• Tidak ada hasil yang ditemukan

asal usul kota di indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asal usul kota di indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Asal usul Sejarah

Kota Depok

(2)

 Masih terdapatnya nama-nama kampung atau desa yang

menggunakan bahasa Sunda antara lain Parung Serang, Parung Belimbing, Parung Malela, Parung Bingung, Cisalak, Karang Anyar dan lain-lain.

 Dr. NJ. Krom pernah menemukan cincin emas kuno

peninggalan zaman Padjajaran di Nagela, yang tersimpan di Museum Jakarta.

 Tahun 1709 Abraham Van Riebeck menemukan benteng

kuno peninggalan kerajaan Padjajaran di Karadenan.

 Di rumah penduduk Kawung Pundak sampai sekarang

masih ditemukan senjata kuno peninggalan zaman Padjajaran. Senjata ini mereka terima turun-temurun.

Depok Zaman IslamPengaruh Islam masuk ke Depok diperkirakan pada 1527, dan masuknya agama Islam di Depok bersamaan dengan perlawanan Banten dan Cirebon setelah Jayakarta direbut Verenigde Oost-lndische Compagnie (VOC) yang pada waktu itu berkedudukan di Batavia.

Hubungan Banten dan Cirebon setelah Jayakarta direbut VOC harus melalui jalan darat. Jalan pintas terdekat yaitu melalui Depok. Karena itu tidaklah meng-herankan kalau di Sawangan dan banyak peninggalan- peninggalan tentara Banten berupa :

 Kramat Beji yang terletak antara Perumnas Depok I dan

Depok Utara. Di sekitar tempat itu terdapat tujuh sumur dan sebuah bangunan kecil yang terdapat banyak sekali senjata kuno seperti keris, tombak dan golok peninggalan tentara Banter saat melawan VOC. Dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah itu bukanlah petani melainkan tentara pada jamannya. Informasi dari Kuncen turun temurun, bahwa tempat itu sering diadakan pertemuan antara tentara kerajaan Banten dan Cirebon. Di tempat itu biasanya diadakan latihar bela diri dan pendidikan agama yang sering disebut pade-pokan. Kemungkinan nama Depok juga bersumber dari Pa-depokan Beji.

 Di Pandak (Karadenan) terdapat masjid kuno yang

merupakan masjid pertama di Bogor. Lokasi masjid ini dengan Bojong Gede hanya terhalang Sungai Ciliwung. Masjid ini dibangun Raden Safe’i cucu Pangeran Sangiang bergelar Prabu Sura-wisesa, yang pernah menjadi raja mandala di Muara Beres. Di rumah-rumah penduduk sekitar masjid ini masih terdapat senjata-senjata kuno dan beberapa buah kujang peninggalan zaman Padjajaran. Jadi masjid dibangun tentara padjajaran yang masuk Islam kurang lebih tahun 1550.

 Di Bojong Gede terdapat makam Ratu Anti atau Ratu Mae-munah, seorang prajurit Banten yang berjuang melawan padja-jaran di kedungjiwa. Setelah perang selesai suaminya (raden pakpak) menyebarkan agama Islam di Priangan, sedangkan ratu anti sendiri menetap di bojonggede sambil menyebarkan agama Islam sampai meninggal.

(3)

tinggal akan goenanya boedak-boedak itoe mardaheka, dan djoega mareka itoe dan toeroen-temoeroennj a tijada sekali-sekali boleh potong ataoe memberi izin akan potong kajoe dari hoetan itoe boewat penggilingan teboe… dan mareka itoe tijada boleh bikin soewatoe apa djoega jang boleh djadi meroesakkan hoetan itoe dan kasoekaran boeat toeroen-temoeroennj

a,…”Penggalan kalimat dengan ejaan van Ophuijsen itu adalah hasil terjemahan Bahasa Belanda kuno dari surat wasiat tertanggal 14 Maret 1714 yang ditulis tangan Cornelis Chastelein, seorang Belanda, tuan tanah eks pegawai (pejabat) Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).

