• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEEFEKTIFAN PENERAPAN SIMDA PENGADAAN BARANG BERBASIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINGKAT KEEFEKTIFAN PENERAPAN SIMDA PENGADAAN BARANG BERBASIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

ADITYA RISKIAWAN

F1310003

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

(6)

commit to user

vi Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan Skripsi dengan judul Tingkat Keefektifan Penerapan Simda Pengadaan

Barang Berbasis Technology Acceptance Model.

Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi syarat-syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menerima bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap rasa hormat dan ketulusan hati, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret.

2. Bapak Santoso Tri Hananto, SE, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi

FE UNS.

3. Bapak Sri Suranta, SE, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Swadana

Transfer FE UNS.

4. Bapak Anas Wibawa, SE, M.Si, Ak, selaku pembimbing dalam pembuatan Skripsi

yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan Skripsi.

5. Orang-orang yang sangat penulis sayangi Mama dan Papa yang senantiasa

memberikan dorongan serta semangat baik material maupun doa.

6. Wanita yang penulis sayangi Medya Riana Happy yang selalu mendukung dan

(7)

commit to user

vii 8. Teman-teman mahasiswa jurusan akuntansi swadana transfer khususnya angkatan

2010, tetap semangat untuk kalian semua dan semoga sukses.

9. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dan tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penulisan

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan

Surakarta, November 2012

(8)

commit to user 2.1. Technology Acceptance Model (TAM)………...……....14

2.2. Kelebihan dan kekurangan TAM………...17

(9)

commit to user

ix

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian……….….…….………....……...……..31

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ……….…..………31

3.3. Instrumen Penelitian…….………...……...31

3.4. Teknik Pengambilan Sampel………..…...…....32

3.5. Pengukuran Variabel……….……….……...….. …....…...33

3.6 Sumber Data ……….………...……...…….……...37

3.7 Teknik Pengambilan data ………...…..………...38

3.8 Teknik Analisis ………..…...…………...38

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Koefisien Jalur………...………...……....………..49

4.2. Uji Validitas………..……….….…….50

4.3. Uji Realibilitas………..…...……..52

4.4. Uji Asumsi…………... ………..………..………...…...53

4.4 Uji Asumsi Goodness of Fit ………..…...………54

(10)

commit to user

x 5.3. Saran………..………....…...68

DAFTAR PUSTAKA ………...……....………69

(11)

commit to user

xi 4.2. Tabel Hsil Uji Realibilitas ...………..….…….52

4.3. Tabel Hasil Uji Skewness dan Kurtosis……..……...………..53

4.4. Tabel Hasil Uji Asumsi Goodness of Fit...……….54

(12)

commit to user

xii 1. Lampiran kuisioner

2. Lampiran penginputan data

3. Lampiran data pengolahan AMOS

(13)

commit to user

(14)

commit to user

Aditya Riskiawan

F1310003

Penggunaan teknologi telah berkembang pesat pada masa ini, tidak hanya digunakan

kalangan mahasiswa dan umum, di perkantoran sudah mengadopsi beberapa software untuk

memudahkan dalam bekerja. Salah satunya software Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang telah diterapkan di seluruh Indonesia khususnya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini di khususkan SIMDA pengadaan barang yang terdapat di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset (DPPKA) dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKAD) pada setiap kabupaten. Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman lebih baik mengenai proses pengadopsian SIMDA pengadaan barang dan tingkat keefektifan diterapkannya software tersebut . Technology Acceptance

Model (TAM) digunakan sebagai suatu kajian teoritis yang mampu menjelaskan kegunaan

dan kemudahan yang dirasakan serta seberapa besar tingkat keefektifan software tersebut oleh pegawai. Unsur dari TAM terdiri dari Preceived ease of use, Preceived Usefulness,

Mandatory Using, Attitude Toward Using, Behavioral Intention, dan Actual Usage.

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner pada 112 pegawai DPPKA dan

DPPKAD pada setiap kabupaten yang menngoperasikan software tersebut untuk penentuan

sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dianalisis dengan AMOS versi 16.

Hasil dari penelitian ini menunjukan PEU berpengaruh terhadap PU, PEU tidak berpengaruh terhadap ATU, PEU tidak berpengaruh terhadap ATU, MU berpengaruh terhadap ATU, ATU berpengaruh terhadap BI, PU berpengaruh terhadap BI, dan BI tidak berpengaruh terhadap AU.

Kata kunci : SIMDA, Pengadaan barang, DPPKA, Technology Acceptance Model, Perceived

ease of use, Perceived Usefulness, Mandatory Using, Attitude Toward Using, Behavioral

(15)
(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang

begitu pesat, membawa perubahan yang sangat signifikan dalam dunia kantor. Dari

model pembelajaran konvensional (model pembelajaran pada umumnya) yang

memiliki keterbatasan ruang dan waktu, menjadi lebih mudah dengan memanfaatkan

layanan software. Hal ini menjadi fenomena yang cukup menarik di era globalisasi

dan informasi karena kehadirannya banyak memberikan manfaat yang besar bagi

manusia dan organisasi. Manfaat yang diperoleh antara lain pekerjaan lebih mudah

dikerjakan, lebih cepat diselesaikan, lebih hemat waktu dan biaya, lebih mudah

diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan sehingga meningkatkan efektifitas dan

produktivitas pemakainya. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ketergantungan

manusia dan organisasi pada sistem teknologi informasi. Penggunaan sistem

teknologi informasi selain memberikan banyak manfaat, ada juga organisasi yang

gagal dalam penerapannya. Banyak proyek pengembangan sistem telah gagal

menghasilkan suatu sistem yang bermanfaat. Kegagalan dalam penerapan sistem

teknologi informasi pada organisasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik

(17)

commit to user

2 tersebut tergantung pada penerimaan dan penggunaan setiap individu pemakainya

(Hartono 2007).

Menurut Bodnar dan Hopwood (1995) ada tiga hal yang berkaitan dengan

penerapan teknologi informasi (TI) berbasis komputer yaitu; (1) perangkat keras

(hardware), (2) perangkat lunak (software) dan (3) pengguna (brainware). Ketiga

elemen tersebut saling berinteraksi dan dihubungkan dengan suatu perangkat

masukan keluaran (input-output media), yang sesuai dengan fungsinya

masing-masing. Pengguna sistem adalah manusia (man) yang secara psikologi memiliki

perilaku (behavior) tertentu yang melekat pada dirinya, sehingga aspek keperilakuan

dalam konteks manusia sebagai pengguna (behavior) TI sebagai faktor penentu.

Perilaku manusia merupakan salah satu aspek yang menentukan dalam

keberhasilan penerapan TI. Permasalahan yang muncul dari sisi aspek perilaku

manusia, seperti sulitnya merubah perilaku dapat menjadi penghalang

berkembangnya penggunaan TI, maka perusahaan atau lembaga manapun akan

mengalami kerugian karena dalam penerapan TI memerlukan dana dalam jumlah

yang cukup besar. Darma (2000) meneliti industri perhotelan di Bali menemukan

bukti bahwa kepuasan pekerja dalam menggunakan TI berhubungan secara positif

dengan investasi pada sistem informasi. Hal ini membuktikan bahwa aspek perilaku

merupakan pertimbangan penting dalam memutuskan penerapan teknologi informasi.

