• Tidak ada hasil yang ditemukan

Palangehon Boru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Palangehon Boru"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA PARGARUTAN KECAMATAN SORKAM, KABUPATEN TAPANULI TENGAH

2.1. Letak Lokasi dan Iklim Desa Pargarutan Kecamatan Sorkam,Tapanuli Tengah

Penelitian ini dilakukan di Desa Pargarutan kecamatan

Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah. Dimana Kabupaten Tapanuli

tengah merupakan salah satu wilayah yang berada Di pantai Barat

Sumatera . Wilayahnya berada 0 – 1266 m di atas permukaaan laut serta terletak pada 1011’00’’- 2022’00’’ Lintang Utara dan 98012’ Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nangroe

Aceh Darusalam, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

Sebelah Timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Sebelah Barat

berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Tapanuli Tengah mempunyai luas 2.194,98 Km2,

sebagian besar berada di daratan pulau Sumatera dan sebagian kecil

berada di pulau-pulau kecil disekitar wilayah kabupaten ini.

Kecamatan Sibangun merupakan kecamatan yang terluas, dengan luas

sebesar 439,99 km2.

Kabupaten Taanuli Tengah memiliki beberapa Kecamatan,

diantaranya adalah; Kecamatan Sirandorung, Kecamatan Manduamas,

Kecamatan Sosor Gadong, Kecamatan Andam Dewi, Kecamatan

(2)

Sitahuis, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Kolang, Kecamatan

Tukka, Kecamatan Pandan, Kecamatan Sibabangun, Kecamatan

Badiri, Kecamatan Pinang Sori. Kecamatan Sorkam memiliki luas

wilayah 121,00 km2. Letak Kecamatan Sorkam adalah 0,10

-35’Lintang Utara dan 980-99’Bujur Timur dengan suhu udara 24

hingga 32 derajat Celsius. Kecamatan Sorkam terletak 0-5 m diatas

pemukaan laut. Rotasi ibu kota Kecamatan ke ibu kota kabupaten

sekitar 47 km dengan batas wilayah antara lain: Sebelah Utara

berbatasan dengan wilayah kabupaten Tapanuli Utara, Sebelah Selatan

berbatasan dengan Pantai Barat Samudera Indonesia. Sebelah Timur

berbatasan dengan Kecamatan Kolang, Sebelah Barat berbatasan

dengan Kecamatan Sorkam Barat dan Kecamatan Pasaribu Tobing.

Kecamatan Sorkam memiliki 19 Desa dan 4 Kelurahan yang

antara lain Desa Sorkam Tengah, Desa Sorkam Kiri, Desa Bottot,

Desa Teluk Roban, Desa Pananggahan, Desa Pagaran Julu, Desa

Sihaspas, Desa Muara Nauli, Desa Hiteurat, Desa Pearaja, Desa

Rianiate, Desa Gontingmahe, Desa Nauli, Desa Fajar, Desa Pelita,

Desa Pardamean, Desa Dolokpanttis, Desa Simarpinggan, Kelurahan

Sorkam, Kelurahan Nipospos Barat, Kelurahan Pargarutan Kelurahan

tarutung Bolak.

Kelurahan Pargarutan adalah salah satu desa yang baru-baru

ini diganti menjadi kelurahan dengan luas 2.72 km2 . Sedangkan

(3)

Laki-laki dan 943 perempuan, dengan Kepala Keluarga yang berjumlah 417

KK. Kelurahan Pargarutan berbatasan dengan beberapa desa, seperti;

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rianiate

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tarutung Bolak

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pearaja dan Desa Hiteurat

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pagaran Julu dan Pantai

Barat Samudera Indonesia

Desa pargarutan adalah salah satu desa yang berdiri sejak

adanya pembangunan jalur jalan menuju pelabuhan dan pusat

perdagangan di Kecamatan Barus sama halnya seperti desa-desa

yang juga berdiri di sekitar desa pargarutan tersebut.

Kondisi jalan di desa ini sangat baik, karena diaspal, dan

desa ini merupakan jalan lintas yang sering dilewati, hanya beberapa

desa yang kondisi jalannya belum diaspal tetapi sudah dapat dijangkau

oleh transportasi roda 2 maupun roda 4. Jalan diseluruh kecamatan

Sorkam termasuk Desa Pargarutan sangat berliku-liku dan harus

hati-hati jika melintasinya, karena di beberapa bagian jalan terdapat

jurang-jurang yang cukup dalam di kedua sisi jalannya.

Iklim adalah keadaan cuaca pada suatu tempat yang relatif

luas dalam waktu yang cukup lama. Iklim pada suatu tempat

berbeda-beda, tergantung pada letak lintangnya. Sebagian besar wilayah

kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan lautan,

(4)

tropis. Dalam periode bulan Januari-Desember suhu udara maksimum

biasanya mencapai 32o C dan suhu minimum mencapai 20oC.

Rata-rata suhu udara di Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 29,94oC.

Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten

Tapanuli Tengah mempunyai musim kemarau dan musim penghujan.

Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai September

dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai

dengan bulan Maret, Diantara kedua musim itu diselingi oleh musim

pancaroba.

2.2. Pola Permukiman

Jika dilihat dari bentuk rumah, pola permukiman di

Kelurahan Pargarutan (Kecamatan Sorkam) secara keseluruhan dapat

dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu tipe rumah sederhana, tipe

rumah setengah permanen dan tipe rumah permanen.

Rumah tipe sederhana, pada dasarnya tidak jauh berbeda dari

tipe rumah sangat sederhana, perbedaannya dapat dilihat dari

bahan-bahan kayu dan papan yang dipakai. Rumah tipe sederhana ini pada

umumnya terbuat dari bahan kayu dan papan dengan kualitas sedang,

sedangkan atapnya umumya telah mmemakai bahan dari seng, namun

lantai rumah ada yang memakai bahan dari papan (memiliki kolong)

dan juga terbuat dari lantai semen.

Rumah tipe setengah sederhana,ditandai dengan sepertiga

(5)

rumah bagian atas terbuat dari bahan papan yang baik, sedangkan atap

rumah pada umumnya telah memakai bahan dari seng.

Sedangkan, rumah tipe permanen, dindingnya telah terbuat

dari semen yang di cat dengan berbagai warna, memakai pintu,

memiliki ruang tamu, beberapa ruang untuk kamar tidur, ruang dapur

sekaligus ruang makan, sudah memiliki aliran listrik dan atap rumah

yang terbuat dari seng dan dilapisi oleh asbes.

Desa Pargarutan adalah salah satu desa yang dikelilingi oleh

perkebunan kelapa, ladang, sawah dan tidak terlalu jauh ke arah laut.

Hanya berkisar 20 menit menuju laut. Pola permukiman penduduk

adalah berkelompok. Rumah penduduk setempat memiliki pintu depan

yang saling berhadapan dan berdekat-dekatan antara 1 rumah dengan

rumah lainnya serta memiliki halaman yang cukup luas di setiap

rumah penduduk. Adapun beberapa rumah yang tidak mengelompok

adalah rumah yang rata-rata baru dibangun.

Halaman rumah penduduk setempat berfungsi sebagai

tempat pesta. Apabila ada pesta pernikahan atau pesta adat, biasanya

dibuat tenda dan tikar di halaman untuk tempat duduk para tamu

undangan dan kerabat lainnya. Batas satu desa dengan desa lainnya

tidak terlihat di kampung ini, sebagai pembeda satu kampung dengan

kampung yang lainnya adalah plakat desa atau tanda yang di dirikan

(6)

Biasanya ladang mereka berada di belakang rumah,di

samping kiri atau kanan rumah beberapa tuan tanah di kampung

tersebut yang memiliki kebun di beberapa tempat lain. Parit-parit yang

dibuat sendiri sebagai saluran air saat hujan datang, parit yang biasa

bukan permanen yang terbuat dari semen. Rumah-rumah penduduk di

desa ini sudah rata-rata memiliki kamar mandi dan tempat buang

kotoran di dalam rumah masing-masing walaupun sebagian masih

memiliki jamban di luar rumah. Ada juga yang melakukan kegiatan

seperti mencuci, mandi, dan membuang kotoran harus ke pancur dan

ke sungai terdekat dengan rumah nya, karena terkadang Waupun air

PDAM sudah masuk desa, tetapi terkadang air masih tidah tersalur ke

beberapa rumah di desa itu.

Adapun aliran pembuangannya dapat dialirkan melalui

parit-parit menuju persawahan dan sungai-sungai. Adapun pancuran di

sekitar desa ini tidak terlalu jauh letaknya dari setiap kampung.

Biasanya setiap kampung memiliki pancuran atau tempat permandian

umum masing-masing. Adapun Sungai Rura Silindung memang air

nya bersih, akan tetapi masyarakat sekitar sudah tidak terlalu sering

beraktifitas disana di karenakan kondisi nya yang mulai dalam akibat

pengambilan material pasir dari sungai tersebut.

2.3. Kependudukan

2.3.1. Jumlah dan Komposisi Penduduk

Penduduk merupakan modal dasar pembangunan suatu

(7)

juga sebagai tenaga kerja dalam pembangunan sebab salah satu

prinsip berdirinya suatu negara haruslah ada penduduk atau rakyat.

Jika penduduk tidak ada, maka negara pun tidak akan terbentuk dan

sumber daya yang tersedia tidak akan berfungsi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kecamatan

Sorkam, dijelaskan bahwa penduduk Desa Pargarutan yang masih

menetap atau tinggal di desa saat ini mencapai 1846 orang. Suku

bangsa di desa ini adalah mayoritas Suku Batak Toba dan sebagian

masyarakat Pesisir. Dalam kehidupan sehari-hari, penduduk desa ini

masih memegang teguh sifat kekeluargaan, seperti: saling menyapa,

saling mengenal antara satu sama lain. Hal ini dapat dibuktikan dari

acara-acara adat yang saling menghadiri walaupun dalam dusun yang

berbeda. Selain itu didukung oleh pertalian darah diantara sesama

penduduk sehingga sifat gotong royong dan saling bersahabat masih

kuat pada penduduk yang tinggal Di desa Pargarutan maupun seluruh

Kecamatan Sorkam.

2.3.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

Dalam mengembangkan kemajuan daerah, distribusi

penduduk sering digunakan menjadi pedoman seperi dalam

melaksanakan kebijakan pemerintahan, adat, serta dalam pendidikan,

penyediaan lapangan pekerjaan serta kebijakan PNPM (Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat) mandiri yang dikembangkan

(8)

2.3.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jumlah penduduk Pargarutan berdasarkan jenis kelamin pada

tahun 2014 adalah jenis kelamin perempuan 943 orang. Sedangkan

jumlah jenis kelamin laki-laki 903 orang. Sehingga dapat dibuat

kesimpulan bahwa di daerah ini penduduk paling banyak adalah

penduduk berjenis kelamin perempuan walaupun hanya berbeda

selisih 40 orang tetap saja jumlah antara penduduk laki-laki dan

perempuan hampir seimbang banyaknya.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.

No. Jenis Kelamin Jumlah(orang)

1. Laki-laki 903

2. Perempuan 943

Total 1846

(sumber : dari kantor kecamatan Sorkam)

2.3.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Penduduk Desa Pargarutan adalah mayoritas Suku Batak

Toba, maka dengan sendirinya bahasa sehari-hari masyarakat adalah

Bahasa Batak Toba dengan sedikit campuran logat pesisir. Ada juga

(9)

bahasa ini dapat mereka gunakan pada saat saudara dari keluarga

bapak dan ibu datang berkunjung ke desa ini.

Adapun suku lain yang bermukim di desa ini seperti Suku

Pesisir hampir mengetahui juga Bahasa Batak begitu juga masyarakat

Batak Toba di Desa Pargarutan sebaliknya mengetahui bahasa Pesisir.

jika ada suku lain yang tinggal di desa ini seperti salah satu pedagang

baso dengan Suku Jawa yang tinggal di desa ini sudah membeli marga

juga agar dapat bergabung dengan kelompok di desa ini.

2.3.5. Distribusi penduduk Berdasarkan Agama dan

Kepercayaan

Penduduk Desa Pargarutan, menganut agama yang berbeda

yaitu Agama Kristen Protestan, Khatolik dan Islam. Masyarakat

Pargarutan merupakan masyarakat hitrogen karena sebahagian lainnya

adalah pemeluk agama islam, walaupun perbedaan yang demikian

namun kehidupan masyarakat tidak teganggu karena perbedaan

tersebut, toleransi umat beragama cukup baik dan saling menghargai

kepercayaan yang dianut masing-masing, kegiatan sehari-hari dapat

dijalin saling kerjasama, terlebih-lebih pada pesta adat dan

kegiatan-kegiatan lainnya, selain kegiatan-kegiatan keagamaan tetap

hormat-menghormati agama masing-masing.

Di desa Pargarutan terdapat 4 gereja dimana 1 Gereja HKBP,

1 Gereja Pentakosta, 1 Gereja GKPI dan 1 Gereja Khatolik. Untuk

(10)

bermukim di desa ini memilih untuk beribadah di Desa Gonting Mahe

atau di Kelurahan Sorkam.

Tetapi walaupun beragama Kristen tidak semuanya penganut

Kristen yang setia pada ajaran agama yang di anut karena mereka

masih banyak yang percaya pada peninggalan leluhur mereka.

Kepercayaaan Batak Toba yang masih mereka anut adalah

kepercayaan kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan yang maha Esa) yang

mempunyai Banua Ginjang (dunia atas), Banua Tonga (dunia tengah)

, Banua Toru (dunia bawah).

Menurut pandangan mereka, bahwa orang tua yang sudah

meninggal dalam kesucian mempunyai roh yang disebut Sahala.

Manusia yang sudah meninggal dalam keadaan suci dan banyak

membantu serta berjasa dalam kehidupan manusia, terutama dalam

pengobatan dan kesaktian yang disebut Sombaon. Sombaon dapat

hadir di dunia dalam suatu symbol, dimana ada kerja sama dan

partisipasi manusia dengan illlahi (Sombaon). Melalui upacara atau

kurban, walaupun symbol itu dianggap sebagai perwujudan yang

nyata dari illahi, namun symbol itu bukanlah illahi, tetapi bekerja

melalui dunia yang diciptakannya.

2.3.6. Distribusi Penduduk berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan di desa ini telah mengikuti kebijakan wajib pemerintah yaitu belajar Sembilan tahun. Hampir seluruh

(11)

umumnya penduduk desa Pargarutan adalah tamatan SLTA walaupun

sebagian ada juga yang merupakan tamatan dari tingkat perkuliaahan

diploma maupun Sarjana dari luar kecamatan Sorkam tersebut,

mereka adalah penduduk-penduduk yang merantau memilih pulang

tinggal dan menetap di desa tersebut.

Sekolah SLTP dan SLTA berada jauh dari desa ini atau jauh

dari tempat mereka tinggal. Yang terdekat adalah sekolah utuk SD dan

untuk taman kanak-kanak hanya ada 1 sekolah yang jaraknya tidak

begitu jauh. Sementara yang SLTP dan SLTA siwsawa dan siswinya

harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh untuk berangkat ke

sekolah. Beberapa siswa ada yang berkendara karena sekolah ini

berada di luar desa Pargarutan,dan harus menuju Kecamatan Kolang

maupun ke Kelurahan Sorkam untuk menuju sekolah mereka.

2.3.7. Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah kegiatan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pada umumnya mata pencaharian yang ada

di Desa Pargarutan adalah bertani, berladang, berkebun, berdagang,

nelayan, PNS, Guru, serta orang-orang pendatang yang berprofesi

sebagai bidan, tukang bangunan dan lain-lain.untuk lebih jelasnya

mengenai mata pencaharian penduduk desa ini dapat di rinci sebagai

(12)

Tabel 2.3.7. Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

MATA PENCAHARIAN (%)

Petani 75,10%

Pedagang/ Jasa 4,00%

Nelayan 0,50%

PNS/TNI dan POLRI 2,59%

Buruh tani 5,41%

Peternak 1,75%

Lain-lainnya 13,63%

Pada kolom pekerjaan lain-lainnya didalamnya termasuk

pekerjaan karyawan pabrik yang bekerja di luar Desa Pargarutana

maupun di luar Kecamatan Sorkam.

2.4. Sarana Dan Prasarana

2.4.1. Sarana Pendidikan

Ketersediaan sarana pendidikan tidak boleh diabaikan dalam

satu daerah tertentu, karena akan menjadi indikasi terhadap maju

tidaknya daerah tersebut sesuai dengan kualitas sumber daya manusia

yang diperoleh oleh pendidikan tadi. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam tabel di bawah ini :

(13)

No Sarana

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sarana

pendidikaan yang ada di Desa Pargarutan (Kecamatan Sorkam) hanya

ada 4 Unit gedung sekolah. Adapun sekolah SLTP dan SLTA berada

di Kecamatan Kolang serta di Kelurahan Sorkam yang jaraknya cukup

jauh dari Desa Pargarutan. Menuju kesana harus menempuh

perjalanan jauh dapat menggunakan transportasi berupa angkutan

umum maupun sepeda motor dengan jarak tempuh kira-kira 30 menit

sedangkan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yaitu

perguruan tinggi, anak-anak mereka bias melanjutkannya kekota-kota

besar, seperti: Sibolga, Medan, Jakarta namun secara umum yang

(14)

Tingkat pendidikan di Desa Pargarutan masih relatif rendah

diakibatkan kurangnya tenaga pengajar jumlah anak sekolah cukup

memadai yakni 65% dari jumlah penduduk. Saat ini jumlah bangunan

sekolah dasar di Desa Pargarutan cukup memadai, penambahan tenaga

pengajar sangat dibutuhkan mengingat anak-anak sekolah dasar

semakin bertambah, hal ini khusus tenaga pengajar SD dan SLTP.

2.4.2. Sarana Ibadah

Setiap agama memiliki sarana ibadah masing-masing, tetapi

yang ada di Desa Pargarutan adalah mayoritas Katolik dan Kristen

Protestan. Adapun yang beragama Islam memiliki tempat ibadah

(Masjid/Musola) diluar Desa Pargarutan Misalnya yang tedekat di

Desa Gontingmahe. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 2.4.2. Sarana Ibadah

No Sarana Ibadah Jumlah

1. Gereja GKPI 1 Unit

2. Gereja HKBP 1 Unit

3. Gereja Pentakosta 1 Unit

4. Gereja Katolik 1 Unit

Jumlah 4 unit

(15)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah tempat ibadah ada 4

yaitu :

 Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), yaitu bangunan yang

berada di dekat pusat pasa di Desa Pargarutan

 Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yaitu bangunan yang

berada di pinggir jalan lintas ke arah Barus tepatnya disebelah kanan

 Gereja Pentakosta, yaitu bangunan yg berada di dekat SLTP didesa

Pargarutan.

 Gereja Katolik, yaitu bangunan yang berada di dekat pasar.

Rumah ibadah yang dimiliki desa ini sudah cukup memadai

dari segi bangunan dan fasilitas yang tersedia di dalamnya, seperti:

bangunan gereja yang sudah terbuat dari semen beton dengan dinding

kayu, berlantai keramik dan berukuran lumayan besar dan cukup

menampung jemaat yang ada di sana. Sedangkan fasilitas, seperti:

kursi, organ, dan sebagainya sudah tersedia. Penduduk yang beragama

Islam harus beribadah ke desa lain yang memiliki masjid atau

musholah.

2.4.3. Sarana Transportasi dan jalan

Alat transportasi seperti becak dan mobil angkot ada di Desa Pargarutan karena jarak tempuh ke setiap tempat atau ke desa lain

cukup jauh, bukan hanya angkutan umum yang ada, masyarakat juga

dapat mempergunakan kendaraan roda dua mereka sebagai alat

(16)

ini juga digunakan untuk rute dari kecamatan Sorkam menuju ke kota

Sibolga tepatnya di terminal. Di desa ini masa orang berjual beli atau

Onan (pasar tradisional) adalah setiap hari Sabtu dan hari Rabu

sehingga desa dipadati oleh angkutan-angkutan dari dusun-dusun lain

atau desa yang terdekat.

Sebagian desa/kelurahan di seluruh Kecamatan Sorkam

khususnya di Desa Pargarutan adalah tempat yang lumayan mudah

untuk di jangkau oleh setiap angkutan karena berada tepat di tepi jalan

lintas. Lain halnya seperti desa-desa yang tertinggal seperti desa

Dolok Pantiss, Paranginan, Simarrpinggan, Rianiate, dan Desa Muara

Nauli yang sangat sulit untuk di jangkau oleh kendaraan roda empat,

sehingga masyarakat sulit untuk memasarkan hasil pertanian yang

mereka peroleh. Mereka harus menggunakan Roda banting tulang

untuk mencapai pusat pemasaran untuk memasarkan hasil

pertaniannya seperti karet, beras, durian, sayuran dan lain-lainnya.

Jalan di Desa Pargarutan sudah di aspal dan sangat mulus,

tetapi tidak di beberapa bagian jalan yang kondisinya masih terbuat

dari bebatuan yang ukurannya tidak beraturan dan yang belum di beri

aspal serta jalanan yang berlubang di tengah jalan atau di beberapa sisi

(17)

Foto 1 : kondisi jalanan Di Desa pargarutan kecamatan Sorkam, tanggal 5 Juli

2014

2.4.4. Sarana Kesehatan Masyarakat

Sarana kesehatan masyarakat di Desa Pargarutan adalah

Polindes yang dikelola oleh bidan desa yaitu Bidan Meji br.Hombing

yang dulunya berlokasi di Desa Gontingmahe sekarang pindah ke desa

Pargarutan. Tetapi karena Desa Gontingmahe ini juga cukup dekat

terkadang orang-orang juga berobat ke salah satu mantri yang ada

disana dan ada juga yang memilih pengobatan tradisional (dukun

patah) yang berada di sekitar Desa Hiteurat.

Apabila penduduk setempat sakit parah yang tidak sanggup

diobati di Polindes maka pihak Polindes akan segera merujuk atau

membawa pasien ke puskesmas atau rumah sakit terdekat yang ada di

Sorkam, Kolang atau ke Kota Sibolga maupun di rujuk kerumah sakit

yang benar-benar dapat menangani penyakitnya tersebut, serta

memiliki fasilitas yang cukup untuk digunakan dalam pengobatan si

(18)

2.4.5. Sarana Informasi Dan Komunikasi

Sarana Informasi dan komunikasi yang berada di Desa

Pargarutan Kecamatan Sorkam adalah Telivisi, Koran yang ada di

lapo (kedai kopi) seperti: (Koran Sinar Indonesia baru, Analisa,

Kompas, dan lain-lain), handphone, komputer, laptop, dan radio.

Adapun Koran yang tersedia di kedai-kedai kopi adalah

Koran yang di antar mingguan atau di beli oleh pemilik warung jika

sedang berkunjung untuk berbelanja atau berkegiatan di Kota Sibolga

yang jarak tempuhnya lebih kurang sekitar satu setengah jam

perjalanan.

Penduduk juga rata-rata menggunakan handphone sebagai

alat komunikasi mereka dan digunakan untuk berkomunikasi dengan

keluarganya yang berada di luar kota.penduduk juga menggunakan

radio sebagai alat untuk mendengarkan music dan berita. Biasana

siarannya berasal dari pemancar radio yang berada di Kota Sibolga.

Penduduk setempat sudah menggunakan parabola atau alat digital

sebagai receiver (alat penerima siaran) untuk dapat menerima siaran

atau menggunakan parabola. Jika tidak menggunakan alat

tersebut,maka di Desa Pargarutan tidak dapat menerima siaran televisi

dari manapun. Oleh sebab itu, penduduk setempat menjadi tidak

ketinggalan berita maupun informasi.

Beberapa rumah penduduk setempat ada yang menggunakan

(19)

cepat di dapat di Desa Pargarutan adalah jarinan Telkomsel seperti

SIMPATI, AS, XL, dan lain-lain sangat susah untuk di dapatkan

sinyalnya,kecuali kita pergi ke kelurahan Sorkam maka kita akan

mendapatkan sinyal IM3 juga. Tidak ada warung internet di desa ini,

adapun yang memakai internet itu hanyalah milik pribadi saja dengan

menggunakan modem dengan brand telkomsel dan xl karena hanya itu

yang sinyalnya lumayan kuat di desa tesebut.

2.4.6. Sarana Olahraga, Kesenian dan Rekreasi

Sarana olahraga yang ada di desa pargarutan adalah lapangan

bola kecil di sekitar ladang penduduk tepatnya di belakang Gereja

HKBP yang ada di desa, ada juga lapangan bermain bulu tangkis keil

yang setiap sore di gunakan pemuda/pemudi di desa untuk bermain

bulu tagkis d sana di buat oleh penduduk setempat dengan

menggunakan tarif Rp. 5000 ribu per jam. Sarana olahraga lainnya

seperti berenang di sungai atau di laut yang terdekat di desa sambil

berekreasi ke daerah Desa Muara Nauli atau ke Pantai Binasi yang ada

di Sorkam. Sementara bidang kesenian di desa ini tidak ada, kalau pun

ada hanya “Menortor”(tarian tradisional adat batak Toba) dan itu pun

hanya di ketahui oleh masyarakat Batak Tobanya saja serta di lakukan

pada saat ada upacara adat tertentu saja.

Rekreasi di Desa Pargarutan ini adalah Pantai

Binasi,biasanya masyarakat local maupun masyarakat dari kota lain

(20)

Nauli untuk sekedar menikmati hasil laut yang di tangkap dan di

panen oleh para nelayan yang tinggal di Desa Muara Nauli tersebut,

karena jarak Pargarutan dengan Muara Nauli dan Pantai binasi sangat

lah dekat, jarak tempuhnya hanya sekitar 15 menit ke Muara

Nauli,dan jika ke Pantai Binasi jarak tempuhnya kurang lebih 25-30

menit saja.

Foto 2 :Pantai Binasi,diambil pada tanggal 7 Juli 2014

2.4.7. Sarana Umum

Sarana Umum seperti listrik baru dibangun pada tahun 1989.

Cara pembayaran yang dilakukan adalah dengan mengutip kesetiap

rumah penduduk yang tinggal di desa tersebut, karena belum semua

penduduk menggunakan listrik secara merata. Pebayaran di lakukan

setiap bulan dan pemakaiannya pun perbulan setelah pengutipan maka

akan di setorkan ke Kota Sibolga oleh orang yang bertugas untuk

mengumpulkan pada tahun itu. Tetapi pada saat ini listrik msudah di

peroleh secara merata di desa ini,dan sistem pembayarannya pun

(21)

melakukan pembayaran di outlet tempat pembayaran listrik seperti

kantor PLN yang ada di desa atau PLTU yang ada di daerah Paraginan

di Kota Sibolga.

Adapun sumber mata air sudah ada saluran air dari PDAM

yang di bangun pada tahun 1997. Ada juga sumber air dari pancuran

atau pun sungai jika air PDAM bermasalah, system pembayarannya

pun sama dengan pembayaran listrik yaitu dengan membayar perbulan

sesuai meteran yang di pasang oleh pihak PDAM tersebut.

2.5. Sistem Pemerintahan

Adapun sarana pemerintahan di Desa Pargarutan adalah

sebagai berikut :

Kepala Desa : Jamedan Panggabean

Wakil : Ospinner Hutauruk

Seketaris : Wisler Hutabarat

Bendahara : Marasihot Situmeang

 Seksi penghayatan nilai agama: Jansiman Situmeang

 Seksi pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga: Tauada Siambaton  Seksi keamanan dan ketertiban masyarakat: Rinto Purba

(22)

 Seksi Lingkungan hidup, Pemanfaatan sumber daya alam dan

teknologi tepat guna: Alerman Tarihoran

 Seksi usaha kecil dan koperasi : Osjanni Pandiangan

 Seksi kesehatan kependudukan dan KB: Berman Hutagalung

 Seksi pemuda dan olahraga: Kalben Situmeang

 Seksi Kesejahteraan social : Kasber Hutagalung

 Seksi pembangunan pertanian dan kelautan: Jrisman Situmeang

2.6. Sistem Kekerabatan

Kekerabatan adalah hubungan erat antara satu individu

dengan individu lainnya, atau antar satu kelompok dengan kelompok

lainnya. Tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai ikatan yang

menghubungkan anggota-anggota nya satu sama lain. Ikatan dasar dan

hakiki adalah ikatan akibat adanya hubungan darah dan hubungan

perkawinan. Masyarakat Batak Toba dalam menentukan garis

keturunan adalah berdasarkan garis keturunan dari pihak ayah atau

pihak laki-laki yang dikenal dengan istilah patrineal. Suatu kelompok

adat dihitung dari satu ayah yang juga di sebut dengan saama atau

satu nenek disebut dengan saompung dan kelompok kekerabatan besar

disebut dengan marga. Kelompok kekerabatan terkecil disebut ripe.

Istilah ripe dapat juga dipakai untuk menyebut keluarga luas

patrineal. Saompu dapat di sebut dengan klen, istilah ini juga untuk

(23)

Berdasarkan prinsip keturunan masyarakat Batak Toba yang

berarti garis keturunan etnis adalah dari keturunan laki-laki.

