• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana M02391

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan ": Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana M02391"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Tense dan Aspect dalam Penerjemahan Sastra:

Analisis Terjemahan Mahasiswa dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris By

Esriaty S. Kendenan, M.Hum (esriaty.kendenan@staff.uksw.edu)

UKSW Salatiga

Menerjemahkan dari bahasa ibu (Mother Tongue) ke bahasa asing (Foreign Language) masih merupakan tantangan yang tak berkesudahan terutama bagi mahasiswa penerjemahan. Beberapa ilmuwan bahkan berpendapat bahwa mengajarkan penerjemahan dari bahasa ibu ke bahasa asing tidak disarankan karena beberapa alasan (Hidayat, 2000). Meskipun demikian, Newmark (1988:184) menganggap bahwa tugas penerjemahan dari bahasa ibu ke bahasa asing berguna [bagi peserta didik] untuk meningkatkan serta mengukur kemampuan menulis dan berbicara dalam bahasa asing. Sementara itu, di era global saat ini secara umum diyakini bahwa dialog antar budaya dan bahasa harus digalakkan. Dengan memperkenalkan karya-karya sastra lokal dan nasional ke dalam khazanah sastra dunia melalui bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, orang dari berbagai bangsa dan benua akan memiliki akses terhadap cara berpikir dan cara hidup setiap bangsa yang pada gilirannya akan menciptakan saling pengertian satu dengan yang lain. Salah satu masalah klasik yang dihadapi oleh mahasiswa penerjemahan di Indonesia dalam menerjemahkan karya sastra ke dalam bahasa Inggris adalah bagaimana penggunaan tense dan aspect yang tepat. Berbeda dengan bahasa Inggris, bahasa Indonesia tidak memiliki kategori formal tense dan aspect. Oleh karena itu, paper ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana mahasiswa menggunakan tense dan aspect dalam menerjemahkan cerita pendek Suami Bunuh Istri yang Cantik karya Mochtar Lubis ke dalam bahasa Inggris. Penelitian ini menggunakan metode product-oriented Quality Assessment (Saldanha & O‟Brien, 2014) dimana semua versi terjemahan mahasiswa dianalisis dalam perbandingannya dengan Teks Sumber. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan pemahaman baru bagi mahasiswa penerjemahan, khususnya para pengajar untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi terbaik bagi mahasiswa demi peningkatan kualitas terjemahan mereka.

Kata kunci: penerjemahan sastra, tense, aspect

A. Introduction

Ketidakselarasan sistem bahasa terutama antar bahasa yang tidak serumpun seringkali menimbulkan masalah tersendiri dalam penerjemahan. Sebagai contoh, ketidaksesuaian gramatika bahasa Inggris dan bahasa Indonesia seringkali menjadi alasan utama kesulitan proses penerjemahan teks baik dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia maupun sebaliknya. Dengan adanya tense dan aspect dalam bahasa Inggris, penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, yang tidak mengenal adanya tense dan aspect, sedikit banyak tidak sesulit menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

Paper ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis proyek terjemahan yang dilakukan mahasiswa di kelas Literary Translation, khususnya bagaimana mereka menggunakan tense dan aspect dalam terjemahan mereka. Bagian awal dari cerita Pendek karya Mochtar Lubis yang berjudul Suami Bunuh Istri yang Cantik merupakan subyek dari penelitian ini. Dipilihnya teks Indonesia untuk diterjemahkan ke bahasa Inggris dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang nyata bagaimana mahasiswa menerapkan pengetahuan gramatika bahasa Inggris mereka dalam memformulasikan kalimat dan dengan demikian pesan teks ke dalam bahasa Inggris dengan baik.

Alur cerita dari cerita pendek ini adalah maju mundur, oleh karena itu diperlukan pemahaman alur cerita secara menyeluruh untuk dapat menerjemahkan teks ini dengan baik. Pemahaman itu akan sangat membantu untuk memilih tense dan aspect yang tepat agar pembaca teks sasaran (bahasa Inggris) dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang alur cerita tersebut sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis dan yang diterima oleh pembaca teks sumber dalam bahasa sumber (bahasa Indonesia).

B. Kerangka Teori

(2)

memahami pesan teks dengan benar. Di sisi lain penguasaan unsur linguistis BSa membantu penerjemah untuk mengungkapkan kembali pemahaman terhadap pesan TSu ke dalam TSa sesuai kaidah bahasa TSa. Perbedaan sistem linguistis kedua bahasa adalah hal pertama yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh penerjemah.