Sama halnya dengan teknologi Sitem Informasi Daerah (SIMDA), keberhasilannya tergantung dari bagaimana pengguna menerima model pembelajaran digital tersebut,

(18)

commit to user

3 pengguna yang salah dapat membuat penerapan suatu teknologi informasi menjadi

sia-sia. Oleh karena itu, penting bagi organisasi sektor publik khususnya instansi pemerintah untuk mengetahui bagaimana pengoperasian software Simda (Sistem

Informasi Daerah) dalam mendukung proses bekerja.

Secara umum penelitian mengenai penerimaan teknologi informasi didasarkan

pada Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Davis yang

menjelaskan bahwa sebuah penerimaan individu terhadap teknologi komputer yang

didasarkan pada dua keyakinan, yaitu : (1) Perceived Usefulness (PU), yaitu tingkatan

pada seseorang berfikir bahwa menggunakan suatu sistem akan meningkatkan

kinerjanya, (2) Perceived Ease of Use (PEU), yaitu tingkatan seseorang mempercayai

bahwa menggunakan teknologi hanya memerlukan sedikit usaha (Davis dan Fred,

1989). TAM dinilai mampu memberi kontribusi terbaik dalam memprediksi dan

menjelaskan penerimaan (acceptance) pengguna pada teknologi komputer dalam

organisasi (Venkatesh dan Davis, 2000 dalam Schillewaert et. al., 2000). Dalam teori

TAM kedua keyakinan ini menentukan tingkah laku penerimaan secara langsung

terhadap TI.

Technology Acceptance Model(TAM)

Penerimaan teknologi model (TAM) awalnya ditemukan oleh Davis

(1986). TAM disesuaikan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) mengenai teori tindakan

berdasarkan Trade Readjustment Allowances (TRA) yang ada sebelumnya untuk

(19)

commit to user

4 kemudahan penggunaan), sikap, niat dan penggunaan perilaku menggunakan

komputer (Davis et al., 1989). Meskipun dalam 20 tahun terakhir TAM telah menjadi metode kuat untuk memprediksi penerimaan pengguna teknologi (Venkatesh, 2000),

beberapa studi mencoba untuk memvalidasi model TAM penuh dengan konstruksi

aslinya.

Penelitian selanjutnya TAM banyak ditandai oleh berbagai metodologi dan

faktor pengukuran, menghasilkan temuan yang bertentangan dan agak

membingungkan yang sangat bervariasi dalam hal statistik, signifikansi arah dan

besarnya. Ulasan dari Lee dan Patterson (2003) serta Ma dan Liu (2004) mengenai

TAM mengungkapkan bahwa gabungan temuan ini tidak hanya merusak presisi

TAM, tetapi juga menyulitkan upaya praktisi TI dan akademisi untuk lebih

memahami teknologi serta penerimaan pengguna perilaku.

Model tersebut dapat menjelaskan faktor-faktor internal pemakai dan menjadi

determinan penggunaan teknologi diantaranya adalah TAM. Model ini menganggap

dua keyakinan individual yaitu kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness/PU)

dan kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use/PEU) yang

merupakan determinan penting dalam perilaku penggunaan TI. Tujuan utama TAM

menurut Davis (1989) adalah untuk memberikan dasar penelusuran pengaruh aspek

perilaku individu berupa persepsi, sikap dan minat dalam penggunaan sistem. TAM

(20)

commit to user

korelasi yang signifikan dengan penggunaan sistem informasi. Kekuatan hubungan

usefulness relatif lebih besar dibandingkan dengan ease of use terhadap penggunaan

sistem informasi. Temuan Adams, Nelson, dan Todd (1992) memperkuat temuan

Davis (1989) bahwa usefulness dan ease of use mempunyai korelasi yang signifikan

dengan penggunaan beberapa jenis sistem informasi dengan memperluas penggunaan

beberapa jenis sistem informasi yang banyak digunakan oleh para pengguna di

pasaran. Temuan lain menyatakan usefulness mempunyai hubungan lebih kuat

dengan pemakaian dibandingkan ease of use. Variabel ease of use ternyata memberi

tekanan sebagai fungsi biaya yang tidak terakomodir dalam pengujian (Davis 1989).

Ditambahkan pula oleh Davis et al. (1989) bahwa ease of use mungkin mempunyai

pengaruh terhadap keputusan awal.

Dari hasil penelitian Horton et al. (2001) dalam Lu et al. (2003) menemukan

bahwa kegunaan dan kemudahan yang dirasakan, signifikan untuk menjelaskan sikap

terhadap penggunaan (attitude toward use), minat menggunakan sistem (intention to

use), pemakaian sistem dilaporkan (self-report usage) dan pemakaian sistem yang

diprediksi (self predicted report). Penelitian Ndubisi dan Jantan (2003) serta Spacey (2004) juga menemukan pentingnya kedua variabel dalam menentukan penggunaan

(21)

commit to user

6 membedakan antara kegunaan yang dirasakan jangka pendek (perceived near-term

usefulness) dan jangka panjang (perceived long-term usefulness). Hasilnya bahwa minat individu untuk menggunakan sistem lebih ditentukan oleh kegunaan yang

dirasakan dari pada kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease to use).

Pada organisasi yang memanfaatkan ERP, hasil penelitian Ramayah dan Lo (2007)

menunjukan bahwa end user lebih menyukai perceived ease of use dibandingkan

perceived usefulness. Artinya kedua variabel mempunyai pengaruh dalam penentuan

penggunaan sisetm informasi suatu lingkungan sistem informasi tersebut diterapkan

Pengembangan model dengan memasukan variabel baru dan pengujian

penerapan TAM dilakukan peneliti lain. Pengaruh variabel eksternal suatu culture

dimasukan dalam penelitian Straub (1994) dalam Hartono (2007) maupun

Bandyopadhpay dan Fraccascoro (2007), hasilnya menunjukan budaya sebuah negara

secara signifikan berpengaruh terhadap minat pemakai sistem informasi. Studi

Kripanont (2007) menunjukan bahwa persepsi manfaat (usefulness), persepsi

kemudahan penggunaan (ease of use) dan kemampuan diri (self efficacy) secara

signifikan menentukan perilaku pembelajaran sedangkan persepsi manfaat dan

persepsi kemudahan penggunaan menentukan perilaku tugas lainnya. Banyak

kelebihan dalam TAM dibandingkan model penerimaan teknologi yang lain, meski

TAM belum membantu untuk memahami dan menjelaskan cara user menerima

sistem informasi (Venkatesh, 1999). Penelitian Straub et al. (1995) juga mempertanyakan variabel intention guna memprediksi perilaku aktual pemakai

(22)

commit to user

7 merupakan model sederhana dan memiliki daya prediksi yang baik dalam

menjelaskan penggunaan sistem informasi pada situasi yang berbeda. Fakta penelitian empiris menyatakan bahwa jika orang merasakan bahwa sistem informasi bermanfaat

dan mudah digunakan maka orang akan mempunyai sikap positif sehingga

ditranslasikan dalam minat yang menyenangkan sehingga menjadi prediktor dalam

perilaku penggunaan sistem informasi (Davis, 1989).