Keturunan laki-laki yang memegang peranan penting dalam

kelanjutan generasi. Berarti apabila seseorang tidak mempunyai

keturunan laki-laki, maka dianggap silsilah marga dari ayah tidak

dapat dilanjutkan atau hilang. Silsilah yang dapat berlanjut lagi, sama

halnya bahwa seseorang itu tidak akan pernah diingat atau di

perhitungkan lagi dalam silsilah keluarga.

Menurut Bruner, bahwa Hubungan kekerabatan yang timbul

sebagai akibat dari penarikan garis keturunan patrineal mempunyai

nilai yang sangat penting. Pada urutan generasi setiap ayah yang

memiliki keturunan laki-laki menjadi bukti nyata dalam silsilah

kelompok patrinealnya. Seorang ayah memiliki dua atau lebih

kelompok keturunan yang masing memiliki identitas

masing-masing. Apabila mereka berkumpul maka akan menyebut ayah nya

sebagai opung. Opung berarti adalah kakek , moyang laki-laki yang

menjadi titik temu kelompok masyarakat Batak Toba. Mereka yang

berasal dari satu nenek moyang (nasaompu) dari generasi kegenerasi

akan menjadi satu marga. Marga merupakan satu pertanda bahwa

orang yang menggunakannya masih mempunyai kekerabatan atau

percaya bahwa mereka adalah keturunan dari satu kakek menutur

garis patrineal (Bangarna sianipar 2013).

Dalam adat istiadat Batak Toba, perempuan dan Laki-laki

(24)

(bersaudara) dan mereka tidak diperbolehkan menikah. Apabila hal ini

terjadi, maka mereka akan dikucilkan dari mayarakat dan tidak berhak

untuk mengikuti kegiatan adat.

Prinsip patrineal, masyarakat Batak Toba mengartikannya

bahwa laki-laki memiliki kedudukan yang sangat penting dalam

menurunkan silsilah dan keturunan keluarga laki-lakilah yang dapat

menurunkan marga bagi keturunannya. Setiap anak yang dilahirkan

baik laki-laki maupun perempuan selalu mencantumkan marga

ayahnya.

Masyarakat Batak Toba menurut ketentuan dalam

kebudaannya haru selalu memelihara kepribadian dan rasa

kekeluargaan harus terpupuk. Hal tersebut dilakukan bukan saja

terhadap keluarga dekat, tetapi juga terhadap keluarga jauh yang

semarga. Nama panggilan terhadap seseorang adalah nama marganya

dan bukan nama pribadinya. Apabila sesama orang Batak bertemu,

maka yang pertama ditanyakan adalah nama marganya, dan bukan

nama pribadinya atau tempat tinggalnya. Dengan mengetahui

marganya, maka akan mengikuti proses penelusuran silsilah untuk

mengetahui hubungan kekerabatan diantara mereka.

Proses penelusuran silsilah disebut dengan martutur atau

martarombo, dengan martutur maka akan diketahui kedudukan

masing-masing dan hal-hal yang tabu dapat dihindarkan. Masyarakat

(25)

“uji jolo nititip sanggar, asa binalu huru-huruan, jolo sinungkun

marga asa binoto partuturan.” Artinya adalah “untuk membuat

sangkar haruslah terlebih dahulu membuat marga,untuk mengetahui

hubungan keluarga haruslah terlebih dahulu menanyakan

marganya.” Dengan demikian, orang yang saling berkenalan itu dapat

mengetahui apakah dia memiliki hubungan keluarga satu sama

lainnya, sehingga ddapat di tentukan kedudukan dalam hubungan

tersebut.

Selain hubungan marga secara garis keturunan antara

marga-marga juga memiliki hubungan lain yang fungsional. Marga memiliki

fungsi terhadap marga lain yang terjadi akibat pernikahan. Hubungan

fungsional ini mengakibatkan adanya penggolongan marga di dalam

kaitannya dengan marga lain yang menimbulkan suatu sitem

kekerabatan dan masyarakat Batak Toba yang disebut dengan Dalihan

Na Tolu. Secara etimologis Dalihan Na tolu berarti “Tiga Tungku” (Dalihan artinya Tungku, Na artinya yang, Tolu artinya Tiga), yang

dalam arti bahasa Indonesia disebut dengan Tungku yang Tiga. Setiap

tungku harus menjaga dan memelihara keseimbangan dari pada kuali

adar tetap berdiri kokoh. Untuk dapat mencapai keseimbangan itu,

ketiganya harus bekerja sama dan saling tolong menolong. Dalam

masyarakat Batak Toba kuali (belanga) melambangkan wadah dan

tempat bagi anggota-anggota masyarakat untuk melakukan

(26)

Adanya tiga kelompok kekerabatan, yaitu: Dongan

Sabutuha, Hula-hula, Boru.

1) Dongan sabutuha. Secara harafiah artinya teman satu perut atau

teman lahir, atau dengan kata lain adalah saudara seibu yang dianggap

seperti saudara kandung dan mempunyai hubungan istimewa. Sebuah

pepatah dikenal yang menggambarkan hubungan ini adalah “manat

mardongan tubu” yang artinya penuh tenggang rasa. Kebiasaan yang

terjadi walaupun belum mengenal namun sudah saling mengetahui,

bahwa seseorang yang mempunyai marga yang sama dengannya akan

merasa lebih akrab dan mendapat sambutan yang hangat.

