• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun

kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau

implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak

akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar sangkut paut

dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur

rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, iya menyangkut

masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan

(Grindle dan Wahab, 1990:59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan

implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses

kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan

kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan

dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja

sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu

pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan wahab (1990:51),

menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan

jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaaan hanya

sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak

mampu diimplementasikan.

Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah memberikan

(2)

yang diberikan oleh pemerintah kepada masyaraka terus mengalami perubahan

baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya

permintaan masyarakat dan perkembangan di dalam pemerintahan itu sendiri.

Tetapi, perubahan yang terus dilakukan sampai saat ini belum memuaskan dalam

arti posisi negara, masyarakat dan pemerintah belum menguntungkan pihak

masyarakat, sebagai pihak yang lemah dalam kerangka pelayanan.

Oleh karena itu, diperlukan semacam pembaruan makna, bahwa

pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri tetapi untuk melayani

masyarakat. Sepertihalnya, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman

perkebunan sebagai sebuah instansi pemerintahan di Indonesia, yang berusaha

memberikan pelayanan teknik kegiatan pengawasan mutu termasuk kesehatan

benih, dan peredaran benih perkebunan dan juga melakukan pemberian pelayanan

sertifikasi kepada penangkar yang membutuhkan sertifikat untuk kelayakan

benihnya.

Pelayanan yang berkualitas akan dapat memahami kebutuhan dan tuntutan

dari pelanggan (penangkar), serta memuaskan para pelanggan sehingga dapat

berdampak positif terhadap keloyalan para pelanggan (penangkar). Faktor

kepuasan pelanggan menjadi faktor utama yang dapat meningkatkan predikat

atau kualitas Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman merupakan instansi

pemerintahan yang begerak di bidang jasa, sehingga kinerja badan tersebut diukur

pada aspek non finansial, seperti perilaku karyawan, kemampuan karyawan dan

(3)

masalah yang dihadapi penangkar. Selanjutnya melakukan tindakan lanjut dengan

meningkatkan mutu pelayanan kepada penagkar, sehingga tercipta kepuasan

antara kedua belah pihak.

BBP2TP mempunyai peranan penting dalam penerbitan sertifikat bibit.

Oleh karena itu, dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kepada penangkar

diperlukan biaya dan perangkat sarana dan prasarana yang cukup. Sumber dana

yang selama ini dipergunakan berasal dari anggaran pemerintah dan sudah cukup

memadai.

BBP2TP medan merupakan unit pelaksanaan teknis Direktorat Jendral

Perkebunan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral

Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur

Perbenihan dan Sarana Produksi, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur

Perlindungan Perkebunan. BBP2TP mempunyai tugas melaksanakan pengawasan,

pengembangan dan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan

proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem

manajemen mutu dan laboratorium. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan

perkebunan yang mengakibatkan kebutuhan akan benih juga semakin meningkat

pula. Namun dilihat dari sisi penggunaan Benih bermutu dan bersertifikat belum

berjalan sebagaimana yang diharapkan, hal ini dikarenakan antara lain masih

kurangnya pemahaman,tingginya harga benih, keterampilan dan faktor

sosial-budaya petani dalam penggunaaan benih bermutu. Namun disisi lain suplai/

pasokan benih dari sumber benih yang ada didalam negeri belum mampu

(4)

benih yang beredar di masyarakat merupakan benih yang terbaik yang sudah

melalui sertifikasi tanaman sehingga sudah teruji kualitasnya.

Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat mau memanfaatkan produk

barang/jasa suatu lembaga, misalnya : pelayanan yang memuaskan seperti

prosedur untuk memperoleh sertifikat tanaman yang berkualitas yang sangat

sederhana dan cepat serta tidak membutuhkan berbagai jenis persyaratan. Namun,

dalam pelayanan umum yang diberikan BBP2TP masih belum dapat sepenuhnya

dirasakan masyarakat luas.

BBP2TP sebagai pusat pelayanan sertifikat benih diharapkan mampu

memberikan pelayanan sertifikat benih yang memuaskan kepada masyarakat yang

membutuhkan dengan memanfaatkan fasilitasnya. Untuk itu, pengorganisasian

dari BBP2TP sangatlah diperlukan. Dalam pengorganisasian BBP2TP dan juga

pemberian pelayanan sertifikat benih hendaknya pihak terkait mampu menerapkan

prinsip-prinsip good governance.

Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses

penyelenggaran kekuasaan negara dalam menyediakan public goodsand services.

Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan

integritas, professional, serta etos kerja dan moral yang tinggi.