Berdasar hasil kajian sebelumnya, perceived usefulnes dan perceived ease of

use diindikasikan sebagai konstruksi penting dan mendasar serta mempengaruhi

penggunaan sistem informasi meskipun bukan sebagai variabel penentu satu-satunya

yang menjelaskan perilaku pengguna. Oleh karena penelitian tentang pengaruh

perceived usefulness dan perceived ease of use digunakan sebagai determinan utama

pendekatan TAM dalam penggunaan sistem informasi terutama di sektor

pemerintahan daerah di Indonesia masih sedikit dilakukan. Implementasi sistem pada

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sudah menggunakan software Simda

(Sisten Manajemen Daerah) dengan menggunakan teknologi computer khususnya

pengadaan barang, relatif masih baru dilaksanakan terkait dengan pemberlakuan

peraturan pemerintah setempat..Oleh karena itu, penelitian dengan pendekatan TAM

menarik dan perlu dilakukan untuk mengetahui penggunaan sistem informasi yang

diwajibkan pada Pemerintah Yogyakarta sehingga diharapkan dapat menjadi bahan

evaluasi dan model pengembangan sistem informasi di daerah lain.

(23)

commit to user

8

B. Perumusan Masalah

Penelitian sistem informasi dengan menggunakan pendekatan TAM terdahulu menunjukan bahwa model ini cukup sederhana dan baik dalam menjelaskan aspek

perilaku pemakai sistem informasi. Penelitian Davis et al. (1989); Adams et al.

(1992); Barnet (2006) dan Kripanont (2007) menunjukan pengaruh perceived

usefulness dan perceived ease of use signifikan dalam penggunaan sistem informasi.

Studi Venkatesh dan Davis (2000) menambahkan variabel proses sosial,

diantaranya voluntariess (kesukarelaan) menghasilkan temuan bahwa variabel

tersebut signifikan berpengaruh dalam penggunaan sistem informasi. Penelitian ini

perlu dilakukan untuk memperluas penelitian sebelumnya dengan subjek pegawai

sebagai user di bawah kondisi sistem informasi yang diwajibkan pada pemerintahan

daerah di Indonesia. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah persepsi kemudahan dalam menggunakan (perceived ease of use)

berpengaruh positif terhadap persepsi akan manfaat (perceived usefulness) dalam

penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

2. Apakah persepsi kemudahan dalam menggunakan (perceived usefulness)

terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi

pengadaan barang?

3. Apakah ada pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) terhadap

(24)

commit to user

9 4. Apakah ada pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of

use) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

5. Apakah ada pengaruh sikap (attitude toward using) terhadap minat (behavioral

intention) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

6. Apakah ada pengaruh kewajiban penggunaan (mandatory using) terhadap sikap

(attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

7. Apakah ada pengaruh minat (behavioral intention) terhadap penggunaan aktual

(actual usage) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian adalah berikut :

1. Mengungkap pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease

of use) terhadap kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) dalam

penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

2. Mengungkap pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) terhadap

sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan

barang;

3. Mengungkap pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) terhadap

minat (behavioral intention) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan

(25)

commit to user

10 4. Mengungkap pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease

of use) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

5. Mengungkap pengaruh sikap (attitude toward using) terhadap minat (behavioral

intention) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

6. Mengungkap pengaruh kewajiban penggunaan (mandatory using) terhadap sikap

(attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

7. Untuk menguji secara empiris pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan

(perceived ease of use) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan

sistem informasi pengadaan barang.

D. Manfaat Penelitian

Bertolak dari tujuan penelitian yang hendak dicapai maka manfaat yang

diharapkan adalah berikut ini.

1. Memberikan bukti empiris pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan

(perceived ease of use) terhadap kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness)

dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang.

2. Memberikan bukti empiris pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived

usefulness) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem

(26)

commit to user

11 3. Memberikan bukti empiris pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived

usefulness) terhadap minat (behavioral intention) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang.

4. Memberikan bukti empiris pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan

(perceived ease of use) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan

sistem informasi pengadaan barang.

5. Memberikan bukti empiris pengaruh sikap (attitude toward using) terhadap

minat (behavioral intention) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan

barang.

6. Memberikan bukti empiris pengaruh kewajiban penggunaan (mandatory using)

terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi

pengadaan barang.

7. Memberikan bukti empiris pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan

(perceived ease of use) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan

sistem informasi pengadaan barang, sehingga dapat bermanfaat dalam

penganggaran pengadaan barang yang mempunyai sistem informasi pengadaan

barang berbasis komputer. Bagi peneliti lain adalah dapat menjadi salah satu

temuan model TAM pada organisasi sektor publik dalam kondisi penggunaan

(27)

commit to user

12

E. Batasan Penelitian

Batasan penelitian dari studi ini adalah Simda Pengadaan Barang. Alasan pemilihan obyek studi adalah didasarkan pada pertimbangan bahwa sebenarnya

Simda Pengadaan Barang telah diadopsi oleh DPPKA di Kota Yogyakarta dan

DPPKAD setiap kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dari itu

diperlukan penelitian lebih lanjut tetang bagaimana penerapan Simda Pengadaan

Barang tersebut dapat berjalan, apakah tingkat keefektifan sudah berjalan

sebagaimana mestinya atau adanya kendala-kendala yang dihadapi dalam

mengadopsinya.

F. Sistematika Penulisan Peneiitian

Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi :

1. Bab I, Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, tujuan dan

manfaat penelitian dan sistematika pembahasan dalam penelitian ini.

2. Bab II, Merupakan tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis yang berisi

teori, konsep dan penelitian sebelumnya yang relevan dengan hipotesis yang

dikembangkan dalam penelitian ini.

3. Bab III, Merupakan metode penelitian yang berisi mengenai sumber dan jenis

data yang akan digunakan, definisi dan pengukuran variabel yang diperlukan

dalam penelitian ini dan metode analisis data.

4. Bab IV, Merupakan hasil dan analisis data yang akan menguraikan berbagai

(28)

commit to user

13 5. Bab V, Merupakan kesimpulan, keterbatasan dan saran dari analisis yang telah

(29)

commit to user

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

2.1 Technology Acceptance Model (TAM)

Salah satu ukuran kesuksesan implementasi adalah tingkat pencapaian yang

diharapkan dari pengguna TI. Pengguna sistem mencerminkan penerimaan teknologi

oleh penggunanya (Venkatesh, 1999 dalam Shih, 2004). Technology Acceptance

Model (TAM) telah menjadi dasar bagi penelitian di masa lalu dalam sistem

informasi yang berhubungan dengan perilaku, niat dan pengguna teknologi informasi

(Adam et. al., 1992, Davis et. al., 1989, Defend dan Straub, 1997, Amoako-Gyampah

dan Salam, 2004 dalam Shih, 2004).

Dalam konsep TAM, manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi yang

dirasakan adalah prediktor dari sikap pengguna terhadap penggunaan teknologi, niat

perilaku berikutnya dan penggunaan aktual. Persepsi kemudahan dalam

menggunakan juga dinilai untuk mempengaruhi kegunaan teknologi. Gambar 1

menyajikan versi original dari TAM (Davis et. al., 1989 dalam Masrom, 2006).

TAM berfokus pada sikap terhadap penggunaan teknologi informasi, sehingga

pengguna diukur berdasarkan persepsi akan manfaat dan kemudahan dalam

menggunakan teknologi informasi. Sasaran dari TAM adalah untuk menyediakan sebuah penjelasan dari faktor-faktor penentu penerimaan komputer yang umum.

(30)

commit to user

15 TAM didesain hanya untuk perilaku penggunaan komputer, namun karena

menggabungkan berbagai temuan yang diakumulasi dari riset-riset dalam beberapa dekade, maka TAMsesuai sebagai modelling penerimaan komputer.

