• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIZKY PRATAMA PUTRA MAKALAH PENDIDIKAN K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RIZKY PRATAMA PUTRA MAKALAH PENDIDIKAN K"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

RULE OF LAW & HAM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengajar: Anwar Aulia, M.Pd

Disusun oleh :

Disusun Oleh:

RIZKY PRATAMA PUTRA

NIM: P27903117091

TINGKAT 1B

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANTEN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami haturkan shalawat

serta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari

zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Makalah ini memuat tentang “Rule Of Law & HAM”. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam

penyusunan makalah ini. Berkat bantuan serta dorongan mereka kami dapat menyelesaikan

makalah ini.

Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan banyak sekali

kekurangan dan kesalahan didalamnya. Maka dari itu, kritik maupun saran yang sifatnya

membangun dari berbagai pihak sangat diperlukan demi menyempurnakan makalah ini. Saya

berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tangerang, 21 Maret 2018

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

BAB I ... 4

PENDAHULUAN ... 4

1.1 LATAR BELAKANG ... 4

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 4

1.3 TUJUAN ... 4

BAB II ... 5

PEMBAHASAN ... 5

2.1 PENGERTIAN RULE OF LAW ... 5

2.2 PRINSIP-PRINSIP RULE OF LAW ... 7

2.3 PENGERTIAN HAM ... 8

2.4 SEJARAH PERKEMBANGAN HAM ... 10

2.5 PENGELOMPOKKAN HAM ... 15

2.6 HAM DI INDONESIA ... 16

2.7 CONTOH PELANGGARAN HAM ... 17

BAB III ... 21

PENUTUP ... 21

3.1 KESIMPULAN ... 21

3.2 SARAN ... 21

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hukum, mulai dari norma, nilai, tata

krama, hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan. Sayangnya hukum di Negara

Indonesia masih kurang dalam proses penegakkannya, terutama penegakkan hukum di kalangan

pejabat-pejabat dibandingkan dengan penegakkan hukum dikalangan menengah ke bawah. Hal ini

terjadi karena di Negara kita, hukum dapat dibeli dengan uang. Siapa yang memiliki kekuasaan,

dia yang memenangkan peradilan.

Rule of Law adalah suatu doktrin yang mulai muncul pada abad ke 19, bersamaan dengan

kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law merupakan konsep tentang common law

dimana segenap lapisan masyarakat dan Negara beserta seluruh kelembagaannya menjungjung

tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Ada tidaknya Rule

of Law dalam suatu Negara ditentukan oleh kenyataan apakah rakyatnya benar-benar menikmati

keadilan, dalam arti perlakuan yang adil baik sesama warga Negara maupun pemerintah

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Rule of Law?

2. Apa saja prinsip-prinsip Rule of law?

3. Apa pengertian HAM?

4. Bagaimana sejarah perkembangan HAM?

5. Bagaimana pengelompokkan HAM?

6. Bagaimana HAM di Indonesia?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian Rule of Law

2. Mengetahui prinsip-prinsip Rule of Law

3. Mengetahui pengertian HAM

4. Mengetahui sejarah perkembangan HAM

5. Mengetahui pengelompokkan HAM

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RULE OF LAW

Rule of law dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan “aturan” (Rule) dan

“hukum” (law). Jadi konsep ini dikaitkan dengan Negara adalah Negara yang dalam tata pemerintahannya menggunakan aturan hukum untuk menjaga ketertiban masyarakat yang tertuang

dalam konstitusinya. Friedman (1959) membedakan pengertian rule of law menjadi 2, yaitu

pengertian secara formal (in the formal sense) dan pengertian secara hakiki/materil (ideological

sense). Secara formal, Rule of Law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi

(organized public power), misalnya Negara. Sedangkan secara hakiki Rule of Law,karena

menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law).

Rule of Law merupakan doktrin dalam hukum yang mulai muncul pada abad ke-19,

bersamaan dengan kelarihan negara konstitusi dan demokrasi. Kehadirannya boleh disebut sebagai

reaksi dan koreksi terhadap terhadap Negara absolute yang telah berkembang sebelumnya. Negara

Absolut sebagai perkembangan Negara di eropa, yaitu Negara yang terdiri dari wilayah-wilayah

otonom. Negara absolute (sebagai Negara modern) menyerap kekuasaan yang semula ada pada

wilayah-wilayah ke dalam satu tangan, yaitu tangan raja. Muncullah negara modern dengan

atribut-atributnya, yaitu kedaulatan dan berdaulat (Soegito, 2006).