Menurut Baker (1992:98) bentuk kata kerja bahasa yang memiliki kategori gramatikal tense dan aspect biasanya menunjukkan dua jenis informasi utama yaitu time relations dan aspectual differences. Mona Baker (1992:98) lebih lanjut menjelaskan bahwa “Time relations have to do with locating an event in time. The usual distinction is between past, present, and future. Aspectual differences have to do with the temporal distribution of an event, for instance its completion or non-completion, continuation, or momentariness.”

Penelitian ini berfokus pada tense dan aspect dalam sistem bahasa Inggris serta bagaimana aplikasinya dalam kegiatan penerjemahan. Masalah penerjemahan tense dan aspect dalam penerjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris memiliki tantangan yang lebih serius dibandingkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Indonesia tidak mengenal tense dan aspect dalam struktur gramatikal bahasanya seperti halnya bahasa China, Melayu, dan Yurok (Baker, 1992:99). Hal senada juga disampaikan oleh Djajasudarma (2013:27) bahwa “Bahasa Indonesia tidak memiliki tense „kala‟ (kategori gramatikal perubahan verba) sebagai salah satu alat untuk menyatakan temporal deiktis secara gramatikal; bahasa Indonesia menyatakan temporal deiktis secara leksikal, yakni dengan nomina temporal.” Kala atau tense menurut Chaer (2012:260) merupakan penanda kapan suatu perbuatan kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan dalam predikat terjadi, apakah pada waktu sekarang (present), sudah lampau (past), atau akan datang (future). Penanda tersebut dapat berupa unsur morfemis dalam verba seperti penambahan sufiks –ed dalam bahasa Inggris. Contohnya, perubahan verba speak sesuai tense dan aspect dalam tabel berikut:

Aspect

Simple Progressive Perfect Perfect Progressive

Tenses

Present (S + V1) (S + are/ am/ is +

Ving) (S + have/has + V3)

(S + have/has + been + Ving)

I speak English I am speaking English. I have spoken English. I have been speaking novel. Past (S + V2) (S + was/were + Ving) (S + had + V3) (S + had + been + Ving)

I spoke English I was speaking English. I had spoken English. I had been speaking English.

Future (S + will + v1) (S + will + be + Ving) (S + will + have + V3) (S + will + have + been + Ving)

I will speak

English

I will be speaking English.

I will have spoken English.

I will have been speaking novel.

Menurut Chaer (2012 : 259), aspek dalam bahasa Indonesia tidak dinyatakan secara morfemis melainkan dengan berbagai cara dan alat leksikal. Dalam bahasa Indonesia, Alwi (1998:159) mengidentifikasi kata „sudah‟ dan „sedang‟ atau varian stilistisnya seperti „telah‟, „tengah‟, dan „lagi‟ sebagai aspek yang dianggap dapat bertindak sebagai pewatas di depan verba dan dapat bergabung dengan verba bantu „akan‟, „harus‟, dan „dapat‟. Frasa ini juga sering disebut sebagai frasa endosentrik atributif.

Untuk memahami pesan dari teks diperlukan chunking atau pemilahan pada semua tataran, setidaknya mulai dari kata, frasa, klausa, hingga kalimat. Kalimat didefinisikan oleh Alwi, et.al (1998:314) sebagai “konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih ... Di antara kalimat dan kata biasanya ada satuan-antara yang berupa kelompok kata ... Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut.”

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode komparatif, yaitu dengan membandingkan teks sumber (TSu) dengan teks sasaran (TSa). Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menulis ulang alur cerita, kronologi peristiwa yang ada dalam cerita

2. Mengumpulkan terjemahan Inggris semua verba yang ada di empat paragraf pertama cerita pendek. 3. Menganalisis pilihan tense dan aspect (verba) yang digunakan mahasiswa dalam terjemahannya

(3)

D. Analisis Data

Urutan kejadian setiap peristiwa dalam cerita Suami Bunuh Istri yang Cantik dilihat dari waktu terjadinya adalah sebagai berikut:

a)Anita bertemu dengan Carmelita di Salon; b) John Harvey ke tempat judi bersama teman-temannya; c) Anita menulis surat; d) John Harvey diantar teman-temannya pulang ke rumah; e) John Harvey masuk ke rumah setelah teman-temannya meninggalkannya; f) John Harvey melihat Anita yang masih sedang menulis surat; g) John Harvey merampas surat dari tangan Anita; h) John membaca surat yang belum tuntas; i) Anita dan John Harvey beradu mulut; j) John Harvey menghempaskan Anita hingga tewas; k) John Harvey memanggil polisi dan mengakui perbuatannya; l) Narator sedang membaca dan mengamati laporan/berita pembunuhan di koran; m) Benigno menemui narator yang sedang asyik membaca laporan pembunuhan itu; n) Narator dan Benigno melanjutkan perjalanan ke tempat kerja Carmelita; o) Narator, Benigno, dan Carmelita membahas masalah pembunuhan itu; p) Narator berniat menyampaikan cerita Carmelita kepada polisi.

