AUDIT ATAS UTANG dan MODAL PT CLS (Industri Manufaktur)
KARYA AKHIR
ANDHIKA SUHUD 1206281921
‘
PROGRAM VOKASI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
AUDIT ATAS UTANG dan MODAL PT CLS (Industri Manufaktur)
KARYA AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Karya akhir ini diajukan oleh :
Nama : Andhika Suhud
NPM : 1206281921
Program Studi : Vokasi Akuntansi
Kekhususan : Akuntansi Keuangan
Judul Karya Akhir : Audit atas Utang dan Modal PT CLS
Karya akhir ini diajukan sebagai salah satu prasyarat wajib untuk mengikuti ujian
sidang karya akhir, serta telah disetujui dan ditandatangani dosen pembimbing
yang bersangkutan.
Depok, 01 Juni 2015
Dosen Pembimbing
Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Andhika Suhud
NPM : 1206281921
Tanda Tangan :
Karya akhir ini diajukan oleh :
Nama : Andhika Suhud
NPM : 1206281921
Program Studi : Vokasi Akuntansi Keuangan
Judul Karya Akhir : Audit atas Utang dan Modal PT CLS
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada
Program Studi Vokasi Akuntansi Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN
Pembimbing : Birawani Dwi Anggraeni, SE., Ak., M.SM.(………..)
Penguji : (………..)
Ditetapkan di : Program Vokasi Universitas Indonesia
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya akhir yang berjudul “Audit atas
Utang dan Modal PT CLS”. Maksud dan tujuan dibuatnya laporan magang ini
adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli
Madya Akuntansi pada Program Vokasi Akuntansi Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penulis tidak akan dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir ini tanpa bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Sandra Aulia S.E., M.S.Ak., CA selaku Ketua Program Vokasi
Akuntansi Universitas Indonesia, serta selaku pembimbing akademis
selama masa kuliah di Program Vokasi Akuntansi Keuangan;
2. Ibu Birawani Dwi Anggraeni, SE., Ak., M.SM. selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
penulis dalam penyusunan karya akhir ini;
3. Bapa, Mama, dan Adik, P. Situmorang, Riasari G. Sianturi, Kaem, serta
keluarga tercinta yang senantiasa selalu mendoakan, mendukung, dan
memberikan dukungan moril serta material kepada penulis;
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Vokasi Akuntansi Universitas
Indonesia yang sudah berkontribusi memberikan ilmu yang bermanfaat
selama masa perkuliahan.
5. KAP Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo, dan Rekan tempat penulis melakukan
prosesi magang, yang telah memberikan kesempatan yang berharga dan
pengalaman langsung menjadi auditor. Selaku Manager in charge, Pak
Wisnu Adi Nugroho; Supervisor, Bang Vidi; Senior, Kak Kristin; Teman
selama di klien Ekin dan Tiara yang telah memberikan arahan dengan
sabar kepada penulis. Serta kepada Mba Lily selaku bagian hrd dan Pak
Ngadiman selaku penjaga kantor yg selalu memberikan sapaan dan
7. Sahabat-sahabat penulis selama di Vokasi Akuntansi terutama Rafi Gocer,
Zae, Wildan, Gusti, Irvan, Ghani. Sahabat yang menemani saat membuat
karya akhir Dyla, Resita, Qisty, Nisa, Dela. Sahabat Divisi Pendidikan
Bimil, Fatakhi, Manda, Dhiyana, Hanan, Rafi Noer, Jefry, Tiqoh, Sarah
Diba, Hana, Puspa dan lainnya. Teman-teman di AK B Dhia, Vania, Hesti,
Icha Hayyu, Retno, Pance, Reza, Erni, Putri, Rindi, Angga, Rezki, dan
lainnya atas segala doa serta dukungan, kasih sayang, serta canda tawa
yang diberikan selama perkuliahan.
