• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuransi di Hutan musim Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuransi di Hutan musim Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ASURANSI DI HUTAN INDONESIA

Kompetisi Esay dan Karya Tulis Mahasiswa Nasional 2014 KERTAS 2014

Lembaga Penalaran dan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Disusun oleh:

ARWIN ANINDYKA 135030700111012

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

(2)

1 Pendahuluan

Hutan tropis berperan sangat vital bagi keberlangsungan kehidupan di bumi. Bahkan banyak ilmuan telah mengakui bahwa hutan tropis merupakan paru-paru bumi karena mampu mengubah emisi CO2 menjadi O2 yang sangat dibutuhkan makhluk hidup dalam bertahan hidup, terlebih bagi milyaran manusia di muka bumi ini.

Kehidupan di bumi sangat bergantung dari keberadaan hutan. Salah satunya, ketergantungan kepada hutan tropika Indonesia. Sayangnya bagian paru-paru bumi yang berada di Indonesia tersebut telah digerogoti “kangker hutan” yang terus menyebar dan meluas setiap tahunnya. Menurut Organisasi Pertanian dan Pangan Dunia (FAO), pada tahun 1990 luas hutan Indonesia mencapai 116.567.000 ha tapi setelah sepuluh tahun yaitu pada tahun 2000 berkurang menjadi 97.852.000 ha kemudian tahun 2005 terus berkurang menjadi 88.496.000 ha (Nashikhun, 2013). Jadi, rata-rata luas hutan Indonesia berkurang 1.871.400 ha setiap tahunnya. Jika hal tersebut terus terjadi maka pada tahun 2053 hutan di

Ketiga prase tersebut dijelaskan oleh Menteri Kehutanan Indonesia Zulkifli Hasan sebagai salah satu bentuk tindakan dari pemerintah yang bertujuan mengajak masyarakat mulai peduli terhadap hutan1. Sentuh tanah dimaksudkan bahwa tidak ada lahan kosong yang tidak ditanami pohon. Sentuh air dimaksudkan untuk mengajak masyarakat menjaga sumber air agar tetap bersih yang salah satu caranya yaitu menjaga kelestarian hutan. Sementara itu, sentuh budaya dimaksudkan untuk menggelorakan budaya cinta lingkungan dan kebersihan untuk hidup hidup sehat dan hijau. Sudah sewajarnya pemerintah melakukan ajakan seperti itu mengingat begitu pentingnya hutan Indonesia terhadap bumi.

1Disampaikan pada Temu Rimbawan Sulawesi Utara di Manado pada tahun 2013. Diakses dari

(3)

2 Pentingnya hutan Indonesia tentunya juga dirasakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Keberadaannya memberikan pengaruh yang besar pada pendapatan negara dari sektor nonmigas yang sangat membantu dalam pembangunan Indonesia. Selain itu, keberadaan hutan juga sangat berpengaruh bagi daerah, terlebih dengan diterapkannya otonomi daerah. Hutan menjadi salah satu penyokong dalam pembangunan daerah seperti keberadaan hutan rakyat yang memproduksi pohon-pohon bernilai ekonomis seperti jati, ulin dan lain-lain. Pemanfaatan seperti itu memberikan tambahan pemasukan bagi daerah khususnya bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Potensi hutan Indonesia selalu menggoda untuk dimanfaatkan guna mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Tanah di Indonesia yang kaya akan unsur hara semakin memperkuat hal tersebut. Hasilnya seperti yang terjadi sampai saat ini. Luas hutan Indonesia setiap tahun semakin berkurang. Berdasarkan catatan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 2% dari luas hutan Indonesia berkurang setiap tahunnya (www.wwf.or.id). Data tersebut diperkuat oleh data FAO dalam (Nashikhun, 2013) bahwa pada tahun 1990 luas hutan di Indonesia mencapai 116.567.000 ha, tahun 2000 berkurang menjadi 97.852.000 ha, dan pada tahun 2005 berkurang menjadi 88.496.000 ha.

Terdapat beberapa perkara yang menyebabkan hutan Indonesia semakin berkurang setiap tahunnya. Perkara yang paling berpengaruh diantaranya adalah penebangan hutan secara ilegal dan pembukaan lahan hutan menjadi lahan perkebunan.

Illegal logging merupakan kejadian yang sudah sangat umum terjadi pada hutan Indonesia. Sejak pertengahan abad 20 hutan Indonesia semakin gencar dijarah hanya untuk kepentingan segelintir orang. Padahal Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 pasal 3 telah mengatur bahwa penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Akan tetapi, hingga saat ini illegal logging masih sulit untuk diatasi. Hasilnya, setiap tahun kegiatan ini terus menyumbang kerusakan dan kerugian pada hutan Indonesia.