Dalam pemberian pelayanan sertifikat benih kepada penangkar,pihak

BBP2TP hendaknya mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance. Hal

ini bertujuan agar tugas dan fungsi BBP2TP sebagai pemberi layanan sertifikat

benih berjalan lancar. Dengan memperaktekan prinsip-prinsip good governance

(5)

diharapkan pelayanan sertifikat benih pada BBP2TP kualitasnya akan semakin

meningkat.

Dari berbagai masalah pelayanan sertifikat benih yang ada, penulis ingin

melihat implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian

pelayanan sertifikat di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis membuat

perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan sertifikat benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.”

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip good governance dalam

pemberian pelayanan sertifikat benih di di Balai Besar Perbenihan dan

Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.

2. Untuk mngetahui masalah-masalah yang timbul dalam implementasi

prinsip-prinsip good governance.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini

adalah :

1. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan

(6)

bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang

diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu

Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian

perbandingan bagi yang menggunakannya.

3. Secara Praktis, bagi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Perkebunan Medan, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan

sumbangsih pemikiran, informasi dan saran.

I.5 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger (sugiono, 2004:41) teori adalah seperangkat konstruk

(konsep), definisi,dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara

sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna

untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Oleh sebab itu, untuk memudahkan penulis dalam penyusunan penelitian

ini, maka dibutuhkan suatu landasan berpikir yang dijadikan pedoman untuk

menjelaskan masalah yang disorot. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori

(7)

I.5.1 Implementasi

I.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan

Menurut Pressman dan Wildavsky (Tangklisan 2003: 17), implementasi

diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana

tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemapuan untuk menghubungkan

dalam hubungan kasual antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.

Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu

program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan

menurut tangklisan (2008:18) adalah :

1. Penafsiran : merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke

dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi : merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke

dalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan : yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi

pelayanan, upah dan lain-lain.

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun

kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau

implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak

akan banyak berarti. Implemntasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut

dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur

rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, iya menyangkut

masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan

(8)

implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses

kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan

kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan

dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja

sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu

pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan ole wahab (1990:51),

menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan

jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya

sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak

mampu di implementasikan.

Van Master dan Van Horn (Wahab, 1990:51), merumuskan proses

implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok

pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dan digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Sedangkan dalam

Cheema dan Rondinelli (Wibawa,1994:19), implementasi adalah sebagai berikut :

“Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan

melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses

interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan”.

Selanjutnya Jones (Hesel Nogi,2002:23) menyebutkan apakah

implementasi program efektif atau tidak, maka standar penilaian yang dapat

(9)

1. Organisasi

Maksudnya di sini adalah bahwa organisasi/instansi Balai Besar

Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan yang selanjutnya organisasi

tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia sebagai

tenaga pelaksana perlengkapan atau alat-alat kerja serta di dukung dengan

perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur

ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem

yang ada tersebut.

Sumber daya manusia yang berkualitas berkaitan dengan kemampuan

pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pegawai dalam hal ini adalah

petugas-petugas yang terlibat dalam pelaksanaan pemberian sertifikat benih. Agar

tugas-tugas dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap unsur dituntun memiliki

kemampuan yang memadai dengan bidang tugasnya.

2. Interprestasi

Maksudnya disini adalah agar implementasi dapat dilaksanakan sesuai

dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dapat dilihat apakah

pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Hal tersebut dapat dilihat dari :

a. Sesuai dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan kebijakan harus sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

b. Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan, berarti pelaksanaan dari peraturan

sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijakan yang bersifat

administratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktivitas

(10)

c. Sesuai dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah

dirumuskan bentuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar

memudahkan dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat

strategis lapangan agar dapat berjalan efisien dan efektif,rasional dan

realistis.

3. Penerapan

Maksud penerapan disini yaitu peraturan kebijakan yang berupa petunjuk

pelaksana dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan dimana

untuk dapat menilai ini harus pula dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang

jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin. Hal ini dapat dilihat dari :

a. Program kerja yang sudah ada memiliki prosedur kerja agar dalam

pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan

antara inti kegiatan yang terdapat didalamnya.

b. Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik,

sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.

c. Jadwal kegiatan disiplin berarti program yang sudah ada harus

dijadwalkan kapan dimulai dan kapan diakhirinya agar mudah dalam

melakukan evaluasi. Dalam hal ini diperlukan adanya tanggal pelaksanaan

dan rampungnya sebuah program yang sudah ditentukan sebelumnya.

Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah

tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Dalam membuat kebijakan

(11)

dilaksanakan berjalan baik atau buruk. Dimana pelaksana kebijakan harus

melakukan kegiatan dalam implementasi, dan membuat standar penilaian yang

pada akhirnya implementasi akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran kebijakan itu sendiri.

