13 FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG
PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KELURAHAN NANGGLENG KOTA SUKABUMI
TAHUN 2013
R. Noucie Septriliyana Email : nseptriliyana@gmail.com
Abstrak
14 Abstract
15
A. PENDAHULUAN
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang masih memegang peranan penting
dalam pelayanan persalinan adalah dukun bayi (dukun beranak, dukun bersalin). Dalam
lingkungannya, dukun bayi merupakan tenaga terpercaya (Hemiati, 2007). Hasil studi
yang dilakukan Balitbang Kes (2006) menyatakan bahwa kemampuan tenaga non
profesional /dukun bersalin masih kurang, khususnya yang berkaitan dengan tanda-tanda
bahaya, risiko kehamilan dan persalinan serta rujukannya (Depkes RI, 2006).
Menurut Suprapto, dkk (2003), kurangnya pengetahuan dukun bayi dalam mengenal
komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan dan penanganan komplikasi yang tidak
tepat akan meningkatkan risiko kematian pada ibu bersalin. Di kota sukabumi, terdapat 4
kematian bayi yang disebabkan oleh paraji dari 62 kasus kematian bayi, 2 diantaranya dari
kelurahan nanggleng (dinkes kota sukabumi, 2013). Kematian tersebut disebabkan oleh
asfiksia dan BBLR, dimana kasus tsb akan mendapatkan penanganan yang tepat apabila
persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.
Hasil Riskesdas 2010, disebutkan bahwa persalinan yang ditolong oleh bidan
sebanyak 51,9 % , 40,2% ditolong oleh paraji dan sisanya ditolong oleh tenaga kesehatan
lain. Berdasarkan tempat persalinan, 55,4% melahirkan di fasilitas kesehatan, polindes
1,4 % dan rumah sebanyak 43,2%. (Prasetyawati, 2012).
Di kota sukabumi pada tahun 2012 dari 7498 persalinan, sebanyak 7081 orang
bersalin oleh tenaga kesehatan dan 417 orang ditolong oleh paraji (dinkes kota sukabumi,
2012). Hal ini sangat mengherankan, dilihat dari segi demografi kota sukabumi yang
padat (luas wilayah sukabumi 4800 ha , jumlah penduduk 310.078 jiwa sehingga
kepadatan penduduk 5997/ km2.), terdapat tempat pelayanan persalinan sebanyak 4
puskesmas PONED, 11 puskesmas, 32 BPM (dengan MOU jampersal) , 4 RS negeri dan
swasta, dan angkutan umum yang banyak menjadikan akses ke tempat pelayanan
kesehatan termasuk mudah,seharusnya tidak ada lagi ibu yang bersalin ke paraji.
Kelurahan nanggleng merupakan kelurahan yang cakupan persalinan oleh nakesnya
paling kecil di kota sukabumi, yaitu sebesar 70,77%. Cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan target kota sukabumi yaitu 86%
16
Jumlah paraji di kota sukabumi sendiri adalah 70 orang, dan jumlah bidan 74 orang,
berarti perbandingan jumlah paraji dan bidan di kota sukabumi seimbang. (dinkes kota
sukabumi, 2013). Dari studi pendahuluan yang dilakukan penulis, ditemukan data bahwa
di kelurahan nanggleng terdapat 5 paraji, yang 2 di antaranya sangat aktif, sedangkan
bidan praktek mandiri yang berada di kelurahan nanggleng hanya ada 2 dan bukan
merupakan bidan wilayah, dimana kebijakan dinas kesehatan kota sukabumi menugaskan
bidan wilayah tidak berdasarkan tempat tinggalnya. Hasil wawancara terhadap ibu yang
bersalin di paraji tahun 2012, alasan ibu memilih melahirkan di paraji adalah 6 orang
mengatakan malas pergi ke tempat bidan dan ingin lahir di rumah, 2 orang mengatakan
takut dijahit dan disuntik, 1 orang mengatakan tidak mempunyai biaya dan apabila
memakai jampersal takut wajib dipasang IUD dan 1 orang lagi mengatakan tidak sempat
karena bayi lahir cepat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amilda (2010) di Desa Banjarsari kabupaten
magelang menyebutkan bahwa faktor – faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi adalah tingkat pengetahuan, status
ekonomi dan keterjangkauan sarana kesehatan, sedangkan faktor tingkat pendidikan dan
persepsi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan pertolongan
persalinan oleh dukun bayi.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Amirrudin (2006) di wilayah kerja
puskesmas Borong Kabupaten Sinjai menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
pendidikan, pengetahuan, status ekonomi, dan kebiasaan ibu dengan pemilihan tenaga
penolong persalinan, sedangkan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan tidak ada
hubungannya dengan pemilihan tenaga penolong kesehatan.