Tiga bulan kemudian Chastelein meninggal dunia, persisnya 28 Juni 1714. Cornelis Chastelein itulah yang disebut cikal bakal berdirinya Kota Depok sekarang. Di bawah wewenang Kerajaan Belanda ketika itu (1696), ia diizinkan membeli tanah yang luasnya mencakup Depok sekarang, ditambah sedikit wilayah Jakarta Selatan plus Ratujaya, Bojong Gede, Kabupaten Bogor sekarang.Meneer Belanda itu menguasai tanah kira-kira luasnya 1.244 ha, setara dengan wilayah enam kecamatan zaman sekarang. Yang menarik dari surat wasiatnya, ia melukiskan Depok waktu itu yang dihiasi sungai, hutan, bambu rimbun, dan sengaja ditanam, tidak boleh di-ganggu.

Sungai Krukut yang disebut-sebut dalam surat wasiat itu boleh jadi berhubungan dengan wilayah Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Kota Depok sekarang, persisnya di selatan Cinere. Jika ada penggilingan tebu, niscaya ada tanaman tebu. Pastilah tanaman tebu itu terhampar luas dengan pengairan cukup. Bisa dibayangkan betapa elok Depok waktu itu.Depok dan Bogor menjadi wilayah kekuasaan VOC sejak 17 April 1684, yaitu sejak ditandatanganinya perjanjian antara sultan haji dari Banten dengan VOC. Pasal tiga dari perjanjian tersebut adalah Cisadane sampai ke hulu menjadi batas wilayah kesultanan Banten dengan wilayah kekuasaan VOC.

(4)

Pada era tersebut, hidup seorang tuan tanah dermawan yang juga menaruh perhatian besar terhadap perkembangan agama Kristen di Batavia dan sekitarnya. Beliau adalah Cornelis Chastelein yang menjadi anggota Read Ordinair atau pejabat pengadilan VOC. Ayahnya Antonie Chastelein, adalah seorang Perancis yang menyeberang ke Belanda dan bekerja di VOC. Ibunya Maria Cruidenar, putri Wali Kota Dordtrecht. Sinyo Perancis-Belanda ini menikah dengan noni holland Catharina Van Vaalberg.

Pasangan ini memiliki seorang putra, Anthony Chastelein, dan kawin dengan Anna De Haan.Saat menjabat pegawai VOC, kariernya cepat melejit. Namun, saat terjadi perubahan kebijakan karena pergantian Gubernur Jenderal VOC dari J. Camphuys ke tangan Willem Van Outhorn, ia hengkang dari VOC. Sebagai agamawan fanatik, Cornelis tidak senang melihat praktek kecurangan VOC. Borok-borok moral serta korupsi di segala bidang lapisan pihak Kompeni Belanda selaku penguasa sangat berten-tangan dengan hati nurani penginjil ini.

Maka ia tetap bersikukuh keluar dari VOC, beberapa saat sebelum Gubernur Jenderal VOC Johannes Camphuys mengalihkan jabatannya kepada Willem Van Outhorn.Pada 18 Mei 1696, ia membeli tiga bidang tanah di hutan sebelah selatan Batavia yang hanya bisa dicapai melalui Sungai Ciliwung dan jalan setapak. Ketiga bidang tanah itu terletak di 6ilangan Mampang, Karanganyar, dan Depok.

Tahun itu juga, ia mulai menekuni bidang per-tanian di bilangan Seringsing (Serengseng) .Untuk menggarap lahan pertaniannya yang luas itu, ia mendatangkan pekerja dari Bali, Makassar, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Ternate, Kei, Jawa, Batavia, Pulau Rate, dan Filipina. Semuanya berjumlah sekitar 120 orang. Atas permintaan ayahnya dulu, ia pun menyebarkan agama Kristen kepada para budaknya.