Gambar 1. Technology Acceptance Model (TAM) Original.

Sumber : Davis et. al. (1989) dalam Masrom (2006)

Tujuan inti dari TAM adalah untuk menyediakan sebuah gambaran yang

mendasari pengaruh faktor-faktor ekstenal terhadap kepercayaan (belief) internal,

sikap dan tujuan. TAM diformulasikan dalam usaha untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang mendasar seperti yang

disarankan oleh riset-riset sebelumnya yang menyalurkan faktor kognitif dan afektif

(31)

commit to user

16 hubungan teoritis diantara variabel-variabel tersebut. TRA digunakan sebagai dasar

teoritis untuk menentukan hubungan sebab akibat antara dua kunci belief, yaitu (1) perasaan kegunaan dan (2) perasaan kemudahan dari penggunaan terhadap sikap user

dan tujuan perilaku adopsi komputer sesungguhnya. Kedua kunci belief tersebut

relevan untuk perilaku penerimaan komputer (Kurniawan, 2008).

Perasaan kegunaan didefinisikan sebagai prospek kemungkinan subyektif user

yang menggunakan sistem aplikasi khusus, yang akan meningkatkan kinerjanya

dalam organisasi. Perasaan kemudahan dari penggunaan diartikan sebagai tingkat

sasaran yang diharapkan user membebaskan diri dari serangkaian usaha-usaha

tertentu (Kurniawan, 2008).

Sama dengan TRA, TAM mempostulatkan bahwa penggunaan komputer

ditentukan oleh tujuan perilaku, namun perbedaannya adalah bahwa tujuan perilaku

ditinjau secara bersama-sama ditentukan oleh sikap individu terhadap penggunaan

sistem dan perasaan kegunaan. Hubungan antara penggunaan sistem dan tujuan

perilaku yang digambarkan dalam TAM menunjukkan secara tidak langsung

bentuk-bentuk tujuan individu untuk melakukan tindakan yang positif. Hubungan antara

perasaan kegunaan dan tujuan perilaku didasarkan pada ide bahwa dalam penyusunan

organisasi, orang-orang membentuk tujuan-tujuan terhadap perilakunya yang diyakini

akan meningkatkan kinerjanya. Hal ini karena kinerja yang meningkat merupakan

(32)

commit to user

17 2.2 Kelebihan dan Kekurangan TAM

TAM banyak digunakan dalam penelitian penggunaan sistem informasi,

menurut Hartono (2007) disebabkan adanya beberapa kelebihan berikut ini.

a. TAM merupakan model perilaku (behavior) yang dapat menjawab penyebab

kegagalan atau keberhasilan penerapan sistem informasi, dengan memasukan

faktor psikologis serta perilaku yaitu persepsi dan sikap yang mempengaruhi

minat penggunaan sistem informasi di dalam modelnya.

b. TAM dibangun dengan dasar teori psikologi yang cukup kuat yaitu TRA.

c. TAM telah banyak diuji dengan penelitian dan sebagian besar hasilnya mendukung bahwa TAM merupakan model yang parsimoni (parsimonious) yaitu

model yang sederhana tapi valid. Artinya, harus ada trade off antara model yang

sederhana tapi banyak asumsi sehingga hanya beberapa faktor saja yang

dimasukan. Tapi jika menginginkan mdoel yang lengkap maka banyak sekali

faktor yang harus dimasukan dalam model sehingga mengurangi asumsi yang

digunakan.

Di samping beberapa kelebihannya, TAM mempunyai beberapa kelemahan

berikut ini.

a. TAM hanya memberikan informasi yang sangat umum saja tentang minat dan

(33)

commit to user

18 b. TAM tidak memasukan aspek kontrol perilaku (behavioral control) dalam

modelnya yang membatasi minat perilaku seseorang.

c. Perilaku yang menjadi ukuran penggunaan sistem informasi seharusnya adalah

pemakaian sesungguhnya (actual use) bukan self-reported atau

self-predictedusage yang belum tentu mencerminkan atau mengukur pemakaian yang

sebenarnya.

d. Subjek penelitian yang digunakan umumnya adalah pegawai yang belum tentu

menerapkan software tersebut dengan kerja sesugguhnya.

e. Kurang dapat menjelaskan sepenuhnya hubungan antar variabelnya (causation).

Konsep TAM kemudian dikembangkan oleh beberapa peneliti lain dengan

menambahkan variabel tambahan diantaranya faktor gender, kultur, karakteristik

sistem, kesukarelaan (voluntariness). Venkatesh dan Davis (2000)

mendefinisikan voluntariness sebagai sejauh mana pengadopsi potensial

mempersiapkan keputusan adopsi sebagai sesuatu yang tidak wajib. Hasil

penelitiannya menyatakan bahwa kesukarelaan (voluntariness) memoderasi

hubungan antara norma subjektif dengan minat untuk menggunakan sistem

informasi. Di penelitian Sun dan Zhang 2003 (dalam Hartono 2007),

kesukarelaan (voluntariness) memoderasi hubungan antara minat dengan

perilaku penggunaan. Minat perilaku bervariasi antara pemakaian sistem karena

diwajibkan dan atas dasar kesukarelaan.

Kualitas sistem manajemen dan informasi dalam penggunaan akan

(34)

commit to user

19 kepuasan pengguna sebagai produktifitas kinerja. Jika individu telah menguasai

sistem tersebut maka akan berpengaruh pada jalannya organisasi.

Pemakaian sistem di organisasi dapat bersifat sukarela (voluntary) atau

bersikap wajib (mandatory) khususnya di organisasi pemerintahan. Karena

pemakaian sifatnya wajib maka semua pemakai harus menggunakan sistem informasi

tersebut. Penelitian Hartwick dan Barki 1994 (dalam Hartono 2007) menunjukan

bahwa pada kondisi pemakaian wajib, sikap tentang penggunaan sistem (attitude

concerning system use) ditentukan oleh sikap terhadap sistem (attitude toward

system). Hal ini berarti pemakai yang mempunyai persepsi bahwa sistemnya baik

maka akan bersikap positif dalam penggunaan sistem informasi. Penelitian Syarip

dan Sensuse (2008) menyatakan bahwa model TAM dapat digunakan sebagai model

penerimaan teknologi di suatu organisasi pemerintah.

Sistem Informasi Pengadaan Barang telah diberlakukannya Peraturan Presiden

No. 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang, mengandung semangat pelaksanaan

otonomi daerah, dimana daerah diberikan kewenangan untuk merencanakan dan

melaksanakan anggaran pengadaan barang pada daerahnya masing-masing sesuai

dengan apa yang dikehendaki. Otonomi daerah mengakibatkan terjadinya pergeseran

pertanggungjawaban pemerintah daerah dari pertanggungjawaban ke pemerintahan

yang lebih tinggi atau ke pemerintah pusat secara vertikal menjadi

pertanggungjawaban secara horizontal kepada masyarakat di daerah yang diwakili oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), termasuk pertanggungjawaban

(35)

commit to user

20 Distribusi kewenangan dan kekuasaan disesuaikan dengan kewenangan pemerintah

pusat dan daerah termasuk kewenangan pengadaan barang menuntut kemandirian sistem manajemen di daerah tersebut. Pemerintah daerah selaku pengelola dana

publik yang digunakan untuk menganggarkan suatu barang dituntut mampu

menyediakan sistem informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan dan

dapat dipertanggungjawabkan.