Hasil penelitian lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yennita ( 2011) di PKM
desa baru kabupaten Pasaraman barat menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan
dengan pemilihan penolong persalinan adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang resiko
persalinan, persepsi ibu terhadap bahaya persalinan, persepsi ibu tentang manfaat
penolong persalinan, dan akses media massa.
Rendahnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat
17
Menurut Green, perilaku (dalam hal ini adalah pemilihan penolong persalinan)
dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap masyarakat, tradisi dan
kepercayaan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi), faktor
pendukung (ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan) dan faktor penguat ( sikap,
prilaku tokoh masyarakat serta petugas kesehatan) (Notoadmodjo , 2007).
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul
“Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi tahun 2012 ”.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut “faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012?”
2. Tujuan Penelitian
1) Tujuan umum penelitian
Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi
tahun 2012
2) Tujuan khusus penelitian
a. Mengetahui hubungan umur ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada
ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
b. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemilihan penolong persalinan
pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
c. Mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada
ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
d. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan
18
e. Mengetahui hubungan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan
pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
f. Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemilihan
penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi
tahun 2012
B. METODE PENELITIAN
1. Metode dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sesuai
dengan tujuan penelitian, maka dalam rancangan metode penelitian ini, peneliti
menggunakan rancangan penelitian observasional/survei dengan pendekatan studi analitik
yang bertujuan untuk melihat hubungan dua variabel atau lebih tanpa adanya perlakuan
atau intervensi. Jenis penelitian studi analitik yang dipakai penulis adalah studi potong
lintang atau Cross Sectional.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis nol (H0)
1. Tidak ada hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu
bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
2. Tidak ada hubungan pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu
bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
3. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu
bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
4. Tidak ada hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu
bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
5. Tidak ada hubungan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan pada
ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
Hipotesis alternatif (Ha)
1. Ada hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di
kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
2. Ada hubungan pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu
19
3. Ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu
bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
4. Ada hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin
di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
5. Ada hubungan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu
bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012
3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel devenden.
a. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan, yaitu ;
1) Umur ibu
2) Pendidikan ibu
3) Pengetahuan ibu
4) Sikap ibu
5) Status ekonomi
b. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penolong persalinan.
.
4. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin pada tahun 2012 di
kelurahan Nanggleng kota sukabumi berjumlah 265 orang.
Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 73 orang
a. Metode Pengambilan Sampel
1) Metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah
proportional random sampling. Hal ini dilakukan dengan cara
mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, dengan
20
RW Jumlah Sampel
RW 1 3 orang
RW 2 10 orang
RW 3 11 orang
RW 4 6 orang
RW 5 5 orang
RW 6 3 orang
RW 7 2 orang
RW 8 1 orang
RW 9 9 orang
RW 10 9 orang
RW 11 6 orang
RW 12 5 orang
Rw 13 3 orang
2) Kriteria sampel
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi
maupun kriteria eksklusi (Notoatmodjo, 2010).