(5)

Marga itu kini hanya tinggal 11 buah karena marga Zadoks telah punah.Anthony, putra Cornelis Chastelein, meninggal pada 1715, satu tahun setelah ayahnya meninggal. Istri Anthony kemudian menikah dengan Mr. Joan Francois De Witte Van Schooten, anggota dari Agtb. Raad van Justitie des casteels Batavia.Di Depok saat ini masih terdapat Lembaga Cornelis Chastelein (LCC) yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial.

Lembaga itu dibentuk 4 Agustus 1952 dihadapan Notaris Soerojo dengan perwakilan diantaranya J.M Jonathans dan F.H Soedira.Sementara itu, keturunan pekerja yang dimerdekakan Cornelis Chastelein itu biasa disebut Belanda Depok. Namun RM Jonathans, salah satu tokoh YLCC menyebut julukan itu tidak kondusif, seolah olah memberi pembenaran bahwa komunitas tadi merupakan repre-sentasi masyarakat Belanda yang ada di Indonesia, yang ketika itu menjajah Indonesia.Asal Usul Pondok CinaAwalnya, Pondok Cina bernama Kampung Bojong, sebuah tempat transit pedagang-pedagang Tionghoa yang hendak berjualan di Depok.

Pondok Cina dulunya hanya berupa hutan karet dan sawah. Konon, waktu itu Cornelis Chastelein pernah membuat peraturan bahwa orang-orang Cina tidak boleh tinggal di kota Depok. Mereka hanya boleh berdagang, tapi tidak boleh tinggal. Pedagang-pedagang itu datang menjelang matahari terbenam. Karena sampainya malam hari, mereka istirahat dan membuat tempat transit dengan membuat pondok-pondok sederhana di luar wilayah Depok, yang bernama Kampung Bojong milik seorang tuan tanah keturunan Tionghoa. Menjelang subuh orang-orang keturunan Tionghoa tersebut bersiap-siap untuk berangkat ke pasar Depok.

Kampung Bojong berubah nama menjadi kampung Pondok Cina pada tahun 1918. Masyarakat sekitar daerah tersebut selalu menyebut kampung Bojong dengan sebutan Pondok Cina. Lama-kelamaan nama Kampung Bojong hilang dan timbul sebutan Pondok Cina sampai sekarang.Asal Usul MargondaKonon, nama Margonda berasal dari nama seorang pahlawan yang bernama Margonda. Keluarga yang mengklaim sebagai anak keturunan Margonda sendiri (di Cipayung, Depok) sampai sekarang belum dapat memberikan informasi mengenai sepak terjang atau lokasi makam Margonda.Depok Zaman JepangSetelah Jepang menyerah kepada sekutu, HEIHO dan Pembela Tanah Air (PETA) dibubarkan. Putra-putri HEIHO dan PETA kembali ke kam-pungnya.

(6)

tujuh orang bekas HEIHO dan 13 pemuda Depok lainnya.Pada rapat tersebut diputuskan dibentuk barisan keamanan Depok yang seluruhnya berjumlah 21 orang dengan komandannya Tole Iskandar. Ke-21 orang inilah sebagai cikal bakal perjuangan di Depok.

Depok Zaman KemerdekaanPada zaman kemerdekaan Depok ini menjadi sebuah kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor.Pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI).

Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu :

 Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa,

yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru.

 Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa

Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.

 Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu :

Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.

Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang pesat baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Khususnya bidang Pemerintahan semua Desa berganti menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan, sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan, yaitu

 Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan,

yaitu : Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahjn Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.

 Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu :

Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.

 Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan,

yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya.

(7)

April 1999 dan dijadikan sebagi hari jadi Kota Depok.Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok dilantik sebagai Penjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok.

Menurut Undang-Undang tersebut, wilayah Kotamadya daerah Tingkat II Depok memiliki luas wilayah 20.504,54 Ha yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu:

 Kecamatan Cimanggis dengan luas wilayah 5.077,3 Ha,

yang terdiri dari 1 (satu) kelurahan dan 12 (dua belas) desa, yaitu: Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.

