• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH UNSUR UNSUR PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH UNSUR UNSUR PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN ISLAM

Mata Kuliah : Ilmu pendidikan islam

Dosen Pengampu : Drs. Abdullah Thahir, M.Si

Disusun oleh :

Semester IV.A

Nama : Dayanti

Nim/Nimko : 14010003/8072114003

Semester IV.A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DDI PINRANG

TAHUN 2016

(2)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan sebagai salah satu bidang yang paling penting untuk dapat mempersiapkan SDM untuk menghadapi era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab Pendidikan semakin tinggi pula yang disertai tantangan dari lingkungan sendiri, yaitu adanya kesenjangan antara teori dan peraktek, serta meningkatnya kesadaran konsumen akan kualitas produk (barang dan jasa). Terkait dengan Pendidikan sebagai salah satu usaha yang terencana untuk mendewasakan manusia atau menyiapkan sumber daya manusia, maka menjadi landasan isu yang mendasari kebijakan perintah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi di bidang pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan, yang berarti menempatkan kehadiran sekolah sebagai suatu institusi yang mandiri dalam menyiapkan sumber daya manusia bagi pembangunan. Dalam arti bahwa beban pendidikan akan semakin berat dalam rangka melakukan proses pembinaan potensi manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang menjadi modal dasar dalam pembangunan Nasional. Oleh karena itu perlu pembahasan lebih lanjut mengenai pendidik peserta didik, dan kurikulum dalam perspektif filsafat pendidikan islam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Esensi Pendidik dalam perspektif filsafat pendidikan islam? 2. Bagaimana Esensi peserta didik dalam perspektif filsafat pendidikan islam? 3. Bagaimana Esensi kurikulum dalam perspektif filsafat pendidikan islam?

(3)

A. ESENSI PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Dan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya.1

Pengertian pendidik secara umum adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.2

Menurut kajian pendidikan Islam, pendidik dalam bahasa arab disebut dengan mu’allim, ustadz, murabbiy, mursyid, mudarris dan mu’addib, masing-masing dengan makna yang berbeda, sesuai dengan konteks kalimatnya, walaupun dalam situasi tertentu mempunyai kesamaan makna.3

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidik dalam perspektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai

1 H.M. Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Hal 11

2 Dr.H. Samsul Nizar,M.A, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Hal 41

(4)

ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.

2. Karakteristik Pendidik

Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang membedakan dari orang lain. Dengan karakteristiknya, menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya. Totalitas tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatannya. Dalam hal ini An-Nahlawi, membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, yaitu:4

a. Tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Rabbani, yaitu orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah SWT. Jika guru telah memiliki sifat Rabbani, segala kegiatan pendidikannya bertujuan menjadikan para pelajarnya sebagai orang-orang Rabbani.

b. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh keikhlasan. Dengan kata lain, dengan profesinya sebagai pendidik dan dengan keluasan ilmunya, guru hanya bermaksud mendapatkan keridaan Allah, mencapai, dan menegakkan kebenaran.

c. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh kesabaran.

d. Menyampaikan apa yang diserukan dengan penuh kejujuran. Tanda kejujuran itu ialah ia menerapkan anjuran pada dirinya sendiri. Jika ilmu dengan amalnya telah sejalan, maka peserta didiknya akan mudah meniru dan mengikutinya dalam setiap perkataan dan perbuatannya.

(5)

e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan senantiasa terus menerus mempelajari dan mengkajinya.

f. Memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi, menguasainya dengan baik, serta mampu menentukan dan memilih metode mengajar yang selaras dengan materi pembelajaran dan situasi belajar-mengajar.

g. Memiliki kemampuan pengelolaan belajar yang baik, tegas dalam bertindak serta meletakkan berbagai perkara secara propesional.

h. Mampu memahami kondisi kejiwaan peserta didik yang selaras dengan perkembangannya, sehingga ia dapat memperlakukan mereka sesuai dengan kemampuan akal dan kesiapan psikis mereka.

i. Memiliki sikap yang tanggap dan responsif terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola pikir peserta didik. Selain itu, hendaknya memahami pula berbagai problema kehidupan modern serta cara Islam menghadapi dan mengatasinya.

