• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rice Plant Harvest app sebagai Sarana Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rice Plant Harvest app sebagai Sarana Pe"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Karya ini telah dipresentasikan dalam kompetisi nasional Agroecotechnology Scientific Enthusiast Competition (ASEC) 2017 pada tanggal 18 Februari 2017, yang diselenggarakan

oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana bertempat di Gedung Agrokomplek Universitas Udayana, Bali.

Hasil:

(2)

Rice Plant-Harvest app sebagai Sarana Peningkatan Produksi

dan Evaluasi Panen Petani Padi

Oleh: I Gusti Made Teddy Pradana*

*Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. email: teddy_pradana@rocketmail.com

Indonesia adalah negara agraris. Hal ini dapat kita lihat dari sebagian besar masyarakat Indonesia masih hidup berasal dari hasil bertani. Dirilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui news.viva.co.id tahun 2010, diketahui bahwa jumlah masyarakat Indonesia yang masih berkerja dalam sektor pertanian mendekati separuh dari keseluruhan penduduk usia kerja yakni sebesar sebesar 40%. Lebih khusus, dari data sensus pertanian tahun 2013, diperoleh bahwa subsektor tanaman pangan (padi dan palawija) adalah jenis usaha pertanian tertinggi di Indonesia, dengan jumlah sebanyak 17,73 juta atau 68% rumah tangga yang melakukan jenis usaha ini. Dari data diatas tentu sangat berdasar bila kita menyebutkan bahwa pergerakan pertanian Indonesia masih pada pemenuhan kebutuhan makanan pokok yaitu beras, untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Indonesia.

(3)

seharusnya terpukul dan malu menyandang gelar sebagai negara agraris. Dari data statistik maka kita patut bertanya, apakah kita benar-benar menuju masterplan swasembada pangan nasional? Ditengah ritme produksi padi seperti ini, seyogyanya kita bersama menyadari bahwa kondisi pangan Indonesia tidak sedang baik-baik saja, melainkan masih banyak masalah yang terjadi dan segera butuh tanggapan serta solusi yang konkret.

Berbicara mengenai permasalahan tidak dapat terpenuhinya produksi beras dalam negeri, dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: berkurangnya minat bertani dari kaula muda; berkurangnya lahan pertanian; dan berkurangnya perhatian stakeholder. Petani di masa reformasi ini masih saja hanya di dominasi oleh kalangan tua, bahkan dengan usia renta. Kaula muda saat ini lebih memilih menjadi karyawan swasta dengan gaji standar upah gaji regional (UMR) atau menjadi tenaga industri baik manufactur maupun pariwisata dengan gaji yang tidak dapat juga dikatakan banyak. Pemuda kekinian mulai enggan untuk bersinggungan dengan tani, pertanian, dan sejenisnya karena dianggap identik dengan kotor, tidak keren, tidak memberikan kepastian dan tidak memberikan jenjang karir yang jelas. Ini permasalahan pertama. Kedua, alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, perkantoran, jalan, fasilitas publik, gedung industri, gedung pencakar langit, dan gedung-gedung yang lainnya adalah permasalahan yang mengakibatkan semakin berkurangnya tempat bercocok tanam, termasuk bertani padi. Ketiga, keterlibatan stakeholder seperti akademisi, pemerintah, masyarakat, pengusaha dan petani itu sendiri adalah suatu keharusan bila ingin meningkatkan produksi pertanian dan pertanian yang berkelanjutan. Kebijakan-kebijakan yang pro petani masih sangat diperlukan agar keberlangsungan hidup petani saat ini. Selain itu untuk meregenerasi petani dari golongan muda, menyatukan tujuan ekonomi dan pertanian, diperlukan tidak sekedar kerjasama antar berbagai pihak, namun juga komitmen untuk bersama-sama membangun pertanian dan saling menguatkan satu elemen dengan elemen yang lainnya.