1) Kriteria inklusi
a) Bertempat tinggal di kelurahan Nanggleng
b) Bersalin di kelurahan Nanggleng pada tahun 2012
c) Berada di tempat selama penelitian
2) Kriteria eklusi
a) Pindah atau berkunjung ke wilayah lain selama penelitian
b) Saat hamil termasuk resiko tinggi
c) Mengalami komplikasi persalinan
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu yang
bersalin pada tahun 2012 yang berada di kelurahan Nanggleng kota Sukabumi dengan
21
Penelitian dilakukan oleh peneliti dibantu oleh 1 orang perawat wilayah dan 22
kader posyandu. Pihak yang membantu diberi petunjuk terlebih dahulu tentang tujuan,
etika dan tata cara pengambilan data untuk menyamakan persepsi.
Data sekunder diperoleh dari buku register persalinan puskesmas Nanggleng
tahun 2012 dan buku register ibu hamil, bersalin dan nifas posyandu tahun 2012. Data
yang dikumpulkan berupa jumlah persalinan di kelurahan Nanggleng (nakes dan non
nakes) tahun 2012. Data tersebut dipergunakan untuk menentukan populasi dan
sampel. Sampel dari tiap RW dipilih secara acak dimana peneliti sudah mengocok
nomor terlebih dahulu, kemudian data dari register ibu bersalin per RW di pilih
sesuai kriteria inklusi dan eklusi, diurutkan dan dipilih sesuai nomor hasil random
tersebut.
5. Instrumen Penelitian
Jenis pertanyaan yang dipakai adalah pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan
tertutup digunakan untuk menanyakan penolong persalinan, umur, pendidikan,
pengetahuan, sikap dan status ekonomi. Untuk pertanyaan pengetahuan memakai
skala Guttman, sedangkan pertanyaan sikap memakai skala Likert.
6. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji
Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% ( α =0,05). Bila p value < 0,05 menunjukan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel
dependen. Selain itu untuk menganalisis hubungan beberapa variabel independen
dengan satu variabel dependen menggunakan analisis multivariat. Hasil analisis
multivariat dapat dilihat dari nilai expose atau yang disebut odd ratio. Semakin besar
nilai odd ratio berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang
22
7. Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di nangleng kota Sukabumi tahun 2013
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Analisis Bivariat
1.1Hubungan Umur dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di
Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012
Berdasarkan analisis hubungan antara umur dengan Pemilihan Penolong
Persalinan didapatkan bahwa dari 58 responden yang tidak berisiko (umur 20-35
tahun) terdapat 40 (69%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 18 orang (31%) yang
bersalin di selain tenaga kesehatan. Dari 15 responden yang berisiko terdapat 7 orang
(46,7%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 8 orang (53,3%) yang bersalin di non
tenaga kesehatan.
Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,192 dengan menggunakan tingkat
kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang artinya
tidak terdapat hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan.
Umur
Penolong Persalinan
Total
Pvalue
Nakes Non
Nakes
N % N % N %
Tidak risiko 40 69,0 18 31,0 58 100
0.192
berisiko 7 46,7 8 53,3 15 100
23 1.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di
Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012
Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan Pemilihan Penolong
Persalinan didapatkan bahwa dari 50 responden yang berpendidikan tinggi terdapat 39
(78%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 11 orang (22%) yang bersalin di tenaga non
kesehatan. Dari 15 responden yang berpendidikan rendah terdapat 8 orang (34,8%) yang
bersalin di tenaga kesehatan dan 15 orang (65,2%) yang bersalin di non tenaga
kesehatan.
Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,001 dengan menggunakan tingkat
kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR
6,648 (95%CI : 2,239-19,735) artinya ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang 6,6 kali
lebih besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berpendidikan
rendah.