 Kecamatan Sawangan dengan luas wilayah 4.673,8 Ha,

yang terdiri dari 14 (empat belas) desa, yaitu: Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.

 Kecamatan Limo dengan luas wilayah 2.595,3 Ha, yang terdiri dari 8 (delapan) desa, yaitu: Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.

 Kecamatan Beji, terdiri dari 6 kelurahan dengan luas

wilayah 1614 Ha.

 Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 kelurahan dengan luas wilayah 3.398 Ha.

 Kecamatan Pancoran Mas, dengan pusat pemerintahan

berkedudukan dikelurahan Depok, terdiri dari 6 Kelurahan dan 6 Desa dengan luas wilayah 2.671 Ha.

Pada tahun 2007, berdasarkan Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok, terjadi pemekaran Kecamatan di Kota Depok dari 6 (enam) menjadi 11 (sebelas) kecamatan. Dengan pemekaran ini, setiap kecamatan hanya akan membawahi empat hingga tujuh kelurahan saja, di mana sebelumnya 6 hingga 14 Kelurahan. Kecamatan hasil pemekaran berdasarkan Perda tersebut adalah sebagai berikut:

 Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji,

Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru.

 Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja:

Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.

(8)

 Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan

Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.

 Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan

Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.

 Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo,

Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.

 Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan

Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.

 Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan

Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.

 Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos,

Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.

 Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan

Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%..Depok menjadi salah satu wilayah termuda di Jawa Barat dengan luas wilayah sekitar 207.006 km2 yang berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi.

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan masuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

(9)

Kota Depok selain sebagai kota otonom juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air.Para penghuni yang mendiami wilayah Depok sebagian besar berasal dari pindahan orang Jakarta. Tak heran kalau dulu muncul pomeo Depok adalah Daerah Elit Pemukiman Orang Kota.

Sejarah,

Kabupaten

Bangkalan

Sejarah

perkembangan

Islam di Bangkalan diawali dari masa pemerintahan

Panembahan Pratanu yang bergelar Lemah Dhuwur.

Beliau adalah anak Raja Pragalba, pendiri kerajaan kecil

yang berpusat di Arosbaya, kerajaan ini keberadaannya

sekitar 20 km dari kota Bangkalan ke arah utara.

Panembahan Pratanu diangkat sebagai raja pada 24

Oktober 1531 setelah ayahnya, Raja Pragalba

(10)

Pratanu untuk memeluk agama Islam. Mimpinya ini

diceritakan kepada ayahandanya selanjutnya sang Ayah

memerintahkan patih Empu Bageno untuk mempelajari

Islam di Kudus.

Perintah ini dilaksanakan sebaik-baiknya, bahkan

Bageno bersedia masuk Islam sesuai saran Sunan Kudus

sebelum menjadi santrinya selama beberapa waktu

lamanya. Ia kembali ke Arosbaya dengan ilmu

keislamannya dan memperkenalkannya ilmi tersebut

kepada Pangeran Pratanu. Pangeran Pratanu sempat

marah setelah tahu Bageno masuk Islam mendahuluinya.

Tapi setelah dijelaskan bahwa Sunan Kudus

mewajibkannya masuk Islam sebelum mempelajari

agama itu, Pangeran Pratanu menjadi maklum.

Setelah Pangeran Pratanu sendiri masuk Islam dan

mempelajari agama itu dari Empu Bageno, ia kemudian

menyebarkan agama itu ke seluruh warga Arosbaya.

Akan tetapi ayahnya, Raja Pragalba sampai wafat dan

digantikan oleh Pangeran Pratanu belum masuk Islam.