I.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan

Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan sebagai

sebuah proses pengumpulan sumber daya (alam, manusia maupun biaya) dan

diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai

tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut merupakan bentuk

tranformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam kebijakan menjadi

pola-pola operasional yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan sebagaimana

diamanatkan dalam kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Hakikat utama

implementasi adalah pemahaman atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah

kebijakan diputuskan.

(http://hyukurniawan.wordpress.com/2010/02/06/konsep-implementasi-kebijakan-publik/)

Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan publik

perlu diketahui variabel atau faktor penentunya. Van Meter dan Van Horn dalam

winarno (2007:155) mengemukakan delapan variabel penting yang tercakup

dalam suatu proses implementasi, yaitu :

1. Ukuran-Ukuran Dasar dan Tujuan Kebijakan

Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor

(12)

merupakan tahap penting dalam analisis implementasi kebijakan.

Indikator-indikator kinerja ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan

kebijakan telah direalisasikan, yang kemudian dapat digunakan dalam mengurai

tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.

2. Sumber-Sumber Kebijakan

Sumber-sumber kebijakan layak mendapat perhatian karena menunjang

keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup

dana atau perangsang (incentive) lain yang mendorong dan mempelancar

implementasi yang efektif. Dalam beberapa kasus, besar kecilnya dana akan

menjadi faktor yang menetukan keberhasilan implementasi kebijakan.

3. Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan

Implementasi akan berjalan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan

dipahami oleh individu yang bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan. Oleh

karena itu, sangat penting untuk memberi perhatian yang besar pada ketepatan

komunikasi antar pelaksana kebijakan, dan konsistensi atau keseragaman dari

ukuran dasar dan tujuan-tujuan yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber

informasi.

4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana

Dalam melihat karakteristik badan-badan pelaksana, pembahasan ini tidak

bisa lepas dari stuktur birokrasi. Struktur birokrasi diartikan sebagai karakteristik,

norma dan pola-pola hubungan dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai

hubungan, baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan

menjalankan kebijakan.

(13)

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, partisipasi publik yang ada

di lingkungan serta lingkungan yang mendukung keberhasilan ataupun menolak

implementasi kebijakan.

6. Kecenderungan Pelaksanaan

Arah kecenderungan pelaksanaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan

tujuan-tujuan kebijakan merupakan suatu hal yang sangat penting. Penerimaan

terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yang diterima secara

luas oleh pelaksana kebijakan yang diterima secara luas oleh pelaksana kebijakan

akan menjadi pendorong keberhasilan bagi implementasi kebijakan.

7. Kaitan Antara Komponen-Komponen Model

Komponen yang dimaksud disini ukuran-ukuran dasar dan tujuan,

komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaannya, karakteristik

dari badan pelaksana dan kecenderungan para pelaksana yang semuanya saling

berkaitan dalam mengimplementasikan kebijakan.

8. Masalah Kapasitas

Kapasitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi

implementasi kebijakan. Hal ini menyangkut staf yang terlatih dan banyaknya

pekerjaan yang dikerjakan, sumber-sumber keuangan dan hambatan-hambatan

waktu yang bisa menjadikan implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik.

Selain kedelapan variabel penting yang dikemukakan Van Meter dan Van

Horn tersebut, George C. Edwards III juga mengemukakan empat variabel yang

sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan.

(14)

1. Komunikasi

Proses penyampaian informasi baik antar pegawai maupun komunikasi

pegawai dengan masyarakat yang dapat dilakukan melalui sosialisasi program.

2. Sumber Daya

Sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya manusia yang

memadai di bidang administrasi, ketersediaan informasi maupun fasilitas-fasilitas

pendukung seperti perangkat teknologi informasi, perlengkapan kantor, serta

sumber dana yang mencukupi untuk pelaksaan program.

3. Disposisi atau Sikap

Disposisi atau sikap disini maksudnya adalah keinginan dan sikap dari

berbagai pihak untuk mendukung suatu kebijakan. Hal ini meliputi

penyempurnaan pelayanan dan adanya komitmen dari seluruh aparat pemerintah

dalam memberikan pelayanan prima serta adanya keinginan kuat dari masyarakat

untuk terus melakukan perbaikan.

4. Struktur organisasi

Yaitu tatanan organisasi yang mengatur pedoman kerja dan penjabaran

wilayah tanggung jawab setiap aparatur pelaksana kebijakan.