Meskipun kronologi peristiwa dalam cerita itu seperti di atas, Mochtar Lubis menulis alur ceritanya secara maju mundur dalam urutan paragraf cerita pendek tersebut berikut ini:

1. Gambaran narator tentang laporan pembunuhan yang memuat foto korban dan pelaku pembunuhan yang merupakan suami istri.

2. Gambaran narator tentang asal mula pembunuhan yang terjadi (tadi malam) 3. Pengakuan John Harvey (pelaku) pada polisi mengapa dia membunuh istrinya

4. Isi surat yang belum selesai ditulis oleh Anita (korban) kepada seseorang yang tidak disebutkan namanya

5. Gambaran apa yang dilakukan John Harvey dan apa yang terjadi setelah dia membaca surat itu hingga tewasnya Anita

6. Gambaran keterkejutan narator yang sedang asyik membaca laporan pembunuhan itu karena datangnya Benigno untuk menjemput narator menemui Carmelita yang bekerja di kantor surat kabar 7. Gambaran diskusi narator, Benigno, dan Carmelita mengenai peristiwa itu serta cerita Carmelita

tentang pertemuannya dengan Anita sebelum terjadinya peristiwa pembunuhan itu.

Menurut penggolongan Luxemburg (1991:117), narator (pencerita) dapat dibedakan atas pencerita intern dan pencerita ekstern. Pencerita intern yaitu pencerita yang turut mengambil bagian sebagai tokoh dalam cerita. Sedangkan pencerita ekstern adalah pencerita yang dapat muncul dalam cerita tetapi tidak merupakan bagian dari kisah. Dalam hal ini penggunaan tense dan aspect bergantung pada bagaimana pembicara, dalam hal ini narator, memandang pembentukan waktu dalam cerita ini sesuai kronologi terjadinya.

Analisis penggunaan tense dan aspect berikut ini didasarkan pada alur penulisan cerita sesuai urutan paragraf di atas, bukan menurut kronologi peristiwa yang dikisahkan dalam cerita. Dengan demikian cerita dimulai dari l b, d  e, c, f, g  h  i, j, k  m, n  o, a p

Kalimat 1.1

Kalimat “Gambar perempuan yang terbunuh itu ialah Anita yang cantik” terdiri dari tiga konstituen berupa frasa: “gambar perempuan yang terbunuh itu”, “ialah”, dan “Anita yang cantik”. Dilihat dari kronologi peristiwanya, bagian ini terletak di tengah cerita yakni setelah peristiwa pembunuhan itu dan sebelum sang narator berniat menghubungi polisi, seperti yang disampaikan di bagian akhir cerita ini. Dari perspektif narator, bagian ini terjadi di waktu lampau (past) sehingga dalam terjemahannya ke bahasa Inggris to be yang digunakan adalah was. Dengan demikian, kala (tense) dari kalimat ini adalah past sedangkan aspeknya adalah simple. Empat dari enam versi terjemahan mahasiswa menggunakan bentuk simple past, satu menggunakan simple present dan present perfect, dan satu dengan simple present.

Kalimat 1.2

(4)

gagah tampangnya” dan “jaket kulit yang dipakai oleh juru terbang”. Klausa subordinasi “seorang muda yang gagah tampangnya” memiliki hubungan atributif takrestriktif dengan klausa utama yang pertama yang memperluas fungsi sintaktis S (subjek). Klausa subordinasi “jaket kulit yang dipakai oleh juru terbang” memiliki hubungan atributif restriktif dengan klausa utama yang memperluas fungsi sintaktis O (objek). Klausa utama yang kedua adalah “gambar suaminya tersenyum sedikit.” Subjek dari kedua klausa itu adalah “gambar suaminya”, tetapi mengalami pelesapan pada klausa utama yang kedua.