1.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di
Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012 Pendidikan
Penolong Persalinan
Total
PR
Pvalue Nakes Non
Nakes
N % N % N %
Tinggi 39 78,0 11 22,0 50 100 6,648
(2,239 – 19,735)
0.001
Rendah 8 34,8 15 65,2 23 100
24
Berdasarkan analisis hubungan antara pengetahuan dengan Pemilihan Penolong
Persalinan didapatkan bahwa dari 49 responden yang berpengetahuan baik terdapat 42
(85,7%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 7 orang (14,3%) yang bersalin di selain tenaga
kesehatan. Dari 24 responden yang berpengetahuan kurang terdapat 5 orang (20,8%) yang
bersalin di tenaga kesehatan dan 19 orang (79,2%) yang bersalin di non tenaga kesehatan.
Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,000 dengan menggunakan tingkat
kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 22,800
(95%CI : 6,408 – 81,118) artinya ibu yang berpengetahuan baik berpeluang 22,8 kali lebih
besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang.
1.4Hubungan Sikap dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di Kelurahan
Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012 Pengetahuan
Penolong Persalinan Total
PR Pvalue
Nakes Non Nakes
N % N % N %
Baik 42 85,7 7 14,3 49 100 22,8
(6,408-81,118)
0.000
Kurang 5 20,8 19 79,2 24 100
25
Berdasarkan analisis hubungan antara sikap dengan Pemilihan Penolong Persalinan
didapatkan bahwa dari 40 responden yang bersikap positif 31 orang (77,5%) bersalin di
tenaga kesehatan dan 9 orang (22,5%) bersalin di tenaga non kesehatan sedangkan dari 33
responden yang bersikap negatif terdapat 16 orang (48,5%) yang bersalin di tenaga
kesehatan dan 17 orang (51,5%) yang bersalin di non tenaga kesehatan.
Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,020 dengan menggunakan tingkat
kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
terdapat hubungan antara sikap dengan pemilihan penolong persalinan, dengan nilai PR
3,66 (1,335-10,032) yang berarti ibu yang bersikap positif berpeluang 3,66 kali lebih
besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang bersikap negatif.
1.5Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di
Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012
Sikap
Penolong Persalinan
Tot al
PR
P value
Nakes Non
Nakes
N % N % N %
Positif 31 77,5 9 22,5 40 100 3,6
60
(1,335-10,032)
0.
020 Negatif 16 48,5 17 51,5 33 100
26
Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan Pemilihan Penolong
Persalinan didapatkan bahwa dari 50 responden yang status ekonomi nya cukup terdapat 37
orang (74%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 13 orang (26%) yang bersalin di selain
tenaga kesehatan. Dari 23 responden yang berstatus ekonomi kurang terdapat 10 orang
(43,5%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 13 orang (56,5%) yang bersalin di non tenaga
kesehatan.
Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,023 dengan menggunakan tingkat
kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat
hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 3,700
(95%CI : 1,309 – 10,455) artinya ibu yang mempunyai status ekonomi cukup berpeluang 3,7 kali lebih besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berstatus ekonomi
kurang.
b. Analisa Multivariat
Pemodelan multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan metode enter
yaitu dengan cara melakukan satu persatu regresi sederhana antara masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel yang dimasukkan kedalam
analisa multivariat adalah variabel yang layak diuji yaitu variabel yang pada saat uji
bivariat mempunyai nilai pvalue <0,25. Variabel tersebut adalah umur, pendidikan,
pengetahuan, sikap dan status ekonomi.
Status ekonomi
Penolong Persalinan
Total
PR Pvalue Nakes Non Nakes
N % N % N %
Cukup 37 74,0 13 26,0 50 100
3,700
(1,309 – 10,455) 0.023
Kurang 10 43,5 13 56,5 23 100
27 1.1 Model Akhir Analisis Multivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di Kelurahan Nanggleng Kota
Sukabumi Tahun 2012
Variabel Wald Sig POR
Pendidikan 9,580 0,002 14,367 (2,658-77,672)
Pengetahuan 18,625 0,000 41,306 (7,623-223,829)
Hal ini menjelaskan bahwa secara multivariat variabel pendidikan dan
pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel pemilihan
penolong persalinan dan pengetahuan merupakan faktor dominan yang berhubungan
dengan pemilihan penolong persalinan.