Dari uraian diatas penulis ingin menambahkan variabel yang

menetukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu, isi kebijakan. Isi

kebijakan mencakup kepentingan kelompok sasaran, jenis manfaat yang diterima,

perubahan yang dinginkan, ketepatan program, yang didukung dengan sumber daya yang

memadai. Jadi, variabel yang menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan

yaitu : Komunikasi, Sumber daya, Disposisi atau sikap, Sruktur organisasi dan Isi

(15)

I.5.2 Good Governance

Arti good dalam istilah good governance mengandung dua pengertian :

pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dalam

pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.

Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam

pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bedasarkan

pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik berorientasi pada dua hal yaitu :

1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien

melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.

(Suhady 2005:49)

Dari segi fungsional, aspek governance dapat ditinjau dari apakah

pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efesien dalam upaya mencapai

tujuan yang telah digariskan, atau justru sebaliknya dimana pemerintah tidak

berfungsi secara efektif dan terjadi efesiensi. Governance menurut defenisi dari

World Bank adalah “the way state power is used in managing economic and

social resources for development and society”. Sementara UNDP

mendefinisikannya sebagai “the exercise of political, economic, and

administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Bedasarkan

defenisi terakhir, governance mempunyai tiga kaki, yaitu :

1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan yang

memfasilitasi terhadap equity, poverty,dan quality of live.

2. Poloitical governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan

(16)

(Sedarmayanti 2003:4-5)

Oleh karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state

(negara atau pemerintah), private sector (sektor swasta), dan society (masyarakat)

yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing. State

berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, private

sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif

dalam interaksi sosial, ekonomi, politik, termasuk mengajak kelompok dalam

masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam Sistem Administrasi Indonesia, penerapan Good Governance

seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen

kebijakan UNDP dalam “Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia

Berkelanjutan”. Januari 1997, yang dikutip Buletin iformasi Proggram Kemitraan

untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia (Partnership for governance

Reform in Indonesia), 2000, disebutkan : Tata pemerintahan adalah penggunaan

wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan

Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme,

proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat

mengutarakan kepentingan mereka.

UNDP merekomendasikan beberapa karakteristik Governance, yaitu :

legitimasi politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan

berasosiasi dan partisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan (financial),

manajemen sektor publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, system

(17)

pemahaman bahwa perbedaan bentuk kewenangan politik dapat dikombinasikan

dengan prinsip efisiensi dan akuntabilitas dengan cara-cara yang berbeda. Hal-hal

tersebut juga berkaitan terhadap argumentasi mengenai nila-nilai kebudayaan

yang relatif; system penyelenggaraan pemerintahan yang mungkin bervariasi

mengenai respon terhadap perbedaan kumpulan nilai-nilai ekonomi, politik, dan

hubungan sosial, ata dalam hal-hal seperti : partisipasi, individualitas, serta

perintah dan kewenangan. UNDP menganggap bahwa Good Governance dapat

diukur dan dibangun dari indikator-indikator yang komplek dan masing-masing

menunjukkan tujuannya.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan pengertian

kepemerintahan yang baik yaitu keperintahan yang mengembangkan dan

menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, akuntabilitas, transparansi,

pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektivitas, supermasi hukum, dan dapat

diterima oleh sluruh masyarakat.

I.5.2.1 Prinsip-Prinsip Good Governance

Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank

Dunia yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang

berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan

administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan

pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan

yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya

(18)

institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan

pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.

Good Governance awalnya digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan

adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian

yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan

Good Corporate Governance. Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam

Governance korporat adalah: transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas,

dan responsivitas. (Nugroho,2004:216)

Transparansi merupakan keterbukaan, yakni adanya sebuah system yang

memungkinkan terselenggaranya komunikasi internal dan eksternal dari

korporasi. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat keatas, dari

organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan direksi

kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewn komisaris

kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat diartikan secara

financial. Fairness agak sulit diterjemahkan karena menyangkut keadilan dalam

konteksmoral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari organisasi bisnis dalam

menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal maupun eksternal.

Responsibilitas adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan.

Dalam konteks ini, penilaian pertanggungjawaban lebih mengacu kepada etika

korporat, termasuk dalam hal etika professional dan etika manajerial. Sementara

itu komite governansi korporat di Negara-negara maju menjabarkan prinsip

governansi korporat menjadi lima kategori, yaitu: (1) hak pemeganng saham, (2)

(19)

governansi korporat, (4) pengungkapan dan transparansi dan (5) tanggungjawab

komisaris dan direksi.

Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha,

sedangkkan bagi suatu organisasi public bahkan dalam skala Negara

prinsip-prinsip tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip Tingkilisan

(2005:115) menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara

Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan

pokok karakteristik Good Governance, yaitu:

1. Partisipasi (Participation)

Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik

secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili

kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi

dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif

2. Penerapan Hukum (Fairness).

Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,

terutama ukum untuk hak azasi manusia.