Dengan melihat hubungan koordinasi dan subordinasi antar konstituen dalam kalimat majemuk tersebut, tense yang digunakan pada kedua klausa utama itu adalah past dengan aspect simple. Kalimat ini merupakan kelanjutan dari kalimat “Gambar perempuan yang terbunuh itu ialah Anita yang cantik” yang menempatkan kisah ini sebagai bagian dari penggambaran yang diberikan oleh narator pada paragraf pertama untuk menceritakan rangkaian tindakan yang dilakukannya dalam mencari tahu kebenaran dari fakta diceritakan dalam kisah cerpen ini. Kedua klausa subordinasi sewajarnya menggunakan tense yang sama dengan klausa utamanya.

Empat dari enam versi terjemahan mahasiswa telah menggunakan tense dan aspect yang tepat secara konsisten yaitu simple past. Dua versi terjemahan kurang tepat karena satu terjemahan menggunakan simple present, sementara lainnya sebagian menggunakan simple past sebagian menggunakan simple present. Hanya dua dari enam yang dapat mengindentifikasi subjek dengan tepat, sementara empat lainnya memposisikan frasa preposisional sebagai subjek dari kalimat tersebut.

Kalimat 2.1

Kalimat “Pembunuhan itu terjadi kemarin malam, pukul dua malam” merupakan kalimat tunggal. Penggunaan adverba “kemarin malam, pukul dua malam” dalam kalimat itu memperjelas tense dan aspect yang digunakan dalam bahasa sasaran yakni simple past. Keenam versi terjemahan mahasiswa berhasil mengidentifikasi dan menggunakan aspect dan tense tersebut dengan baik.

Kalimat 2.2

Kalimat “John Harvey, suami Anita yang memanggil polisi” merupakan kalimat tunggal bersubjek frasa nominal dengan aposisi “John Harvey, suami Anita”. Orang yang dirujuk oleh aposisi “suami Anita” adalah John Harvey. Penerjemahan “memanggil” menjadi called sebagai bentuk past dari call dalam semua versi terjemahan mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa dapat mengindentifikasi dan memilih dengan baik tense dan aspect yang sesuai dengan kaidah gramatikal BSa.

Kalimat 2.3

Frasa verbal “telah mengaku” dalam kalimat “Dia telah mengaku sepenuh-penuhnya” menggunakan aspek “telah” yang bertindak sebagai pewatas depan verba “mengaku”. Penggunaan kata bantu had+ V3 (verba bentuk ketiga) dalam bahasa sasaran menyiratkan dua hal, yaitu bahwa keadaan yang dilukiskan oleh verba itu telah berlangsung di waktu lampau. Empat dari enam versi terjemahan yang ada telah berhasil mengidentifikasi dan menggunakan past perfect sebagai tense dan aspect dari kalimat tersebut dengan baik. Dua terjemahan lainnya menggunakan simple past. Dengan demikian seluruh terjemahan sudah dapat memilih tense yang sesuai, namun tidak dengan aspect.

Kalimat 2.4

(5)

Kalimat 2.5

Kalimat “Menurut cerita John Harvey malam itu pergi main judi ke Jai Jalai, dengan kawan-kawannya laki-laki dan perempuan” secara jelas menunjukkan tense dari pernyataan tersebut yaitu “malam itu”. Dengan demikian verba “pergi” dalam BSa menjadi went. Menurut Azar (2002: 303) verba go dalam bahasa Inggris biasanya diikuti dengan bentuk gerund untuk merujuk pada kegiatan olahraga atau rekreasi seperti go shopping atau go dancing. Meskipun semua versi terjemahan sudah menggunakan past tense dengan baik, verba gamble pada frasa “pergi main judi” yang mengikuti verba go hanya berhasil diterjemahkan menjadi went gambling oleh satu versi terjemahan.

Kalimat 2.6

Kalimat “Katanya dia kalah banyak, dan minum banyak juga” merupakan kalimat majemuk yang terdiri dari dua klausa utama. Subjek dari klausa yang kedua mengalami pelesapan. Kedua klausa dihubungkan oleh konjungtur “dan” untuk menunjukkan hubungan yang setara. Rangkaian kejadian tersebut juga terjadi pada waktu lampau sesuai dengan alur cerita sehingga tense dan aspect yang digunakan adalah simple past. Untuk kata “kalah”, semua telah menerjemahkan dengan menggunakan bentuk past dari lose menjadi lost, namun untuk kata “minum” tiga dari enam versi terjemahan telah menggunakan kata drank, dua menggunakan drunk, dan satu dengan drink.

