• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KELURAHAN NANGGLENG KOTA SUKABUMI TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KELURAHAN NANGGLENG KOTA SUKABUMI TAHUN 2013"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

13 FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG

PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KELURAHAN NANGGLENG KOTA SUKABUMI

TAHUN 2013

R. Noucie Septriliyana Email : nseptriliyana@gmail.com

Abstrak

(2)

14 Abstract

(3)

15

A. PENDAHULUAN

Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang masih memegang peranan penting

dalam pelayanan persalinan adalah dukun bayi (dukun beranak, dukun bersalin). Dalam

lingkungannya, dukun bayi merupakan tenaga terpercaya (Hemiati, 2007). Hasil studi

yang dilakukan Balitbang Kes (2006) menyatakan bahwa kemampuan tenaga non

profesional /dukun bersalin masih kurang, khususnya yang berkaitan dengan tanda-tanda

bahaya, risiko kehamilan dan persalinan serta rujukannya (Depkes RI, 2006).

Menurut Suprapto, dkk (2003), kurangnya pengetahuan dukun bayi dalam mengenal

komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan dan penanganan komplikasi yang tidak

tepat akan meningkatkan risiko kematian pada ibu bersalin. Di kota sukabumi, terdapat 4

kematian bayi yang disebabkan oleh paraji dari 62 kasus kematian bayi, 2 diantaranya dari

kelurahan nanggleng (dinkes kota sukabumi, 2013). Kematian tersebut disebabkan oleh

asfiksia dan BBLR, dimana kasus tsb akan mendapatkan penanganan yang tepat apabila

persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.

Hasil Riskesdas 2010, disebutkan bahwa persalinan yang ditolong oleh bidan

sebanyak 51,9 % , 40,2% ditolong oleh paraji dan sisanya ditolong oleh tenaga kesehatan

lain. Berdasarkan tempat persalinan, 55,4% melahirkan di fasilitas kesehatan, polindes

1,4 % dan rumah sebanyak 43,2%. (Prasetyawati, 2012).

Di kota sukabumi pada tahun 2012 dari 7498 persalinan, sebanyak 7081 orang

bersalin oleh tenaga kesehatan dan 417 orang ditolong oleh paraji (dinkes kota sukabumi,

2012). Hal ini sangat mengherankan, dilihat dari segi demografi kota sukabumi yang

padat (luas wilayah sukabumi 4800 ha , jumlah penduduk 310.078 jiwa sehingga

kepadatan penduduk 5997/ km2.), terdapat tempat pelayanan persalinan sebanyak 4

puskesmas PONED, 11 puskesmas, 32 BPM (dengan MOU jampersal) , 4 RS negeri dan

swasta, dan angkutan umum yang banyak menjadikan akses ke tempat pelayanan

kesehatan termasuk mudah,seharusnya tidak ada lagi ibu yang bersalin ke paraji.

Kelurahan nanggleng merupakan kelurahan yang cakupan persalinan oleh nakesnya

paling kecil di kota sukabumi, yaitu sebesar 70,77%. Cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan target kota sukabumi yaitu 86%

(4)

16

Jumlah paraji di kota sukabumi sendiri adalah 70 orang, dan jumlah bidan 74 orang,

berarti perbandingan jumlah paraji dan bidan di kota sukabumi seimbang. (dinkes kota

sukabumi, 2013). Dari studi pendahuluan yang dilakukan penulis, ditemukan data bahwa

di kelurahan nanggleng terdapat 5 paraji, yang 2 di antaranya sangat aktif, sedangkan

bidan praktek mandiri yang berada di kelurahan nanggleng hanya ada 2 dan bukan

merupakan bidan wilayah, dimana kebijakan dinas kesehatan kota sukabumi menugaskan

bidan wilayah tidak berdasarkan tempat tinggalnya. Hasil wawancara terhadap ibu yang

bersalin di paraji tahun 2012, alasan ibu memilih melahirkan di paraji adalah 6 orang

mengatakan malas pergi ke tempat bidan dan ingin lahir di rumah, 2 orang mengatakan

takut dijahit dan disuntik, 1 orang mengatakan tidak mempunyai biaya dan apabila

memakai jampersal takut wajib dipasang IUD dan 1 orang lagi mengatakan tidak sempat

