BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasi Anggaran
Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai
dari uang publik (Mardiasmo, 2004:61). Peraturan Pemerintah No. 24 tahun
2005, “anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu
secara sistematis untuk satu periode”.
Pada dasarnya anggaran perusahaan dapat dikelompokkan ke
beberapa kelompok anggaran (Rudianto, 2006:118), yaitu:
a. Anggaran Operasional
Anggaran operasional adalah rencana kerja perusahaan yang kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh pendapatan dalam suatu periode tertentu. Yang termasuk dalam anggaran operasional adalah anggran pendapatan, anggaran biaya, dan anggaran laba.
b. Anggaran keuangan
Anggaran keuangan adalah anggaran yang berkaitan dengan rencana pendukung aktivitas operasi perusahaan. Anggaran ini tidak berkaitan secara langsung dengan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan dan menjual produk perusahaan. Anggaran keuangan mencakup beberapa jenis anggaran yaitu anggaran investasi, anggaran kas dan proyeksi neraca.
Stoner dan Freeman (2001:570) menyatakan bahwa “Ada dua
prosedur yang biasa digunakan dalam menyusun anggaran suatu
a. Top-Down Budgeting
Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang ditentukan oleh pimpinan tertinggi perusahaan dengan sedikit atau bahkan tanpa ada konsultasi dengan manajer tingkat bawah. Dengan menerapkan prosedur ini maka memberikan keuntungan yaitu mempersingkat waktu penyusunan anggaran. Kelemahan dari prosedur ini adalah tidak diperhitungkannya kebutuhan tiap-tiap bagian dengan tepat, karena semaunya merupakan keputusan sepihak dari manajer.
b. Bottom-Up Budgeting
Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan anggaran tersebut. Prosedur ini memberikan keuntungan, dalam hal anggaran disusun berdasarkan bagian-bagian yang memang membutuhkan dana atau bagian-bagian yang memberikan penghasilan bagi perusahaan, sehingga alokasi menjadi akurat, atau dengan kata lain tingkat keakuratan anggaran sangat tinggi.
Secara luas anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian
mencakup pengarahan/pengaturan orang-orang dalam organisasi atau
perusahaan dan alat perencanaan untuk direalisasikan. Beberapa fungsi
anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik menurut Nordiawan
(2006:48) antara lain sebagai berikut :
a. Anggaran sebagai alat perencanaan
Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan ke arah mana kebijakan yang dibuat.
b. Anggaran sebagai alat pengendalian
Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending).
c. Anggaran sebagai alat kebijakan
Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menetukan arah atas kebijakan tertentu. Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan.
Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan.
e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Melalui dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian atau unit kerja atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya.
f. Anggaran sebagai alat penilai kinerja
Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target baik berupa terlaksananya aktifitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.
2.1.2. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
2.1.2.1. Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran
Menurut Robbins (2002:179) “partisipasi merupakan suatu
konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan
sampai tingkat tertentu bersama atasannya”. Partisipasi anggaran
merupakan proses dimana individu-individu terlibat langsung di
dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran
yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas
dasar pencapaian target anggaran mereka (Brownell dalam Sinaga,
2009).
Anthony dan Govindarajan (2005:93) menyatakan bahwa
partisipasi anggaran memiliki dua keunggulan yaitu :
a. tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada dibawah pengawasan manajer.
Disamping keunggulan yang melekat pada partisipasi, tentu saja
terdapat keterbatasan. Menurut Hansen dan Mowen (2000:362) ada 3
masalah yang menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara
lain :
a. pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah.
b. slack anggaran, adalah perbedaan antara jumlah sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama.
c. partisipasi semu, yang mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi penganggaran padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka.
2.1.2.2. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah
Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan menimbulkan
inisiatif bagi mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi serta
meningkatkan kebersamaan, sehingga kerjasama diantara anggota dalam
mencapai tujuan juga akan meningkat. Para bawahan yang merasa
aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang
disusun akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral
untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan yang ditargetkan dalam
anggaran (Soepomo, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa individu yang
dilibatkan dalam penyusunan anggaran akan lebih bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya dibandingkan dengan individu yang tidak
2.1.3. Komitmen Organisasi
2.1.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana
seorang karyawan memihak sebuah organisasi serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi
tersebut (Robbins, 2008:100). Menurut Luthans (2006:249), komitmen
organisasi adalah “suatu keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota
organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan
organisasi, keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan
organisasi”.