Kalimat 2.7

Kalimat “Waktu pulang dia diantarkan oleh kawan-kawannya hingga ke pintu” merupakan kalimat pasif dengan verba “diantarkan”. Sesuai kaidah bahasa Inggris, kalimat pasif simple past dibentuk dengan pola was/were + past participle. Semua versi terjemahan sudah menggunakan bentuk past dari verba yang digunakan, yakni accompanied, took, dan brought meskipun penggunaan kata brought sebagai bentuk past dari bring kurang tepat. Hanya dua terjemahan yang mempertahankan bentuk pasif dari kalimat tersebut, sedangkan tiga lainnya mengubahnya menjadi kalimat aktif dengan memindahkan nomina “kawan-kawannya” ke posisi awal kalimat sebagai subjek dari kalimat tersebut. Satu terjemahan sepertinya ingin mempertahankan bentuk pasif kalimat tersebut tetapi tidak menambahkan was sebagai bentuk past dari is sebelum V3 (past participle).

Kalimat 2.8

Frasa verbal “terus berangkat” pada kalimat tunggal “Mereka terus berangkat” berhasil diterjemahkan oleh semua mahasiswa ke dalam bentuk simple past dari verba leave menjadi left.

Kalimat 3.1

Kalimat majemuk “Menurut pengakuan John Harvey pada polisi, dia masih berdiri di tangga melihat mobil yang membawa kawan-kawannya menghilang, dan kemudian baru dia masuk” terdiri dari satu reporting clause “menurut pengakuan John Harvey pada polisi” sebagai klausa subordinasi dan tiga klausa utama yakni “dia masih berdiri di tangga”, “dia melihat mobil yang membawa kawan-kawannya menghilang” dan “dan kemudian baru dia masuk”. Hewings (1999:102) mengatakan bahwa “When we report something that was said in the past, the verb in the reporting clause is often in the past tense”. Klausa berita tersebut diterjemahkan secara literal sehingga menjadi tidak natural dengan tetap mempertahankan struktur gramatikal BSu sehingga klausa itu dalam BSa tidak tampak sebagai reporting clause.

Tense dan aspect yang digunakan pada verba taktransitif “berdiri” dan “masuk” serta verba transitif “melihat” dalam ketiga klausa utama adalah simple past. Ketiga klausa setara tersebut dihubungkan oleh koordinator “dan” dan “dan kemudian” yang mempengaruhi arti semantis kalimat majemuk ini. Hanya tiga dari enam terjemahan ini yang menggunakan dengan baik bentuk simple past dari kata “berdiri”, “melihat”, dan “masuk” menjadi stood, saw, dan entered. Tiga terjemahan lain tidak konsisten dalam penggunaan tense dan aspect, yakni past simple dan past progresif. Ketidakkonsistenan ini kemungkinan disebabkan oleh kekurangcermatan dalam menganalisis konstituen kalimat majemuk tersebut.

Kalimat 3.2

(6)

untuk menunjukkan hubungan koordinasi. Klausa utama yang pertama memiliki hubungan subordinatif dengan klausa “sedang menulis” yang subjeknya yaitu “istrinya” dilesapkan. Perbuatan “melihat” dan “menulis” terjadi pada waktu yang bersamaan, namun perbuatan “menulis” terjadi lebih awal dan masih sedang berlangsung ketika perbuatan “melihat” terjadi dalam kalimat tersebut. Dalam penerjemahannya ke bahasa Inggris write untuk kata “menulis” yang masih sedang berlangsung menggunakan aspect progresif menjadi writing. Sementara itu, see untuk kata “melihat” merupakan perbuatan yang baru dimulai di waktu lampau sehingga diterjemahkan menjadi sa w dalam BSa. Semua mahasiswa dapat melihat unsur simple past dan past progresif dalam kalimat tersebut dan dapat menerjemahkannya dengan cukup baik ke dalam BSa.

Klausa utama yang kedua memiliki klausa subordinasi “melihat dia masuk”. Perbuatan “melihat” dan “terkejut” terjadi pada waktu yang bersamaan. Meskipun demikian, perbuatan “terkejut” merupakan akibat dari perbuatan “melihat”. Klausa adverbial “melihat dia masuk” menyatakan kondisi, alasan, sekaligus waktu terjadinya perbuatan “terkejut”. Oleh karena itu, “melihat” diterjemahkan ke dalam bentuk participle see menjadi seeing dan “terkejut” ke dalam bentuk past pasif menjadi was shocked atau was surprised. Hanya ada dua versi terjemahan yang menganggap peristiwa “melihat dia masuk” sebagai klausa adverbial yang merujuk pada penyebab tindakan “terkejut” dengan menggunakan bentuk past participial.

Klausa utama “dan mencoba menyembunyikan surat yang sedang ditulisnya” adalah rangkaian tindakan yang dilakukan oleh subjek Anita. Frasa verbal “mencoba menyembunyikan” digunakan untuk menggambarkan upaya subjek melakukan suatu tindakan yang sulit. Dengan demikian tried sebagai bentuk past dari try dapat diikuti oleh bentuk infinitive atau bentuk ing dari verba hide sebagai terjemahan dari “menyembunyikan” menjadi tried to hide atau tried hiding. Semua versi terjemahan yang ada menggunakan tried to hide sebagai terjemahan dari “mencoba menyembunyikan”.

Klausa utama “dan mencoba menyembunyikan surat yang sedang ditulisnya” memiliki klausa subordinasi atau klausa relatif restriktif “yang sedang ditulisnya” yang mewatasi makna dari nomina “surat” tersebut. Selain unsur past tense, aspek progresif dari klausa relatif itu merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam penerjemahannya untuk memperjelas bahwa tindakan “menulis surat” tersebut masih sedang berlangsung atau belum selesai. Hanya dua terjemahan yang secara eksplisit mempertahankan unsur past progresif dari klausa relatif itu. Empat yang lain cenderung menghilangkan tindakan menulis surat yang masih sedang berlangsung tersebut.

Kalimat 3.3

Kalimat “Hal ini menimbulkan kecurigaannya” merupakan kalimat tunggal yang juga mengacu pada simple past. Dengan berbagai variasi formulasi kalimat, semua versi terjemahan mahasiswa yang ada telah berhasil menggunakan simple past untuk menerjemahkan verba “menimbulkan”. Meskipun demikian, satu versi terjemahan menggunakan dua verba yang tampaknya tidak efektif dan natural dalam BSa.

Kalimat 3.4

Kata “biasanya” dalam kalimat “Biasanya tidak akan dipedulikannya sama sekali, tetapi malam itu di bawah pengaruh minuman, dia sedang dalam semangat berkelahi” menunjukkan adanya perubahan dari hal yang biasa terjadi di waktu lampau. Dalam penerjemahan ke bahasa Inggris penggunaan frasa used to menjadi pilihan yang tepat. “Biasanya” dalam kalimat tersebut diterjemahkan secara literal oleh mahasiswa dengan kata normally, basically, dan usually. Kelihatannya unsur kebiasaan di masa lampau yang sudah berubah yang dapat diungkapkan dalam BSa dengan menggunakan used to kurang dicermati sehingga mahasiswa cenderung memakai adverba frekuensi diikuti dengan simple past.

Penggunaan kata “tetapi” di awal klausa “tetapi malam itu di bawah pengaruh minuman, dia sedang dalam semangat berkelahi” menunjukkan bahwa klausa tersebut merupakan informasi tambahan untuk melengkapi pernyataan klausa pertama mengenai perubahan apa yang terjadi dalam peristiwa yang dikisahkan. Frasa verbal “sedang dalam semangat berkelahi” secara jelas menunjukkan adanya unsur past progressive pada klausa tersebut, terutama dengan adanya kata “sedang”. Mungkin untuk alasan penyederhanaan dan kelugasan, keenam versi terjemahan yang ada hanya menunjukkan past tense tanpa aspek progresif.

Kalimat 3.5

(7)

dirampasnya” merupakan urutan dari peristiwa pada klausa pertama “dia ingin berkelahi dengan Anita” dan juga kemudian diikuti dengan peristiwa pada klausa ketiga “dibacanya [surat itu]”. Tense dan aspect yang digunakan pada ketiga verba tersebut adalah simple past. Berbeda dengan klausa pertama yang berbentuk kalimat aktif, klausa kedua dan ketiga menggunakan bentuk kalimat pasif dengan pola was + V3. Semua versi terjemahan berterima dalam bahasa Inggris meskipun bentuk pasif pada klausa kedua dan ketiga diubah menjadi kalimat aktif di BSa.

Kalimat 4.1

Kalimat “Jika surat ini engkau terima, maka ini berarti putuslah hubungan kita selama ini” merupakan bagian pembuka dari surat yang ditulis Anita. Keseluruhan isi surat pada umumnya ditulis dalam pr esent dan future tense karena merupakan suatu ungkapan perasaan si penulis surat pada saat surat itu ditulisnya. Penggunaan subordinator “jika” pada klausa subordinasi menunjukkan hubungan pengandaian dalam kalimat majemuk tersebut. Sementara itu penggunaan partikel –lah pada kata “putuslah” dipakai untuk memberi penegasan akan kebenaran pernyataan itu. Kaidah penggunaan klausa dengan ifsebagai terjemahan dari “jika” dalam kalimat pengandaian bahasa Inggris untuk menyatakan kabenaran faktual sekarang atau akan datang adalah dengan menggunakan simple present. Sedangkan klausa hasil dari pengandaian tersebut dapat menggunakan simple present atau simple future untuk menyatakan kebenaran atau fakta yang dapat diperkirakan hasilnya. Lima dari enam terjemahan yang ada menggunakan simple present untuk klausa dengan if dan hanya satu yang menggunakan simple past. Sedangkan untuk klausa hasil, empat terjemahan sudah berhasil menggunakan simple present, meskipun dua lainnya menggunakan present perfect.

Kalimat 4.2

Kalimat “Engkau akan tertawa dan tidak percaya, tetapi sungguh-sungguh aku telah jatuh cinta padanya” terdiri dari dua klausa utama dan satu klausa subordinasi. Klausa utama “Engkau akan tertawa” dan “[engkau akan] tidak percaya” menggunakan simple future dengan will atau be going to. Empat dari enam terjemahan sudah menggunakan bentuk will + V1 dengan baik, sementara dua lainnya menggunakan bentuk past dari will dan may menjadi would dan might.

Sementara itu, frasa verbal “telah jatuh cinta” dalam klausa “tetapi sungguh-sungguh aku telah jatuh cinta padanya” mengisyaratkan bahwa pengalaman “jatuh cinta” itu belum pernah ada sebelumnya sehingga penggunaan present perfect dengan pola has/have + V3 tepat dalam konteks kalimat ini. Tiga dari enam terjemahan sudah menggunakan kata bantu have namun hanya dua di antaranya yang menggunakan V3 setelah kata bantu tersebut. Dua terjemahan menggunakan simple present, sedangkan satu lainnya menggunakan present progressive.

Kalimat 4.3

Dalam kalimat “Percayalah bahwa dalam hidup perempuan, bagaimana juga jahatnya dia kata orang, ada waktu-waktu dia bisa jatuh cinta sungguh-sungguh dan dengan suci”, terdapat verba “kata” dan “ada” serta frasa verbal “bisa jatuh cinta”. Salah satu ciri dari simple present adalah dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu situasi yang memiliki kebenaran umum dulu, sekarang, dan di waktu mendatang. Pernyataan si penulis surat pada kalimat tersebut merupakan sebuah pandangan dan keyakinan akan situasi yang secara umum dianggap benar. Oleh karena itu, penggunaan simple present pada kalimat tersebut tepat. Hanya satu dari enam terjemahan yang secara konsisten menggunakan simple present, sedangkan lima lainnya menggunakan past dan aspect secara bervariasi sehingga makna semantis dari terjemahannya menjadi tidak jelas.

Kalimat 4.4

Kalimat “Demikian cintaku padanya yang aku rasakan ini” merupakan kalimat tunggal dengan satu verba yakni “rasakan”. Kalimat ini diungkapkan juga dalam konteks si penulis surat mengungkapkan apa yang dirasakannya saat itu. Semua versi terjemahan berhasil mengidentifikasi unsur simple present dalam kalimat tersebut, walaupun itu diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda.

Kalimat 4.5

(8)

“memanjangkan” sebagai sebuah harapan yang ingin dituju oleh si penulis surat juga dapat diterjemahkan ke dalam bentuk simple present atau dengan bentuk would untuk menunjukkan sesuatu yang diharapkan oleh si pembicara/penulis terjadi di masa mendatang. Secara umum, keenam terjemahan sudah berhasil mempertahankan bentuk simple present pada kalimat tersebut. Untuk menyatakan harapan atau tujuan, terjemahan yang ada pada umumnya menggunakan to infinitive dan hanya satu yang menggunakan would + V1.