karena bayi lahir cepat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amilda (2010) di Desa Banjarsari kabupaten

magelang menyebutkan bahwa faktor – faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi adalah tingkat pengetahuan, status

ekonomi dan keterjangkauan sarana kesehatan, sedangkan faktor tingkat pendidikan dan

persepsi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan pertolongan

persalinan oleh dukun bayi.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Amirrudin (2006) di wilayah kerja

puskesmas Borong Kabupaten Sinjai menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara

pendidikan, pengetahuan, status ekonomi, dan kebiasaan ibu dengan pemilihan tenaga

penolong persalinan, sedangkan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan tidak ada

hubungannya dengan pemilihan tenaga penolong kesehatan.

Hasil penelitian lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yennita ( 2011) di PKM

desa baru kabupaten Pasaraman barat menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan

dengan pemilihan penolong persalinan adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang resiko

persalinan, persepsi ibu terhadap bahaya persalinan, persepsi ibu tentang manfaat

penolong persalinan, dan akses media massa.

Rendahnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat

(5)

17

Menurut Green, perilaku (dalam hal ini adalah pemilihan penolong persalinan)

dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap masyarakat, tradisi dan

kepercayaan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi), faktor

pendukung (ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan) dan faktor penguat ( sikap,

prilaku tokoh masyarakat serta petugas kesehatan) (Notoadmodjo , 2007).

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul

“Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi tahun 2012 ”.

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah

sebagai berikut “faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012?”

2. Tujuan Penelitian

1) Tujuan umum penelitian

Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi

tahun 2012

2) Tujuan khusus penelitian

a. Mengetahui hubungan umur ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada

ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

b. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemilihan penolong persalinan

pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

c. Mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada

ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

d. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan

(6)

18

e. Mengetahui hubungan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan

pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

f. Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemilihan

penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi

tahun 2012

B. METODE PENELITIAN

1. Metode dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sesuai

dengan tujuan penelitian, maka dalam rancangan metode penelitian ini, peneliti

menggunakan rancangan penelitian observasional/survei dengan pendekatan studi analitik

yang bertujuan untuk melihat hubungan dua variabel atau lebih tanpa adanya perlakuan

atau intervensi. Jenis penelitian studi analitik yang dipakai penulis adalah studi potong

lintang atau Cross Sectional.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis nol (H0)

1. Tidak ada hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu

bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

2. Tidak ada hubungan pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu

bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

3. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu

bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

4. Tidak ada hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu

bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

5. Tidak ada hubungan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan pada

ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

Hipotesis alternatif (Ha)

1. Ada hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di

kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

2. Ada hubungan pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu

(7)

19

3. Ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu

bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

4. Ada hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin

di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

5. Ada hubungan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu

bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

3. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel devenden.

a. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan, yaitu ;

1) Umur ibu

2) Pendidikan ibu

3) Pengetahuan ibu

4) Sikap ibu

5) Status ekonomi

b. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penolong persalinan.

.

4. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin pada tahun 2012 di

kelurahan Nanggleng kota sukabumi berjumlah 265 orang.

Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 73 orang

a. Metode Pengambilan Sampel

1) Metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah

proportional random sampling. Hal ini dilakukan dengan cara

mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, dengan

(8)

20

RW Jumlah Sampel

RW 1 3 orang

RW 2 10 orang

RW 3 11 orang

RW 4 6 orang

RW 5 5 orang

RW 6 3 orang

RW 7 2 orang

RW 8 1 orang

RW 9 9 orang

RW 10 9 orang

RW 11 6 orang

RW 12 5 orang

Rw 13 3 orang

2) Kriteria sampel

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka

sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi

maupun kriteria eksklusi (Notoatmodjo, 2010).

