BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa Remaja merupakan masa transisi yaitu masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, masa terjadinya perubahan fisik, emosional, maupun seksual.
Dalam masa ini, perkembangan fisik remaja telah mengalami kematangan seksual
yang menyebabkan timbulnya dorongan seksual yang kuat yang menuntutkepuasan
sehingga sukar dikendalikan. Remaja juga mudah terpengaruh, mudah meniru, mudah
diiming-imingi tanpa memikirkan akibatnya pada masa mendatang sehingga remaja
sering terlibat dalam masalah seksualitas seperti kehamilan tidak diinginkan, aborsi,
pemerkosaan sampai pelacuran (Yani Widyastuti, 2009).
Sekitar 16 juta remaja perempuan perempuan melahirkan setiap tahun,
sebagian besar di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan 3 juta
perempuan berusia 15-19 menjalani aborsi yang tidak aman setiap tahun. Di negara
berpenghasilan rendah dan menengah, komplikasi dari kehamilan dan persalinan
merupakan penyebab utama kematian di kalangan perempuan berusia 15-19 tahun
Kematian bayi baru lahir sebesar 50% lebih tinggi pada bayi yang memiliki ibu
berusia 20-29 tahun (WHO, 2012).
Di Indonesia, diperkirakan sekitar 1,5-2 juta aborsi tidak aman setiap
tahunnya dan kontribusi Angka Kematian Ibu (AKI) sebab aborsi tidak aman adalah
aborsi berbasis konseling dengan tujuan menyelenggarakan aborsi yang aman sesuai
standar (M. Jusuf Hanafiah 2013).
Salah satu masalah sosial yang sudah mengglobal saat ini adalah masalah seks
bebas yang banyak terjadi pada kalangan remaja. Banyak dari mereka yang masuk
kelembah hitam tanpa mereka sadari. Adanya dorongan seksual yang mempunyai
arti kecenderungan biologis untuk mencari tanggapan seksual dan tanggapan yang
berbau seksual dari orang lain, biasanya dari lawan jenis muncul pada awal remaja
dan tetap bertahan kuat sepanjang hidup (Sudarman, 2008).
Pro dan kontra mengenai pentingnya pendidikan seks bagi remaja terus
didengungkan. Apalagi, berbagai kasus kekerasan seksual pada anak dan remaja terus
meningkat. Data Komisi Nasional Anak mencatat, jumlah pengaduan kekerasan anak
meningkat 60 persen dari 2012-2013. Data Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa dari 2,4 juta aborsi pada tahun
2012, dilakukan remaja usia pranikah atau tahap SMP dan SMA/SMK.
Berdasarkan Rekam Medis di Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar,
diperoleh bahwa jumlah kasus abortus yang terjadi dan tercatat di rumah sakit mulai
tahun 2011 sampai 2014 adalah 284 orang, Rumah Sakit Umum Daerah Djasamen
Saragih sebanyak 45 orang, Rumah Sakit Horas Insani sebanyak 48 orang dalam
kelompok umur 18 sampai dengan 40 tahun. Oleh karena itu, pentingnya penyuluhan
kesehatan tentang aborsi dalam menekan angka abortus setiap tahun.
Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang
efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode atau media yang baik.
Metode pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui metode diskusi dan curah
pendapat. Peneliti melihat kedua metode ini sangat jarang dilakukan oleh penyuluh
dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat sehingga peneliti
memilih untuk meneliti kedua metode tersebut.
Metode diskusi adalah metode menyampaikan informasi yang sangat erat
hubungannya dengan memecahkan masalah. Metode ini lazim juga disebut sebagai
diskusi kelompok. Metode diskusi mendorong siswa berpikir kritis, mengekspresikan
pendapatnya secara bebas, menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan
masalah dan dapat mengambil satu alternatif jawaban untuk memecahkan masalah
berdasarkan pertimbangan yang seksama (Muhibbin Syah, 2000).