Kalimat 4.6

Kalimat “Janganlah engkau marah padaku, karena akupun merasa berdosa padamu, jika karena putusanku ini engkau merasa terluka dan berduka ....” merupakan kalimat majemuk yang terdiri dari dua klausa utama dan satu klausa subordinasi. Klausa utama yang pertama “janganlah engkau marah padaku” merupakan kalimat imperatif dengan partikel –lah yang melekat pada verba “jangan”, sedangkan klausa utama yang kedua mengandung frasa verbal “merasa berdosa”. Sementara itu, klausa subordinasi “jika karena putusanku ini engkau merasa terluka dan berduka” menyatakan hubungan pengandaian dengan klausa utama yang kedua. Kedua klausa utama mengungkapkan kondisi umum yang dirasakan dan diharapkan oleh si penulis surat, sehingga penggunaan simple present adalah pilihan yang tepat. If-clause pada klausa subordinasi memungkinkan penggunaan simple present atau simple future. Secara umum semua terjemahan telah menggunakan simple present baik untuk kedua klausa utama maupun klausa subordinasi.

E. Kesimpulan

Dari analisis mengenai bagaimana mahasiswa menerjemahkan cerita pendek “Suami Bunuh Istri yang Cantik karya Mochtar Lubis ke dalam bahasa Inggris, ada beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh. Pertama, dalam menerjemahkan cerita Indonesia ke bahasa Inggris, alur cerita perlu diperhatikan untuk membantu dalam penentuan tense dan aspect yang tepat sesuai dengan sistem gramatika bahasa Inggris. Kedua, banyaknya kalimat majemuk bertingkat dalam teks sumber kadang-kadang menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam mengidentifikasi verba dari klausa utama yang pada akhirnya berpengaruh pada penggunaan tense dan aspect. Masalah tersebut pada gilirannya juga menimbulkan kesulitan dalam menentukan fungsi dari setiap klausa serta jenis hubungan koordinasi atau subordinasi antar klausa. Ketiga, pada umumnya mahasiswa dapat lebih mudah mengidentifikasi penempatan aspect simple dibanding penggunaan aspectprogressive dan perfect dalam penerjemahan.

References

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, & Anton M. Moeliono. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Azar, Betty Schrampfer. 2002. Understanding and Using English Grammar. Third Edition. New York: Pearson Education.

Baker, Mona. 2011. In Other Words. A Coursebook on translation. Second edition. New York: Routledge. Binnick, Robert I. 1991. Time and the Verb: A Guide to Tense and Aspect. Oxford: Oxford Univ. Press. Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2013. Semantik 2: Relasi Makna Paradigmatik, Sintagmatik, dan Derivasional. Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.

Hidayat, Rahayu S. (Ed.) 2000. Pengantar Penerjemahan. Depok: Pusat Penelitian dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.

Hewings, Martin. 1999. Advanced Grammar in Use. Cambridge: Cambridge University Press. Kamp, Hans (Ed.). 1990. Tense and Aspect in English. Edinburgh: DYANA

Lonsdale, Allison Beeby. 1996. Teaching Translation from Spanish to English: Worlds beyond Words. Ottawa: University of Ottawa Press.

Luxemburg, dkk. 1991. Tentang Sastra. Terjemahan Akhadiati Ikram. Jakarta: Intermassa. Newmark, Peter. 1988. Approaches to Translation. New York: Prentice Hall.

Saldanha, Gabriela & O‟Brien, Sharon. 2014. Research Methodologies in Translation Studies. New York: Routledge

Swan, Michael. 1996. Practical English Usage. New Edition. Oxford: Oxford University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudar a, per ihal Penawar an Peker jaan Pembangunan Pagar.. kecamatan Sebuku, maka dengan ini kami mengundang

sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi dengan judul “ Identifikasi Jumlah Koloni Bakteri dan Jenis Bakteri Pada Jajanan Sempol yang Dijajakan Para Pedagang

Harga Penawaran Terkoreksi Alamat

- Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 1 Unit Donggala 20.000.000 P A D JUNI 2012 30 Hari. - Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 2 Unit Donggala 35.000.000

Pembangunan/Rehabilitasi Bangunan Sekolah, Pembangunan Perpustakaan, Pembangunan Laboraturium, Pembangunan Pagar Sekolah dan Pengadaan Meubelair (DID). Belanja Modal Jasa

Nasional Pendidikan, pasal 38, pendidik (guru) adalah agen pembelajaran yang.. harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik,

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2007 Nomor

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian menggunakan analisis regresi dan korelasi yang dilakukan untuk menentukan pola hubungan rasio volume per kapasitas dengan