3. Transparansi (Transparency)

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara

langsung dapat diterima oleh mereka yang mambutuhkan. Informasi harus dapat

dipahami dan dapat dimonitor.

4. Responsivitas (Responsiveness)

(20)

5. Orientasi (Consensus Oreintation)

Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk

memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal

kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.

6. Keadilan (Equity)

Semua warga Negara, baik laki-laki mapuin permpuan mempunyai

kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan

terlibat di dalam pemerintahan.

7. Efektivitas (Effectivness)

Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang

telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik

mungkin.

8. Akuntabilitas (Acoountability)

Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan

masyarakat sipil (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan

lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat

keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau

eksternal organisasi.

9. Strategi visi (Strategic vision)

Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance

(21)

Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dippenuhi

dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan

pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan

penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.

Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat

memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan

sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah kedepan dari Good Governance

adalah membangun the professional government, bukan dalam arti pemerintah

yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi

professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu

mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dandalam melaksanakannya

berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.

Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai

kualifikasi professional mengarajh kepada kinerja SDM yang ada dalam

organisasi publik sehingga dalam peyelenggaraan good governance didasarkan

pada kinerja organisasi publik, yakni responsivitas (Responsiveness),

responsibilitas (Responsibility), dan akuntabilitas (Accountability).

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan

program-program pelayanan public sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. (Tingkilisan, 2005:117)

Berdasarkan pernyataan tingkilisan diatas maka disebutkan bahwa

(22)

yang diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan

masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik , maka

kinerja organisasi tersebut akan semakin baik. Responsivitas dimasukkan sebagai

salah satu indikator Good Governance karena responsivitas scara langsung

menggambarkan kemampuan suatu organisai public dalam menjalankan misi dan

tujuannya, terutaa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang

sangat rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan

kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagagalan organisasi

dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki

tingkat responsivitas yang rendah dengan sendirinya juga akan memiliki kinerja

yang rendah.

Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi

public itu dilakukan sesuai dengan yang implicit atau eksplisit. Semakin kegiatan

organisasi public itu dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinspi administrasi dan

peraturan serta kebijaknsanaan organisasi, maka kinerjanya akan dinilai semakin

baik.

Sedangkan akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan

kegiatan organisasi public tunduk pada pejabat polotik yang dipilih oleh rakyat.

Asumsinnya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat,

maka dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat.

Dalam konteks ini kinerja organisai public dinilai baik apabila sepenuhnya atau

setidaknya sebagian besar kegiatannya didasarkan pada upaya-upaya untuk

(23)

lanjut organisasi atas harapan dan aspirasi pejabat politik, maka kinerja organisasi

tersebut akan semakin baik.

Konsep akuntabilitas public dapat digunakan untuk melihat seberapa besar

kebijakan dan kegiatan organisasi public atau pemerintah seperti pencapaian

target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal juga seperti

nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi public

memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai

dengan nilai dan norma yang berkembang di dalam masyarakat.

I.5.3 Pengertian Pelayanan

Manusia adalah makhluk social, tidak dapat hidup sendiri, melainkan

hidup dalam kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat mempercayakan

kepentingannya kepada sekelompok orang yang disebut pemerintah. Kepentingan

manusia lahir dari kebutuhan masing-masing individu manusia. Kebutuhan

bersama ini disebut kebutuhan masyarakat, kebutuhan umum, yang menjadi

kepentingan umum. Menurut Moenir(1995), kepentingan umum adalah suatu

bentuk kepentingan yang menyangkut orang banyak atau masyarakat, tidak

bertentangan dengan norma dan aturan, yang kepentingan tersebut bersumber

pada kebutuhan (hajat) orang banyak/masyarakat.

Masyarakat menyerahkan kepercayaan untuk mengurusi kepentingan

bersamanya kepada pemerintah. Pemerintah menjalankan tugasnya melayani

kepentingan untuk yang dipercayakan kepadanya.

Secara etimologi pelayanan berasal dari bahasa inggris “to serve” yang

(24)

sebagai department branch of public work yang berarti pelayanan adalah salah

satu bagian dari tugas-tugas pemerintahan di mana dalam hal ini dilaksanakan

oleh aparat pemerintahan. Menurut Albrecht (Sedarmayanti, 2000 : 19), pelayanan

adalah,

“a total organizational approach that makes quality of service as perceived by the customer, the number one driving force for the operation of business”

suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa, sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis.

Secara sederhana, menurut Moenir(1995 : 17) pelayanan adalah proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang berlangsung. Proses di

sini mengarah pada kegiatan manajemen dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi.