Dengan test hosmer dan lemeshow diketahui bahwa model regresi logistik
yang digunakan telah cukup mampu menjelaskan data (0,383 > 0,05). Dari tabel
classification menjelaskan bahwa pemilihan penolong persalinan sebesar 83,6%, yang
berarti pendidikan dan pengetahuan memang merupakan faktor yang sangat
berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di kelurahan Nanggleng Kota
sukabumi.
D. Pembahasan
1. Bivariat
1.1 Hubungan Umur dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Hasil data yang diteliti penulis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
usia dengan pemilihan penolong persalinan.Umur berkaitan dengan kelompok umur
tertentu yang lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan karena pertimbangan
tingkat kerentanan. Gibson menyatakan umur merupakan variabel individu yang pada
dasarnya semakin bertambah kedewasaan dan semakin banyak menyerap informasi
yang akan mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan (Sutanto, 2002)
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yennita (2011) di wilayah
kerja puskesmas Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat yang menyebutkan bahwa
28
Seharusnya seorang ibu bersalin dengan usia yang beresiko, diharapkan dia akan
bersalin di tenaga kesehatan tetapi di kelurahan Nanggleng, berapapun usia ibu tidak
mempengaruhi keputusan dalam memilih penolong persalinan. Hal ini bisa saja
disebabkan oleh adanya faktor lain yang lebih berpengaruh kedalam pengambilan
keputusan, bisa dari pengetahuan, tingkat pendidikan, sikap dan status ekonomi.
Hasil pengamatan peneliti di lapangan, seorang ibu dengan umur yang beresiko
dan sudah mendapatkan anjuran dari tenaga kesehatan untuk melahirkan di tenaga
kesehatan, bisa saja tetap melahirkan di tenaga non kesehatan karena pengaruh dari
orang – orang terdekatnya seperti suami, orang tua, mertua atau tokoh masyarakat. Atau bahkan ibu dan keluarga tersebut sudah berniat untuk melahirkan di tenaga
kesehatan tetapi terhambat oleh faktor biaya.
1.2Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan
dengan pemilihan penolong persalinan. Menurut Kuncoroningrat (2007) makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, makin mudah seseorang tersebut menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru diperkenalkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia
untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan.
Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Amilda (2010) dengan
hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan penolong
persalinan. Tetapi sama dengan hasil penelitian Amiruddin (2006) yang menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemilihan penolong
persalinan.
Di kelurahan Nanggleng, pendidikan menjadi faktor yang berhubungan erat
dengan proses pemilihan penolong persalinan karena pendidikan dapat mempengaruhi
daya intelektual seseorang dalam memutuskan suatu hal, termasuk penentuan
penolong persalinan. Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya
juga masih terbatas sehingga perilakunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya
29
1.3Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
pemilihan penolong persalinan. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Suprapto
(2003), bahwa pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam
rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat.
Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan dimana mereka berada. Keadaan
lingkungan sekitar sedikit banyaknya akan mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini
pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan.
Hasil penelitian yang dilakukan Yennita (2011) juga menyebutkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan.
Pengetahuan menjadi hal yang sangat penting dalam memutuskan sesuatu tindakan.
Pengetahuan mempengaruhi pemikiran responden tentang perlu atau tidaknya
melahirkan di tenaga kesehatan. Apabila mereka tidak mengetahui manfaat dari
melahirkan di tenaga kesehatan atau resiko melahirkan di tenaga non kesehatan, maka
mereka pasti akan lebih memilih melahirkan di tenaga non kesehatan.
1.4Hubungan Sikap dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan atau pengaruh dari sikap terhadap
pemilihan penolong persalinan. Semakin positif sikap semakin banyak kecenderungan
ibu untuk memilih bersalin di tenaga kesehatan. Merubah sikap masyarakat bukanlah
hal yang mudah karena seperti yang diungkapkan Azwar (2008) bahwa sikap
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
budaya, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor
emosional. Hal ini sama dengan hasil penelitian Juliwanto (2008) bahwa faktor sikap
mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan penolong persalinan.