1) Kriteria inklusi

a) Bertempat tinggal di kelurahan Nanggleng

b) Bersalin di kelurahan Nanggleng pada tahun 2012

c) Berada di tempat selama penelitian

2) Kriteria eklusi

a) Pindah atau berkunjung ke wilayah lain selama penelitian

b) Saat hamil termasuk resiko tinggi

c) Mengalami komplikasi persalinan

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu yang

bersalin pada tahun 2012 yang berada di kelurahan Nanggleng kota Sukabumi dengan

(9)

21

Penelitian dilakukan oleh peneliti dibantu oleh 1 orang perawat wilayah dan 22

kader posyandu. Pihak yang membantu diberi petunjuk terlebih dahulu tentang tujuan,

etika dan tata cara pengambilan data untuk menyamakan persepsi.

Data sekunder diperoleh dari buku register persalinan puskesmas Nanggleng

tahun 2012 dan buku register ibu hamil, bersalin dan nifas posyandu tahun 2012. Data

yang dikumpulkan berupa jumlah persalinan di kelurahan Nanggleng (nakes dan non

nakes) tahun 2012. Data tersebut dipergunakan untuk menentukan populasi dan

sampel. Sampel dari tiap RW dipilih secara acak dimana peneliti sudah mengocok

nomor terlebih dahulu, kemudian data dari register ibu bersalin per RW di pilih

sesuai kriteria inklusi dan eklusi, diurutkan dan dipilih sesuai nomor hasil random

tersebut.

5. Instrumen Penelitian

Jenis pertanyaan yang dipakai adalah pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan

tertutup digunakan untuk menanyakan penolong persalinan, umur, pendidikan,

pengetahuan, sikap dan status ekonomi. Untuk pertanyaan pengetahuan memakai

skala Guttman, sedangkan pertanyaan sikap memakai skala Likert.

6. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji

Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% ( α =0,05). Bila p value < 0,05 menunjukan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen. Selain itu untuk menganalisis hubungan beberapa variabel independen

dengan satu variabel dependen menggunakan analisis multivariat. Hasil analisis

multivariat dapat dilihat dari nilai expose atau yang disebut odd ratio. Semakin besar

nilai odd ratio berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang

(10)

22

7. Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di nangleng kota Sukabumi tahun 2013

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Analisis Bivariat

1.1Hubungan Umur dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di

Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012

Berdasarkan analisis hubungan antara umur dengan Pemilihan Penolong

Persalinan didapatkan bahwa dari 58 responden yang tidak berisiko (umur 20-35

tahun) terdapat 40 (69%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 18 orang (31%) yang

bersalin di selain tenaga kesehatan. Dari 15 responden yang berisiko terdapat 7 orang

(46,7%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 8 orang (53,3%) yang bersalin di non

tenaga kesehatan.

Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,192 dengan menggunakan tingkat

kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang artinya

tidak terdapat hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan.

Umur

Penolong Persalinan

Total

Pvalue

Nakes Non

Nakes

N % N % N %

Tidak risiko 40 69,0 18 31,0 58 100

0.192

berisiko 7 46,7 8 53,3 15 100

(11)

23 1.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di

Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012

Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan Pemilihan Penolong

Persalinan didapatkan bahwa dari 50 responden yang berpendidikan tinggi terdapat 39

(78%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 11 orang (22%) yang bersalin di tenaga non

kesehatan. Dari 15 responden yang berpendidikan rendah terdapat 8 orang (34,8%) yang

bersalin di tenaga kesehatan dan 15 orang (65,2%) yang bersalin di non tenaga

kesehatan.

Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,001 dengan menggunakan tingkat

kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya

terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR

6,648 (95%CI : 2,239-19,735) artinya ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang 6,6 kali

lebih besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berpendidikan

rendah.

1.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di

Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012 Pendidikan

Penolong Persalinan

Total

PR

Pvalue Nakes Non

Nakes

N % N % N %

Tinggi 39 78,0 11 22,0 50 100 6,648

(2,239 – 19,735)

0.001

Rendah 8 34,8 15 65,2 23 100

(12)

24

Berdasarkan analisis hubungan antara pengetahuan dengan Pemilihan Penolong

Persalinan didapatkan bahwa dari 49 responden yang berpengetahuan baik terdapat 42

(85,7%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 7 orang (14,3%) yang bersalin di selain tenaga

kesehatan. Dari 24 responden yang berpengetahuan kurang terdapat 5 orang (20,8%) yang

bersalin di tenaga kesehatan dan 19 orang (79,2%) yang bersalin di non tenaga kesehatan.

Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,000 dengan menggunakan tingkat

kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat

hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 22,800

(95%CI : 6,408 – 81,118) artinya ibu yang berpengetahuan baik berpeluang 22,8 kali lebih

besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang.

1.4Hubungan Sikap dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di Kelurahan

Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012 Pengetahuan

Penolong Persalinan Total

PR Pvalue

Nakes Non Nakes

N % N % N %

Baik 42 85,7 7 14,3 49 100 22,8

(6,408-81,118)

0.000

Kurang 5 20,8 19 79,2 24 100

(13)

25

Berdasarkan analisis hubungan antara sikap dengan Pemilihan Penolong Persalinan

didapatkan bahwa dari 40 responden yang bersikap positif 31 orang (77,5%) bersalin di

tenaga kesehatan dan 9 orang (22,5%) bersalin di tenaga non kesehatan sedangkan dari 33

responden yang bersikap negatif terdapat 16 orang (48,5%) yang bersalin di tenaga

kesehatan dan 17 orang (51,5%) yang bersalin di non tenaga kesehatan.

Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,020 dengan menggunakan tingkat

kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya

terdapat hubungan antara sikap dengan pemilihan penolong persalinan, dengan nilai PR

3,66 (1,335-10,032) yang berarti ibu yang bersikap positif berpeluang 3,66 kali lebih

besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang bersikap negatif.

1.5Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di

Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012

Sikap

Penolong Persalinan

Tot al

PR

P value

Nakes Non

Nakes

N % N % N %

Positif 31 77,5 9 22,5 40 100 3,6

60

(1,335-10,032)

0.

020 Negatif 16 48,5 17 51,5 33 100

(14)

26

Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan Pemilihan Penolong

Persalinan didapatkan bahwa dari 50 responden yang status ekonomi nya cukup terdapat 37

orang (74%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 13 orang (26%) yang bersalin di selain

tenaga kesehatan. Dari 23 responden yang berstatus ekonomi kurang terdapat 10 orang

(43,5%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 13 orang (56,5%) yang bersalin di non tenaga

kesehatan.

Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,023 dengan menggunakan tingkat

kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat

hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 3,700

(95%CI : 1,309 – 10,455) artinya ibu yang mempunyai status ekonomi cukup berpeluang 3,7 kali lebih besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berstatus ekonomi

kurang.

b. Analisa Multivariat

Pemodelan multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan metode enter

yaitu dengan cara melakukan satu persatu regresi sederhana antara masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel yang dimasukkan kedalam

analisa multivariat adalah variabel yang layak diuji yaitu variabel yang pada saat uji

bivariat mempunyai nilai pvalue <0,25. Variabel tersebut adalah umur, pendidikan,

pengetahuan, sikap dan status ekonomi.

Status ekonomi

Penolong Persalinan

Total

PR Pvalue Nakes Non Nakes

N % N % N %

Cukup 37 74,0 13 26,0 50 100

3,700

(1,309 – 10,455) 0.023

Kurang 10 43,5 13 56,5 23 100

(15)

27 1.1 Model Akhir Analisis Multivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di Kelurahan Nanggleng Kota

Sukabumi Tahun 2012

Variabel Wald Sig POR

Pendidikan 9,580 0,002 14,367 (2,658-77,672)

Pengetahuan 18,625 0,000 41,306 (7,623-223,829)

Hal ini menjelaskan bahwa secara multivariat variabel pendidikan dan

pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel pemilihan

penolong persalinan dan pengetahuan merupakan faktor dominan yang berhubungan

dengan pemilihan penolong persalinan.

Dengan test hosmer dan lemeshow diketahui bahwa model regresi logistik

yang digunakan telah cukup mampu menjelaskan data (0,383 > 0,05). Dari tabel

classification menjelaskan bahwa pemilihan penolong persalinan sebesar 83,6%, yang

berarti pendidikan dan pengetahuan memang merupakan faktor yang sangat

berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di kelurahan Nanggleng Kota

sukabumi.