Pelayanan pada masyarakat adalah kegiatan dari orang yang dilakukan

untuk mengamalkan dan mengabdikan diri pada masyarakat. (Westra 1980:273)

Menurut Syahrir (1991:156) ada lima unsur yang menentukan kualitas sebuah

pelayanan yaitu :

1. Pelayanan yang sama dan merata (equilible service)

2. Pelayanan yang diberikan tepat pada waktunya (timely service)

3. Pelayanan yang diberikan untuk memenuhi jumlah barang dan jasa

(ample service)

4. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan

(continiuous service)

5.Pelayanan yang selalu berusaha meningkatkan kualitas dan penampilannya

(25)

I.5.3.1 Pelayanan Publik

I.5.3.1.1 Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Syarir (sedarmayanti 200), pelayanan publik adalah jenis bidang

usaha yang dikelola oleh pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan

masyarakat dan mempunyai fungsi dan tanpa berorientasu aspek keuntungan.

Dapat dikatakan pelayanan umum adalah usaha yang dilakukan

kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan kemudian

kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Sementara Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang

Pelayanan Publik, Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka

pengaturan, pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang

dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

kepada masyarakat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Arti lain dari pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi

lembaga lain yang tidak termasuk badan usaha swasta, yang tidak berorientasi

pada laba atau profit. Pelayanan pada masyarakat (umum) yang selanjutnya

disebut pelayanan umum, lahir untuk kepentingan masyarakat (umum).

Seperti telah disebutkan di awal, kepentingan umum dapat dianggap

sebagai apa yang dipilih banyak orang apabila mereka melihat dengan jelas,

memikirkannya secara rasional dan bertindak dengan tidak hanya memperhatikan

kepentingan sendiri tetapi orang lain juga.

Pelayanan umum yang diselenggarakan pemerintah Indonesia mengikuti

standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Suatu pelayanan umum

(26)

yang ditetapkan oleh Menpan, yaitu :(KepMenpan no. 81 tahun 1993 tetang Pedoman

Tata Laksana Palayanan Umum)

1. Kesederhanaan, dalam arti prosedur/tata cara pelayanan umum

diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah

dipahami, dan mudah dialksanakan.

2. kejelasan dan kepastian, dalam arti adanya kejelasan dan kepastian

mengenai :

a. Prosedur/tata cara umum, baik teknis maupun administratif

b. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan umum

c. Rincian biaya/tariff pelayanan umum dan tata cara pembayarannya

d. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum

e. Hak dan kewajiban baik pemberi maupun penerima pelayanan umum

berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan atau kelengkapan

sebagai alat untuk memastikan pemrosesan pelayanan umum.

3. Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat

memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan

kepastian hukum.

4. keterbukaan, dalam arti prosedur/tata cara, persyaratan, satuan

kerja/pejabat, biaya tarif, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses

pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah

diketahui dan dipahami oleh masyarakat baik diminta maupun tidak

(27)

I.5.3.1.2 Jenis Pelayanan Publik

  Menurut Undang-undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,

pelayanan publik dikelompokkan dalam beberapa jenis yang didasarkan pada

ciri-ciri dan sifat-sifat kegiatan dalam proses pelayanan serta produk pelayanan yang

dihasilkan. Jenis-jenis pelayanan itu adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Administratif, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit

pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,

dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan

menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin,

rekomendasi, keterangan tertulis, pembayaran pajak dan lain-lainnya.

Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan sertifikat tanah, surat

keterangan tanah, pelayanan IMB, pelayanan administrasi kependudukan

(KTPakta kelahiran/ kematian).

2. Pelayanan Barang, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit

pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan

berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen

langsung sebagai unit atau sebagai individual dalam satu sistem. Secara

keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda

(berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah

secara langsung bagi penerimanya. Contoh jenis pelayanan ini adalah

pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan telepon.

3. Pelayanan Jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan

berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya.

(28)

pasti, produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi

penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu

tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan angkutan darat, laut

dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos dan

pelayanan pemadaman kebakaran.

Pelayanan publik sebagaimana disebutkan tadi diberikan kepada

masyarakat manakala memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan itu biasanya

berbentuk dokumen-dokumen, formulir-formulir, biaya. Pelayanan publik di

Indonesia sebagian besar dilakukan melalui mekanisme tatap muka langsung.

Operasionalisasi pelayanan publik pada umumnya dilaksanakan oleh

jajaran birokrasi paling depan yang berhadapan langsung dengan masyarakat.

Jumlah jajaran unit pelayanan ini dipastikan cukup banyak dan tersebar di

berbagai lokasi. Dalam hal ini standarisasi pelayanan menjadi aspek penting agar

pelayanan di satu tempat dengan tempat layanan lainnya tidak terlalu berbeda.

