• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Think Pair and Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Ngelo Cepu Semester II Tahun 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Think Pair and Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Ngelo Cepu Semester II Tahun 2014/2015"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1. Hasil Belajar

Sudjana (2005:2) mengemukakan bahwa “ Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Nawawi dalam Ahmad Susanto (2013:5) mengartikan bahwa hasil belajar berupa skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi guna mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah.

Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan yang meliputi beberapa aspek (nilai-nilai, pengertian, sikap, apresepsi dan ketrampilan). Beberapa aspek menurut Gagne yaitu:

1. Informasi Verbal merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan. Kemampuan yang tidak memerlukan manipulasi symbol dalam pemecahan masalah atau aturan. 2. Kemampuan Intelektual merupakan kemampuan untuk

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan, mempresentasikan konsep dan lambang serta mengelompokkan fakta dan konsep. 3. Strategi Kognitif yaitu kemampauan memecahkan masalah

yang dimiliki berupa kacakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4. Ketrampilan motoric berupa kemampuan untuk melakukan gerak jasmani dan koordinasi agar terwujudnya otomatisme gerak jasmani.

(2)

terhadap objek. Serta standar perilaku yang dijadikan sebagai nilai-nilai.

Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6) mengklasifikasikan hasil belajar dengan membagi menjadi 3 ranah, yaitu:

1. Kognitif, yang berupa pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan perencanaan.

2. Afektif, yaitu berhubungan dengan sikap dari siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi dan karekteristik siswa. 3. Psikomotorik, yaitu berhubungan dengan hasil belajar yang

meliputi aspek ketrampilan dan aspek kemampuan untuk bertindak.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung yang mencangkup aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek kemampuan siswa saja.

2.1.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(3)

belajar. Factor eksternal meliputi: Keluarga, Sekolah, dan Lingkungan sekitar atau masyarakat.

Keadaan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat karena apa yang terjadi pada keluarga saat ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Keluarga yang seringkali memperliharkan pertengkaran orangtua didepan anak akan mempengaruhi psikologis anak dan perkembangan anak. Perhatian yang kurang dari orangtua terhadap anak juga akan mberpengaruh pada hasil belajar.

Menurut Sudjana dalam Ahmad Susanto (2013:15) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu factor yang dating dari dirinya sendiri dan factor yang dating dari luar dirinya sendiri. Beberapa factor yang mempengaruhi meliputi:

1. Kecerdasan Anak

Kecerdasan siswa merupakan kemampuan siswa yang berpengaruh besar terhadap hasil belajar apakah siswa tersebut dapat dikatakan mampu mengikuti pelajaran dan berhasil.

Alfred Binnet membagi inteligensi ke dalam tiga aspek kemampuan, yaitu: a. Direction, artinya kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah

yang dipecahkan.

b. Adaptation, artinya kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap suatu masalah yang dihadapinya secara fleksibel didalam menghadapi masalah.

c. Criticism, artinya kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.

2. Kesiapan atau Kematangan

Keberhasilan belajar ditentukan oleh kesiapan atau kematangan yang dimiliki individu berupa tingkat perkembangan organ-organ yang berfungsi sebagaimana mestinya. Sama halnya dengan minat dan bakat erat hubungannya dengan kematangan individu.

(4)

Setiap siswa memiliki bakat yang artinya potensi yang diniliki untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh potensi yang mereka miliki dengan kata lain bakat yang masing-masing individu miliki.

4. Kemauan Belajar

Menumbuhkan kemauan belajar siswa menjadi salah satu tugas yang sulit untuk dilaksanakan. Karena menumbuhkan kemauan belajar dating dari diri sendiri. Kemauan belajar yang tinggi dengan tanggung jawab yang besar akan mempunyai pengaruh yang positif.

5. Minat

Minat memiliki arti kecenderungan, kegairahan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang mereka suka. Seorang siswa akan menaruh keinginan yang besar terhadap satu pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih besar dari siswa yang lain.

6. Model Penyajian Materi Pelajaran

Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh model penyajian materi yamg digunakan guru. Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh positif.

7. Pribadi dan Sikap Guru

Seorang siswa akan mengidolakan guru mereka terutama siswa sekolah dasar (SD). Apa yang dilakukan guru mereka akan diperhatiakan dan sedikit demi sedikit akan mulai untuk ditirukan. Melalui contoh-contoh perilaku guru yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Guru yang aktif dan kreatif dalam perilakunya, siswa akan berusaha menirukannya. Jadi guru harus bisa memberikan contoh perilaku yang positif.