Di kelurahan nanggleng, paraji masih menjadi tokoh masyarakat atau orang yang
dituakan, sehingga beberapa ibu bersalin masih bersikap negatif dan memilih untuk
melahirkan di paraji. Sikap ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
pengetahuan dan pengalaman responden, bila mereka pernah melahirkan di paraji dan
merasa nyaman, tentu mereka akan mempunyai sikap negatif terhadap tenaga
30
1.5Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan,
dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Juariah (2009) bahwa ekonomi yang kurang menjadi alasan perempuan
untuk lebih memilih dukun sebagai penolong. Karena mereka beralasan bahwa dukun
lebih murah dibanding tenaga kesehatan lainnya. Mereka menganggap dukun murah
karena mereka dapat membayarnya dengan beras, kelapa atau ayam yang tersedia di
rumah mereka. Mereka tidak ingin memilih bidan karena mereka harus membayar
bidan dengan uang yang kadang-kadang tidak tersedia di rumah mereka.
Sebaliknya, perempuan yang menganggap bahwa biaya ke dukun sama dengan ke
bidan, hanya cara pembayarannya yang berbeda cenderung akan memilih bidan.
Mereka berpendapat bahwa, jika memilih bidan mereka harus membayar dengan uang
yang relatif banyak dalam sekali waktu, tetapi jika mereka memilih dukun, mereka
harus membayar secara berkesinambungan sampai periode nifas (Juariah, 2009).
Begitu pula dengan penelitian Nur Latifah (2010) menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong
persalinan.
Sejak tahun 2011, pemerintah telah mencanangkan program Jampersal untuk
membantu ibu – ibu yang kurang mampu atau ekonomi kurang dan tujuan akhirnya meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Dengan adanya program jampersal, seharusnya kendala ekonomi tidak lagi
menjadi masalah, tetapi kurangnya pengetahuan ibu dan bagaimana sikap ibu juga
mempengaruhi dalam pemilihan penolong persalinan ini. Dimana ibu bersalin lebih
memilih melahirkan di paraji daripada di tenaga kesehatan memakai jampersal karena
takut dengan persyaratan jampersal yaitu wajib menggunakan KB jangka panjang
31
2. Multivariat
Dari hasil penelitian penulis, diketahui bahwa faktor- faktor yang berhubungan secara
signifikan dengan pemilihan penolong persalinan adalah pendidikan dan pengetahuan.
Dan faktor yang paling dominan adalah pengetahuan.
Menurut Green, perilaku (dalam hal ini adalah pemilihan penolong persalinan)
dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap masyarakat, tradisi dan
kepercayaan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi), faktor
pendukung (ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan) dan faktor penguat ( sikap,
prilaku tokoh masyarakat serta petugas kesehatan) (Notoadmodjo , 2007).
Pengetahuan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan penolong
persalinan, karena dengan pengetahuan yang baik responden dapat membuat keputusan
dengan baik, berdasarkan apa yang dia ketahui. Pendidikan juga mempunyai hubungan
yang signifikan dimana pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan, sehingga
keduanya menjadi faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan
penolong persalinan.
Pengetahuan responden kurang bisa juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang
salah satunya adalah tenaga kesehatan khususnya bidan wilayah. Bidan wilayah sangat
berperan dalam meningkatkan pengetahuan responden dengan memperhatikan kualitas
dan kuantitas pendidikan kesehatan yang diberikan terhadap responden. Di Kota
Sukabumi termasuk kelurahan Nanggleng telah berjalan program kelas ibu di luar
program penyuluhan kesehatan, dimana ibu-ibu hamil, nifas dan ibu-ibu yang mempunyai
balita dikumpulkan dengan membentuk kelas-kelas kecil untuk membahas seputar
masalah kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu
tersebut. Kegiatan ini mempunyai kelemahan dimana bidan tidak bisa mengontrol peserta
kelas ibu tersebut, seperti peserta yang berubah-rubah, peserta yang tidak rutin mengikuti
kelas dsb.
