TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Sorgum dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio:
Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Poales, Family: Graminaceae, Genus: Sorghum, Species: Sorghum bicolor L.
(Duljapar, 2000).
Sorgum mempunyai batang berbentuk silinder, beruas-ruas (internodes) dan berbuku-buku (nodes). Setiap ruas memiliki alur yang berselang-seling.
Diameter dan tinggi batang bervariasi. Ukuran diameter pangkal batang berkisar 0,5-5,0 cm dan tingginya berkisar 0,5-4,0 m tergantung varietasnya. Tinggi batang
sorgum yang dikembangkan di China dapat mencapai 5 m sehingga sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula (FAO, 2002).
Daun-daun biasanya terdapat secara berselang dalam dua baris pada
sisi-sisi batang yang berlawanan dan masing-masing terdiri atas satu pelepah dan helaian. Pelepah daun membungkus batang dan melekat pada suatu buku. Daun-daun yang dewasa (helaian) dapat mencapai panjang 300 mm sampai 1350 mm
dan dapat bervariasi lebarnya dari 15 sampai 150 mm pada bagian ya ng paling lebar. Pada spesies-spesies liar, daun dapat sepanjang 300 sampai 750 mm tetapi
biasanya sangat sempit (Goldsworthy dan Fisher, 1985).
Sorgum memiliki bunga sempurna dan tersusun dalam malai. Rangkaian bunga sorgum menyerbuk sendiri atau silang dan nantinya akan menjadi
bulir-bulir sorgum. Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada setiap malai sekitar 1500 – 4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur
tegak atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai terbuka (Kirihio, 2013)
Warna dari biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada
yang berwarna putih hingga berwarna kekuningan dari merah hingga berwarna coklat gelap. Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari
endosperm. Endosperm pada sorgum berwarna putih sama seperti yang terdapat pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji/pound (Metcalfe dan Elkins, 1980).
Syarat Tumbuh Iklim
Sorgum merupakan tanaman pangan yang adaptif dan sesuai dikembangkan di wilayah tropis. Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 21-35° C dengan kisaran suhu tanah antara 15-18° C. Kebutuhan
air per musim adalah 4.000 m3 (Dajue dan Guangwei, 2000).
Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan di lahan kurang subur, air yang terbatas dan masukan (input) yang rendah, bahkan
di lahan berpasir sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat
pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang (Distan, 2011).
Sepanjang hidupnya tanaman sorgum memerlukan sinar matahari penuh. Oleh karena itu, saat tanam yang cocok adalah musim kemarau. Angin membantu
Tanah
Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23-30° C dengan kelembaban relatif 20-40 %. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800
m dan permukaan laut dimana suhunya kurang dari 20° C, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang diperlukan
adalah berkisar antara 375-425 mm (Laimeheriwa, 1990).
Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang subur, air yang terbatas dan masukan (input) yang rendah, bahkan di lahan
berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat
pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang (Distan, 2011). Jarak Tanam Sorgum
Salah satu cara pengembangan teknologi budidaya sorgum yang dapat
diterapkan yaitu upaya untuk mengatur kerapatan atau populasi sorgum, sehingga peningkatan produktivitas sorgum masih dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam optimalnya. Dengan adanya ketersediaan air terutama di musim kemarau
yang cenderung kurang dapat memenuhi kebutuhan tanaman, maka hal ini membuka peluang bagi pengembangan sorgum yang lebih tahan kondisi
lingkungan yang kering (Puspitasari et al, 2012).
Pada umumnya yang perlu diperhatikan dalam penanaman adalah waktu tanam dan jarak tanam. Jarak tanam disesuaikan dengan morfologi tanaman dan
tingkat kesuburan tanahnya. Mengatur Jarak Tanam berarti memberi ruang lingkup hidup yang sama dan merata bagi setiap tanaman. Dengan mengatur jarak
sehingga mudah dalam melakukan pengelolaan tanaman selanjutnya (Widyastuti, dkk.,2007).
Bila ditanam secara monokultur populasi tanaman per/hektar sekitar
100.000 - 150.000 tanaman. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 75 X 25 Cm atau 75 X 20 Cm dengan masing-masing 2 tanaman per lubang. Menurut hasil
penelitian, peningkatan populasi di atas 150.000 tanaman/hektar, masih cenderung meningkat hasil walaupun tidak begitu besar (BIP, 1990).
Berbagai keuntungan bertanam dengan jarak tanam yang teratur.
Pertanaman tampak rapi, arah barisan dapat diatur. Memudahkan dalam pemeliharaannya, misalnya dalam pemberian pupuk, penyiangan, pengendalian
hama dan penyakit dan sebagainya. Dengan Jarak tanam yang teratur dapat ditentukan jumlah populasi tanaman tiap luas lahan sehingga kebutuhan benihnya dapat ditentukan sebelumnya (Widyastuti, dkk., 2007).
Jarak tanam akan mempengaruhi kerapatan tanaman atau jumlah populasi per unit area. Populasi tanaman mempengaruhi pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesis. Hal ini berhubungan erat dengan penangkapan energi cahaya,
dan ketersediaan hara dan air dalam tanah. Dengan demikian kerapatan tanaman akan menentukan produksi tanaman (Widyastuti, dkk., 2007).
Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Produksi yang maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu
yang tepat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu kesuburan tanah dan jenis tanamannya (Anonimous, 2006).
Kerapatan tanaman juga mempengaruhi hormon auksin yang berperan
dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh). Jika terkena cahaya matahari,
auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan memmbengkok ke arah cahaya matahri.
(Salisburry dan Ross, 1992). Waktu Penyiangan Gulma
Persaingan (kompetisi) timbul dari tiga reaksi tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang dimodifikasikan pada pesaing - pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan, tidak akan saling bersaing bila bahan yang
diperebutkan jumlahnya berlebihan. Bila salah satu bahan tersebut berkurang maka persaingan akan timbul, sehingga istilah persaingan menerangkan kejadian yang menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi
lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain (Moenandir, 1993).
Tanaman memerlukan penyiangan sempurna untuk mencegah
pertumbuhan gulma. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum tajuk gulma menghentikan penyerapan zat-zat makanan dari tanah. Kondisi iklim sangat menentukan praktek penyiangan di lapangan. (Sukman dan Yakup, 1995).
Pada saat tanaman masih muda, penyiangan sangat perlu dilakukan terutama sampai tanaman berumur satu bulan. Penyiangan paling sedikit
Kehadiran gulma di sekitar tanaman budidaya tidak dapat di elakkan, terutama bila lahan pertanaman tersebut tidak dikendalikan. Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain,
membutuhkan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya dan ruang. Persyaratan tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat
mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma yang berasosiasi akan saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkannya, bila jumlahnya sangat terbatas bagi kedua tanaman (Moenandir, 1993).
Hasil penelitian Tarigan (2013) menunjukkan pengaruh keberadaan gulma terhadap kehilangan hasil sorgum dimana pada waktu penyiangan yang terlalu
cepat (7 HST) dan terlalu lama (28 HST) menunjukkan kehilangan hasil (37.97 % - 46.56 %). Sedangkan pada waktu penyiangan 14 dan 21 hari setelah tanam menunjukkan kehilangan hasil sekitar 29.68 % - 34.37 %. Kehilangan hasil ini
terjadi karena persaingan gulma terhadap tanaman utama. Persaingan gulma dengan tanaman sorgum memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan sorgum yaitu akan terlihat pada minggu ke 4 hingga tanaman dapat dipanen.