Jauh sebelum Pangeran Pratanu dan Empu Bageno

menyebarkan Islam, sejumlah kerajaan kecil di

Bangkalan. Diawali dari Kerajaan Plakaran yang

didirikan oleh Kyai Demang dari Sampang. Yang

diperkirakan merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit

yang sangat berpengaruh pada saat itu. Kyai Demang

menikah dengan Nyi Sumekar, yang diantaranya

melahirkan Raden Pragalba. Pragalba menikahi tiga

wanita.

Pratanu adalah anak Pragalba dari istri ketiga yang

dipersiapkan sebagai putera mahkota dan kemudian

dikenal sebagai raja Islam pertama di Madura. Pratanu

menikah dengan putri dari Pajang yang memperoleh

keturunan lima orang :

(11)

Raden Koro yang bergelar Pangeran Tengah di Arosbaya,

Raden Koro menggantikan ayahnya ketika Pratanu

wafat,

Pangeran Blega yang diberi kekuasaan di Blega,

Ratu Mas di Pasuruan,

Ratu Ayu.

Tahun 1624, Kerajaan Arosbaya runtuh diserang oleh

Mataram pada masa pemerintahan Pangeran Mas.

Pertempuran ini Mataram kehilangan panglima

perangnya, Tumenggung Demak, beberapa pejabat

tinggi kerajaan dan sebanyak 6.000 prajurit gugur.

Minggu 15 September 1624, pertempuran yang

mendadak ini merupakan perang besar dan memakan

korban yang besar pula, laki-laki dan perempuan

kemedan laga. Beberapa pejuang laki-laki sebenarnya

masih bisa tertolong jiwanya. Namun ketika para wanita

akan menolong mereka melihat luka laki-laki itu berada

pada punggung, mereka justru malah membunuhnya.

Luka di punggung itu membuktikan bahwa mereka

melarikan diri, yang dianggap mengingkari jiwa ksatria.

Saat keruntuhan kerajaan itu, Pangeran Mas melarikan

diri ke Giri. Sedangkan Prasena (putera ketiga Pangeran

Tengah) dibawa oleh Juru Kitting ke Mataram, yang

kemudian diakui sebagai anak angkat oleh Sultan Agung

dan dilantik menjadi penguasa seluruh Madura yang

berkedudukan di Sampang dan bergelar Tjakraningrat I.

Keturunan dari Tjakraningrat inilah yang selanjutnya

mengembangkan pemerintahan kerajaan baru di

(12)

Sontomerto, sebab ia sering tidak berada di Sampang, ia

sering pergi ke Mataram melapor sekali setahun

ditambah beberapa tugas lainnya.

Dari perkawinannya dengan adik Sultan Agung,

Tjakraningrat tidak mempunyai keturunan. Setelah

istrinya (adik Sultan Agung wafat), Tjakraningrat

menikah dengan dengan Ratu Ibu ( Syarifah Ambani,

keturunan Sunan Giri ), Baru dari perkawinan inilah

Tjakraningrat dikaruniai tiga orang anak.

Sedangkan dari selir yang lainnya Tjakraningrat

dikaruniai beberapa orang anak (Tertulis pada Silsilah

yang ada di Asta Aer Mata Ibu).

Tahun 1891, Bangkalan mulai berkembang sebagai

pusat kerajaan yang menguasai seluruh kekuasaan-

kekuasaan di Madura, pada masa pemerintahan

Pangeran Tjakraningrat II yang bergelar Sultan

Bangkalan II. Namun Raja ini banyak berjasa kepada

Belanda dengan membantu mengembalikan kekuasaan

Belanda di beberapa daerah di Nusantara bersama

tentara Inggris.

Karena jasa-jasa Tjakraningrat II itu, Belanda

memberikan izin kepadanya untuk mendirikan militer

yang disebut ‘Corps Barisan’ dengan berbagai

persenjataan resmi modern saat itu. Bisa dikatakan

Bangkalan pada waktu itu merupakan gudang senjata,

termasuk gudang bahan peledak.