Bidan wilayah juga bisa meningkatkan pengetahuan ibu dengan cara memberikan
asuhan secara komprehensif termasuk memberi penyuluhan seputar kesehatan ibu dan
anak. Hal ini dapat dilakukan secara maksimal apabila bidan wilayah tinggal di kelurahan
tersebut, dimana dia bisa lebih sering berinteraksi dengan masyarakat. Tetapi
kenyataannya kebijakan di kota sukabumi, penunjukkan bidan wilayah tidak berdasarkan
domisili. Bahkan ada kemungkinan bidan wilayah bertempat tinggal sangat jauh dari
32
Pengetahuan juga dipengaruhi oleh sosial budaya, dimana kelurahan Nanggleng
masih menjadikan paraji sebagai tokoh masyarakat atau orang yang dituakan, sehingga
apa yang diucapkan oleh paraji tersebut diyakini kebenarannya. Apabila tenaga kesehatan
khususnya bidan dapat bekerja sama dengan paraji melalui program pembinaan paraji,
dimana penolong persalinannya adalah tenaga kesehatan dan asuhan selanjutnya (pijat
ibu, memandikan bayi dsb) dilakukan oleh paraji. Sehingga target pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan dapat meningkat.
E. SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Hasil penelitian terhadap ibu bersalin di kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi tahun
2012 tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan
menunjukkan :
1. Sebagian besar dari responden (64,4%) memilih bersalin di tenaga kesehatan,
sebagian besar dari responden (68,5%) berpendidikan tinggi, pengetahuan
responden sebagian besar baik yaitu sebanyak 49 orang (67,1 %), sebagian besar
sikap responden positif yaitu sebanyak 40 orang (54,8%), dan sebagian besar dari
responden mempunyai status ekonomi yang cukup sebanyak 50 orang (68,5%).
2. Tidak terdapat hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan.
3. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan,
dengan PR 6,648.
4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan,
dengan PR 22,800.
5. Terdapat hubungan antara sikap dengan pemilihan penolong persalinan, dengan
nilai PR 3,66.
6. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan,
dengan PR 3,7.
7. Variabel pendidikan dan pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap variabel pemilihan penolong persalinan dan pengetahuan merupakan
faktor dominan yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan dengan
33
b. Saran
1. Dengan mengetahui bahwa pengetahuan ibu menjadi faktor yang paling
berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan, tenaga kesehatan terutama
bidan bisa berupaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat
meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat.
2. Diharapkan akan adanya penelitian lebih lanjut secara kualitatif supaya lebih bisa
menggali permasalahan yang sebenarnya, agar solusi yang efektif akan diperoleh
untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
3. Bagi dinas kesehatan kota sukabumi diharapkan meninjau kembali penempatan
bidan wilayah disesuaikan dengan tempat tinggal bidan tersebut.
4. Diharapkan puskesmas Nanggleng dapat menambah atau meningkatkan program
penyuluhan, kelas ibu, dan konseling pada ibu-ibu hamil, nifas dan masa antara
agar angka persalinan di tenaga kesehatan meningkat.
5. Diharapkan adanya perbaikan pelaksanaan program kelas ibu sehingga lebih
terarah dan dapat mencapai tujuannya yaitu peningkatan pengetahuan ibu.
6. Diharapkan adanya program pembinaan paraji, agar paraji dengan bidan dapat
bekerja sama dalam memberikan asuhan terhadap ibu bersalin, sehingga cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan bisa meningkat.
7. Diharapkan adanya sosialisasi program jampersal lebih intensif pada masyarakat,
agar masyarakat lebih tertarik untuk melahirkan di tenaga kesehatan.
Di bidan komunitas dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan
kesehatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak,