BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan
institusional dan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan
(sujoko dan Soebiantoro, 2007,44) bahwa struktur kepemilikan merupakan
jenis institusi atau perusahaan yang memegang saham terbesar dalam suatu
perusahaan. Sedangkan, pujiningsih (2011:24) menyatakan bahwa struktur
kepemilikan tercermin baik melalui instrument saham maupun instrmen
utang shingga melalui struktur tersebut dapat di telaah kemunggkian
bentuk masalah keagenan yang akan terjadi. Istilah struktur kepemilikan
digunakan untuk menunjukan bahwa variabel-variabel yang penting dalam
struktur modal tidak hanya ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi
juga ditentukan oleh presentase kepemilikan saham oleh manajemen dan
institusi (Jensen dan mecking, 1976 dalam kurniati, 2007, hal. xxvi-xxvii).
Menurut Nur’aeni (2010: 18-19), ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan dalam sturktur kpemilikan, antara lain:
1. Kepemilikan sebagian kecil perusahaan oleh manajemen
mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nlai pemegang
sahanm dibaning sekedar mencapai tujuan perusahaan semata.
2. Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi inisiatif kepada pemegang
3. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan social perusahaan dan
maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik
pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan
perusahaan.
Menurut Nur’aeni (2010:20-28) sruktur kepemilikan terbagi empat: a. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah presentase kepemilikan saham
yang dimiliki oleh institusi instiusi lain pada suatu perusahaan (kurniati,
2007:xlvi).
Di Indonesia, kepemilikan saham institusonal terbagi menjadi
kepemilikan eksternal dan institusional. Kepemilikan eksternal adalah
kepemilikan oleh lembaga investasi seperti dana pension, ansuransi,
reksadana, dan prusahaan investasi lainnya, dan menjadi bagian dari
kepemilikan saham oleh institusi bisnis seperti perseroan terbatas (PT).
Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kineja manajmen,
karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasan yang dapat
digunakan untuk mendukung atau seballiknya terhadap kinerja
manajemen. Investor institusional sering disebut sebagai investor yang
canggih (sophisticated) dan seharusnya lebih dapat menggunakan
informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa.
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh
pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola.
Kepemilikan manajer akan saham perusahaan dipandang dpat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham
diluar manajemen sehingga permasalahaan keagenan diasumsikan akan
hilang apabila seorang manajer adalah juga sebagai seorang pemilik
(Jensen dan mecking, 1976 dalam Nur;aeni, 2010: 19).
c. Kepemilikan publik
Kepemilikan publik menunjukan besarnya private information
yang harus dibagikan manajer kepada public. Private information tersebut
merupakan informasi internal yang semula hanya diketahui oleh manajer,
seperti standar yang dipakai dalam pengukuran kinerja perusahaan,
keberadaan perencanaan bonus, Dan sebagainya (Rosma, 2007 dalam
Nur’aeni, 2010: 26). d. Kepemilikan asing
Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan
yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta
bagian-bagiannya yang berstatus diluar negeri (Nur’aeni 2010: 27).
2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja Keuangan perusahaan adalah penentuan ukuran-ukuran
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
analisa perusahaan yang ditujukan untuk menujukkan perubahan dalam
kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan” (Van Horne, 2003:95)
Kinerja juga merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengalokasikan sumber dayanya ke dalam bentuk operasi
perusahaan atau merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumberdayanya. Tujuan dari penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan. Penilaian
kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari
segi perubahan harga saham.
kinerja merupakan sebuah konsep yang sulit, baik definisi maupun
dalam pengukurannya, karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat
multidimensional dan oleh karena itu pengukuran menggunakan dimensi
pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang
komprehensif. kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan
dimensi pengukuran yang beragam. Sampai saat ini masih muncul perdebatan
tentang pendekatan yang tepat bagi konseptualisasi dan pengukuran kinerja
organisasi, sehingga ukuran kinerja yang cocok dan layak tergantung pada
keadaan unik yang dihadapi peneliti.
Pengukuran keuangan dinyatakan dalam ketentuan moneter.
diciptakan diluar sistem akuntansi yang formal. untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan, analisis keuangan membutuhkan ukuran
keuangan yang pasti. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas.
“analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi
masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk
merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa
depan” (Brigham Houston 2010:133) .
Rasio profitabilitas merupakan rasio pengukuran yang menjelaskan
seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam
hubungan penjualan, asset maupun laba bagi modal sendiri. Rasio
profitabilitas dibagi menjadi enam antara lain: gross profit margin (GRM),
net profit margin (NPM), operating return on assets (OPROA), return on
assets (ROA), return on equity (ROE), operating ratio (OR).
Dan “return on assets (ROA) merupakan salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional
perusahaan agar menghasilkan keuntungan”. Besarnya ROA dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Return on Assets (ROA) =
Earning After Tax (EAT) merupakan laba bersih setelah pajak. Total
Assets merupakan nilai buku total aktiva. Pengukuran kinerja keuangan
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk
menghasilkan laba. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba.
ROA memiliki keunggulan, diantaranya yaitu:
1. Merupakan ukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2. Mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
3. Merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit
usaha.
Namun meskipu ROA memiliki keunggulan terdapat pula beberapa
kelemahan atas penggunaan ROA yaitu:
1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer
divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang
menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek
tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara
keseluruhan.
2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek
3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek,
tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka
panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan,
pengurangan budget pemasaran, dan penggunaan bahan baku yang
relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka
panjang.
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Dini Nur’aeni (2010) meneliti pengaruh struktur kepemilikan saham
terhadap kinerja perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan struktur
kepemilikan saham berupa struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, kepemilikan publik dan kepemilikan asing sebagai variabel
independen. Sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan return on asset (ROA).
Objek penelitian menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dalam rentang waktu 2006-2008. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dan model analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajemen dan kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kepemilikan saham institusional dan
asing, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Bahram Barzegar dan K Nagendra Babu (2008) melakukan pengujian
empiris tentang hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja 50
Didalam penelitiannya struktur kepemilikan (variabel independen) digolongkan
menjadi struktur kepemilikan institusional dan non-institusional. Sedangkan
kinerja perusahaan diukur menggunakan ROA, ROE dan Tobin’s Q. Variabel
kontrol yang digunakan antara lain risiko, debt to asset ratio, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, konsentrasi kepemilikan, dll. Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional memiliki kinerja yang lebih
baik dibanding perusahaan dengan kepemilikan non-institusional. Kepemilikan
institusional memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan
(ROA). Sebagai tambahan, diperoleh hasil bahwa kepemilikan tersebar (diffused
ownership) memiliki kinerja yang lebih baik dibanding perusahaan dengan
kepemilikan terkonsentrasi. Selain itu, hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat hubungan signifikan negatif antara kinerja dengan debt to asset ratio
dengan ROA sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Dari keseluruhan hasil yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara
kepemilikan institusional dengan kinerja dalam studi kasus di Iran.
Sawitri Sekar Edi, (2011) meneliti tentang pengaruh Corporate
Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan dewan
komisaris, dewan komisaris independen, dewan direksi, komite audit dan
kepemilikan institusional sebagai variabel independen serta kinerja perusahaan
diukur dengan TOBIN’s Q. Objek penelitian menggunakan perusahaan yang
terdaftar di LQ45 dalam rentang waktu 2005-2009. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional, dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh
komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan dan komite audit berpengaruh tidak signifikan.
Sam’ani (2008) melakukan penelitian untuk menemukan bukti empiris
pengaruh elemen-elemen dalam penerapan good corporate governance terhadap
kinerja perusahaan perbankan di Indonesia. Dari hasil pengujian hipotesis,
menunjukkan bahwa pengaruh corporate governance yang diproksi oleh aktivitas
komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan terhadap kinerja. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional dan rasio leverage mempunyai hubungan yang negatif
dan signifikan terhadap kinerja.
Hexana Sri Lastanti (2004) meneliti hubungan antara struktur corporate
governance dengan kinerja perusahaan dan reaksi pasar. Dalam penelitian tersebut
digunakan struktur corporate governance berupa komposisi dewan komisaris
independen, struktur kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan institusional.