Namun perkembangan kerajaan di Bangkalan justru

mengkhawatirkan Belanda setelah kerajaan itu semakin

kuat, meskipun kekuatan itu merupakan hasil pemberian

Belanda atas jasa-jasa Tjakraningrat II membantu

memadamkan pemberontakan di beberapa daerah.

Belanda ingin menghapus kerajaan itu. Ketika

Tjakraningrat II wafat, kemudian digantikan oleh

Pangeran Adipati Setjoadiningrat IV yang bergelar

(13)

menghapus kerajaan itu. Baru setelah Panembahan

Tjokroadiningrat wafat, sementara tidak ada putera

mahkota yang menggantikannya, Belanda memiliki

kesempatan menghapus kerajaan yang kekuasaannya

meliputi wilayah Madura itu.

Raja Bangkalan Dari Tahun 1531 – 1882

Tahun 1531 – 1592 : Kiai Pratanu (Panembahan Lemah

Duwur)

Tahun 1592 – 1620 : Raden Koro (Pangeran Tengah)

Tahun 1621 – 1624 : Pangeran Mas

Tahun 1624 – 1648 : Raden Prasmo (Pangeran

Cakraningrat I)

Tahun 1648 – 1707 : Raden Undakan (Pangeran

Cakraningrat II)

Tahun 1707 – 1718 : Raden Tumenggung Suroadiningrat

(Pangeran Cakraningrat III)

Tahun 1718 – 1745 : Pangeran Sidingkap (Pangeran

Cakraningrat IV)

Tahun 1745 – 1770 : Pangeran Sidomukti (Pangeran

Cakraningrat V)

Tahun 1770 – 1780 : Raden Tumenggung

Mangkudiningrat (Panembahan Adipati Pangeran

Cakraadiningrat VI)

Tahun 1780 – 1815 : Sultan Abdu/Sultan Bangkalan I

(Panembahan Adipati Pangeran Cakraadiningrat VII)

Tahun 1815 – 1847 : Sultan Abdul Kadirun (Sultan

Bangkalan II)

Tahun 1847 – 1862 : Raden Yusuf (Panembahan

Cakraadiningrat VII)

(14)
(15)

SEJARAH ASAL USUL NAMA KOTA JEPARA

Gapura Selamat Datang Di Kota Jepara

Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah.

Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M) mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga

disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas. Jepara baru dikenal pada

abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521).

Tugu Selamat Datang Kota Jepara

(16)

menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan / Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan

Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin (suami). Namun setelah

tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah

terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.

Ratu Kalinyamat Jepara

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579),Jepara

berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan

Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak. Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena

(17)

Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun

serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di

Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.

Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal

diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai

““QUILIMO”.Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.

Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.

Motto : Trus Karyo Tataning Bumi

Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadirin. Mengacu pada semua aspek positif yang telah

(18)

Referensi

Dokumen terkait

“ Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa

Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Zona Subduksi dan Busur Gunungapi Jawa Timur berdasarkan Analisis Data Gravitasi.. Muhamad Ragil Setiawan * dan

Tombol pendeteksi kegagalan motor penggerak (broken drive devices) Jika escalator mempunyai sistem penggerak menghubungkan motor dengan sproket tangga melalui

Ibu yang memiliki status ekonomi kuintil 1 (48,02%) dan kuintil 2 (48,02%) lebih banyak melakukan upaya kesehatan melalui posyandu dibandingkan dengan responden yang memiliki

Perbedaan energi antara puncak utama emisi (2,8 eV) dengan puncak-puncak tambahan ini berada pada kisaran <0,05 eV. Terbangun suatu perbedaan tingkat-tingkat keadaan

Berdasarkan pasal 120 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementrasi Undang-undang Administrasi Kependudukan di Kantor Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur dirasa masih kurang maksimal,

Integrasi SIG dengan data penginderaan jarak jauh dapat membantu dalam suatu kegiatan perencanaan (Mainassy, 2005) , seperti informasi mengenai peluang pengembangan berbagai