8. Suasana Pengajaran

(5)

9. Kompetensi Guru

Kemampuan tertentu yang diperlukan dalam membantu siswa dalam belajar dan keberhasilan siswa akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang professional. Kemampuan guru yang professional adalah kemampuan yang dimiliki guru yang kompeten dalam bidang dan menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan dan mampu memilih metode pembelajaran yang tepat.

10.Masyarakat

Masyarakat pun akan mempengaruhi kepribadian siswa karena di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat terdapat bebagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan.

Dari beberapa factor yang telah diuraikan diatas, factor-faktor yang dapat memperngaruhi hasil belajar siswa datangnya dari diri sendiri dan dari luar diri sendiri yang erat hubungannya. Keluarga juga mempunyai peran penting dalam keberhasilan belajar siswa, perhatian orangtua kepada anaknya juga mempengaruhi hasil belajar yang didapatkan siswa.

2.1.1.2. Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar

Tes pada umunya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Menurut Sudjana (2005:35) berpendapat bahwa alat penilaian berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).

Ada dua tes yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa meliputi:

1. Tes Uraian

(6)

terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan dituntut dalam hal ini. Hal tersebut menjadikan kekuatan atau kelebihan tes esai dari alat penilaian lainnya. Selain itu menurut Sudjana (2005:35) mengemukakan kelebihan tes uraian antara lain adalah:

a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.

b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah bahasa.

c. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis dan sistematis.

d. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah (problem solving).

e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.

Adapun beberapa kelemahan dari tes uraian antara lain sebagai berikut: a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak

mungkin dapat semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.

(7)

c. Tes ini biasanya kurang reliable, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relative besar. 2. Tes Objektif

Pembuatan soal-soal dalam bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Beberapa bentuk tes objektif, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan pilihan ganda.

Adapun kelebihan dari tes objektif menurut Zainal Arifin ( 2012:227) yaitu:

a. Seluruh ruang lingkup (scope) materi dapat dinyatakan pada item atau soal.

b. Kemungkinan jawaban spekulatif dalam ujian dapat dihindari. c. Jawaban bersifat mutlak, jadi penilaian dapat dilakukan secara

objektif.

d. Pengoreksian dapat dilakukan oleh siapa saja, sekalipun tidak mengetahui dan menguasai materi.

e. Pemberian skor dapat dilakukan dengan mudah dn cepat. f. Korektor tidak akan terpengaruh baik-buruknya tulisan.

g. Tidak mungkin terjadi dua orang respoonden yang jawabannya sama, tetapi mendapat skor yang berbeda.

Adapun Kelemahan dari tes objektif yaitu meliputi: a. Mengonstruksi soal yang sangat sulit.

b. Membutuhkan waktu yang lama.Ada kemungkinan responden mencontoh jawaban orang lain dan berfikir pasif.

c. Umumnya hanya mampu mengukur proses-proses mental yang dangkal.

(8)

dimiliki oleh tes tersebut. Selain itu untuk melatih kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan dengan model soal yang berbeda. Supaya siswa tidak bingung saat mengahadapi soal yang bentuknya objektif ataupun uraian.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair And Share (TPS) Model kooperatif Think Pair And Share (TPS) dikembangkaan oleh Frank Lyman di University of Maryland pada tahun 1981 (Lie, 2005:57) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dikemukakan oleh Lie (2005:57) Think Pair And Share (TPS) adalah pembelajaran yang memberikan

siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

Nurhadi (2005: 119-120) menjelaskan bahwa Think Pair And Share (TPS) menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki agar siswa kerja sama, saling melengkapi dan saling bergantung dalam kelompok kecil secara kooperatif.

Sedana dengan yang dijelakan oleh Nurhadi, Slavin (2008: 257) memaparkan bahwa Think Pair And Share (TPS) merupakan model yang sederhana dan bermanfaat untuk siswa karena menempatkan pendidikan sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan Think Pair And Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang mudah dan

sederhana dengan mengelompokkan siswa secara berpasangan yang dapat meningkatkan interaksi antar siswa, melatih kemandirian, tanggung jawab serta keaktifan siswa di dalam kelas. Siswa dilatih untuk aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan berdiskusi dengan teman yang menjadi pasangannya.

2.1.2.1Langkah-langkah Pembelajaran Think-Pair-Share

(9)

(2013:206) memaparkan langkah-langkah pembelajaran Think Pair And Share (TPS) sebagai berikut:

1. Guru menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 anggota atau siswa. Setiap kelompok dibagi 2 pasangan.

2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri terlebih dahulu.

