6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pelayanan Sirkulasi
Pelayanan sirkulasi merupakan salah satu layanan perpustakaan yang disediakan kepada pengguna yang ingin meminjam buku untuk dibaca di rumah atau di luar perpustakaan.
Kata sirkulasi berasal dari bahasa inggris “circulation” yang mempunyai arti perputaran, peredaran. Sedangkan dalam ilmu perpustakaan, kata sirkulasi sering dikenal dengan pemanfaatan bahan pustaka. Dalam Buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 34), “Layanan sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan diluar perpustakaan.”
Sedangkan Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 97), “Sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca didalam perpustakaan maupun dibawa keluar perpustakaan.” Selain itu, menurut Lasa, HS (2008, 213), “Sirkulasi adalah semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan, dan penggunaan koleksi dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pengguna jasa perpustakaan.”
7 Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa pelayanan sirkulasi adalah kegiatan pemanfaatan dan penggunaan koleksi perpustakaan yang berkaitan dengan peminjaman, pengembalian dan perpanjangan koleksi.
2.2 Tujuan dan Fungsi Pelayanan Sirkulasi
Sirkulasi merupakan ujung tombak jasa perpustakaan, karena bagian sirkulasi inilah yang pertama kali berhubungan dengan pemakai serta paling sering digunakan pemakai. Menurut Lasa (2008, 213), tujuan pelayanan sirkulasi adalah:
1. Agar para pengguna mampu memanfaatkan koleksi perpustakaan secara optimal.
2. Agar mudah diketahui identitas peminjaman, buku yang dipinjam dan waktu pengembalian.
3. Untuk menjamin pengembalian pinjaman dalam waktu yang ditentukan.
4. Untuk memperoleh data kegiatan pemanfaatan koleksi suatu perpustakaan.
5. Untuk mengontrol jika terdapat pelanggaran.
Sedangkan tujuan pelayanan sirkulasi menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 99), yaitu:
Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin, mudah untuk mengetahui identitas peminjam koleksi tersebut, terjaminnya pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas, diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi dan apabila terjadi pelanggaran dapat segera diketahui.
8 Pelayanan sirkulasi memiliki berbagai fungsi didalam perpustakaan, yaitu memberikan pelayanan langsung kepada pengguna.
Adapun fungsi pelayanan sirkulasi menurut Battaile (1992) menyatakan bahwa:
The primary function of a circulation department, its reason for being, is to facilitate the process of circulating books from the regular collection. This process includes the cycle an item makes from shelf to borrower and back to shelf, plus the adjunct record-keeping systems. The entire process is based on policies that the library has adopted concerning who may borrow what, for how long, and what happens if the item is not returned.
Maksud dari pendapat di atas yaitu fungsi utama pelayanan sirkulasi adalah untuk memfasilitasi proses sirkulasi buku dari koleksi regular. Proses ini mencakup siklus peredaran buku dari rak ke peminjam atau untuk dipinjam dan kembali ke rak, serta sistem pemeliharaan rekod. Seluruh proses ini didasarkan pada kebijakan yang diterapkan perpustakaan tentang siapa yang dapat meminjam apa, untuk berapa lama, dan bagaimana jika buku tidak dikembalikan.
Adapun tujuan pelayanan sirkulasi di Perpustakaan UNIMED adalah untuk membantu pengguna dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan, mengetahui idenstitas peminjam koleksi, jangka waktu peminjaman koleksi, serta mengontrol peredaran koleksi. Sedangkan fungsi pelayanan sirkulasi di Perpustakaan UNIMED yaitu melayani pendaftaran anggota, melayani peminjaman dan pengembalian koleksi, memberikan surat keterangan bebas pustaka, menagih koleksi dan lain-lain.
2.3 Sistem Pelayanan Sirkulasi
9 sirkulasi adalah pelayanan yang sering berhubungan dengan pengguna sehingga menjadi suatu tolak ukur kualitas pelayanan perpustakaan.