D. Pembahasan

1. Bivariat

1.1 Hubungan Umur dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Hasil data yang diteliti penulis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

usia dengan pemilihan penolong persalinan.Umur berkaitan dengan kelompok umur

tertentu yang lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan karena pertimbangan

tingkat kerentanan. Gibson menyatakan umur merupakan variabel individu yang pada

dasarnya semakin bertambah kedewasaan dan semakin banyak menyerap informasi

yang akan mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan (Sutanto, 2002)

Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yennita (2011) di wilayah

kerja puskesmas Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat yang menyebutkan bahwa

(16)

28

Seharusnya seorang ibu bersalin dengan usia yang beresiko, diharapkan dia akan

bersalin di tenaga kesehatan tetapi di kelurahan Nanggleng, berapapun usia ibu tidak

mempengaruhi keputusan dalam memilih penolong persalinan. Hal ini bisa saja

disebabkan oleh adanya faktor lain yang lebih berpengaruh kedalam pengambilan

keputusan, bisa dari pengetahuan, tingkat pendidikan, sikap dan status ekonomi.

Hasil pengamatan peneliti di lapangan, seorang ibu dengan umur yang beresiko

dan sudah mendapatkan anjuran dari tenaga kesehatan untuk melahirkan di tenaga

kesehatan, bisa saja tetap melahirkan di tenaga non kesehatan karena pengaruh dari

orang – orang terdekatnya seperti suami, orang tua, mertua atau tokoh masyarakat. Atau bahkan ibu dan keluarga tersebut sudah berniat untuk melahirkan di tenaga

kesehatan tetapi terhambat oleh faktor biaya.

1.2Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan

dengan pemilihan penolong persalinan. Menurut Kuncoroningrat (2007) makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, makin mudah seseorang tersebut menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang

kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

baru diperkenalkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia

untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan.

Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Amilda (2010) dengan

hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan penolong

persalinan. Tetapi sama dengan hasil penelitian Amiruddin (2006) yang menunjukkan

ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemilihan penolong

persalinan.

Di kelurahan Nanggleng, pendidikan menjadi faktor yang berhubungan erat

dengan proses pemilihan penolong persalinan karena pendidikan dapat mempengaruhi

daya intelektual seseorang dalam memutuskan suatu hal, termasuk penentuan

penolong persalinan. Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya

juga masih terbatas sehingga perilakunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya

(17)

29

1.3Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan

pemilihan penolong persalinan. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Suprapto

(2003), bahwa pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam

rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat.

Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan dimana mereka berada. Keadaan

lingkungan sekitar sedikit banyaknya akan mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini

pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan.

Hasil penelitian yang dilakukan Yennita (2011) juga menyebutkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan.

Pengetahuan menjadi hal yang sangat penting dalam memutuskan sesuatu tindakan.

Pengetahuan mempengaruhi pemikiran responden tentang perlu atau tidaknya

melahirkan di tenaga kesehatan. Apabila mereka tidak mengetahui manfaat dari

melahirkan di tenaga kesehatan atau resiko melahirkan di tenaga non kesehatan, maka

mereka pasti akan lebih memilih melahirkan di tenaga non kesehatan.

1.4Hubungan Sikap dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan atau pengaruh dari sikap terhadap

pemilihan penolong persalinan. Semakin positif sikap semakin banyak kecenderungan

ibu untuk memilih bersalin di tenaga kesehatan. Merubah sikap masyarakat bukanlah

hal yang mudah karena seperti yang diungkapkan Azwar (2008) bahwa sikap

dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,

budaya, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor

emosional. Hal ini sama dengan hasil penelitian Juliwanto (2008) bahwa faktor sikap

mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan penolong persalinan.

Di kelurahan nanggleng, paraji masih menjadi tokoh masyarakat atau orang yang

dituakan, sehingga beberapa ibu bersalin masih bersikap negatif dan memilih untuk

melahirkan di paraji. Sikap ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti

pengetahuan dan pengalaman responden, bila mereka pernah melahirkan di paraji dan

merasa nyaman, tentu mereka akan mempunyai sikap negatif terhadap tenaga

(18)

30

1.5Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan,

dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal ini sesuai dengan

pendapat Juariah (2009) bahwa ekonomi yang kurang menjadi alasan perempuan

untuk lebih memilih dukun sebagai penolong. Karena mereka beralasan bahwa dukun

lebih murah dibanding tenaga kesehatan lainnya. Mereka menganggap dukun murah

karena mereka dapat membayarnya dengan beras, kelapa atau ayam yang tersedia di

rumah mereka. Mereka tidak ingin memilih bidan karena mereka harus membayar

bidan dengan uang yang kadang-kadang tidak tersedia di rumah mereka.