4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan, setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.

Adapun Lyman dalam Trianto (2010:221) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran Think Pair And Share (TPS) menurut adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau pemasalahan yang disampaikan guru.

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing.

4. Siswa diminta berpasangan lagi dengan teman belakangnya (4 orang) untuk mendiskusikan lagi hasil jawabannya. 5. Guru memimpin pleno diskusi kecil tersebut, tiap kelompok

mengemukakan hasil diskusinya.

(10)

Dari beberapa langkah-langkah pembelajaran Think Pair And Share (TPS) yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat ditarik

kesimpulan langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai berikut:

1. Guru memberikan informasi dan menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan dan direncanakan.

2. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa. 3. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

4. Guru memberikan waktu kepada setiap anak untuk berpikir dan mengerjakan tugas tersebut secara individu atau sendiri-sendiri terlebih dahulu.

5. Dari 4 orang siswa disetiap kelompok, dibentuk 2 pasang siswa yang mendiskusikan hasil pekerjaan individunya.

6. Guru mengontrol kerja siswa dalam berdiskusi dan membantu siswa, serta mengarahkan jika terdapat hal-hal yang belum dipahami.

7. Pasangan dari kelompok tadi bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan atau memaparkan hasil diskusinya.

8. Guru memimpin jalanya diskusi kelas dan akhir pembelajaran guru melakukan evaluasi.

2.1.2.2Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Think-Pair-Share Menurut Huda (2011:171)

Model pembelajaran Think Pair And Share (TPS) mempunyai keunggulan, yaitu:

1. Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja dengan orang lain.

2. Mengoptimalkan partisipasi siswa.

(11)

Sedangkan kekurangan dari model kerja kelompok Think Pair And Share sebagai berikut:

1. Butuh banyak waktu

2. Butuh sosialisasi yang lebih baik.

3. Jumlah genap, menyulitkan pengambilan suara.

4. Setiap anggotanya kurang memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada kelompoknya.

5. Setiap anggota mudah melepaskan diri dari keterlibatan. Perhatian anggota kurang.

2.1.3 IPA

2.1.3.1Hakikat IPA Depdiknas, 2011:3

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan saja penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Menurut Laksmi dalam Trianto (2012:137) memaparkan hakikat IPA sebagai konsep yang merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. IPA sebagai proses yang mempunyai arti proses yang dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan produk-produk sains mempelajari objek studi. IPA sebagai aplikasi mempunyai arti teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan merupakan pengembangan dari teori-teori IPA.

(12)

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Ruang lingkup bahan kajian IPA yang meliputi beberapa aspek untuk SD diantaranya yaitu:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Bahan atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi benda cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. 2.1.3.2Pembelajaran IPA

Menurut Prihantro Laksmi dalam Trianto (2012:142) menjelaskan hakikat IPA halaman sebelumnya, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain, sebagai berikut:

a. Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode lmiah. b. Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan

(13)

c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan. Kardi dan Nur dalam Trianto (2012:142) berpendapat bahwa hakikat IPA tercerminkan dalam tujuan pendidikan dan metode pengajaran yang diberikan. Pengembangan pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan mana pun dengan cara memahami berbagai pandangan tentang makna IPA yang ada dalam konteks pandangan hidup sebagai suatu instrument untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagian sosial manusia.

Dalam taksonomi Bloom dalam Trianto (2012:142) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA mempunyai tujuan utama dalam pembelajaran yaitu diharapkan memberikan pengetahuan (kognitif). Pengetahuan yang dimaksud meliputi pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa tehadap konsep-konsep IPA. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar di lakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa kan memperoleh pengalaman secara langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.

2.1.3.3Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

(14)

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan model Think-Pair-Share dalam pembelajaran IPA di SD sebagai berikut:

Tahap I: Thinking (berpikir)

Langkah ini dilakukan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan solusi atau ide tentang pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap II: Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain yang sebangku atau siswa lain di belakangnya untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada langkah yang pertama. Setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan definisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan atau paling unik. Guru memberikan waktu 4 sampai 5 menit.