Implementasi sistem informasi pengadaan barang di Pemerintah Kota

Yogyakarta sebelum menggunakan software SIMDA pengadaan barang masih

menerapkan sistem pencatatan dan pengadaan barang secara manual atau memakai

perangkat komputer, baik perangkat lunak (software) maupun perangkat keras.

Pelaksanaannya terbatas sebagai alat bantu pemrosesan data, pada taraf sederhana dan

belum berbasis Teknologi Informasi (TI) yang terintegrasi. Masih sedikit para

pegawai yang benar-benar mengetahui dalam penggunaan software tersebut yang

telah diprogramkan oleh pemerintah.

2.3 Konstruksi Technology Acceptance Model (TAM)

Terdapat lima konstruk utama yang membentuk TAM, kelima konstruksi

tersebut adalah sebagai berikut:

(36)

commit to user

21 Jogiyanto (2007) mendefinisikan persepsi akan manfaat (perceived

usefulness) sebagai sejauhmana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Thompson et. al. (1991)

menyimpulkan kemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang

diharapkan oleh pengguna teknologi informasi dalam melaksanakan tugas. Thompson

et. al. (1991) juga menyebutkan bahwa individu akan menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi jika orang tersebut mengetahui manfaat atau kegunaan

(usefulness) positif atas penggunaanya.Pengukuran konstruksi kegunaan (usefulness)

menurut Davis et. al. (1986) terdiri dari (1) menjadikan pekerjaan lebih cepat (work

more quickly), (2) bermanfaat (useful), (3) menambah produktifitas (increase

productivity), (4) mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness) dan (5)

mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance).

2.3.2 Persepsi Kemudahan dalam Meggunakan (Perceived Ease of Use)

Kemudahan penggunaan (ease of use) didefinisikan sebagai sejauhmana

seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha

(Jogiyanto, 2007). Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem

tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui kemudahan dalam

menggunakan sistem informasi tersebut. Davis et. al. (1989) mengungkapkan

kemudahan adalah tingkatan seseorang percaya bahwa pengunaan suatu sistem

tertentu dapat k orang tesebut bebas dari usaha (free of effort). Bebas dari usaha yang

(37)

commit to user

22 memerlukan sedikit waktu untuk mempelajari sistem tersebut karena sistem tersebut

sederhana, tidak rumit dan mudah dipahami. Kemudahan penggunaan dalam konteks ini bukan saja kemudahan untuk mempelajari dan menggunakan suatu sistem tetapi

juga mengacu pada kemudahan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas

sehingga penggunaan suatu sistem akan semakin memudahkan seseorang dalam

bekerja dibanding mengerjakan secara manual. Pengguna sistem informasi

mempercayai bahwa sistem informasi yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan

mudah pengoperasiannya sebagai karakteristik persepsi kemudahan dalam

menggunakan.

2.3.3 Sikap Dalam Penggunaan (Attitude Toward Behaviour)

Sikap dalam penggunaan (attitude toward behaviour) didefinisikan oleh Davis

et. al. (1989) sebagai perasaan positif atau negatif seseorang jika harus melakukan

perilaku yang akan ditentukan. Sama halnya definisi sikap dalam penggunaan

menurut Aaker dan Myers (1997), yaitu sikap suka atau tidak suka terhadap

penggunaan suatu produk. Sikap suka atau tidak suka terhadap suatu produk ini dapat

digunakan untuk memprediksi perilaku niat seseorang untuk menggunakan suatu

produk atau tidak menggunakannya. Sikap dalam penggunaan teknologi (attitude

toward using technology), didefinisikan sebagai evaluasi dari pengguna tentang

ketertarikannya dalam menggunakan teknologi (Arif Hermawan, 2008 dalam Suseno,

2009).

(38)

commit to user

23 Behavioral intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap

menggunakan suatu teknologi (Davis et. al., 1989). Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatian pengguna

terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginan menambah peripheral pendukung,

motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain.

Arief Hermawan (2008 dalam Suseno, 2009) mendefinisikan minat perilaku

menggunakan teknologi (behavioral intention to use) sebagai minat (keinginan)

seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.

2.3.5 Penggunaan Senyatanya (Actual Use)

Penggunaan senyatanya (actual system usage) adalah kondisi nyata penggunaan sistem (Davis et. al., 1989). Seseorang akan puas menggunakan sistem

jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan

meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan

(Tangke, 2004). Bentuk pengukuran penggunaan senyatanya (actual system usage)

adalah frekuensi dan durasi waktu penggunaan terhadap teknologi. Penggunaan

teknologi sesungguhnya (actual technology use), diukur dengan jumlah waktu yang

digunakan untuk berinteraksi dengan teknologi dan frekuensi penggunaan teknologi

tersebut.

(39)

commit to user

24 Kewajiban dalam penggunaan (Mandatory Using) adalah suatu kondisi

dimana lingkungan penggunaan wajib menggunakan, lebih spesifiknya yaitu "pengguna diwajibkan untuk menggunakan teknologi tertentu atau sistem

memerintahkan untuk menjaga dan melakukan pekerjaan mereka "(Brown, Massey,

Montoya-Weiss, & Burkman, 2002, p.283). Pengguna harus menggunakan sistem,

terlepas dari apakah ia bermaksud untuk menggunakannya. Penggunaan wajib

dianggap sebagai kemungkinan penyebab untuk temuan campuran dalam studi TAM

(Hartwick &nBarki, 1994; Mathieson, 1991; Taylor & Todd, 1995; Venkatesh &

Davis, 2000).

2.4 Kerangka Penelitian

Dari sekian banyak teori yang menjelaskan mengenai penerimaan para

pengguna terhadap penerapan teknologi, khususnya teknologi informasi, TAM adalah

teori yang paling populer dan paling sering dipakai oleh para peneliti. TAM terbukti

secara konsisten dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna

teknologi (Vankatesh dan Davis, 2000).

Sejak diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1989 sampai dengan tahun 2000,

tercatat 424 jurnal telah mengacu teori TAM, dari dua jurnal yang telah diterbitkan

oleh Davis (Vankatesh dan Davis, 2000). TAM adalah model yang dikembangkan

oleh Davis dalam penelitiannya mengenai perilaku pengguna sistem informasi. Davis

mengungkapkan bahwa hasil yang diinginkan dari penggunaan sistem informasi,

(40)

commit to user

25 resistensi atau penolakan dari pengguna sistem itu sendiri (Davis et. al., 1989).

Penyebab dari penolakan oleh pengguna sistem informasi, menurut Davis ditentukan oleh dua variabel dasar, yaitu persepsi kemudahan dalam menggunakan (percieved

ease of use) dan persepsi akan manfaat (perceived usefullness).

Menurut Davis, kedua variabel ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap

keinginan menggunakan dan kemudian akan mempengaruhi penggunaan sistem

tersebut (Davis et. al., 1989). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Davis,

terbukti secara signifikan bahwa kedua variabel tersebut memang mempengaruhi

keinginan dari pengguna. Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian lain yang

menggunakan model TAM sebagai rujukannya. Salah satunya Arami et. al. (2004)

yang meneliti penerimaan pengguna kartu mahasiswa elektronik serbaguna di

Universitas Viena, Austria.