Sebaliknya, perempuan yang menganggap bahwa biaya ke dukun sama dengan ke

bidan, hanya cara pembayarannya yang berbeda cenderung akan memilih bidan.

Mereka berpendapat bahwa, jika memilih bidan mereka harus membayar dengan uang

yang relatif banyak dalam sekali waktu, tetapi jika mereka memilih dukun, mereka

harus membayar secara berkesinambungan sampai periode nifas (Juariah, 2009).

Begitu pula dengan penelitian Nur Latifah (2010) menunjukan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong

persalinan.

Sejak tahun 2011, pemerintah telah mencanangkan program Jampersal untuk

membantu ibu – ibu yang kurang mampu atau ekonomi kurang dan tujuan akhirnya meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Dengan adanya program jampersal, seharusnya kendala ekonomi tidak lagi

menjadi masalah, tetapi kurangnya pengetahuan ibu dan bagaimana sikap ibu juga

mempengaruhi dalam pemilihan penolong persalinan ini. Dimana ibu bersalin lebih

memilih melahirkan di paraji daripada di tenaga kesehatan memakai jampersal karena

takut dengan persyaratan jampersal yaitu wajib menggunakan KB jangka panjang

(19)

31

2. Multivariat

Dari hasil penelitian penulis, diketahui bahwa faktor- faktor yang berhubungan secara

signifikan dengan pemilihan penolong persalinan adalah pendidikan dan pengetahuan.

Dan faktor yang paling dominan adalah pengetahuan.

Menurut Green, perilaku (dalam hal ini adalah pemilihan penolong persalinan)

dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap masyarakat, tradisi dan

kepercayaan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi), faktor

pendukung (ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan) dan faktor penguat ( sikap,

prilaku tokoh masyarakat serta petugas kesehatan) (Notoadmodjo , 2007).

Pengetahuan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan penolong

persalinan, karena dengan pengetahuan yang baik responden dapat membuat keputusan

dengan baik, berdasarkan apa yang dia ketahui. Pendidikan juga mempunyai hubungan

yang signifikan dimana pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan, sehingga

keduanya menjadi faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan

penolong persalinan.

Pengetahuan responden kurang bisa juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang

salah satunya adalah tenaga kesehatan khususnya bidan wilayah. Bidan wilayah sangat

berperan dalam meningkatkan pengetahuan responden dengan memperhatikan kualitas

dan kuantitas pendidikan kesehatan yang diberikan terhadap responden. Di Kota

Sukabumi termasuk kelurahan Nanggleng telah berjalan program kelas ibu di luar

program penyuluhan kesehatan, dimana ibu-ibu hamil, nifas dan ibu-ibu yang mempunyai

balita dikumpulkan dengan membentuk kelas-kelas kecil untuk membahas seputar

masalah kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu

tersebut. Kegiatan ini mempunyai kelemahan dimana bidan tidak bisa mengontrol peserta

kelas ibu tersebut, seperti peserta yang berubah-rubah, peserta yang tidak rutin mengikuti

kelas dsb.

Bidan wilayah juga bisa meningkatkan pengetahuan ibu dengan cara memberikan

asuhan secara komprehensif termasuk memberi penyuluhan seputar kesehatan ibu dan

anak. Hal ini dapat dilakukan secara maksimal apabila bidan wilayah tinggal di kelurahan

tersebut, dimana dia bisa lebih sering berinteraksi dengan masyarakat. Tetapi

kenyataannya kebijakan di kota sukabumi, penunjukkan bidan wilayah tidak berdasarkan

domisili. Bahkan ada kemungkinan bidan wilayah bertempat tinggal sangat jauh dari

(20)

32

Pengetahuan juga dipengaruhi oleh sosial budaya, dimana kelurahan Nanggleng

masih menjadikan paraji sebagai tokoh masyarakat atau orang yang dituakan, sehingga

apa yang diucapkan oleh paraji tersebut diyakini kebenarannya. Apabila tenaga kesehatan

khususnya bidan dapat bekerja sama dengan paraji melalui program pembinaan paraji,

dimana penolong persalinannya adalah tenaga kesehatan dan asuhan selanjutnya (pijat

ibu, memandikan bayi dsb) dilakukan oleh paraji. Sehingga target pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan dapat meningkat.