Rule of Law merupakan konsep tentang common law, dimana segenap lapisan masyarakat

dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun

diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of Law adalah rule by the way dan bukan rule by the men. Ia lahir mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan,

menggeser negara kerajaan dan memunculkan negara konstitusi dari mana doktrin rule of law ini

lahir. Ada tidaknya rule of law dalam suatu Negara ditentukan oleh kenyataan apakah rakyatnya

benar-benar menikmati keadilan dalam arti perlakuan yang adil, baik sesame warga negara,

maupun pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di suatu

hukum Negara merupakan suatu premise, bahwa kaidah-kaidah yang dilaksanakan itu merupakan

(6)

Istilah Negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata rechtsstaat, sementara

tradisi Angol osaxon menggunakan istilah rule of law. Di Indonesia, istilah rechtsstaat dan rule of

law biasa diterjemahkan dengan istilah “Negara hukum” (Winarno, 2007). Akan tetapi ada

perbedaannya, dimana Negara hukum lahir dari suatu perjuangan menentang absolutism, yaitu dari

kekuasaan raja yang sewenang-wenangnya. Artinya, Negara hukum dicapai melalui proses

revolusi, seperti gerakan revolusi prancis dan pejuangan rakyat inggris yang menghasilkan Magna

Charta. Sementara Negara dengan system rule of law diperoleh melalui proses evolusi (perubahan)

yang bertahap,tanpa adanya kekerasaan. Negara hukum bersumber dari pengalaman demokrasi

konstitusional di eropa abad ke 19 dan abad ke 20. Negara demokrasi pada dasarnya adalah aplikasi

dari Negara hukum.

Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun penyelenggaraan

negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan

dalam hubungannya dengan segala peraturan perundang-undangan itulah yang sering diistilahkan

dengan Rule of Law. Misalnya gerakan revolusi Perancis serta gerakan melawan absolutisme di

Eropa lainnya, baik dalam melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun golongan teologis. Oleh

karena itu menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau rechtsstaat dan Rule of Law

sebenarnya saling mengisi (Friedman, 1960: 546). Berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of

Law adalah kekuasaan publik yang diatur secara legal.

Negara Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip “Rule of Law, and not of Man”, yang

sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum atau nomos.

Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri

dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Karena prinsip supremasi hukum

dan kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh karena itu prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi

atau kedaulatan rakyat atau democratische rechstssaat. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan,

ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka atau machtsstaat.

Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilakukan

menurut Undang-Undang Dasar atau constitutional democracy yang diimbangi dengan penegasan

bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis

(7)

Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi menurut rule of law

adalah :

1. Adanya perlindungan konstitusional

2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

3. Pemilihan umum yang bebas.

4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat

5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi

6. Pendidikan kewarganegaraan

Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat menikmati

keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesama warga Negara maupun pemerintah. Untuk

membangun kesadaran di masyarakat maka perlu memasukkan materi instruksional Rule of Law

sebagai salah satu materi di dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

2.2 PRINSIP-PRINSIP RULE OF LAW

Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945 yang

menyatakan:

a. Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,…karena tidak sesuai dengan peri

kemanusiaan dan ”peri keadilan”;

b. …kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, ”adil” dan makmur;

c. …untuk memajukan ”kesejahteraan umum”,…dan ”keadilan social”;

d. …disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indoensia itu dalam suatu ”Undang-Undang Dasar

Negara Indonesia”;

(8)

f. …serta dengan mewujudkan suatu ”keadilan sosial” bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian inti rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat

terutama keadilan sosial.

Menurut Dicey (dalam Kaelan dan achmad zubaidi, 2007:97),terdapat tiga unsure yang

fundamental dalam rule of law, yaitu:

a. Supremasi aturan-aturan hukum,tidak adanya kekuasaan sewenang-wenangnya, dalam

artis seorang hanya boleh dihukum jika memang melanggar hukum.

b. Kedudukan yang sama di hadapan hukum. Hal ini berlaku baik bagi masyarakat biasa

maupun pejabat Negara.

c. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang dan keputusan-keputusan

pengadilan.