Menurut Masrom (2006), dalam model TAM, perceived usefullness mengacu

pada sejauh mana pengguna yakin bahwa menggunakan teknologi akan

meningkatkan kinerjanya, sementara percieved ease of use mengacu pada seberapa

mudah ia merasakan menggunakan teknologi. Keduanya dianggap faktor berbeda

yang mempengaruhi sikap pengguna terhadap penggunaan teknologi, meskipun

persepsi kemudahan dalam menggunakan juga diduga mempengaruhi kegunaan yang

dirasakan dan sikap dalam menggunakan teknologi. Akhirnya, sikap dalam

menggunakan teknologi menentukan niat perilaku menggunakan teknologi itu. Penelitian ini menggunakan model TAM yang digunakan oleh Masrom (2006)

(41)
(42)

commit to user

27 Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini mepunyai landasan dari

penelitian Suhendro (2009) yang memiliki tujuh hipotesis. Hipotesis ini diperkuat dengan hasil penelitan TAM sebelumnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1: Persepsi kemudahan dalam menggunakan (PEU) SIMDA pengadaan barang

berpengaruh terhadap persepsi akan manfaat (PU) SIMDA pengadaan

barang.

Sikap user sistem informasi ditentukan oleh kegunaan yang dirasakan

(perceived usefulness). Jika user merasakan manfaat yang besar untuk mendukung

pekerjaannya, maka pemakai akan bersikap menerima penggunaan sistem informasi

tersebut. Hasil penelitian mengenai perceived usefulness sebelumnya dilakukan untuk

membuktikan hubungan yang signifikan variabel kegunaan yang dirasakan (perceived

usefulness) terhadap sikap penggunaan sistem informasi (self-reported usage) (Davis

1986; Horton et al. 2001 dalam Lu et al. 2003; Spacey et al. 2004). Hasil penelitian

Barnet et al. 2006) agak berbeda yang menunjukan variabel kegunaan yang dirasakan

(perceived usefulness) relatif lemah untuk menjadi predictor objectif usage. Dalam

penelitan Suhendro (2009) terdapat hubungan positif PU terhadap PEU.

H2: Persepsi kemudahan dalam menggunakan (PEU) SIMDA pengadaan barang

berpengaruh terhadap sikap dalam penggunaan (ATU) SIMDA pengadaan barang.

User akan mempunyai minat untuk terus menggunakan sistem informasi jika secara langsung merasakan adanya manfaat yang akan diterimanya. Jika tidak

(43)

commit to user

28 informasi yang ditawarkan. Hasil penelitian TAM menunjukan pengaruh kegunaan

yang dirasakan yang signifikan terhadap minat penggunaan (Davis 1986; Kripanont 2007; Syarif dan Sensuse 2007). Dalam penelitian Suhendro (2009) menunjukkan

PEU berpengaruh positif terhadap ATU.

H3: Persepsi akan manfaat (PU) SIMDA pengadaan barang berpengaruh terhadap

sikap dalam penggunaan (ATU) SIMDA pengadaan barang.

Jika user merasakan penggunaan sistem informasi relatif mudah untuk

mendukung kinerjanya maka user tersebut akan bersikap positif (menerima)

penggunaan sistem informasi. Hasil penelitian tentang perceived ease of use

sebelumnya dilakukan menunjukan adanya hubungan yang signifikan variabel

kemudahan penggunaan yang dirasakan terhadap penggunaan sistem informasi

(Davis 1986; Adams et al. 1992; Davis et al. 1993; Ndubisi dan Jantan 2003; Horton

et al. 2001 dalam Lu et al. 2003; Spacey et al. 2004; Ramayah dan Lo 2007).

Meskipun hasil penelitian Chau (1996) dan Hu et al. (1999) dalam Lu et al (2003)

pengaruh perceived ease of use terhadap minat tidak signifikan. Begitu juga dalam

penelitian Suhendro (2009), hasil penelitian tersebut PU tidak mempunyai hubungan

positif terhadap ATU.

H4: Persepsi akan manfaat (PU) SIMDA pengadaan barang berpengaruh positif

(44)

commit to user

29 Apabila user sudah mempunyai minat yang kuat maka akan direalisasikan

menjadi bentuk perilaku penggunaan. Hasil penelitian tentang aspek attitude towards

behavior (sikap terhadap perilaku) sebelumnya telah menunjukan sikapberhubungan

(positif) dalam penggunaan sesungguhnya sistem (Davis 1989; Adams et al. 1992;

Chaudan Hu 2001; Agarwal and Prasad 1998; Horton et al. 2001 dan Hu et al. 1999

dalam Lu et al. 2003); Spacey et al. 2004). Dalam penelitian Suhendro (2009) PU

berpengaruh terhadap BI.

H5: Sikap dalam penggunaan (ATU) SIMDA pengadaan barang berpengaruh

terhadap keinginan untuk menggunakan (BI) SIMDA pengadaan barang.

Sikap menerima atau menolak suatu penggunaan sistem informasi dipengaruhi

oleh kesadaran diri individu, kesukarelaan atau karena diwajibkan oleh peraturan

yang ada. Pemakai yang mempunyai persepsi bahwa sistemnya baik maka akan

bersikap positif (menerima) dalam penggunaan sistem informasi. Hasil penelitian

telah menunjukan adanya kondisi lingkungan yang berbeda yaitu penggunaan yang

diwajibkan (mandatory) dan kesukarelaan (voluntariness) mempunyai pengaruh

dalam penggunaan sistem informasi (Venkatesh and Davis 2000; Adamson & Shine

2003; Hartwick dan Barki 1994 dalam Hartono 2007 dan Syarif&Sensuse 2008).

Dalam penelitian Suhendro (2009) menunjukkan bahwa ATU berpengaruh positif

(45)

commit to user

30 H6: Pengaruh kewajiban penggunaan (MU) terhadap sikap (ATU) dalam

penggunaan sistem informasi pengadaan barang.

Minat akan menentukan individu untuk memakai atau menolak sistem

informasi yang ditawarkannya. Hasil penelitian tentang aspek minat menggunakan

(behavior intention) sebelumnya menunjukan bahwa minat perilaku berhubungan dan

prediktor yang baik dari penggunaan teknologi oleh pemakai sistem informasi (Davis

1989; Davis et al. 1989; Adams et al. 1992; Chau dan Hu 2001; Venkatesh dan Davis

2000; Venkatesh et al. 2003; Agarwal and Prasad 1998 dan Hu et al. 1999 dalam Lu

et al. 2003; Spacey et al. 2004; Fusilier dan Durlabji 2005; Kripanont 2007). Dalam

penelitian Suhendro (2009) menunjukkan hal yang berbeda, MU tidak berpengaruh

terhadap ATU.

H7: Pengaruh minat (BI) terhadap penggunaan aktual (AU) dalam penggunaan

sistem informasi pengadaan barang.

