemukan berbagai aliran pemikiran yang berkembang di kalangan kaum muslim. Yakni tradisi Aristotelian cum Neo platonis yang diwakili figur-figur al-Farabi dan Ibn Sina, filsafat Israqiyyah, pemikiran Irfani Ibn ‘Arabi, serta tradisi kalam (teologi dialektis).

(22)

Menurut Muthahhari, seorang pengagum Mulla Shadra yang juga menulis buku tentang “Filsafat Hikmah; Pengantar Pemikiran Mulla Shadra” mengakui bahwa Filsafat Hikmah (Hikmat Muta`aliyah) berupaya memadukan metode-metode wawasan spiritual dengan metode-metode deduksi filosofis.Untuk mencapai kebenaran yang hakiki, harus melebur metode-metode pencerah (illumination) ruhani dan perenungan intelektual.Seperti yang dikemukakan Baqir dalam buku ini, bahwa Filsafat Hikmah berusaha menyatukan empat aliran yang berbeda-beda.Melalui filsafat hikmat ini menawarkan sebuah jalan keluar yang sangat argumentatif.

Haidar Bagir sebagaimana yang diulas pada karya di atas, id berusaha memotret secara gamblang babakan kronologis sejarah filsafat Islam dan aliran-alirannya. Tak hanya itu, dia juga menghadirkan bahwa filsafat Islam bukanlah “pengetahuan absurd”, tetapi ia memiliki manfaat yang begitu besar bagi kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Filsafat Islam dapat menjadi diagnosis atas ragam persoalan kemanusiaan.Karena hakikat dari filsafat itu adalah menjawab dan memecahkan setiap problem manusiawi yang secara kodrati pasti tidak bisa lepas dari permasalahan.

Kehadiran filsafat, menurut Bagir, berpotensi untuk membantu penyelesaian problem dasar kemanusiaan.Bahkan, dikatakan bahwa filsafat bisa menyelesaikan problem-problem konkret dalam kehidupan manusia.Mengingat, berbagai krisis yang tengah kita hadapi saat ini bermula dari—setidaknya berkorelasi dengan– krisis persepsi yang terjadi dibenak kita.

Dengan berpijak kembali kepada filsafat Islam, diharapkan bisa meretaskan pengetahuan dan kearifan religus yang bernilai tinggi.Akar-akar persoalan modernitas yang menyeret manusia ke dalam dunia “tanpa wajah” dapat disadarkan lewat penelusuran filsafat Islam. Atas dasar itulah filsafat perlu dihadirkan kembali sebagai sebuah cara pandang dunia di mata umat Islam.

2.5 Perbedaan antara Filsafat Yunani dan Islam

(23)

1. Filsafat yang merupakan sumber pemikiran ilmiah Yunani hanya didasarkan pada hipotesis-hipotesis dan pendapat-pendapat, sedangkan ilmu-ilmu Islam mendasarkan penyelidikan mereka atas dasar pengamatan dan percobaan.

2. Masyarakat Yunani menganggap bahwa pengetahuan inderawi berkedudukan lebih rendah daripada pengetahuan rasio. Jadi, pengetahuan inderawi kurang dapat diandalkan sehingga mereka tidak mendirikan laboratorim-laboratorium. Ilmuwan Muslim tetap mengandalkan pemikiran rasional, namun mereka melakukan pembuktian melalui pengamatan dan percobaan. Oleh sebab itu mereka mendirikan laboratorium-laboratorium.

3. Masyarakat Yunani hanya berfikir secara deduktif. Sedangkan kaum Muslimin diajari oleh Al-Qur’an agar berpikir induktif dengan perintah memperhatikan alam sekitarnya.

4. Ilmu-ilmu Yunani hanya sekedar informasi. Ilmu-ilmu kaum Muslimin merupakan keseluruhan pengetahuan yang berdasarkan hokum dan teori.

5. Pada masa kejayaan filsafat di Yunani dalam kurun waktu dua belas abad, hanya terdapat beberapa ilmuwan saja yang dapat dilahirkan, sedangkan Islam, enam atau tujuh abad saja telah melahirkan ribuan ilmuwan besar dan menjadi peletak dasar ilmu-ilmu modern.

(24)

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil secara garis besar dari pemaparan beberapa pembahasan pada bab sebelumnya adalah :

- Filsafat Islam terdiri atas logika (akal) dan juga keyakinan. Sedangkan Filsafat Yunani hanya mengandung logika atau pemikiran.

- Filsafat Islam ialah pandangan-pandangan filsafat Yunani yang dimasukkan ke dalam bangsa Arab Muslim melalui transliterasi dan trasformasi.

- Filsafat Islam menggabungkan antara agama dan hasil dari pemikiran manusia. Sedangkan Filsafat Yunani tidak demikian.

- Filsafat Islam membahas masalah yang sudah pernah di bahas filsafat Yunani dan lainnya, seperti ketuhanan, alam, dan roh. Akan tetapi, selain cara penyelesaian dalam filsafat Islam berbeda dengan filsafat lain, para filosof Muslim juga mengembangkan dan menambahkan ke dalamnya hasil-hasil pemikiran mereka sendiri. Sebagaimana bidang lainnya (teknik), filsafat sebagaimana induk ilmu pengetahuan diperdalam dan disempurnakan oleh generasi yang datang sesudahnya.