Berdasarkan prinsip di atas, terlihat bahwa Negara dengan system rule of law terbatas dalam arti

pengertian Negara hukum formal, yaitu pengertian Negara hukum dalam arti sempit. Dalam

konsep ini, yaitu Negara yang dikonsepsikan sebagai system penyelenggaraan kekuasaan

pemeerintahan Negara yang didasarkan atas hukum.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam decade abad ke-20,konsep Negara dengan system rule of law

mengarah pada pengembangan Negara hukum dalam arti material. Arah tujuannya memperluas

peran pemerintah terkait dengan tuntunan dan dinamika perkembangan zaman. Konsep Negara

dengan system rule of law yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki sejumlah cirri yang

melekat pada Negara hukum atau rechtsstaat, Yaitu sebagai berikut:

a. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.

b. Supremasi hukum(menjunjung tinggi hukum).

c. Pemilihan umum yang bebas.

2.3 PENGERTIAN HAM

HAM merupakan terjemahan dari “human right” (hak manusia) dan dalam Bahasa

(9)

yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku , melindungi kebebasan , kekebalan, serta

menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.

Sementara asasi diambil dari istilah “leges fundamentalis” ( hukum dasar ) di mana dalam bahasa Belanda disebut dengan “gron recthen”, bahasa jerman disebut dengan

“grundrechte”, dan dalam bahasa inggris disebut dengan “basic right”.

Antara human right dan basic right terdapat perbedaan yang cukup mendasar.

Human right merupakan perlindungan terhadap seseorang dari penindasan oleh negara atau

bukan negara. Sementara basic right merupakan perlindungan terhadap seseorang warga

Negara/penduduk dari penindasan negara. Artinya , konsep human right lebih luas

cakupannya jika dibandingkan dengan basic right.

Beberapa ahli mendefinisikan HAM dari berbagi sudut pandang masing-masing,

seperti John Locke yang memberikan pengertian bahwa HAM adalah hak yang dibawa

sejak lahir yang kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat atau

bersifat mutlak (Budiyanto, 2002: 66). Selain itu, Darji Darmodiharjo (2006) mengatakan,

bahwa hak-hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia

sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Maha Esa. Koentjoro poerbapranoto (1976, dalam Darji

Damodiharjo, 2006) menyatakan, b ahwa hak asasi manusia adalah hak yang bersifat asasi.

Artinya, hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratbahnya yang tidak dapat

dipisahkan dari hakikatnya sehingga sifatnya suci. Semantara UU No. 39 Tahun 1999

tentang HAM menyatakan , bahwa HAM merupakan seperangkat hak yang melekat

pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Y.M.E dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara ,

pemrintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Berdasarkan definisi dan uraian tentang HAM diatas, dapat ditarik suatu

kesimpulan mengenai beberapa ciri pokok HAM,antara lain sebagai berikut:

a. Inheren atau kodrati artinya HAM tidak perlu diberikan, dibeli atau diwarisi. HAM adalah

bagian dari manusia secara otomatis yang diberikan oleh Tuhan Y.M.E ( yang telah

(10)

b. Bersifat universal , artinya HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis

kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau usul-usul social dan bangsa.

c. Bersifat particular di mana setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam kehidupan

bernegara.

d. Tidak dapat diingkari dan dilanggar atau bersifat supralegal.

e. Tidak dapat dibagi. Semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah iyu hak sipil,

politik, ekonomi, dan social budaya.

f. Saling tergantung. Artinya , penikmatan satu hak dipengaruhi oleh penikmatan hak-hak

lainnya.

g. Transcendental, dimana hak itu merupakan sesuatu yang teramat sangat penting, sehingga

tidak untuk disepelekan

2.4 SEJARAH PERKEMBANGAN HAM

HAM muncul karena insiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya sebagai

akibat tindakan sewenang-wenangnya dari penguasaan, penjajahan, perbudakan,

ketidakadilan, dan kezaliman ( tirani ). HAM sebagai gagasan, paradigm, serta kerangka

konseptual tidak lahir secara tiba-tiba langsung tercantum dalam Universal Declaration Of

Human Rights tanggal 10 Desember 1948. Akan tetapi, HAM lahir dalam suatu proses

yang teramat sangat panjang dalam sejarah peradapan manusia yang mncapai puncaknya

melalui deklarasi HAM PBB tersebut.