I.5.4 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Dalam Memberikan Pelayanan Sertifikat Benih

BBP2TP medan merupakan penggabungan dari Balai Proteksi Tanaman

Perkebunan Sumatera Utara (BPTP) dan Balai Pengawasan dan pengujian Mutu

Benih (BP2MB) Sumatera Utara yang dituangkan dalam Peraturan Menteri

Pertanian tanggal 6 Februari 2008 Nomor 9/Permentan/OT.140/2/2008.

BBP2TP berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur

Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh

Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh

(29)

Menurut Menteri Pertanian Republik Indonesia, BBP2TP mempunyai

tugas yaitu, melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih,

dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta

pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan

laboratorium.

Fungsi dari BBP2TP medan adalah sebagai berikut :

 pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;

 pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan

yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika;

 pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam

rangka pelepasan varietas;

 pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan

dalam rangka penarikan varietas;

 pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam

rangka pemberian sertifikat layak edar;

 pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi;

 pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih

perkebunan dan uji acuan (referee test);

 pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

perkebunan;

 pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta

(30)

 pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak

anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;

 pengembangan teknik surveillance OPT penting;

 pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan,

taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan;

 pelaksanaan eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan;

 pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan

pelepasan agens hayati OPT perkebunan;

 pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan;

 pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang

berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu;

 pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida;

 pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman

perkebunan;

 pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman

perkebunan. (Peraturan Menteri Pertanian No.9 Tahun 2008)

Pelayanan yang diberikan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Perkebunan Medan adalah dalam bentuk memberikan sertifikat benih, yang

artinya adalah memberikan keterangan tentang pemenuhan/telah memenuhi

persyaratan mutu yang diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada kelompok benih

ynag disertifikasi atas permintaan produsen benih. Untuk mendapatkan sertifikat

benih para penangkar (produsen benih) harus mengikuti rangkaian kegiatan

penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi

(31)

pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan. (Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 39 Tahun 2006)

Selama ini masih banyak penolakan produk ekspor perkebunan Indonesia

di pasar Internasional sebagai akibat kurang memenuhi persyaratan Sanitary and

Phytosanitary (SPS). Juga penerapan berbagai standar mutu oleh beberapa negara

konsumen. Tujuan diadakannya pelayanan benih untuk mengetahui kesehatan

benih,kualitas benih yang akan diedarkan penangkar apakah dalam kualitas yang

baikdan dapat bersaing dengan benih dari negara lain. Dan juga meminimalisir

masuknya benih import khususnya benih kelapa sawit yang masuk ke Indonesia

tanpa izin dari pemerintah. Banyaknya para penangkar yang menggunakan benih

asalan yang tidak jelas asal usulnya karena mereka belum berorientasi pada mutu

benih tetapi lebih berorientasi kepada komersil. Demikian pula banyaknya benih

yang tidak bersertifikat (palsu) beredara yang penyebarannya telah sampai ke

petani dan bahkan banyak petani yang secara terang-terangan

membudidayakannya dan memperjualkan benih yang tidak bersertifikat (palsu).

I.5.4.1 Prosedur Administrasi

Menurut Moekijat (1982:119), prosedur adalah serangkaian langkah

pekerjaan tulis menulis yang berhubungan biasanya dilakukan oleh lebih dari satu

orang yang membentuk suatu cara tertentu atu keseluruhan tahap yang penting

dari pada kegiatan kantor. Sementara itu prosedur menurut Moenir (hal:105),

adalah rincian diinamikanya mekanisme system.

Prosedur kerja harus ada dalam suatu tugas guna menghindari dari

(32)

penyiapan prosedur kerjanya seperti yang dikemukakan Soejadi (1989:13) sebagai

berikut :

a. Menghindari terjadinya pemborosan didalam pendayagunaan factor tenaga

kerja, biaya, material, waktu dan sebagainya.

b. Menghindari kemacetan dan kesimpangsiuran dalam proses pencapaian

tujuan.

c. Menjamin adanya pembagian kerja, pembagian waktu, dan koordinasi

yang setepat-tepatnya.

Administrasi menurut Siagian (1986:3), adalah keseluruhan proses kerja

sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu

dapat dibedakkan dalam dua bagian yaitu administrasi dalam arti sempit adalah

keseluruhan kegiatan atau pekerjaan surat menyurat, seperti tulis menulis,

mengagendakan, juga menguurus dan mengatur, kearsipan, perlengkapan,

kepegawaian, keuangan, dan pembukuan sederhana serta pertanggung jawaban.