E. SIMPULAN DAN SARAN

a. Simpulan

Hasil penelitian terhadap ibu bersalin di kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi tahun

2012 tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan

menunjukkan :

1. Sebagian besar dari responden (64,4%) memilih bersalin di tenaga kesehatan,

sebagian besar dari responden (68,5%) berpendidikan tinggi, pengetahuan

responden sebagian besar baik yaitu sebanyak 49 orang (67,1 %), sebagian besar

sikap responden positif yaitu sebanyak 40 orang (54,8%), dan sebagian besar dari

responden mempunyai status ekonomi yang cukup sebanyak 50 orang (68,5%).

2. Tidak terdapat hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan.

3. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan,

dengan PR 6,648.

4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan,

dengan PR 22,800.

5. Terdapat hubungan antara sikap dengan pemilihan penolong persalinan, dengan

nilai PR 3,66.

6. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan,

dengan PR 3,7.

7. Variabel pendidikan dan pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan

terhadap variabel pemilihan penolong persalinan dan pengetahuan merupakan

faktor dominan yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan dengan

(21)

33

b. Saran

1. Dengan mengetahui bahwa pengetahuan ibu menjadi faktor yang paling

berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan, tenaga kesehatan terutama

bidan bisa berupaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat

meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat.

2. Diharapkan akan adanya penelitian lebih lanjut secara kualitatif supaya lebih bisa

menggali permasalahan yang sebenarnya, agar solusi yang efektif akan diperoleh

untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

3. Bagi dinas kesehatan kota sukabumi diharapkan meninjau kembali penempatan

bidan wilayah disesuaikan dengan tempat tinggal bidan tersebut.

4. Diharapkan puskesmas Nanggleng dapat menambah atau meningkatkan program

penyuluhan, kelas ibu, dan konseling pada ibu-ibu hamil, nifas dan masa antara

agar angka persalinan di tenaga kesehatan meningkat.

5. Diharapkan adanya perbaikan pelaksanaan program kelas ibu sehingga lebih

terarah dan dapat mencapai tujuannya yaitu peningkatan pengetahuan ibu.

6. Diharapkan adanya program pembinaan paraji, agar paraji dengan bidan dapat

bekerja sama dalam memberikan asuhan terhadap ibu bersalin, sehingga cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan bisa meningkat.

7. Diharapkan adanya sosialisasi program jampersal lebih intensif pada masyarakat,

agar masyarakat lebih tertarik untuk melahirkan di tenaga kesehatan.

Di bidan komunitas dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan

kesehatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak,

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 8 menununjukan bobot kepentingan antar sub kriteria pada kriteria politik pemerintahan dan politik ekonomi yang didapat dari perhitungan expert choice, jika diurutkan

Dalam hal pembelian Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS RUPIAH PLUS dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka formulir pemesanan pembelian

Tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pengadaan Makan Jaga Kawal (Ulp Non Organik/Jaga Fungsi) Polres Badung dan

RINCIAN KEGIATAN,BIAYA PENGADAAN DAN CARA PENGADAAN BARANG / JASA SATKER RUMKIT BHAYANGKARA DENPASAR.

Menjaga kesehatan salah satunya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan yang tidak sehat atau kotor dapat menimbulkan masalah

Strategic objectives under this mission include improved access at all levels of education, provision of international standard madrasah at provincial level, improved access

Buku inventaris ini berfungsi untuk mendata kuantitas dan kondisi Alat Permainan Edukatif yang digunakan untuk pembelajaran dalam ruangan / kelas / sentra / kelompok / sudut / area

Lowongan Kerja Terdaftar di Indonesia Menurut Jabatan yang Ditawarkan Tahun 2013.. Jabatan yang Diinginkan Jenis Kelamin