Suatu keinginan atau minat untuk menggunakan sistem berpengaruh terhadap

penggunaan senyatanya (aktual). Minat akan menentukan individu untuk memakai

sistem tersebut ditinjau dari durasi waktu dan lama penggunaan secara nyata. Hasil

penelitian tentang aspek minat menggunakan (behavior intention) sebelumnya

menunjukan bahwa minat perilaku berhubungan dengan penggunaan aktual sistem

(46)

commit to user

31 penelitian sebelumnya pada Suhendro (2009) menunjukkan bahwa BI berpengaruh

(47)

commit to user

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang

menggambarkan keterkaitan antara beberapa variabel yang terhubung.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian, Suharsimi Arikunto (1992

: 102 ). Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna SIMDA pengadaan barang

instansi DPPKA Kabupaten Kulonprogo, Sleman, Gunung Kidul, Bantul, serta

Kota Yogyakarta yang berjumlah 112 orang. Sampel merupakan bagian dari

populasi, Suharsimi Arikunto (2002 : 112), jika subjeknya lebih dari 100

merupakan penelitian populasi. Jumlah diatas 30 orang tersebut sudah memenuhi

syarat terbentuknya distribusi normal.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan kuisioner. Untuk menentukan bobot penelitian terhadap kuisioner

serta memudahkan dalam memasukkan data, penelitian ini menggunakan

modifikasi skala likert. Skala likert merupakan skala yang berisi lima tingkat

(48)

commit to user

33 Opsi jawaban yang disediakan dalam kuisioner tersebut dengan ketentuan

pengisian seperti berikut :

1. Sangat Setuju (SS) skor 5

2. Setuju (S) skor 4

3. Netral (N) skor 3

4. Tidak Setuju (TS) skor 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1

3.4 Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen

secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman

tentang sifat atau karakteristiknya akan memungkinkan untuk

menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi

(Sekaran, 2003). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling, yaitu dilakukan dengan mengambil sampel dari

populasi berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota)

tertentu (Jogiyanto, 2007). Kriteria sampel yang diambil yaitu pegawai DPPKA

dan LPSE pada setiap kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang

menggunakan software Simda pengadaan barang. Alasan pemilihan sampel

karena mereka secara umum sudah mampu mengoperasikan dan mengerti

(49)

commit to user

34

3.5 Pengukuran Variabel

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi SIMDA pengadaan barang dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel

independen. Variabel yang digunakan berdasarkan penelitian terdahulu Suhendro

(2009), Davis et. al serta Adam et. al. Variabel tersebut adalah :

3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang keberadaannya tidak

dipengaruhi oleh variabel lainnya (Sekaran, 2003). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah :

a. Perceived Ease of Use (PEU)

Davis et. al. (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use)

sebagai suatu tingkatan seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah

dipahami. Atas dasar definisi tersebut kemudahan penggunaan berarti

kemudahan dalam membuka, memahami isi dari fitur-fitur yang ada dalam Simda

Pengadaan Barang jika sewaktu-sewaktu pegawai diberikan tugas yang prosesnya

menggunakan software tersebut. Variabel ini diukur dan diadaptasi dengan

menggunakan instrumen kuesioner hasil Davis et al. (1989) maupun Adam et al.

(1992), yang terdiri dari enam pertanyaan. Item pertanyaan ini berisi tentang

(50)

commit to user

35 Skala interval terdiri dari jangkauan tanggapan dari 1 = “sangat tidak setuju” ; 2 :

“tidak setuju” ; 3 = “netral” ; 4 = “setuju” ; 5 = “sangat setuju”.

b. Mandatory Using (MU)

Kewajiban dalam penggunaan (Mandatory Using) adalah suatu kondisi

dimana lingkungan penggunaan wajib menggunakan sistem tersebut. Pengguna

harus menggunakan sistem, terlepas dari apakah ia bermaksud untuk

menggunakannya. Variabel ini diukur dan diadaptasi dari Venkatesh dan Davis

(2000), yang terdiri dari 3 pertanyaan. Item pertanyaan ini berisi tentang

penggunaan melaksanakan karena diwajibkan, perintah penggunaan dan perintah

agar efektif.. Skala interval terdiri dari jangkauan tanggapan dari 1 = “sangat tidak

setuju” ; 2 : “tidak setuju” ; 3 = “netral” ; 4 = “setuju” ; 5 = “sangat setuju”.

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang keberadaannya

dipengaruhi oleh variabel lainnya (Sekaran, 2003). Variabel dependen dalam

penelitian ini terdiri dari :

a. AttitudeToward Using (ATU)

Attitude toward using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap

penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai

dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis et. al., 1989). Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang

(51)

commit to user

36 dengan perilaku (behavioral components). Variabel ini diukur dan diadaptasi

dari instrument kuesioner Agarwal dan Karashanna (2000) dalam Hartono (2007), yang terdiri dari 4 pertanyaan. Item pertanyaan ini berisi tentang rasa

senang menggunakan, nilai informasi tugas, rasa menikmati dan rasa tidak

bosan menggunakan sistem.Skala interval terdiri dari jangkauan tanggapan

dari 1 = “sangat tidak setuju” ; 2 : “tidak setuju” ; 3 = “netral” ; 4 = “setuju”

; 5 = “sangat setuju”.

b. Behaviour Intention to Use (BI)

Behavioral intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap

menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi

komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap

teknologi tersebut, misalnya keinginanan menambah peripheral pendukung,

motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi

pengguna lain.

Variabel ini diukur dan diadaptasi menggunakan instrumen kuesioner

seperti hasil Davis et al. (1989), yang terdiri dari 5 item pertanyaan. Item

pertanyaan ini berisi tentang waktu, kondisi, niat dan harapan menggunakan

sistem. Skala interval terdiri dari jangkauan tanggapan dari 1 = “sangat tidak

(52)

commit to user

37

c. Perceived Usefulness (PU)

Davis et. al. (1989) dan Adam et. al. (1992) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan seseorang percaya bahwa

penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja

orang tersebut. Variabel ini diukur dan diadaptasi dengan menggunakan

instrumen kuesioner seperti hasil Davis et al. (1989) maupun Adam et al.

(1992), yang terdiri dari 6 pertanyaan. Item pertanyaan ini berisi tentang

kecepatan mengerjakan tugas, meningkatnya kinerja, meningkatnya

produktivitas, meningkatnya efektivitas, kemudahan pekerjaan dan kegunaan

sistem. Skala interval terdiri dari jangkauan tanggapan dari 1 = “sangat tidak

setuju” ; 2 : “tidak setuju” ; 3 = “netral” ; 4 = “setuju” ; 5 = “sangat setuju”.

d. Actual System Usage (AU)

Penggunaan senyatanya (actual system usage) adalah kondisi nyata

penggunaan sistem (Davis et. al., 1989). Seseorang akan puas menggunakan

sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan

akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata

penggunaan (Tangke, 2004). Bentuk pengukuran penggunaan senyatanya

(actual system usage) adalah frekuensi dan durasi waktu penggunaan terhadap

teknologi. Variabel ini diukur dan diadaptasi dengan menggunakan instrumen kuesioner seperti hasil Davis et al. (1989) maupun Adam et al. (1992), yang

(53)

commit to user

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber (tidak melalui media perantara). Data primer secara

khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian

(Indriantoro dan Supomo, 1999). Data primer dalam penelitian ini diperoleh

melalui penyebaran kuesioner secara personal kepada responden, yaitu

pegawai DPPKA dan LPSE di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada

setiap kabupaten yang menggunakan software SIMDA pengadaan barang

maupun pengadaan barang secara elektronik.

3.7 ` Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini, teknik pengambilan data yang dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner yaitu serangkaian pertanyaan tertulis yang

diformulasikan lebih dahulu sehingga responden dapat mencatatkan

jawaban-jawabannya (Sekaran, 2003). Setiap tanggapan dari responden atas pernyataan

pada kuesioner penelitian akan digunakan sebagai dasar analisis. Kuesioner dibuat berdasarkan referensi penelitian TAM (Technology Acceptance Model) dan

(54)

commit to user

39 mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju mengenai perceived

ease of use, perceivedusefulness, attitude toward using dan behaviour intention

to use. Dalam hal ini, responden tidak dapat memberikan jawaban di luar

alternatif jawaban yang telah disediakan.