(4)

3 mengalihfungsikan hutan menjadi lahan perkebunan. Membuka lahan dengan menebang pohon dan sering juga dengan membakar lahan tersebut. Bahkan membuka lahan dengan melakukan pembakaran menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kebakaran hutan seperti yang terjadi di hutan Sumatera dan Kalimantan setiap tahunnya.

Pembukaan lahan hutan menjadi lahan perkebunan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat saja tapi juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit. Lahan hutan yang semula rimbun dengan beraneka ragam tumbuhan yang menyuplai banyak oksigen bagi bumi berubah menjadi lahan perkebunan dengan tanaman homogen yang berbaris rapi dan tidak memberikan manfaat lebih dalam menyuplai oksigen bagi bumi. Dampaknya seperti yang telah terjadi sampai saat ini, lahan hutan berkurang sejalan dengan berkurangnya habitat flora fauna dan produksi oksigen bumi.

Pemerintah memang menjadi garda utama sebagai penanggung jawab keadaan hutan Indonesia saat ini. Akan tetapi, masyarakat juga punya andil besar dalam menjaga dan melestarikan hutan Indonesia. Memberi kritik dan masukan serta pengharapan pada pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut tidak dapat memberikan dampak yang lebih signifikan jika masyarakat sendiri acuh tak acuh terhadap aturan dan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan yang fleksibel karena pelaksanaannya dapat dilakukan dengan baik oleh pemerintah maupun secara independen oleh masyarakat. Mengasuransikan hutan Indonesia dengan penanaman pohon bernilai ekonomi sebagai bentuk kegiatannya merupakan satu contoh tindakan fleksibel yang dapat menyelamatkan hutan Indonesia. Tindakan tersebut sederhana namun dapat memberikan dampak yang signifikan pada penyelamatan hutan.

ISI

Asuransi merupakan kegiatan untuk mengurangi resiko terhadap kejadian yang akan terjadi dan tidak bisa diprediksi. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 pasal 1 menerangkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah

(5)

4 yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”

Asuransi hutan tidak jauh berbeda dengan asuransi-asuransi pada umumnya. Asuransi hutan adalah asuransi yang diwujudkan dalam bentuk penanaman pohon bernilai ekonomi pada hutan negara yang dikelola dan dipertanggungjawabkan oleh pihak penanggung terhadap pihak tertanggung. Masing-masing pihak memiliki tanggung jawab seperti yang ada pada asuransi jiwa maupun asuransi pendidikan. Perbedaannya, asuransi hutan bisa digunakan sebagai asuransi jiwa maupun asuransi pendidikan. Syarat utama pencairan asuransi tersebut adalah pohon yang diasuransikan telah mencapai umur standar untuk bisa ditebang minimal 5 tahun terhitung sejak penanaman bibit pohon.

Menteri Kehutanan mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil penelitian, setiap orang membutuhkan 10 pohon untuk memenuhi kebutuhan oksigen selama hidupnya2. Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut, pihak tertanggung asuransi hutan minimal memiliki 10 pohon. Bibit pohon-pohon tersebut akan ditanam pada lokasi-lokasi tertentu di wilayah hutan negara, khususnya pada lahan yang rusak ataupun sudah gundul. Setiap pohon akan diberikan tanda sesuai dengan kode setiap tertanggung. Oleh karena itu, pihak tertanggung akan memiliki kartu asuransi untuk memudahkan kegiatan administrasi asuransi.

Seperti aturan dalam asuransi pada umumnya, asuransi hutan juga memiliki premi asuransi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, premi asuransi merupakan pembayaran sejumlah uang dari pihak tertanggung kepada pihak penanggung sebagai bentuk keterikatan kedua belah pihak. Oleh karena itu, pihak tertanggung harus mengeluarkan premi asuransi setiap bulan kepada pihak penanggung. Misalnya untuk penanaman pohon jati, premi yang dibayarkan pihak tertanggung sebesar Rp 50.000 atau perseratus dari harga 10 pohon setelah berumur 5 tahun atau diameter batang sebesar 10 cm. Perseratus tersebut merupakan ketetapan yang umumnya diterapkan pada kegiatan asuransi (Tim Pengembang, 2008).

2

(6)

5 Adanya kartu asuransi akan memudahkan dalam pindah alih kepada pewaris pihak tertanggung. Jadi, kelebihan dari asuransi hutan yaitu dapat dimanfaatkan oleh generasi penerus dari pihak tertanggung sehingga besarnya asuransi yang diterima nantinya semakin lama semakin bertambah. Misalnya untuk pohon jati, ketika pohon berusia 5 tahun dengan diameter batang 10 cm harga minimal adalah Rp 500.000 dan meningkat dua kali lipat setelah lima tahun berikutnya.

Dibutuhkan pengelolaan yang baik agar manajemen jangka panjang yang ada pada asuransi hutan tidak menimbulkan masalah ketika pencairan dana asuransi. Pengelolaan asuransi hutan tersebut dapat dilaksanakan oleh dua pihak yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah dan pengelolaan secara independen oleh masyarakat. Secara garis besar, pengelolaan kedua pihak tersebut hampir sama. Akan tetapi, ada beberapa hal yang membedakannya.