Sedangkan kinerja perusahaan diproksi oleh nilai perusahaan (Tobin’s Q) dan
kinerja keuangan (ROA dan ROE). Hasil penelitian menyatakan terdapat
hubungan positif signifikan antara independensi dewan komisaris dan Tobin’s Q. Sementara variabel lain tidak berpengaruh secara signifikan, baik terhadap
Tobin’s Q, ROA, ataupun ROE.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Bahram Barzegar dan K Nagendra
Pengaruh Struktur Kepemilikan
Variabel independen : struktur kepemilikan non-institusional,
Babu (2008) dalam Kinerja memiliki kinerja yang lebih baik dibanding perusahaan dengan kepemilikan
terkonsentrasi. Debt to
asset ratio memiliki
Sam’ani
institusional, dewan komisaris,dewan ukuran dewan direksi, komite audit berhubungan signifikan positif terhadap kinerja. Kepemilikan institusional dan rasio leverage mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap
governance (komposisi dewan komisaris dan kinerja keuangan (ROA dan ROE).
Terdapat hubungan positif signifikan antara independensi dewan komisaris dan Tobin’s Q. Sementar variabel lain tidak berpengaruh secara signifikan, baik terhadap Tobin’s Q, ROA, ataupun ROE.
2.3 Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan modal konseptual tentang bagaimana
teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah peneliti
identifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan kerangka konseptual diatas,
ditentukan bahwa variabel independen yang berupa kepemilikan institusional dan
kinerja perusahaan sebagai variabel dependen. Selain itu, jika jumlah kepemilikan
saham oleh institusi diatas 20% dan Kepemilikan saham diatas 20% merupakan
kepemilikan saham dengan hak pengendali sehingga dengan adanya hak
mengendaikan aktivitas perusahaan, dapat memperkuat pengaruh kepemilikan
institusi dalam meningkatkan kinerja. Dalam pengukuran kinerja perusahaan
peneliti menggunakan rasio pengukuran profitabilitas berupa ROA (Return on
Asset). Objek penelitian utama adalah kepemilikan institusional.
Bermula dari peran struktur kepemilikan perusahaan dalam menjelaskan
komitmen dari pemilik untuk menyelamatkan perusahaan, kepemilikan
institusional dianggap mampu meninimalisasi konflik kepentingan karena dapat
menselaraskan tujuan antara manajemen (agen) dan pemegang saham (principal).
Hal ini dikarenakan adanya peran monitoring oleh pemegang saham yang berupa
institusi untuk mengendalikan manajemen hingga mencapai efisiensi penggunaan
sumber dana dan mencegah perilaku menyimpang yang mungkin dilakukan
manajemen. Berlandaskan teori tersebut, kepemilikan institusional oleh beberapa
peneliti dipercaya dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya
cederung tinggi dapat berdampak negatif bagi kinerja perusahaan karena akan
menimbulkan konflik antar pemegang saham yang disebabkan oleh pemengang
saham dengan kepemilikan institusional yang tinggi mengendalikan atau
mengarahkan kebijakan manajemen berlandaskan kepentingan pribadinya. Untuk
itu dua variabel independen mengukur kepemilikan institusional dengan
pegelompokan yang berbeda yakni jumlah persentase kepemilikan institusional
dari seluruh total saham (Variabel kepemilikan institusional) dan jumlah
persentase kepemilikan saham oleh institusi diatas 20%
Pengaruh dari kepemilikan Institusional perusahaan dapat dijelaskan dari
hasil penelitian berikut ini: (1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kepemilikan Institusional dan produktifitas sebagai salah satu proksi dari
kinerja perusahaan, (2) Pengaruh kepemilikan Institusional lebih kuat untuk
perusahaan yang didominasi oleh legal person shareholders daripada perusahaan
yang didominasi oleh perusahaan, (3) Profotabilitas perusahaan berhubungan
positif dengan proksi pemilikan saham oleh legal person tetapi berhubungan
negatif dengan proksi pemilikan saham oleh perusahaan dan (4) Produktifitas
tenaga kerja cenderung menurun saat proporsi kepemilikan saham oleh
perusahaan meningkat.
Dalam penelitian ini,. Pengaruh hutang terhadap kinerja keuangan
perusahaan dapat menutupi peran kepemilikanan institusional dalam
mempengaruhi kinerja. Akan tetapi, besarnya jumlah hutang juga akan
besarnya biaya modal yang ditanggung perusahaan dibandingkan besarnya free
cash flow yang dihindari.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang konsep yang diperkirakan
sebagai kebenaran atau kesalahan tentang suatu fenomena yang sedang diamati
yang kemudian diformulasikan untuk pengujian yang bersifat empirik.
Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka
konseptual, maka peneliti membuat rumusan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kenerja
perusahaan property dan real estate yang terdaftardi Bursa Efek