Perkembangan pengakuan HAM ini berjalan secara perlahan dan beraneka ragam,

yang dapat kita lihat secara berurutan sebagai berikut:

• Perkembangan HAM pada masa lampau.

• Perkembangan HAM di Inggris.

• Perkembangan HAM di Amerika Serikat.

• Perkembangan HAM di Prancis.

• Atlantic charter Tahun 1941.pengakuan HAM oleh PBB ( dengan

dicetuskan Universal Declaration Of Hman Rights)

(11)

A. Perkembangan Ham Pada Masa Lampau

Perkembangan HAM pada masa lampau sebagai berikut:

1. Perjuangan Nabi Musa dalam membebasakan umat yahudi dari perbudakan pada masa

pemerintahan Fir’aun di Mesirn( Tahun 6000 SM).

2. Piagam Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan keadilan bagi warga negaranya (

tahun 2100 SM).

3. Socrates (469-399 SM), plato (429-347) dan Aristoteles ( 384-322 SM) sebagai filsufi

Yunani peletak dasar diakuinya HAM.

4. Perjungan Nabi Muhammad Saw. Yang awalnya untuk membebaskan para bayi wanita

dari penindasan bangsa Quraisy serta banyak hak lagi yang di atur di dalam Al-Quran dan

Haddist ( Tahun 600 Maseni).

B. Perkembangan HAM di Inggris

Lahirnya HAM di kawasa Eropa dimulai dengan Magna Charta atau Piagam Agung

di Inggris pada tahun 1215, pada masa pemerintahan Raja John Lackland yang bertindak

sewenang-wenangnya terhadap rakyat dan kelompok bangsawan. Tindakan Raja John ini

mengakibatkan rasa tidak puas rakyat dan kaum bangsawan yang kemudian mengadakan

pemberontakan. Pemberontakan ini berhasil memaksa Raja John untuk mendatangani

suatau perjanjian yang disebut Magna Charta. Terdapat dua prinsip yang sangat mendasar

dalam Magna Charta yaitu (1) adanya pembantasan kekuasaan raja dan (2) HAM lebih

memilih penting daripada kedaulatan raja. Pada tahun 1628, di Inggris keluar piagam

“petition of rights” yang ditandatangani oleh Raja Charles I. Dokumen ini berisi pernyataan hak-hak rakyat beserta jaminannya. Hak-hak tersebut adalah: (1) Pajak dan pungutan

istimewa harus disertai persetujuan, (2) Warga Negara tidak boleh dipaksakan menerima

tentara di rumahnya, (3) Tentara tidak boleh menggunakan hokum perang dalam keadaan

damai.

Tahun 1679, muncul “Habeas Corpus Act”. Dokumen ini merupakan UU bang mengatur

(12)

1. Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan.

2. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.

Tahun 1689, keluar “Bill of rights” yang merupakan UU diterima parlemen

Inggris dan ditandatangani oleh raja willem III, sebagian hasil dari pergolakan politik yang

sangat dahsyat yang disebut the Gloriusos Revolution. Peristiwa ini bukan saja sebagai

symbol kemenangan parlemen atas raja, melainkan juga kemenangan rakyat dalam

pergolakan selama 60 tahun. Bill of Rights berisi antara lain sebagai berikut:

1. Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.

2. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.

3. Pajak, UU, dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.

4. Hak warga Negara untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.

5. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.

C. Perkembangan HAM di Amerika Serikat

Perjuangan penegakan HAM di Amerika Serikat didasari pemikiran John lock

tentang hak-hak alam seperti: hak hidup (life), kebebasan (liberty), dan hak milik

(property). John Locke berpendapat bahwa manusia tidaklah secara absolut menyerahkan

hak-hak individu kepada penguasa. Hak yang diserahkan pada penguasa adalah hak yang

berkaitan dengan perjanjian tentang Negara, sementara hak lainnya tetap berada pada

individu masing-masing.