2.3.1 Sistem Pelayanan Terbuka
Menurut Darmono (2001:139), sistem layanan terbuka adalah layanan yang memungkinkan para pengguna secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki di jajaran koleksi perpustakaan. Pada sistem ini pengguna perpustakaan dapat melakukan browsing bahan pustaka dari jajaran koleksi. Dalam sistem terbuka jika pengguna tidak menemukan bahan pustaka di jajaran koleksi maka secara langsung yang bersangkutan dapat melakukan alternatif memilih bahan pustaka yang tersedia di jajaran koleksi.
Menurut Darmono (2001, 140), kebaikan yang dapat diperoleh dari sistem layanan terbuka adalah:
1. pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki di jajaran koleksi.
2. pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan
3. pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak ditemukan
4. dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengembalikan bahan pustaka tidak diperlukan sehingga dapat diberi tanggung jawab diposisi lain.
Sistem layanan terbuka juga mengandung beberapa faktor kelemahan antara lain:
1. ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran) menjadi kacau karena ketika mereka melakukan browsing. Buku yang sudah dicabut dari jajaran rak dikembalikan lagi oleh pemakai secara tidak tepat.
2. ada kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan sistem layanan tertutup
10 4. membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk
mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai ekses seperti peningkatan kehilangan atau perobekan bahan pustaka.
Terlepas dari kelemahannya, sistem pelayanan terbuka (opened access) adalah sistem yang sangat cocok dengan perpustakaan yang berorientasi pada pengguna (user oriented). Sistem pelayanan terbuka ini memberikan kepercayaan seutuhnya kepada pengguna dalam penemuan kembali koleksi. Namun tentu saja penguna masih dapat meminta bantuan dari pustakawan jika mendapatkan kesulitan. Pelayanan sirkulasi Perpustakaan UNIMED menerapkan sistem pelayanan terbuka, sehingga pengguna dapat mencari dan mengambil sendiri koleksi di rak koleksi.
2.3.2 Sistem Pelayanan Tertutup
Menurut Darmono (2001, 137), “sistem layanan tertutup adalah sistem layanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka di perpustakaan.”
Kebaikan sistem layanan tertutup adalah sebagai berikut:
1. jajaran koleksi akan tetap terjaga kerapiannya karena hanya petugas perpustakaan yang boleh masuk ke jajaran koleksi
2. kemungkinan terjadi kehilangan atau perobekan bahan pustaka dapat ditekan karena pemakai tidak dapat melakukan akses langsung kejajaran koleksi 3. ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas, karena lalu lintas petugas didaerah
jajaran koleksi rlatif rendah
4. untuk koleksi yang sangat rentan terhadap kerusakan maka sistem ini sangat sesuai.
Sistem layanan tertutup juga memiliki beberapa kelemahan antara lain: 1. dalam menemukan bahan pustaka pengguna hanya dapat mengetahui ciri-ciri
kepengarangan dan ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul, pengarang, ukuran buku dan jumlah halaman, informasi semacam ini sebenarnya sangat abstrak
11 3. pengguna tidak mungkin melakukan browsing di jajaran rak, sehingga
pemakai tidak mungkin menemukan alternatif lain dari bahan pustaka yang diperlukan
4. jika peminjaman cukup banyak, dan petugas perpustakaan relatif terbatas hal ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk memenuhi permintaan pemakai perpustakaan dan menyiapkan bahan pustaka yang dibutuhkannya, sehingga pemakai harus menunggu lebih lama Darmono (2001, 138).
Sistem pelayanan tertutup (closed access) biasanya di terapkan pada perpustakaan-perpustakaan yang mempunyai koleksi yang sangat penting, langka, jumlahnya sedikit atau terbatas, dan berharga, juga tergantung pada kebijakan-kebijakan pada suatu perpustakaan itu sendiri.