Komitmen sebagai fondasi dasar dalam menjalankan suatu
organisasi. Komitmen terwujud dalam bentuk visi dan misi yang
terstruktur dan terukur sehingga dapat diaktualisasikan dalam kinerja
organisasi. Tanpa komitmen suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan
baik, karena komitmen sebagai tujuan dasar yang memberikan alasan
tentang keberadaan suatu organisasi. Komitmen mencerminkan tujuan
jangka panjang agar organisasi memiliki kelangsungan hidup yang jelas
termasuk dalam penyusunan anggaran.
2.1.3.2. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pemerintah
Komitmen organisasi akan tumbuh disebabkan karena karyawan
memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan
telah menemukan bahwa semakin individu memiliki komitmen terhadap
organisasi, semakin besar juga usaha mereka dalam menyelesaikan tugas
atau pekerjaannya (Porter dan Steers dalam Sunjoyo, 2008). Komitmen
organisasi yang kuat akan menyebabkan individu berusaha keras
mencapai tujuan organisasi dan kemauan mengerahkan usaha atas nama
organisasi guna meningkatkan kinerja manajerial. Artinya dengan
komitmen organisasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik
demi tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya, dengan komitmen
organisasi yang rendah akan tercipta perhatian yang rendah pada
pencapaian tujuan organisasi dan cenderung berusaha memenuhi
kepentingan pribadi.
2.1.4. Kinerja Satuan Kerja
Satuan Kerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disebut Satker,
adalah setiap kantor atau satuan kerja di lingkungan Pemerintah Pusat yang
berkedudukan sebagai Pengguna Anggaran/Barang atau Kuasa Pengguna
Anggaran/Barang (PMK No.119/PMK.05/2007). Menurut PP No.8 tahun
2006, yang dimaksud dengan kinerja adalah “keluaran/hasil dari
kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur”.
Kumorotomo (2005:103), mengungkapkan kinerja organisasi publik
adalah “hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi,
transparan dalam pertanggung jawaban, efisien, sesuai dengan kehendak
diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai”. Kinerja
diukur secara berkelanjutan sebagai umpan balik sehingga memperbaiki
kualitas pelayanan publik pada pemerintah daerah maupun pusat. Dengan
begitu, satuan kerja akan mengetahui prestasinya secara objektif dalam
suatu periode waktu tertentu. Mahsun (2006:198), mengungkapkan bahwa:
Pengukuran kinerja pemerintah diarahkan pada masing-masing satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya. Setiap satuan kerja adalah pusat pertanggung jawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan demikian perumusan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua satuan kerja yang ada. Namun demikian dalam pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifikasian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan sasaran, program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.
Penilaian kinerja manajerial menurut Mahoney, dkk dalam Damanik
(2009) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan fungsi manajemen klasik
yang meliputi delapan dimensi kegiatan yaitu:
1. Kinerja Perencanaan
Menentukan tujuan kebijakan, tindakan atau pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, pemrograman dan lainnya.
2. Kinerja Investigasi
Mengumpulkan dan menyiapkan informasi untuk catatan, laporan, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan menganalisis pekerjaan. 3. Kinerja Pengkoordinasian
Tukar menukar informasi dengan bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitakan departemen lain, hubungan dengan manajer lain.
4. Kinerja Evaluasi
Menilai dan mengukur proposal kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian laporan keuangan, dan pemeriksaan produk.
Mengarahkan, memimpin, mengembangkan bawahan, membimbing, menjelaskan peraturan kerja kepada bawahan, memberikan tugas, dan menangani keluhan.
6. Kinerja Pemilihan Staf
Mempertahankan angkatan kerja dibagiannya, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, memutasikan, dan mempromosikan pegawai.
7. Kinerja Negoisasi
Melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasuk, serta tawar menawar harga.
8. Kinerja Perwakilan
Menghadiri pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain/perkumpulan bisnis, pendekatan ke masyarakat dan mempromosikan tujuan umum organisasi.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian ini hampir serupa dengan penelitian-penelitian terdahulu yang
meneliti pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi
terhadap kinerja. Penelitian yang dilakukan Agusti (2012) menguji pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah
dengan desentralisasi dan budaya organisasi sebagai variabel moderating.
Hasilnya menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh
terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.