Dasar pemikiran John Locke inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi

pengakuan HAM yan terlihat dalam Declaratio of Independence of The united States pada

tanggal 4 Juli 1776. Perjuangan HAM di Amerika serikat disebabkan karena rakyat AS

(emigran eropa) merasa tertindas oleh pemerintah Inggris sebagai Negara penjajah.

Akhirnya rakyat Amerika Serikat dan di bawah pimpinan George Washington, Amerika.

Deklarasi kemerdekaan Amerika menumbangkan kolonialisme dengan prinsip: 1)

Manusia itu dilahirkan sama, dan 2) Tuhan pencinta alam semesta menganugerahkan

kepada maunsia beberapa hak yang tidak dapat dirampas daripadanya, yaitu hak hidup, hak

(13)

pemerintahan dibentuk dengan kekuasaan berdasarkan konsensus rakyat. Dengan

demikian mulai dipertegas, bahwa manusia merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga

tidaklah logis bila sesudah lahir ia dibelenggu.

D. Perkembangan HAM di Prancis

Perjuangan HAM di Prancis sudah dimulai sejak zaman Rousseau, dan

perjuangannya memuncak dalam Revolusi Prancis yang berhasi menetapkan hak-hak asasi

manusia yang dirumuskan dalam suatu naskah Declaration des Droits L’homme et du

citoyen ( pernyataan mengenai hak-hak asasi manusia dan warga Negara) yang ditetapkan

oleh Assemblee Nationale tanggal 24 Agustus 1789 ( Jimmly Asshiddiqie, 2006: 90).

Naskah ini keluar sebagai reaksi atas ketidakpuasan kaum borjuis dan rakyat terhadap

kesewenang-wenangan Raja Louis XIV ada awal Revolusi Prancis tahun 1789.

E. Atlantic Charter Tahun 1941

Atlantic Charter adalah sebuah deklarasi bersama yang dikeluarkan oleh Perdana

Menteri Inggris yang bernama Winston Churchill dan Presiden Amerika Serikat yang

bernama Franklin D Roosevelt pada tanggal 14 Agustus 1941 di atas kapal perang Kerajaan

Inggris dengan merk HMS Prince of Wales di perairan Samudera Atlantik, tepatnya di

Teluk Plancentia, Argentina. Dalam Piagam Atlantik terdapat delapan poin penting

mengenai:

1. Tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris

2. Pengaturan sebuah wilayah harus sesuai dengan kehendak masyarakat bersangkutan

3. Hak untuk menentukan nasib sendiri;

4. Pengurangan rintangan perdagangan;

5. Memajukan kerja sama ekonomi dunia dan peningkatan kesejahteraan social;

6. Kebebasan berkehendak dan bebas dari kekhawatiran ;

7. Menciptakan kebebasan di laut lepas; dan

8. Pelucutan senjata di seluruh dunia pasca perang.

Sebelumnya, Frankin D Roosevelt dalam amanat tahunannya kepada Kongres AS

pada tanggal 6 Januari 1941 telah mencetuskan sebuah doktrin yang dikenal dengan The

(14)

1) Hak kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech)

2) Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama

yang dipeluknya (freedom of religion)

3) Hak kebebasan dari kemiskinan dalam pengertian setiap bangsa berusaha

mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya

(freedom from want)

4) Hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan,

sehingga tidak satupun bangsa (negara) berada dalam posisi berkeinginan untuk

melakukan serangan terhadap Negara lain (freedom from fear)

Doktrin inilah yang kemudian menjadi inspirasi dari Universal Declaration of human

Right tahun 1948.

F. Pengakuan Ham Oleh PBB

Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah yang

dikenal dengan The Universal Declaration of Human Right (pernyataan se-dunia tentang

HAM). Pasal 1 piagam ini berbunyi:

“sekalian orang dilahirkan mereka dan memounyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam

persaudaraan”. Deklarasi itu melambangkan komitmen moral dunia internasional pada

HAM serta merupakan pedoman dan standar Negara-negara anggota organisasi PBB untuk

dituangkan dalam konstitusi masing-masing

Universal Declaration of Human Right diumumkan sebagai “suatu standar

pencapaian yang berlaku umum untuk semua rakyat dan semua Negara”. Hak-hak yang

disuarakannya disebarkan lewat “pengajaran dan pendidikan” serta lewat “langkah -langkah progresif, secara nasional dan internasional, guna menjamin pengakuan, dan

kepatuhan yang bersifat universal dan efektif terhadapnya”.