2.4 Kegiatan Pelayanan Sirkulasi
Pelayanan sirkulasi merupakan pelayana yang selalu berhubungan dengan pengguna. Semua kegiatan yang dilakukan pelayanan sirkulasi saling berkaitan, oleh sebab itu layanan sirkulasi disusun dan terkoordinasi sesuai dengan jenis tugas pada setiap bagian. Adapun proses pelayanan sirkulasi menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 98), meliputi “kegiatan 1) keanggotaan, 2) peminjaman, 3) pengembalian, 4) perpanjangan, 5) penagihan, 6) sanksi, dan 7) memberikan keterangan bebas/bersih pinjaman”.
1. Keanggotaan
Setiap perpustakaan yang berbeda memilliki jenis anggota yang berbeda pula. Tidak semua orang dapat menjadi anggota suatu perpustakaan. Masing- masing perpustakaan akan menentukan siapa saja yang boleh menjadi anggota perpustakaan serta apa saja yang dapat diperoleh atau dilakukan di perpustakaan tersebut.
12 perpustakaan harus terlebih dahulu melakukan pendaftaran atau registrasi sesuai dengan kebijakan yang diterapkan perpustakaan.
2. Peminjaman
Pelayanan sirkulasi memberikan kesempatan bagi pengguna yang ingin membaca buku di rumah atau di luar perpustakaan. Jasa yang diberikan perpustakaan yaitu meminjamkan buku kepada pengguna dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan perpustakaan.
Sistem peminjaman untuk setiap perpustakaan tidak sama tergantung dari kondisi masing-masing perpustakaan. Sehingga perpustakaan selalu mengembangkan sistem peminjaman yang paling sesuai dengan keperluan perpustakaan Darmono (2001, 148).
3. Pengembalian
Koleksi perpustakaan yang dipinjamkan kepada pengguna harus kembali pada waktunya. Pengguna yang meminjam buku harus mengembalikan buku ke perpustakaan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Hal ini agar buku dapat dibaca atau dipinjam oleh pengguna lain.
4. Perpanjangan
masing-13 masing dalam memberikan waktu perpanjangan bahan pustaka, ada sebanyak dua kali namun ada juga hanya satu kali perpanjangan saja.
5. Penagihan
Penagihan dilakukan apabila pengguna tidak mengembalikan koleksi ketika jangka waktu peminjaman telah habis. Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 82), bila pengguna tidak pengembalikan bahan perpustakaan pada waktunya, perpustakaan akan menagih buku agar segera dikembalikan. Penagihan dilakukan agar koleksi tidak hanya digunakan oleh seorang pengguna saja, tetapi dapat digunakan oleh seluruh pengguna secara bergantian. Selain itu juga mengingatkan pengguna yang lupa atau lalai mengembalikan buku ke perpustakaan.
6. Sanksi
Sanksi dikenakan kepada pengguna perpustakaan yang melakukan pelanggaran. Sanksi yang akan diberikan tergantung pada jenis pelanggaran yang dilakukan pengguna. Sanksi-sanksi tersebut dapat berupa uang, surat peringatan, menganti bahan pustaka yang telah rusak maupun sanksi akademik lainnya. Berat ringannya sanksi kepada pengguna tergantung pada jenis pelanggaran yang dilakukan.
7. Memberikan keterangan bebas/bersih pinjaman
14 Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ( 2004, 84 ), Surat keterangan bebas pinjaman tersebut diperlukan untuk:
1. ujian akhir 2. yudisium
3. penerimaan ijazah
4. pindah studi ke perguruan tinggi lain. 2.5 Layanan Mandiri
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mandiri adalah dalam keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Jika digabung dengan kata layanan menjadi frase layanan mandiri maka dapat didefinisikan bahwa layanan mandiri adalah layanan yang dilakukan oleh dan untuk diri sendiri tanpa bantuan orang lain atau tidak tergantung pada orang lain.
Layanan mandiri merupakan salah satu hasil dari perkembangan teknologi yaitu aplikasi teknologi pada bidang pelayanan jasa yang dikenal sebagai teknologi berbasis layanan mandiri (Self Service Technologies atau disingkat SST).
Meuter et al. menyatakan bahwa:
“Self service technologies as technological interfaces that allow customers to
produce services independent of direct service employee involvement”
(Curran et al., 2003).
Pernyataan di atas menyatakan bahwa teknologi berbasis layanan mandiri (Self Service Technologies) adalah teknologi yang memungkinkan pengguna memproduksi layanan sendiri tanpa membutuhkan keterlibatan pegawai.
15 sendiri (Siregar, 2010). Penerapan Self Service Technologies dapat meningkatkan kualitas layanan yang disediakan perusahaan kepada pelanggannya. Teknologi dapat membuat kegiatan berbelanja lebih mudah dan dapat diatur. (Hsieh, 2005)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa teknologi layanan mandiri merupakan teknologi yang menghadirkan layanan yang dapat digunakan pengguna secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
2.5.1 Jenis Teknologi Layanan Mandiri
Jenis utama teknologi layanan mandiri (Self Service Technologies) terdiri dari empat, yaitu:
1. Telephone & interactive voice response (IVR) systems - Many companies utilize this form of SST for customer orders, customer billing inquiries, and customer surveys. Credit card companies, insurance companies, pizza restaurants, and even universities have taken advantage of these.
2. Interactive freestanding kiosks - Many malls and retail outlets offer these both inside and outside their stores as a way to help you determine availability of a product, as well as to where to locate it in their facility. Some even print coupons. Large discount chains use kiosks in each store to help you determine what size battery or windshield wiper to put on your car, for example. You will also find kiosks at airports and hotels that print airline tickets and allow for quick checkout, and at movie theaters and malls that print movie tickets.
3. Internet based or other on-line connection systems - ATM's and pay-at-the-pump gas stations are two widely used examples of on-line technologies. Internet banking and bill management services are also becoming quite popular. Package delivery services also allow you to track packages 24 hours a day now.
4. Video/DVD/CD based technologies - This type of SST is typically used for
educational purposes. Corporate entities use this media to train their employees, to familiarize sales representatives with new products, and to introduce new products to consumers. Universities have also gotten into the act in the last decade, providing undergraduate, graduate, and continuing education classes by video and CD formats. (Hsieh, 2005)
Menurut Hsieh terdapat empat jenis utama teknologi layanan mandiri, yaitu: 1. Telepon & sistem respon suara interaktif (IVR) - Banyak perusahaan
16 pelanggan, dan survei pelanggan. Perusahaan kartu kredit, perusahaan asuransi, restoran pizza, dan bahkan perguruan tinggi telah mengambil keuntungan dari ini.
2. Kios Interaktif freestanding - Banyak mal dan outlet ritel menawarkan ini baik di dalam dan di luar toko mereka sebagai cara untuk membantu anda menentukan ketersediaan produk, serta ke mana untuk menemukannya di fasilitas mereka. Beberapa bahkan mencetak kupon. Rangkaian diskon besar menggunakan kios di setiap toko untuk membantu anda menentukan ukuran baterai atau wiper untuk mobil, misalnya. anda juga akan menemukan kios di bandara dan hotel yang mencetak tiket pesawat dan memungkinkan untuk checkout dengan cepat, dan pada bioskop dan mal yang mencetak tiket film.
3. Berbasis Internet atau sistem koneksi on-line lainnya - ATM dan pembayaran di stasiun pengisian bensin adalah dua contoh yang banyak digunakan teknologi on-line. Internet banking dan jasa manajemen tagihan juga menjadi cukup populer. Jasa pengiriman paket saat ini juga memungkinkan anda untuk melacak paket 24 jam sehari.