Penelitian Anggraeni (2009) bertujuan untuk mengetahui apakah
partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja
SKPD Labuhan Batu. Hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial
variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara
Penelitian yang dilakukan oleh Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty (2012)
mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparatur
pemerintah daerah dengan budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai
moderator. Pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda dan analisis
regresi beringkat dengan pendekatan uji interaksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran
terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Terdapat pengaruh signifikan antara
variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran
dengan kinerja aparat pemerintah daerah
Penelitian yang dilakukan oleh Yudha dan Abdul (2013) mengenai
pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial,
Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam proses penyusunan
anggaran berpengaruh langsung secara positif dan secara statistik signifikan
terhadap kinerja manajerial.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa penelitian ini hampir serupa dengan
penelitian terdahulu yang walaupun pada penelitian terdahulu variabel-variabel
pada penelitian ini dilakukan secara terpisah. Adapun perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah dilihat dari objek penelitiannya. Objek
penelitian terdahulu lebih banyak meneliti di Pemerintahan daerah atau SKPD dan
BUMN, sedangkan objek penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) yaitu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
akan disajikan temuan-temuan empiris terdahulu dari beberapa penelitian yang
berhubungan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi
pada tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1 1. Agusti (2012) Pengaruh Partisipasi
Penyusunan Budaya Organisasi
Menunjukkan bahwa variabel partisipasi anggaran
berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.
2. Anggraeni (2009) Pengaruh Pertisipasi Anggaran dan
Secara parsial variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu. Secara simultan variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu.
3. Marisna dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
Secara parsial dan simultan partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Dinas Kesejahteran dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.
Pemerinta Daerah Dengan Budaya Organisasi dan
Komitmen Organisasi Sebagai Moderator
pemerintah daerah. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah
Bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja dan
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel budaya organisasi dan komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.
6. Sinaga (2009)
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan
Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Perkebunan
Nusantara III Sei Sikambing Medan
Secara simultan partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Perkebunan Nusantara III Sei Sikambing Medan. Secara parsial partisipasi anggaran tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja manajerial, secara parsial komitmen organisasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
7. Yudha dan Abdul (2013)
Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening
Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan
komitmen organisasi berpengaruh langsung secara
positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
2.3.Kerangka Konseptual
Partisipasi penyusunan anggaran menggambarkan keterlibatan
individu-individu mulai dari tingkat bawah, menengah dan tingkat atas dalam proses
penyusunan anggaran. Keterlibatan ini sangat penting dalam upaya memotivasi
mereka guna mencapai tujuan perusahaan. Partisipasi dalam proses penyusunan
anggaran menciptakan terjadinya komunikasi yang baik, interaksi satu sama lain
serta bekerja sama dalam team guna mencapai tujuan perusahaan. Dengan
menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para karyawan akan
meningkat.
Komitmen organisasi menggambarkan keyakinan dan dukungan yang
kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Komitmen
organisasi dapat tumbuh dan berkembang karena karyawan memiliki ikatan
emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral, pemberian nilai
serta tekad dari dalam dirinya untuk mengabdi kepada organisasi. Komitmen
organisasi yang kuat akan menyebabkan partisipasi mereka dalam penyusunan
anggaran semakin tinggi sehingga meningkatkan kinerja organisasi.
Dalam penelitian ini partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen
organisasi dianggap mampu mempengaruhi kinerja Satker. Agusti (2012),
Marisna (2013), Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty (2012), Sardjito dan Osmad
(2007), dan Yudha dan Abdul (2013) menemukan bahwa partisipasi anggaran dan
komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Adapun kerangka
𝐻𝐻1
𝐻𝐻3
𝐻𝐻2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada teori hierarki kebutuhan maslow, manajer yang
dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran akan merasa dihargai pemikiran
dan pendapatnya sehingga kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi. Lebih lanjut,
mereka bisa menerima tujuan anggaran dan tujuan organisasi sehingga akan lebih
termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 1
(𝐻𝐻1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
𝐻𝐻1 : partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja Satker
BMKG.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan, ketika seseorang dalam organisasi
kebutuhan aktualisasi dirinya terpenuhi maka akan tumbuh perasaan memiliki
terhadap organisasi dan perasaan ini akan menumbuhkan komitmen yang tinggi
terhadap organisasi tempatnya bekerja. Yudha dan Abdul (2013) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dan
kinerja manajerial. Artinya, semakin tinggi komitmen terhadap organisasi Partisipasi
Penyusunan
Anggaran (𝑋𝑋1)
Komitmen
Organisasi (𝑋𝑋2)
Kinerja Satuan
tempatnya bekerja maka akan semakin baik pula kinerjanya. Berdasarkan uraian
diatas, hipotesis 2 (𝐻𝐻2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
𝐻𝐻2 : Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG.
Sinaga (2009) menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen
organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempatnya bekerja akan menyebabkan
partisipasi mereka dalam penyusunan anggaran semakin tinggi sehingga
meningkatkan kinerja organisasi. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 3 (𝐻𝐻3) yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
𝐻𝐻3 : Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dibuat hipotesis yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen
organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja Satuan Kerja