Hal yang terlihat menonjol dalam Deklarasi Universal HAM ini antara lain adalah:

(15)

2. Hak-hak ini disebut universal, yang dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia adalah

manusia.

3. HAM dipandang sebagai norma-norma yang penting. Meski tidak seluruhnya bersifat

mutlak.

4. Hak-hak ini mengimplikasikan kewajiban bagi individu maupun pemerintah.

Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1996

Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1996 menghasilkan beberapa piagam yang berkaitan

dengan HAM, antara lain:

1. The International on Civil and Political Right, yaitu tentang hak sipil dan politik.

2. The International Covenant on Economic, Social and Cultural Right, yaitu berisi

syarat-syarat dan nilai-nilai bagi system demokrasi ekonomi, social dan budaya.

3. Optional Protocol, yang berisi adanya kemungkinan seorang warga Negara yang

mengadukan pelanggaran HAM kepada The Human Right Committee PBB setelah melalui

upaya pengadilan di negaranya.

2.5 PENGELOMPOKKAN HAM

a. Hak – hak asasi pribadi (personal rights) meliputi kebebasan menyatakan pendapat,

kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.

b. Hak – hak asasi ekonomi (property rights) meliputi hak untuk memiliki sesuatu,

hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya.

c. Hak – hak asasi politik (political rights) hak untuk ikut serta dalam pemerintahan,

hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai

politik.

d. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan

pemerintahan (rights of legal equality).

e. Hak – hak asasi social dan kebudayaan (social and culture rights). Misalnya hak

(16)

f. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan

(procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan,

penggeledahan, dan peradilan.

2.6 HAM DI INDONESIA

Untuk mencapai tujuan melindungi HAM setiap warga negara, negara Indonesia

telah memiliki produk hukum yang mengatur tentang HAM, yakni sebagai berikut :

a. Pembukaan UUD 1945, tentang hak untuk merdeka, hak untuk hidup sejahtera, hingga hak

memperoleh pendidikan.

b. UU RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM

c. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM yang juga mengatur tentang berbagai macam hak

yang harus dimiliki oleh warga Negara Indonesia.

Khusus membahas tentang UU no.39 tahun 1999, terdapat macam-macam HAM yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan ini, antara lain:

1. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, yaitu hak untuk membentuk suatu keluarga

melalui perkawinan yang sah.

2. Hak untuk hidup, yang meliputi : (1) hak untuk hidup dan meningkatkan taraf kehidupan

(2) hak untuk hidup tentram, aman dan damai, dan (3) lingkungan hidup yang layak.

3. Hak mengembangkan diri yang meliputi: hak untuk pemenuhan kebutuhan dasar,(2) hak

pengembangan pribadi, (3) ha katas manfaat IPTEKS, dan (4) ha katas komunikasi dan

informasi

4. Hak memperoleh keadilan, meliputi : (1) hak perlindungan hukum, (2) hak atas keadilan

dalam proses hukum, dan (3) hak katas hukuman yang adil.

5. Hak kebebasan pribadi, meiputi : (1) hak untuk bebas dari perbudakan, (2) ha katas

keutuhan pribadi, (3) kebebasan memeluk agama dan keyakinan politik, (4) kebebasan

untuk berserikat dan berkumpul, (5) kebebasan untuk menyampaikan pendapat, (6) ha

(17)

6. Hak atas rasa aman, meliputi: (1) hak untuk mencari suaka, dan (2) hak perlindungan diri

pribadi.

7. Hak atas kesejahteraan, meliputi: (1) hak milik, (2) hak atas pekerjaan, (3) hak untuk

bertempat tinggal secara layak, (4) hak jaminan sosial, (5) perlindungan bagi kelompok

rentan.