17 Dalam bidang perpustakaan telah tersedia pilihan penerapan self service technologies yaitu:
• Self-checkout • Self-check in/returns
• Online reservation placement
• Online interlibrary loan requests
• Online suggestion for purchase
• Self-service reservation pick-up
• Online renewals
• Automated booking systems:
− Meeting room bookings
− PC bookings
− Online events bookings
− Game bookings
• Printing/photocopying (using library card or smart card) • Virtual reference services
• Self management of personal details (address updates, etc) online • Online training tutorials
• Virtual tours
• Library vending machines at train stations, shopping centres etc • Payments - online (BPay or credit card) or via library/smart card • Digitisation of materials: e-books, databases, downloadable books
• Online membership
• Individual patron profiling and notification
• Robotic manual handling options (Brady et. al, 2011)
Jenis self service technology yang diterapkan di Perpustakaan UNIMED antara lain yaitu: self-checkout; self-check in/returns; Online renewals; Automated booking systems; Digitisation of materials: e-books, databases, downloadable
books; dan Online membership.
2.5.2 Manfaat Layanan Mandiri (Self Service) di Perpustakaan
Menurut Holt dalam Brady et.al (2011) manfaat layanan mandiri diperpustakaan yaitu:
18 Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa mafaat layanan mandiri di perpustakaanadalah: 1) manfaat kesehatan pengalaman pustakawan melalui penurunan pekerjaan manual dan mengurangi risiko cedera sindrom gerakan berulang, 2) manfaat dari nilai tambah layanan, 3) manfaat manajemen perpustakaan dari proses yang lebih efisien.
Selanjutnya Mackenzie (2004) menyatakan manfaat layanan mandiri di perpustakaan adalah :
• greater privacy for patrons regarding their loans • less waiting in queues
• a reduction in occupational health and safety risks arising from manual handling
• libraries able to keep up with increases in customer demand
• patrons are able to access self-services such as reservations and interlibrary loans (ILL)
• more sophisticated reference services
• increased accessibility due to longer opening hours
• improved personal and professional development options for staff • opportunity for savings resulting from the removal of manual tasks to • be reinvested into value-added library services
Pendapat di atas menyatakan bahwa bahwa manfaat layanan mandiri di perpustakaan adalah:
• privasi yang lebih besar bagi pengguna mengenai pinjaman mereka • mengurangi waktu antrian
• pengurangan risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang timbul dari
penanganan manual
• perpustakaan mampu bersaing dengan peningkatan permintaan pengguna
• pengguna dapat mengakses layanan mandiri seperti pemesanan dan
pinjaman antar perpustakaan
19 • peningkatan aksesibilitas karena jam buka lebih lama
• meningkatkan pilihan pengembangan pribadi dan profesional untuk
pstakawan
• kesempatan untuk penghematan yang dihasilkan dari penghapusan tugas
manual
• diinvestasikan kembali ke dalam nilai tambah layanan perpustakaan
Dari dua pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa, manfaat layanan mandiri di perpustakaan adalah untuk mengurangi resiko kesehatan dan keselamatan kerja, mengurangi waktu antrian, manajemen perpustakaan yang lebih efisien dan memberikan nilai tambah untuk layanan perpustakaan.
2.6 Layanan Peminjaman Mandiri (Self Service Check-Out)
Pelayanan sirkulasi memberikan kesempatan bagi pengguna yang ingin membaca buku di rumah atau di luar perpustakaan. Jasa yang diberikan perpustakaan yaitu meminjamkan buku kepada pengguna dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan perpustakaan.
Layanan peminjaman mandiri (Self-Check-out) adalah layanan yang disediakan bagi pengguna yang ingin meminjam koleksi perpustakaan. Sesuai dengan namanya, layanan peminjaman koleksi perpustakaan ini dilakukan oleh masing-masing pengguna secara individu melalui interaksi dengan mesin. Berbeda dengan peminjaman koleksi secara manual yang masih dibantu dengan interaksi antara pengguna dan pustakawan.
20 Mesin menampilkan instruksi pada layar untuk memandu pengguna. Kemudian mesin mengeluarkan slip (receipt) peminjaman yang dapat disimpan pengguna untuk referensi ketika ingin mengetahui batas waktu peminjaman.