(4)

ataupun mengevaluasi hasil jerih payahnya dalam menghasilkan butiran beras. Dari ketiadaan sistem untuk mengetahui hasil pertaniannya, menyebabkan petani tak memiliki posisi tawar kepada elemen lainnya dalam pasar. Faktor usia petani, komunitas atau kelompok petani yang tak berkembang, kurangnya perhatian pemerintah, adanya permainan pengusaha adalah kendala yang sepertinya dirasakan oleh petani padi setiap hari. Teknologi pengolahan pasca panen yang tidak diketahui petani pun, sering memaksa petani agar segera menjual hasil panennya, sekalipun harga gabah saat itu anjlok. Maka, sudah barang tentu perlu adanya suatu solusi menyeluruh bagaimana petani dan kelompoknya berdaya memiliki sistem tata kelola lahan pertanian yang dapat mereka jadikan acuan dari tahun ke tahun di daerah pertanian mereka.

(5)

ataupun komunitas yang peduli akan hal ini. Selain itu informasi terkait harga gabah (GKP, Gabah Kering Simpan/GKS, GKG) dan beras juga disediakan di dalam aplikasi yang sama. Keseluruhan data dalam aplikasi kemudian dapat dicetak untuk keperluan seperti literatur, pembukuan, evaluasi, ataupun bahan untuk dasar peminjaman dana usaha atau lain sebaginya. Hal ini tak lain untuk memposisikan petani menjadi pekerjaan layak disandingkan dengan pekerjaan lainnya. Diharapkan dengan penerapan teknologi semacam ini dalam lingkup pertanian, pemuda dapat menjadi lebih tertarik ikut terjun dalam pertanian.

Dengan sistem tata kelola yang baik, maka bidang pertanian akan dapat bersaing dengan bidang lainnya. Penulis percaya, pengelolaan produksi gabah dengan menggunakan Rice Plant-Harvest app akan dapat banyak membantu petani. Petani berdaya dan produksi gabah terkelola dengan manajemen yang baik, itulah tujuan utama dari rancangan aplikasi ini. Selain itu tujuan jangka menengah dan jangka panjang dari aplikasi ini adalah untuk mendorong kaula muda untuk bergabung berkarya dalam bidang pertanian, serta memacu seluruh stakeholder untuk melirik sektor pertanian sebagai sektor yang sangat layak

dikembangkan lebih jauh lagi. ---

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013 (Pencacahan Lengkap). [Diunduh melaui link

http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php/publikasi/index. 13 Januari 2017]

Badan Pusat Statistik. 2015. Impor Beras Menurut Negara Asal Utama, 2000-2014. [Diunduh melaui link

https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1043. 13 Januari 2017] Badan Pusat Statistik.2016. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Selama Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Pekerjaan, 2008-2016. [Diunduh melalui link

https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1911, 13 Januari 2017] Suprapto, Hadi dan Viva News. 2010. 40 Persen Penduduk Indonesia Masih

Referensi

Dokumen terkait

V dimniku poteka poleg segrevanja kope, tudi oglenitev kope z vrha proti dnu stržena, zato je na tem mestu oglje prežgano Prah, 2002... Slika 30: Neenakomerna oglenitev kope

Di bawah mikroskop cahaya, kromosom dalam sel yang sedang membelah dan diwarnai, berupa batang fleksibel, padat, seperti terlihat pada gambar 2-1(a), setiap kromosom

Dengan perkembangan otonomi daerah tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi desentralisasi kekuasaan yang dapat berakibat pada desentralisasi tindak pidana korupsi dimana kasus

2# Pem*eri pelayanan persalinan den$an tindakan

Berdasarkan dari permasalahan kesulitan menulis youyakubun, dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami dan dirasakan oleh mahasiswa Prodi Bahasa Jepang Unnes

Fitur-fitur yang ada pada CITRA berbeda dengan fitur yang akan disajikan dalam storytelling interaktif mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia yang akan dibuat, dimana

Hitung (groundwater trajectory curves), jarak pencemaran (end value), lama pencemaran (travel time), konduktifitas hidrolika dan pembersihan larutan dari akuifer (flushing solute

Bapak dan Ibu dosen, serta para staf Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEISIA) Surabaya yang telah memberikan banyak bekal dan ilmu dan teladan yang berarti