8. Hak turut serta dalam pemerintahan, meliputi: (1) hak pilih dalam pemilu, (2) hak untuk

berpendapat

9. Hak wanita, meliputi: (1) hak pengembangan pribadi dan persamaan dalam hukkum, dan

(2) hak perlindungan reproduksi.

10.Hak anak, meliputi: (1) hak hidup anak, (2) status warga Negara anak, (3) hak anak yang

rentan, (4) hak pengembangan pribadi dan perlindungan hokum, dan (5) hak jaminan sosial

anak.

Selanjutnya UU RI No.26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM menyatakan, bahwa

“Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum

di daerah kabupaten atau daerah kota yang daerah hukumnya meliputi pengadilan negeri yang

bersangkutan”.

Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran

HAM yang berat, yang meliputi:

a. Kejahatan genosida yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk

menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,

kelompok etnis, dan kelompok agama.

b. Kejahatan terhadap kemanusiaan yaitu salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian

dari serangan yang meluas atau sistematik yang siketahuinya bahwa serangan tersebut

ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil.

2.7 CONTOH PELANGGARAN HAM

(18)

Pelanggaran HAM di Negara italia tahun 1924 ergolong pelanggaran HAM terberat di

dunia. Aktor utamanya adalah benito Mussolini, yang memimpin paham fasisme di italia.

Mussolini memerintah di italia dalam periode 1943. Selama 19 tahun masa

pemerintahannya, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang otoriter, dan tidak segan

membunuh orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Benito Mussolini juga termasuk

salah satu pencetus Perang Dunia II. Ia turut berkoalisi dengan Adolf Hitler dari Jerman

untuk elawan sekutu pada Perang Dunia II.

b. Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Adolf Hitler di Jerman

Adolf Hitler yang merupakan pimpinan Nazi di Jerman pada periode 1930-an. Ia

melakukan banyak kejahatan kemanusiaan, sepertimenangkap tokoh-tokoh politik yang

menentangnya dan melakukan pembasmian ada orang-orang Yahudi. Hitler sendiri

memang dikenal sebagai Yahudi. Hitler sendiri memang dikenal sebagai

anti-Yahudi. Ia juga menjadi salah satu penyebab utama terjadinya Perang Dunia II.

c. Pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap Palestina

Masalah sengketa antara Israel dan Palestina menjadi salah satu contoh pelanggaran

HAM internasional yang lainnya. Hal ini bermula ketika Israel memperluas wilayahnya

dengan menguasai sebagian besar wilayah Palestina. Hasilnya, kini wilayah Palestina

hanya tersisa sedikit saja.

Dalam perspektif regional, perjuangan HAM di Indonesia dimulai dari siding

BPUPKI dan PPKI pada saat menyusun UUD 1945 yang membicarakan tentang hak dasar

manusia sehingga menetapkan 37 pasal dalam UUD1945. Walaupun demikian, dalam

perkembangannya kasus pelanggaran HAM tetap terjadi di Indonesia, seperti:

1. Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Gerakan 30 September/PKI Diantara kasus-kasus pelanggaran berat HAM, perkara seputar peristiwa

G30 S/PKI patut dikemukakan. Peristiwa ini dikenang sebagai peristiwa

pembantaian terhadap umat islam dan pembantaian terhadap 7 orang jenderal

(19)

2. Kasus Pembunuhan Munir

Munir Said Thalib adalah aktivis HAM yang pernah menangani

kasus-kasus pelanggaran HAM. Munir pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di

Indonesia seperti kasus pembunuhan Marsinah, kasus Timor-Timur dan masih

banyak lagi. Munir meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat

Garuda Indonesia ketika ia sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam,

Belanda.

3. Peristiwa pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah

Marsinah merupakan salah satu buruh yang bekerja di PT.Catur Putra Surya

(CPS) yang terletak di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Masalah muncul ketika

Marsinah bersama dengan teman-teman sesama buruh dari PT.CPS menggelar

unjuk rasa, mereka menuntut untuk menaikkan upah buruh pada tanggal 3 dan

4 Mei 1933. Masalah memuncak ketika Marsinah menghilang dan tidak

diketahui oleh rekannya, dan sampai akhirnya pada tanggal 8 Mei 1933

Marsinah ditemukan meninggal dunia. Mayatnya ditemukan di sebuah hutan di

Dusun Jegong, Kecamatan Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur dengan

tanda-tanda bekas penyiksaan berat. Menurut hasil otopsi, diketahui, bahwa Marsinah

meninggal karena penganiayaan berat.