j. Memperlakukan peserta didik dengan adil, tidak cenderung kepada salah satu golongan dan tidak melebihkan seseorang atas yang lain, dan segala kebijaksanaan dan tindakannya ditempuh dengan jalan yang benar.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik Muslim

(6)

ُ للٱ ِح َسسسۡفَي ْاوُح َسسسۡفٱَف ِسِل َٰجَمۡلٱ يِف ْاوُحلسَفَت ۡمُكَل َليِق اَذِإ ْآوُنَماَء َنيِذللٱ اَُهيَأَٰٓي

َم ۡلِع ۡلٱ ْاوسسُتوُأ َنيِذللٱَو ۡمُكنِم ْاوسسُنَماَء َنيِذللٱ ُ للٱ ِعَف ۡرَي ْاوُزُشنٱَف ْاوُزُشنٱ َليِق اَذِإَو ۖۡمُكَل

ٞريِبَخ َنوُلَم ۡعَت اَمِب ُ للٱَو ٖۚت َٰجَرَد

١١

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadilah: 11)

Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalisasinya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dll. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Di samping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, yaitu proses dimana peserta didik dibina agar dapat merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.5

Sementara dalam batasan lain, tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu :6

a. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.

5 Dr. Salminawati, MA, filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2015), Hal 135

(7)

b. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan penciptaan-Nya.

c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri (baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.

B. ESENSI PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

1. Pengertian Peserta Didik

Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan. Berikut ini adalah pengertian peserta didik dari sudut pandang pendidikan Islam, yaitu :7

a. Muta’allim

Muta’allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar. Muta’allim erat kaitannya dengan mua’allim karena mua’allim adalah orang yang mengajar, sedangkan muta’allim adalah orang yang diajar.

b. Mutarabbi

(8)

Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang dipelihara.

c. Muta’addib

Muta’addib adalah orang yang diberi tata cara sopan santun atau orang yang dididik untuk menjadi orang baik dan berbudi.

Dalam bahasa Indonesia ada tiga sebutan untuk pelajar, yaitu murid, anak didik dan peserta didik. istilah murid dalam Islam mengandung arti orang yang sedang belajar, menyucikan diri dan sedang berjalan menuju Tuhan. Sebutan anak didik mengandung arti guru menyayangi murid seperti anaknya sendiri, faktor kasih sayang guru terhadap anak didik adalah satu kunci keberhasilan pendidikan, sedangkan sebutan peserta didik adalah sebutan yang paling mutakhir, istilah ini menekankan pentingnya murid berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian perubahan istilah dari murid ke anak didik kemudian menjadi peserta didik, bermaksud memberikan perubahan pada peran pelajar dalam proses pembelajaran.8

2. Sifat Yang Harus Dimiliki Peserta Didik

Belajar bukanlah aktivitas yang mudah untuk dilakukan. Meskipun seorang peserta didik telah mendatangi sejumlah guru dan membaca banyak buku, namun hasil belajar yang baik belum tentu bisa dicapai. Belajar tidak hanya membutuhkan kehadiran, apalagi dalam arti fisik, tetapi juga kemauan, kasadaran, kesabaran, dan masih banyak lagi sifat-sifat lain yang idealnya dimiliki peserta didik. Dalam perspektif Islam, kepemilikan sifat-sifat itu merupakan prasyarat untuk mempermudah jalannya proses pembelajaran, berhasilnya pencapaian tujuan, berkahnya ilmu pengetahuan, dan kemampuan mengamalkan ilmu dalam kehidupan.9

8 Ahmad Tafsir. Filsafat Pendidikan Islami (Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu, Memanusiakan Manusia). (Bandung: Remadja Rosdyakarya, 2006) Hal 165

(9)

3. Tugas dan Tanggung Jawab Peserta Didik

Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi, diantara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi peserta didik adalah:10

a. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.

b. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan.

c. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.

d. Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.

e. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.

Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, peserta didik adalah pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Jadi, dalam proses belajar-mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah perserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain.