3.8 Teknik Analisis

3.8.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generaliasasi (Sugiyono, 2001 dalam Royani, 2010). Di

dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis profil

responden dan tanggapan responden terhadap setiap setiap item pertanyaan

yang diajukan untuk mendukung penelitian ini.

3.8.2 Analisis Kuantitatif

Instrumen yang baik adalah instrumen yang memenuhi syarat validitas dan

reliabilitas:

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari

operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2007 dalam Royani,

2010). Validitas memungkinkan hasil pengukuran yang diperoleh dengan kuesioner dapat menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan konsepnya

(55)

commit to user

40 usaha dititikberatkan pada pencapaian validitas isi. Validitas tersebut

menunjukkan sejauh mana perbedaan yang diperoleh dengan instrumen pengukuran merefleksikan perbedaan sesungguhnya pada responden yang

diteliti. Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas dengan confirmatory

factor analysis (CFA) menggunakan software SPSS (versi 17) for Windows.

Confirmatory factor analysis (CFA) perlu dilakukan terhadap model

pengukuran karena syarat untuk dapat menganalisis model dengan SEM,

indikator masing-masing konstruk harus memiliki loading factor yang

signifikan terhadap konstruk yang diukur. Menurut Hair et. al.(1998) factor

loading lebih besar ± 0,30 dianggap memenuhi level minimal, factor loading ±

0,40 dianggap lebih baik dan sesuai dengan rules of thumb yang dipakai para

peneliti, dan faktor loading ≥ 0,50 dianggap signifikan.

Dalam confirmatory factor analysis (CFA) kita juga harus melihat pada

output dari rotated component matrix yang harus terekstrak secara sempurna.

Jika masing-masing item pertanyaan belum terekstrak secara sempurna, maka

proses pengujian validitas dengan factor analysis harus diulang dengan cara

menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai ganda. Indikator

masing-masing konstruk yang memiliki loading factor yang signifikan membuktikan

bahwa indikator tersebut merupakan satu kesatuan alat ukur yang mengukur

(56)

commit to user

41 b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali

atau lebih. Reliabilitas suatu pengukuran mencerminkan apakah suatu

pengukuran dapat terbebas dari kesalahan (error), sehingga memberikan hasil

pengukuran yang konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada

masing-masing butir dalam instrumen (Sekaran, 2003 dalam Royani, 2010). Teknik

pengujian yang digunakan adalah teknik cronbach’s alpha. Taraf signifikansi

yang digunakan adalah 5%. Untuk mengukur reliabilitas dari instrumen

penelitian ini dilakukan dengan item-to-total correlation dan cronbach’s alpha

dengan software SPSS (versi 17). Menurut Sekaran (2003), suatu pertanyaan

dikatakan reliable bila koefisien alpha semakin mendekati 0,8. Nilai

cronbach’s alpha antara 0,80 – 1,0 dikategorikan reliabilitas baik, nilai 0,60 –

0,79 dikategorikan reliabilitasnya dapat diterima, dan nilai ≤ 0,60

dikategorikan reliabilitasnya buruk (Sekaran, 2003 dalam Royani, 2010).

C. Uji Asumsi Model

C.1 Normalitas Data

Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah

normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel matrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal (Hair et. al., 1998 dalam

(57)

commit to user

42 normality dan multivariate normality. Apabila asumsi normalitas tidak

dipenuhi dan penyimpangan normalitas tersebut besar, maka akan mengakibatkan hasil uji statistik yang bias. Untuk menguji asumsi normalitas,

maka dapat digunakan nilai statistik z untuk skewness dan kurtosis-nya. Nilai z

skewness dapat dihitung sebagai berikut:

Zskewness =

Skewness

6

N

N merupakan ukuran sampel. Nilai statistik z untuk kurtosis-nya dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut ini:

Zkurtosis =

Kurtosis

26

N

Jika nilai z, baik z kurtosis dan atau z skewness adalah signifikan (kurang dari

2,58 pada tingkat signifikansi 1%), maka dapat dikatakan bahwa distribusi data tidak

(58)

commit to user

43 normal (Royani, 2010). Disamping itu Curran et. al., (dalam Ghozali dan Fuad, 2005)

membagi distribusi data menjadi tiga bagian:

Tabel 2

Distribusi data Curan et. al.

Keterangan C.R. Skewnes C.R. Kurtosis

Normal <2 <7

Moderately non-normal 2-3 7-21

Exstremely non-normal >3 >21

Sumber: Ghozali dan Fuad, 2005

C.2 Evaluasi Outliers

Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda jauh dari observasi lainnya dan muncul dalam bentuk

nilai ekstrim, baik dalam suatu variabel tunggal (univariate outlier) maupun

dalam kombinasi beberapa variabel (multivariate outlier) (Hair et. al., 1998).

Uji terhadap outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak

mahalanobis (mahalanobis distance) pada tingkat p < 0,001 (Ghozali, 2005).

Jarak mahalanobis ini dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas

sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2002

(59)

commit to user

44

D. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model. Ada tidaknya

multikolinieritas dapat dilihat melalui matrik korelasi antar variabel

independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (di

atas 0,9) atau jika dalam pengujian terdapat peringatan warning, maka hal ini

merupakan indikasi adanya multikolinieritas (Ghozali, 2005 dalam Royani,

2010). Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan software AMOS.

E. Uji Hipotesis

Metode analisis untuk pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). SEM merupakan

teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan

analisis faktor untuk mengestimasi serangkaian hubungan ketergantungan

secara simultan (Hair et. al., 1998). Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan program AMOS (versi 18) untuk menganalisis hubungan

kausalitas dalam model struktural yang diusulkan.

F. Evaluasi atas kriteria Goodnes- of-Fit

Gambar

Gambar 1. Technology Acceptance Model (TAM) Original.
Gambar 2. Kerangka Penelitian
  Tabel 2
  Tabel 4.1 Hasil Faktor Analisis
+4

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, proses pengamatan perubahan bentuk ekspresi wajah dengan adanya area bobot pada model wajah 3D menggunakan pendekatan klaster di titik fitur gerak mempunyai

Begitupun sebaliknya menyadari bahwa lembaga pendidikan sangat membantu mereka untuk menyiapkan SDM yang berkualitas tentu sesuai dengan keinginan mereka sendiri dengan

Jika dibandingkan dengan kayu keras atau spesies kayu tropis berat yang biasanya digunakan dalam pembuatan panel komposit, berat jenis bambu relatif tinggi.. Bambu

Artinya Mahasiswa puas terhadap hubungan baik yang terjalin antara mahasiswa dan staf unit layanan sistem informasi akademik, Mahasiswa puas terhadap proses

Gabungan dua metode yang diajukan bertujuan untuk memaksimalkan keluaran daya yang dihasilkan turbin angina, metode P&amp;O digunakan untuk menghitung nilai k pada

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa (1) untuk mengatasi krisis lingkungan dewasa ini dibutuhkan etika lingkungan hidup, (2) etika lingkungan dapat digolongkan

Sehingga dapat disimpulkan bahwan: keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, terdiri dari 2 orang atau lebih dalam satu atap yang mempunyai hubungan yang

Dari hasil penelitian Evi Rosalina, dkk, Ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) terutama pada trimester ketiga (7-9 bulan) menyebabkan risiko dan