3.2 Kritik

(25)

yang tanpa jalan keluar tersebut. Tergantung bagaimana kita memahami filsafat itu sendiri. Apakah ketika kita menghadapi jalan buntu harus kita tabrak meski hasilnya kita tak bergerak, atau kembali kejalan yang lain dan menemukan jalan keluar yang lain? Filsafat sama halnya dengan analogi ini, apabila kita sudah tidak menemukan jawaban jangan terlalu memaksakan kehendak dan keinginan akan ilmu yang belum tentu itu benar ataupun salah.

Kurangnya penguasaan atau kendali pemikiran dan kendali diri juga harus diperhatikan dalam mempelajari ilmu ini. Tak ada salahnya jika hanya sekedar menambah pengetahuan dikarenakan kita cinta akan pengetahuan dan ilmu. Tapi hasil yang dapat kita bawa setelah mempelajari sesuatu harus berupa sesuatu yang dapat dibuktikan dan sesuai dengan apa yang dapat diterima masyarakat. Dan jangan pula keluar dari norma dan juga nilai yang ada dalam diri kita sebagai manusia yang berakal. Karena hal tersebut akan membuat apa yang kita pelajari dianggap menyimpang dan berbeda dari apa yang dapat diterima dalam kehidupan ini.

3.3 Saran

Dalam mempelajari suatu ilmu, hendaknya kita selaku manusia yang memiliki keistimewaan berupa akal yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita dapat kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dan juga secara tepat dan sesuai dengan kondisi.

Filsafat bukanlah suatu kajian ilmu yang sangat asing, namun juga tidak begitu populer di kalangan masyarakat luas. Sehingga, butuh ketelitian dan juga kehati-hatian dalam menyampaikan kesimpulan yang dapat diambil dari ilmu yang sangat bermanfaat ini. Jangan sampai apa yang akan kita maksud untuk dibicarakan, ternyata diinterpretasikan arti yang berbeda oleh masyarakat awam yang apalagi sama seklai tidak pernah tahu apa dan bagaimana ilmu ini dapat dipelajari dan dipahami.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

http://fikri-jufri-renaissance.blogspot.com/2012/10/perkembangan-filsafat-sejak-zaman.html

(08 Oktober 2014 13:44)

http://saranainggolan.blogspot.com/2011/09/ciri-filsafat-yunani.html

(08 oktober 2014 13:48)

http://ituinisana.wordpress.com/2012/05/12/filsafat-islam-perbedaan-dan-persamaan-antara-filsafat-yunani-dan-filsafat-islam/

(10 Oktober 2014 15:53)

http://semilicity.wordpress.com/2009/04/24/definisi-filsafat-islam/(10 Oktober 2014 10:45)

http://nirwanaellen5.wordpress.com/2013/10/17/pengertian-ciri-ciri-dan-sejarah-filsafat-yunani-kuno/(12 Oktober 2014 17:43)

http://umamjurbalcity.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam.html(12 Oktober 2014 17:46)

http://gentongedukasi.blogspot.com/2012/01/tokoh-tokoh-pemikir-dalam-filsafat.html

(12 Oktober 2014 17:51)

http://menantikau.wordpress.com/kumpulan-makalah/metodologi-studi-islam/tokoh-tokoh-filsafat-islam-dan-pemikirannya/(12 Oktober 2014 17:53)

Wiramihardja, Sutardjo A, Prof. Dr. Psi. 2009. Pengantar Filsafat. Bandung: PT. Refika Aditama.

Praja, Juhaya S, Prof. Dr. 2008. Aliran-Aliran Filsafat & Etika. Jakarta: Kencana (Prenada Media)

Hanafi, Ahmad. 1996 . Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat – Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamid Fahmy Zarkasyi, “Re-orientasi Framework Kajian Filsafat Islam di Perguruan Tinggi Islam Indonesia” dalamJurnal ISLAMIA Volume. 5, 2009

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kasus ini variabel lama tinggal tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan. Hal ini dapat disebabkan karena penduduk

 Penerima Sebelumnya  Berisi data siswa yang terdaftar tahun lalu, berfungsi untuk pendaftaran ulang siswa jika akan didaftarkan ulang ditahun berjalan  Sementara 

Untuk melihat 7 3 % , klik tab 7 3 pada halaman Data Akademis yang berada di bagian atas. Riwayat Akademik dibagi menjadi 3 bagian yaitu Laporan per Term seperti Gambar 19, Laporan

Contoh bola pengganti pada olahraga tolak peluru [12] Dari aspek hasil maka dapat dilihat bahwa peningkatan hasil belajar siswa dengan pengembangan media menunjukkan

Meskipun mahasiswa merasa untuk peran seorang guru masih dominan di dalam kelas yaitu guru harus senatiasa aktif membimbing para siswa dari pengalaman mengajar

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DENGAN APLIKASI PENGISIAN PARTOGRAF OLEH MAHASISWA TINGKAT II.. SEMESTER IV KEBIDANAN WIRA HUSADA NUSANTARA

Adapun luaran yang diharapkan dari Program Kreatifitas Mahasiswa di bidang Penelitian ini adalah mengetahui hasil Analisa metode bermain dan bernyanyi dalam memahami materi

Kejaksaan bertugas di bidang penuntutan dan mewakili negara sebagai Jaksa Pengacara Negara (JPN) di bidang Perdata dan TUN (DATUN) sebagaimana Pasal 30 ayat (2) UU No.