C. ESENSI KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

1. Pengertian Kurikulum

(10)

Istilah kurikulum telah dikenal dalam dunia pendidikan dan merupakan istilah yang tidak asing lagi. Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finis. Dari kata ini, kurikulum dalam dunia pendidikan diartikan secara sederhana sebagai jumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.11

Dalam kosa kata Arab, istilah yang selalu digunakan untuk menyebutkan kurikulum pendidikan adalah manhaj جُنم)) yang berarti jalan terang yang harus dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang didik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap mereka.12

2. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam

Secara etimologi, asas bermakna hukum dasar, dasar suatu yang menjadi tumpuan berfikir, atau dasar cita-cita. Kata ini sebenarnya berasal dari kosa kata bahasa Arab, yaitu al-asas yang bermakna fundamen (alas, dasar) bangunan atau dapat juga berarti asal, pangkal, atau dasar dari segala sesuatu. Karenanya, yang dimaksud dengan asas dalam bahasan ini adalah landasan yang menjadi dasar dalam pembentukan kurikulum Pendidikan Islam. Dalam konteks ini, bangunan dan semua unsur yang membentuk bangunan kurikulum pendidikan islam tersebut harus tersusun dan mengacu kepada suatu sumber kekuatan yang menjadi landasan dalam

11 Dr. Salminawati, MA, filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2015) Hal 144

(11)

pembentukannya. Sumber kekuatan itulah yang disebut dengan asas-asas pembentuk kurikulum pendidikan islam.13

Kurikulum merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk proses pembelajaran. Kesalahan dalam penyusun kurikulum akan menyebabkan kegagalan suatu pendidikan dan penzaliman terhadap peserta didik.14 Dalam

pendidikan Islam ada usaha-usaha untuk mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama sebagai titik sentral tujuan dan proses pendidikan islam.

3. Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum cakupun kurikulum pendidikan islam meliputi seluruh kawasan kehidupan manusia muslim, baik dalam ruang lingkup wilayah kekhilafahan maupun pengabdiannya kepada Allah SWT sebagai makhluk ibadah. Karena itu, dalam konteks wilayah kekhalifahan manusia, maka kurikulum pendidikan islam harus memuat tentang:15

a. Hakikat manusia sebagai:

a) Kreaksi atau makhluk yang diciptakan Allah swt

b) Makhluk yang dianugrahi potensi jismiyah dan ruhiyah sehingga berkemampuan membelajarkan diri,

c) Makhluk yang dipilih sebagai khalifah dimuka bumi yang diberi tugas untuk memimpin dan memakmurkan kehidupan didalamnya

b. Kapasitas atau kemampuan manusia dalam meneladani dan mengembangkan sifat-sifat ketuhanan yang tersimpul dalam al-asma al-husna kedalam dirinya. c. Adab atau akhalak al-kharimah, yakni nilai-nilai universal untuk menata

kehidupan diri sendiri, masyarakat dan alam semesta yang sejahtera, anggun dan mulia

13 Salminawati, op.cit, Hal 145

14 Dr. Salminawati, MA, filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,2015), Hal 146

(12)

d. Al-ilm, yaitu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mampu menjalankan tugas kekhalifahannya, naik ilmu-ilmu yang didatangkan Allah SWT melalui Nabi dan Rasulnya dialam semesta dan dalam diri manusia, yang dapat didekati manusia lewat pengindraan, pemikiran, dan eksperimentasi ilmiah. Karenanya dalam konteks ini, kurikulum pendidikan islam harus memuat ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu terapan

e. Sunnah allah, yaitu perubahan dan perkembangan alam serta kehidupan manusia dimana mereka dipersyarakan untuk membekali diri dengan ilmu pengetahunan , keterampilan, dan kepribadian agar mampu menyiasati dan mewarnai perubahan tersebut kearah yang lebih baik.

4. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum, kurikulum pendidikan islam dapat dikarakteristikan dengan pencerminan nilai- nilai Islami yang hasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan. Dalam konteks ini harus dipahami bahwa karekteristik kurikulum pendidikan Islami senantiasa memiliki keterkaitan yang dapat dipisahkan dari prinsip- prinsip yang telah diletakkan Allah Swt dan Rasulnya. Inilah yang membedakan kurikulun pendidikan Islami dengan kurikulum pendidikan umum lainya.