Sedangkan dalam arti luas didefenisikan sebagai segenap proses

penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk

mencapai tujuan tertentu. Sistem dan prosedur administrasi merupakan bagian

yang tidak bisa dipisahkan dari suatu organisasi, apalagi organisasi publik yang

menjalankan fungsi sebagai organisasi yang berorientasi kepada pelayanan.

Sistem dan prosedur administrasi menjadi pedoman atau acuan organisasi publik

dalam menjalankan setiap kegiatan yang melibatkan proses dalam pelayanan

publik.( http://www.scribd.com/doc/12854088/ADMINISTRASI pada 26 Februari

(33)

Menurut Siagian (1986:3), ada dua hal yang terkandung dalam

administrasi, pertama administrasi sebagai seni maksudnya adalah suatu proses

yang diketahui hanya permulaannya sedangkan akhirnya tidak ada, kedua

administrasi mempunyai unsur-unsur tertentu yaitu adanya dua manusia atau

lebih, adanya tujuan yang hendaka dicapai, addanya tugas yang harus

dilaksanakan, dan adanya perlatan dan perlengkapan untuk melaksanakan tugas

tersebut.

I.5.4.2 Proses Pembuatan Surat Sertifikat Benih

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami

atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya

lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh

perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah

pengaruhnya.

Defenisi lain dari proses adalah rangkaian perbuatan manusia yang

mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh yang melakukan

perbuatan itu.

Dari pengertian proses di atas dapat dikatakan proses pembuatan Sertifiksi

Benih adalah bagaimana urutan pelaksanaan dalam pelaksanaan awal hingga akhir

pembuatan Sertifikasi Benih. Adapun proses pembuatan Sertifikasi Benih dapat

(34)

Gambar 1. Prosedur Sertifikasi Benih

KEPALA BBP2TP MEDAN

KEPALA BIDANG PERBENIHAN

PEMERIKSAAN OLEH BPT

A. Pemerikasaan lapangan meliputi :

Kebenaran dokumen benih/bibit yang akan diperiksa

Kondisi pertumbuhan tanaman

Kelengkapan alat perkebunan dan pengangkutan

B. Pengujian laboratorium standar ISTA

6

1. Label dibuat oleh produsen benih

dengan menggunakan nomor seri dari BBP2TP Medan

2. Label dipasasng oleh Pengawas Benih

Tanaman BBP2TP Medan

1

CUSTOMER

1. Surat Kepemilikan Lahan

2. Surat Kepemilikan Benih Sumber

pohon induk

3. Memiliki dokumen hasil

pengujian laboratorium (khusus komoditi kakao, karet, dan kopi

4. Memiliki TRUP

PENYERAHAN 

PENANDA TANGAN 

(35)

I.6 Defenisi Konsep

Adapun defenisi konsep yang penulis kemukakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Good governance adalah tata pemerintahan yang baik yang digunakan

dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomiuntuk

pengembangan masyarakat.

2. Prinsip-prinsip good governance, adalah suatu karakteristik atau ukuran

pokok dari pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

3. Pelayanan Publik adalah jenis bidang usaha yang dikelola oleh pemerintah

dan ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dan mempunyai

fungsi dan tanpa berorientasi aspek keuntungan.

4. Proses Pembuatan Sertifikasi Benih bagaimana urutan pelaksanaan dalam

Gambar

Gambar 1. Prosedur Sertifikasi Benih

Referensi

Dokumen terkait

Pagu per Proposal: $ 250 ribu – 1 juta Total Alokasi Hibah: $ 45 juta Potensial Wilayah: 24 kabupaten 10 provinsi Pengusung Proposal: LSM, koperasi, UKM,

Untuk mempermudah penelitian kebahasaan yang berkaitan dengan bahasa-bahasa yang berkerabat atau dalam menentukan bahasa purbanya, ada alat bantu yang dapat digunakan yang

Kepala Program Studi Teknik Industri Universitas Bhayangkara Jakarta Raya dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan kepada penulis hingga selesainya tugas

Siapa lagi yang akan melestarikan adat Tunggu Tubang itu sendiri kalau bukan masyarakat suku semende khususnya masyarakat suku semende yang berada di desa Pulau

Pemerintah Kota Tomohon dan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah maupun program dan

[9] The GPIP Council was chaired by the Department of Budget and Management, as the primary policymaking and coordinating body of the Program, with members including the

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah: 1) Aplikasi ini diciptakan sebagai alat bantu yang dapat dimanfaatkan oleh para

Penelitian ini bersifat kualitatif di mana data tentang pola asuh orang tua serta iklim toleransi yang dialami oleh keluarga seagama dan beda agama di Desa