4. Kasus Penembakan Mahasiswa Trisakti

Kasus Trisakti merupakan salah satu kasus penembakan kepada para

mahasiswa Trisakti yang sedang berdemonstrasi oleh para anggota polisi dan

militer. Bermula ketika mahasiswa-mahasiswa Universitas Trisakti sedang

melakukan demonstrasi setelah Indonesia mengalami Krisis Finansial Asia

pada tahun 1997 menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.

Peristiwa ini di kenal dengan Tragedi Trisakti.

Semenjak reformasi telah ada peraturan perundang - undangan yang

memberikan jaminan dan petunjuk dalam penyelesaian masalah yang sehubungan

dengan HAM di antaranya adalah Undang - undang No.39 tahun 1999 Hak Asasi

Manusia, UU No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di

(20)

Pada prinsipnya, baik secara global maupun regional, dalam rangka

menegakkan dan melindungi HAM sesuai dengan prinsip Negara. Jadi, dalam

menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk terhadap ; (a)

pembatasan yang ditetapkan oleh UU, dan (b) pengakuan dan kebebasan orang lain

dan nilai – nilai agama, ketertiban dan keamanan umum dalam masyarakat yang

demokratis.

Selain itu, satu lagi upaya yang sangat menentukan perlindungan terhadap

pelanggaran HAM adalah melalui peradilan. Peradilan yang kuat akan memberikan

perlindungan yang terbaik terhadap HAM dan berdampak positif terhadap

(21)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ada tidaknya Rule of Law pada suatu Negara ditentukan oleh “Kenyataan”.

Apakah rakyat dapat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil didalam hukum,

baik sesama warga Negara maupun pemerintah. Prinsip-prinsip rule of law secara formal

tertera dalam pembukaan UUD 1945. Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal

termuat di dalam pasal-pasal UUD 1945. Agar kita dapat menikmati keadilan maka seluruh

aspek Negara harus bersih, jujur, mentaati undang-undang, juga bertanggung jawab, dan

menjalankan UU 1945 dengan baik.

3.2 SARAN

Sebagai seorang warga negara yang baik memiliki kewajiban untuk menjunjung

tinggi hukum serta kaidah-kadiah agar tercipta keamanan, ketentraman, dan kenyamanan.

Mempelajari Undang-Undang 1945 berserta butir-butir nilainya dan menjalankan apa yang

menjadi tuntutannya agar terjadi kehidupan yang stabil dan taat hukum. Dalam suatu

penegakkan hukum di suatu Negara seperti Indonesia, maka seluruh aspek kehidupan harus

dapat merasakan dan diharapkan aspek-aspek tersebut dapat mentaati hukum, maka akan

terciptalah pemerintahan dan kehidupan Negara yang harmonis, selaras, makmur, damai,

(22)

DAFTAR PUSTAKA

- Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta. Paradigma

- Zaelani, Endang Sukaya. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta. Paradigma

Referensi

Dokumen terkait

This study aims to find translation procedures from source language (English) to target language (Indonesian) used in translating the Eclipse novel which have

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2007 Seri D

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Penggunaan Kartu Kredit tidak berpengaruh terhadap Resiko Gagal Bayar, berarti hipotesis kedua yang menyatakan: Semakin

Lingkungan yang kondusif adalah hal yang sangat penting bagi peran keluarga dalam pendidikan kecakapan hidup personal pada anak usia dini karena lingkungan

In this study, social capital is measured by three indicators, namely, trust, cooperativeness and the social network (a person’s participation in community activities).Welfare

Metode Eliminasi Gauss merupakan metode yang dikembangkan dari metode eliminasi, yaitu menghilangkan atau mengurangi jumlah variable sehingga dapat diperoleh nilai dari suatu

Sehubungan dengan Penetapan Hasil Evaluasi Penawaran Pelelangan Paket Pekerjaan PERENCANAAN TEKNIK PEMELIHARAAN PERIODIK/ BERKALA JALAN SEBADU - SOMPAK, SEBADU - SEKILAP,

[r]