Pertama, pengelolaan asuransi hutan yang dilakukan oleh pemerintah. Pengelolaan tersebut akan dilaksanakan oleh badan atau unit yang dinaungi oleh Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Administrasi dan manajemen asuransi hutan akan ditangani secara profesional oleh pegawai pemerintah dan dibantu oleh polisi hutan. Setelah dilakukan penanaman bibit pohon, pihak pengelola akan melakukan pengawasan secara berkala guna kepentingan perawatan dan pengamanan pohon yang telah menjadi bagian dari asuransi.

Kedua, pengelolaan asuransi hutan yang dilakukan secara independen oleh masyarakat. Salah satu bentuk pengelolaan tersebut berupa Koperasi Unit Desa (KUD). KUD tersebut menjadi pihak penanggung dalam asuransi hutan. Selain itu, pihak KUD yang akan mengurus perizinan lahan yang akan dijadikan tempat untuk penanaman pohon. KUD akan bekerjasama secara swadaya dengan masyarakat di sekitar hutan atau lokasi penanaman dalam melakukan pengawasan terhadap pohon.

(7)

6 PENUTUP

Pengelolaan asuransi hutan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat akan semakin baik jika ada sinergisitas antara keduanya atau ada dukungan timbal balik dari kedua belah pihak. Pemerintah mendukung, terlebih dalam memberikan legalitas dan perlindungan hukum asuransi hutan. Sementara itu, masyarakat mendukung dalam menjaga dan mengawasi secara swadaya hutan-hutan yang masuk dalam kegiatan asuransi. Jika hal tersebut dapat dilakukan, pengelolaan asuransi hutan dapat berjalan lebih efektif.

Melalui asuransi hutan, kegiatan penyelamatan hutan Indonesia menjadi lebih kreatif dan produktif. Dana asuransi yang diterima oleh pihak tertanggung tidak hanya dinikmati oleh pihak tertanggung, tetapi secara tidak langsung dapat memberikan pendapatan pada daerah atau negara melalui penjualan kayu legal dari pohon-pohon yang masuk dalam kegiatan asuransi. Meskipun membutuhkan waktu yang relatif lama dalam pencairan dana, asuransi hutan menjadi investasi yang sangat menjanjikan bagi generasi-generasi penerus –anak cucu– dari pihak tertanggung.

(8)

7 Daftar Pustaka

Buol, Ronny Adolof. 2013. “3,5 Juta Hektar Hutan Indonesia Rusak Tiap Tahun”.

Diakses dari

http://regional.kompas.com/read/2013/11/07/1748309/3.5.Juta.Hektar.Hut an.Indonesia.Rusak.Tiap.Tahun pada 14 Juli 2014.

Nashikhun, Uun. 2013. “Ketergantungan Dunia Akan Hutan Indonesia”. Diakses dari http://green.kompasiana.com/iklim/2013/04/03/ketergantungan-dunia-akan-hutan-indonesia-541907.html pada 5 Agustus 2014.

Tim Pengembang. 2008. Model Ajar Asuransi. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang asuransi. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan.

Referensi

Dokumen terkait

Penerima PKH meskipun sering hidup dalam kondisi kritis dan tetap bisa bertahan karena hidup secara subsisten dengan menggunakan beberapa cara. Namun para penerima

ABSTRAK: Pada zaman yang telah modern ini masyarakatnya mulai melupakan budaya setempat dan lebih condong kepada budaya luar dengan alasan budaya setempat sudah ketinggalan zaman

Hasil penilaian ini sesuai dengan jawaban 124 responden, yang menyatakanbahwapengawas telah melakukan tugasnya dengan sangat baik dalam hal: Menyusun program pembimbingan

Hasil tabulasi silang sikap orang tua dengan sibling rivalry diketahui bahwa sebagian besar sikap orang tua yang mempunyai sifat positif tidak mempunyai anak

4 FOKUS PENGGARAPAN SASARAN “BEDAH PENDIDIKAN” GERAKAN PENUNTASAN BUTA HURUF WAJAR DIKDAS 9 TH APK / APM SLTP SELURUH ANAK USIA 13 – 15 TAHUN BISA MENGAKSES PENDIDIKAN JENJANG

Metil paraben digunakan dalam skin lotion karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur (Rieger 2000).. Berdasarkan dari hasil pengujian skin lotion secara

dihadapkan pada dua kondisi, dimana Aisyah merasa dilem Aisyah merasa dilema apakah ia harus mengikuti saran a apakah ia harus mengikuti saran dari dokter dan harus mengorbankan

Ditinjau dari sumber penghasilan utama rumah tangga, ternyata di Kecamatan Pagerwojo yang terbesar adalah sektor pertanian hal ini dikarenakan Kecamatan Pagerwojo