2) Hula-hula. Artinya keluarga pihak pemberi istri. Mempunyai sifat

yang sangat peka, oleh sebab itu bagi masyarakat Batak Toba indakan

atau perlakan terhadap hula-hulanya harus hati-hati. Kehati-hatian

tersebut digambarkan dengan sebuah pepatah “somba marhula-hula” artinya bersembah sujud.

3) Boru. Artinya pihak yang menerima gadis (istri). Pihak boru

menganggap bahwa dirinya berkewajiban menolong hula-hulanya

dalam segala hal, terlebih dalam kegiatan adat. Dilainpihak hula-hula

juga berhak untuk menerima sumbangan dari borunya. Oleh sebab itu,

boru tidak akan pernah merasa rugi apabila memberikan yang terbaik

bahkan terkadang berkorban hutang demi memberikan sumbangan

kepaa hula-hulanya. Hal ini dapat rejadi karena adanya anggapan

(27)

restu hula-hula dapat menjadikan seseorang menjadi kaya, dan doa

restu hula-hula dapat menjadikan agar mendapatkan keturunan.

Oleh karena itu, Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak Toba

dapat didefenisikan sebagai struktur kemasyarakatan atas dasar

hubungan kekerabatan yang menjadi landasan dari semua kegiatan,

khususnya kegiatan yang bertalian dengan adat.

2.7. Organisasi Masyarakat

Organisasi masyarakat yang ada di Desa Pargarutan , antara lain:

a. Organisasi Marga

Organisasi marga adalah organisasi yang terbentuk dari satu

keturunan atau satu nenek moyang yang berasal dari satu garis

keturunan patrineal. Organisasi ini tergantung dari apa marganya,

misalnya saja dia marga Pandiangan maka dia termasuk organisasi

marga keturunan Toga Pandiangan.

b. STM (Serikat Tolong Menolong)

Organisasi ini adalah organisasi yang ada karena satu

lingkungan (dongan sabutuha). Organisasi ini berfungsi untuk

membantu masyarakat setempat yang membutuhkan pertolongan,

misalnya: membantu masyarakat yang sedang mengalami kemalangan

(anggota keluarganya ada yang meninggal), acara pesta penikahan,

ataupun dalam pesta adat lainnya seperti halnya upacara Palangehon

(28)

c. Organisasi Tani

Organisasi tani terdiri dari beberapa macam, antara lain:

 Sanduran (sama keatas,sama kebawah atau sama kedudukan)

 Dosroha (satu hati)

 Berdikari

 Martumbur

d. Organisasi Gereja

Organisasi ini terdiri dari kumpulan-kumpulan koor ama (koor

bapak-bapak), koor ina (koor ibu-ibu) dan naposo bulung

(pemuda-pemudi dan remaja gereja). Kumpulan ini biasanya berfungsi untuk

menyatukan hati seluruh anggota satu gereja dan untuk membantu

yang sedang kekuahaan, misalnya saja ada yang kemalangan, yang

mana seluruh anggota satu gereja wajib turut serta berpartisipasidalam

(29)

Sketsa Permukiman Penduduk Yang Melaksanakan Upacara Palangehon

D. Hula-hula marga Pasaribu (Tulang 2) E. Datu

F. Rumah Namboru Pandiangan 1 G. Rumah Pihak opung marga Pasaribu H. Rumah pihak Namboru Pandiangan 2 I. Rumah hula-hula marga Pasaribu (Tulang2) J. Rumah Pendeta/Sintua gereja HKBP

K. Rumah Natua-tua nihuta yang menjadi salah satu undangan pihak keluarga Pandiangan

L. Rumah pihak Hula-hula marga Pandiangan yang juga menjadi salah satu natua-tua nihuta yang memimpin proses upacara

M. Keluarga yang ikut dalam proses upacra, tetapi tidak tinggal di desa Pargarutan

N. Rumah Raja Parhata dalam upacara palangehon boru yang di laksanakan oleh marga Pandiangan

Gambar

Tabel  2.3.7. Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 2.4.2. Sarana Ibadah

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

sebesar 22,94% dari target 17,06% atau mencapai 134,5% dari target yang ditetapkan (formula perhitungan terlampir). Operasi kapal pengawas di Wilayah Timur dilaksanakan

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Teknik analisis data yang dilakukan yaitu: Uji keseimbangan, uji prasyarat analisis (Uji Normalitas dan Uji Homogenitas), Uji Hipotesis penelitian dengan menggunakan

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Oleh karena itu, secara umum masalah yang muncul dalam penelitian ini dirumuskan dengan pertanyaan penelitian, “Bagaimana kontribusi variabel supervisi (X1),

Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan keperawatan berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis

konvensional yang menyatakan asertif sebanyak 2 data atau 8%, dan nonkonvensional yang menyatakan direktif sebanyak 9 data atau 34%, serta menyatakan