2.7 Layanan Pengembalian Mandiri (Self Service Check-In/returns)
Layanan pengembalian mandiri (Self service Check-in/returns) adalah layanan yang disediakan bagi pengguna yang ingin mengembalikan koleksi perpustakaan yang telah dipinjam. Sesuai dengan namanya, layanan pengembalian koleksi perpustakaan ini dilakukan oleh masing-masing pengguna secara individu melalui interaksi dengan mesin.
Pengembalian koleksi secara mandiri dilakukan dengan menggunakan mesin layanan mandiri (self service machine) dengan teknologi Radio Frequency Identification (RFID). Mesin menampilkan instruksi pada layar untuk memandu
pengguna. Kemudian mesin mengeluarkan slip (receipt) pengembalian yang dapat disimpan pengguna untuk referensi.
2.8 Usabilitas (Usability)
Menurut Nielsen (1993) “Usability (ketergunaan) adalah suatu atribut yang digunakan untuk mengukur kualitas antarmuka (interface) yang digunakan”.
Usability.gov mendefinisikan Usability adalah sebuah ukuran kualitas dari pengalaman pengguna ketika berinteraksi dengan sebuah produk atau system, yang dapat berupa sebuah halaman web, perangkat lunak, teknologi mobile, ataupun perangkat apapun.
ISO/IEC 9126-1, 2000 (dalam Bevan 2000) memberikan definisi sebagai berikut: “Usability is the capability of the software product to be understood learned, used and attractive to the user, when used under specified condition.” Atau
21 dipelajari, sesuatu yang biasa dan menarik bagi pengguna, saat digunakan dalam kondisi tertentu.
Dalam International Organization for standardization (ISO 9241 – 11, 1998) Usability adalah “sebagai tingkat dimana produk dapat digunakan oleh pengguna
tertentu untuk mencapai tujuan efektivitas, efisiensi dan kepuasan dalam penggunaan pada konteks tertentu”.
Sedangkan menurut IEEE std. 610, 12-1990 (dalam Tatari dan ur-Rehman, 2011) mendefinisikan sebagai berikut: “Usability is the the easy with which a user can learn to operate, prepares inputs for, and interprets ouputs of a system or
component”. Atau usability adalah kemudahan dimana pengguna dapat belajar untuk
mengoperasikan, mempersiapkan input, dan menginterpretasikan output dari sistem atau komponen.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas usabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah produk dapat dipahami, dipelajari, digunakan, dan sejauh mana produk tersebut berhasil membantu pengguna mencapai tujuannya.
2.8.1 Karakteristik atau Atribut Usabilitas
Nielsen (2012) berpendapat bahwa atribut yang dapat dijadikan patokan dalam mengukur Usability, antara lain:
• Learnability: How easy is it for users to accomplish basic tasks the first time they encounter the design?
• Efficiency: Once users have learned the design, how quickly can they
perform tasks?
• Memorability: When users return to the design after a period of not using it, how easily can they reestablish proficiency?
• Errors: How many errors do users make, how severe are these errors, and
22 Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa atribut yang dapat dijadikan patokan dalam mengukue Usability adalah:
• Learnability (mudah dipelajari): Seberapa mudahkan pengguna
menyelesaikan tugas sederhana pada saat pertama kali penggunaan desain? • Efficiency (efisiensi): Setelah pengguna mempelajari desain perangkat lunak,
seberapa cepatkah mereka dapat menyelesaikan tugas?
• Memorability (mudah diingat): Ketika pengguna tidak menggunakan desain
setelah beberapa waktu, seberapa mudahkan mereka mengembalikan keahlian mereka?
• Errors (jumlah kesalahan): Berapa kali pengguna membuat kesalahan,
seberapa parahkah kesalahan tersebut, dan bagaimana mereka dapat memperbaiki kesalahan tersebut?
• Satisfaction (kepuasan): Seberapa memuaskankah desain tersebut menurut