Sedangkan metode curah pendapat adalah salah satu berpikir kreatif sehingga
pertimbangan memberikan jalan untuk berinisiatif kreatif. Peserta didorong untuk
mencurahkan semua ide yang timbul dari pikirannya dalam jangka waktu tertentu
berkenaan dengan masalah dan tidak diminta menilainya selama curah pendapat
berlangsung. Penilaian akan dilakukan pada periode berikutnya dimana semua ide
dipilih, dievaluasi dan mungkin diterapkan (Suprijanto, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis, dkk (2013) berjudul “Pengaruh
Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Dan Sikap Anak Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di
Sekolah Dasar Negeri 065014 Kelurahan Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan
penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap anak. Akan tetapi
jika metode diskusi dibandingkan dengan metode pemecahan masalah, diperoleh
bahwa metode yang lebih efektif adalah metode pemecahan masalah (Sukardjo,
2007). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Perbasya (2012) yang melakukan
penyuluhan dengan diskusi memberikan hasil bahwa metode diskusi yang lebih
efektif dalam memberikan penyuluhan kesehatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2011) menunjukan bahwa
metode curah pendapat lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah dalam
melakukan pendidikan kesehatan HIV-AIDS menggunakan media audio visual
terhadap pengetahuan siswa SMAN 4 Tangerang Selatan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Ratnaningsih (2013) yang membandingkan efektifitas metode
simulasi permainan dan curah pendapat terhadap pengetahuan dan sikap pengurus
PIK-R SMA tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 5, SMA Negeri 15,
dan SMA Negeri 21 Makassar menunjukan hasil bahwa metode simulasi permainan
lebih efektif dibanding metode curah pendapat dalam meningkatkan skor sikap
sedangkan metode curah pendapat lebih efektif dibanding metode simulasi permainan
dalam meningkatkan skor pengetahuan.
SMK Negeri 3 Pematang Siantar merupakan salah satu SMK Negeri kategori
baik dan berprestasi yang ada di kota Pematang Siantar. Dimana rentang usia pelajar
sekolah ini berada pada usia 15 – 19 tahun atau tergolong pada usia remaja. Pada usia
remaja sangat rentan atau sensitif terhadap hal-hal baru yang memungkinkan
Adanya budaya coba-coba pada remaja merupakan trend remaja saat ini. Para siswa
khususnya remaja putri di SMK Negeri 3 Pematang Siantar tentu saja tidak luput dari
arus informasi yang semakin gencar tersebut. Tanpa adanya atau tanpa dibekali
remaja dengan pengetahuan maupun sikap yang baik terhadap informasi tersebut, hal
ini tentu sangat berpeluang terjadinya hubungan seks pranikah yang dapat
mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tak diinginkan, putus sekolah,
pengguguran kandungan (aborsi), terkena penyakit menular seksual (HIV/AIDS) dan
tekanan psikososial yang timbul karena merasa bersalah telah melanggar aturan
agama dan takut diketahui oleh orangtua dan masyarakat disekolah tersebut.
Berawal dari informasi dari bidan puskesmas seorang siswa kelas I SMK
Negeri 3 Pematang Siantar mengalami keguguran atau aborsi dengan usia kehamilan
5 bulan dan janin lahir dalam keadaan meninggal. Berdasarkan hasil survei
pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada 25 orang siswi SMK Negeri 3
Pematang Siantar dari 5 jurusan, semua siswi mengaku tidak pernah mendapatkan
penyuluhan kesehatan tentang aborsi. Diperoleh juga kurangnya pengetahuan dan
sikap siswi tentang aborsi dimana mereka tidak tahu dampak aborsi bagi kesehatan
reproduksi remaja dan mereka menyatakan aborsi tidak setuju oleh karena
pembunuhan pada manusia yang tak berdosa. Dari 25 siswa tersebut, 10 siswa
mengetahui tentang aborsi dari teman dan media dan sisanya 15 siswa tidak
mengetahui bahaya aborsi. Hasil wawancara peneliti di dapat ada 3 siswa yang
wawancara dengan guru BK (Bimbingan Konseling) pada tahun ajaran 2013/2014
ada 4 orang siswa keluar dari sekolah oleh karena hamil diluar nikah.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
efektifitas penyuluhan dengan metode diskusi dan metode curah pendapat tentang
aborsi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK Negeri 3
Pematang Siantar tahun 2015.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah bagaimana efektifitas penyuluhan dengan metode diskusi dan metode curah
pendapat tentang aborsi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja putri di
SMK 3 Pematang Siantar tahun 2015?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas penyuluhan dengan metode Diskusi dan metode
curah pendapat tentang aborsi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja
putri di SMK 3 Pematang Siantar tahun 2015.
1.4. Hipotesis
1. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK 3 Pematang Siantar
sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dengan metode Diskusi
2. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK 3 Pematang Siantar
3. Ada perbedaan keefektifan penyuluhan dengan metode diskusi dan metode curah
pendapat tentang aborsi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri SMK 3
Pematang Siantar tahun 2015.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan kesehatan
masyarakat yang berguna dalam mengembangkan metode yang efektif untuk
melakukan promosi kesehatan.
2. Bagi Remaja Putri
Diharapkan mampu menjadi landasan untuk promosi kesehatan pada remaja
dalam rangka mencegah dan menekan angka aborsi di tingkat SMK.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi pengembangan metode