Tahap III: Sharing (berbagi)

Pada kegiatan berbagi ini, guru meminta siswa yang sudah berpasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ketrampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk salah satu pasangan yang bersedia memaparkan hasil diskusi kelompoknya atau secara bergiliran dengan kelompok yang lain agar mendapatkan kesempatan untuk melaporkan. 2.2 Kajian Hasil Relevan

Kajian hasil penelitian yang relevan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu:

(15)

yang sangat signifikan anatara nilai posttest kelas control dengan nialai posttest kelas eksperimen yang artinya terdapat perbedaan pengaruh yang sangat signifikan pada Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar SDN Salatiga 05.

Harianto, Nanang (2012) meneliti tentang efektifitas penggunaan model pembelajaran Think Pair And Share (TPS) terhadap minat belajar dan kemampuan komunikasi siswa kelas V mata pelajaran IPA sekolah dasar Negeri Mangunsari 03 Salatiga semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Rata-rata hasil pengukuran akhir kelas eksperimen dan kelas control yaitu 89,9730 > 86,4516. Perbedaan rata-rata hasil pengukuran akhir antara kedua kelas tersebut sebesar 3,52136, dengan t hitung > t table (2,039) dan angka probabilitas di bawah atau kurang dari (<0,005), yaitu sebesar 0,045. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa Penggunaan Model Think Pair And Share (TPS) Dapat Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 03 Salatiga Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

Monika, Kristina (2012) meneliti tentang Efektivitas Model Pembelajaran Think Pair And Share (TPS) Hasil Belajar IPA Kelas V SDN o1 Nampu Kec. Karangrayung Kab. Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok control sebesar 56,79. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 22,089 (78,88-56,79) dan perbedaan berkaisar antara 16, 562 sampai 27,617. Besarnya nilai t adalah 8,027 maka hipotesis yang diajukan diterima berarti ada perbedaan yang sangat signifikan anatar nialai posttest kelas control dengan nilai posttest kelas eksperimen yang artinya terdapat efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair And Share )Dalam Meningkatkan Hasil belajar IPA Kelas V SDN 01 Nampu Kec. Karangrayung Kab. Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

(16)

Think-Pair-Share yaitu dengan pembelajaran yang biasa guru mengajar. Pretest yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol uji beda rata-rata dan harus menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Setelah dilakukan pembelajaran Think Pair And Share (TPS) di kelas eksperimen dan pembelajaran yang konvensional di kelas control maka hasil belajar dari kedua kelompok tersebut dilakukan uji beda rata-rata hasil posttest untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair And Share (TPS). Soal postest akan diambil dari alat evaluasi yang telah

diuji coba pada kelas uji coba.

Kerangka berfikir ini dapat dilihat dalam bagan alaur kerangka berfikir berikut ini:

Gambar 2.1 alur kerangka berfikir Kelas

Kontrol

Kelas Eksperimen

Hasil Pretest Tidak boleh ada perbedaan yang

signifikan.

Pretest Pretest

Pembelajran Menggunakan metode

konvensional.

Pembelajaran menggunakan model

pembelajaran TPS.

Posttest

Posttest

Uji hasil posttest apakah ada pengaruh yang signifikan dengan menggunakan model

(17)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang dipaparkan diatas, dapat dirumuskan bahwa “ Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan Think Pair And Share (TPS) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 2 Ngelo

Gambar

Gambar 2.1 alur kerangka berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi sejarah RUU PT Deskripsi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia (Perguruan Tinggi) Perjuangan Komite Nasional Pendidikan dalam Gerakan Perlawanan Terhadap

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah penelitian Vincentius Andrew dan Nanik Linawati (2014) menggunakan sampel penelitiannya adalah

Maka dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan ini, sehingga bisa menjadi pelayanan yang berkualitas, ke depannya diharapkan bisa memberikan dampak yang positif

Secara garis besar, ilmu fisika dapat dipelajari lewat 3 jalan, yaitu pertama, dengan meng- gunakan konsep atau teori fisika yang akhirnya melahirkan fisika teori. Kedua, dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu: sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang perawatan

• Sebanyak 57,53% dari 166 Ibu Melahirkan di Kecamatan Tappalang Barat DITOLONG oleh BUKAN BIDAN, DOKTER ATAU PERAWAT. • Sebanyak 32,53% dari 259 Ibu Melahirkan di Kecamatan Kalumpang

Dalam agama islam tidak melarang para filsafat dan cendekiawan dan ilmuan muslim untuk mempelajari ilmu dari negara lain selama itu dapat bermanfaat bagi umatnya dan tidak

Sejauh ini program tersebut telah menggunakan banyak indikator kinerja berbasis pada output (hasil) untuk mengevaluasi program, tetapi tidak pernah menggunakan sebuah indeks