Menurut Al- Syaibaniy, diantara kurikulum pendidikan islam itu adalah: 16

a. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaidah, alat dan tekniknya.

b. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, perkembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spritual.

(13)

c. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengajar yang bermacam- macam.

d. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu- ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer dan bahasa asing.

e. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan islam dengan minat kemampuan, keperluan dan perbedaaan individu antara siswa.

Kurikulum tersebut tidak akan bermakna apapun apabila tidak dilaksanakan dalam situasi dan kondisi dimana tercita interaksi eduktif yang timbal balik antara pendidik disatu sisi dengan peserta didik disisi lain.

Aspek kurikulum yang tertulis dan lebih populer itu sering disebut “stated curriculum” atau “manifested curriculum”. Adapun aspek kurikulum yang tidak tertulis itu sering disebut “hidden curriculum” atau unstudied curriculum”.

Karakteristik dari kurikulum terutama stated curriculum ialah:

a. Kurikulum harus bersifat fleksibel, mudah diubah menuju kesempurnaan , sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

b. Kurikulum adalah merupakan deskripsi atau uraian tentang rencana atau program yang akan dilaksanakan.

c. Kurikulum biasanya berisi tentang bermacam-macam bidang study (area of learning)

d. Kurikulum dapat diperuntukkan bagi seorang pelajar saja atau disusun bagi suatu kelompok yang besar.

e. Kurikulum selalu berhubungan dengan program dari suatu lembaga pendidikan (educational centre)

(14)

berada dalam proses pengembangan diri menuju kedewasaan sesuai dengan ajaran islam. Karenanya, kurikulum tersebut tidak akan bermakna apapun apabila tidak dilaksanakan dalam suatu situasi dan kondisi dimana tercipta interaksi edukatif timbal balik antara pendidik disatu sisi dengan peserta didik disisi lain. Disinilah ciri khas kurikulum pendidikan islami yang memandang peserta didik sebagai makhluk potensial untuk mengembangkan dirinya sendiri melalui aktivitas kependidikan dan pembelajaran. Pendidikan dan seluruh komponen kependidikan lainnya termasuk kurikulum hanyalah merupakan media atau sarana yang dibutuhkan untuk menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi proses pengembangan itu menuju kesempurnaan atau sesuatu yang dipandang sempurna.17

III. PENUTUP

KESIMPULAN

(15)

Dari pembahasan yang telah dipaparkan di muka, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pendidik, peserta didik dan kurikulum, mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan Islam. Semua komponen tersebut saling berkesinambungan, saling memenuhi antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya. Keoptimalan proses pendidikan Islam ditentukan oleh bagaimana pendidikan dapat mengoptimalkan peran kurikulum, pendidik, dan peserta didik maupun lingkungan dalam proses kegiatan pendidikan dan diantara kesemuanya tidak dapat dipisahkan perannya untuk dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan secara menyeluruh, yaitu memanusiakan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012

Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2015

Referensi

Dokumen terkait

Nilai batas s tling alarm daTi Monitor Kontaminasi Seluruh T boo PM 50 I untuk kondisi reaktor tidak berop rasi cacah latar rendah , sensitifitas detektor nggi

Para investor dan calon investor yang hendak melakukan investasi sebaiknya melihat dan menganalisis terlebih dahulu dalam memilih perusahaan dengan mempertimbangkan rasio

mengenai pengaruh biaya promosi penjualan sebesar 2,254, ini berarti apabila biaya promosi penjualan (X1) meningkat, maka tingkat hunian kamar (Y) akan meningkat

Foreign Tourism atau wisatawan asing adalah orang yang melakukan perjalanan wisata yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana dia biasanya

didirikan di atas tanah. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah dalam Pasal 12 menentukan Tanah yang berasal dari tanah timbul atau

The purposes of our study were to solve the browning problem on explants and develop the propagation system of sago palm via in vitro culture through direct shoots derived

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara jenis kemasan dan lama penyimpanan yang berbeda terhadap tekstur, warna, aroma dan kerapatan wafer

[r]