8. Seluruh Teman-teman Vokasi Akuntansi angkatan 2012 yang telah
menjadi bagian dari keluarga dan memberikan motivasi dalam
penyelesaian karya akhir serta memberikan bantuan dalam bidang
akademis dan non-akademis selama masa perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, karena
itu penulis menghargai serta mengharapkan saran-saran perbaikan dan kritik yang
membangun guna memperbaiki tugas akhir ini. Penulis berharap laporan karya
akhir ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Depok, Juni 2015
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya bertandatangan di bawah
ini:
Nama : Andhika Suhud
NPM : 1206281921
Program Studi : Vokasi Akuntansi Keuangan
Jenis Karya : Karya Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
AUDIT ATAS UTANG DAN MODAL PT CLS
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak
menyimpan, mengalihmedia/ format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data (database), medistribusikannya, dan menampilkan/ mempublikasikannya di
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggungjawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Program Vokasi, Depok
Tanggal : 01 Juni 2015
Nama : Andhika Suhud
Program Studi : Vokasi Akuntansi Keuangan
Judul : Audit atas Utang dan Modal PT CLS
Karya akhir ini berisi mengenai audit atas utang dan modal PT CLS yang bergerak dalam bidang manufaktur office equipment & supplies. PT CLS memiliki Going Concern yang masih diragukan untuk tahun kedepan, karena dalam perhitungan Debt to Equity Ratio dari hasil perhitungan utang yang dimiliki PT CLS tidak sebanding dengan struktur modal PT CLS. PT CLS memiliki saldo total utang setelah dilakukan audit sebesar Rp87.877.001.238 dan memiliki total struktur modal sebesar Rp(6.822.726.645). PT CLS telah melakukan pencatatan akuntansi dengan baik, karena semua bukti transaksi tersimpan dengan baik dan teratur. Pengendalian internal yang dimiliki oleh PT CLS sudah baik, tetapi PT CLS belum memiliki flowchart untuk setiap transaksi perusahaan. Prosedur audit yang dilakukan seperti, membuat lead schedule, melakukan analytical review, mengirimkan konfirmasi, dan melakukan tes kontrol bertujuan untuk memastikan perusahaan telah menyajikan akun utang dan modal secara benar dan wajar. Hasil dari laporan karya akhir ini menunjukkan bahwa PT CLS dinilai telah menyajikan dan melaporkan nilai utang dan modal dengan wajar pada laporan keuangan PT CLS periode 31 Desember 2014.
Name : Andhika Suhud
Study Program : Vocational Financial of Accounting Title : Audit of Debt and Capital PT CLS
This final report contains the audit of debt and capital of PT CLS which engaged in the manufacture of office equipment and supplies. Going Concern of PT CLS is still doubtful for the next years ahead, because in the calculation of Debt to Equity Ratio from the calculation of debt is not comparable to the capital structure of PT CLS. From audited, PT CLS has a total debt balance of Rp. 87.877.001.238 and total capital structure of Rp. (6,822,726,645). PT CLS has implemented a good accounting records, because all the transaction evidences stored properly. Internal control of PT CLS is already good, but PT CLS didn’t
have flowchart yet for each company transaction. Procedure of audit performed were making lead schedule, doing analytical review, sending confirmation and doing test of controls that aimed to ensure PT CLS had presented the debt and capital accounts with true and fair. The results of this final report indicated that PT CLS have presented and reported the value of debt and capital with reasonable (fair) in the Financial Report of December 31, 2014.
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KARYA AKHIR ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS ... iii
1.5 Metodologi Penulisan Karya Akhir ...4
1.6 Sistematika Penulisan Karya Akhir ...5
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...6
2.1 Sejarah Perusahaan ...6
2.2 Profil Perusahaan ...7
2.2.1 Struktur Grup Perusahaan ...7
2.2.2 Struktur Organisasi Perusahaan ...7
2.2.3 Produk Usaha PT CLS ...9
2.2.4 Jumlah Karyawan PT CLS...9
2.2.5 Pangsa Pasar PT CLS...9
2.3 Visi dan Misi Perusahaan ...9
2.4 Ikhtisar Laporan Keuangan ...10
2.4.1 Analisis Keuangan ...10
2.4.1.1 Analisis Vertikal...10
2.4.1.2 Analisis Horizontal...12
2.4.1.3 Rasio Keuangan Terkait Utang dan Modal ...15
BAB III LANDASAN TEORI ...17
3.1 Utang ...17
3.1.1 Pengertian Utang...17
3.1.2 Pengertian Utang Bank ...17
3.1.3 Pengertian Utang Bunga ...18
3.1.4 Pengertian Pinjaman dari Pemegang Saham...18
3.7 Teori Audit Secara Umum...31
3.7.1 Definisi Audit...31
3.7.2 Jenis Audit...31
3.7.3 Tujuan Audit ...32
3.7.4 Fase dalam Proses Audit ...35
3.8 Materialitas ...37
3.9 Tahapan Audit dalam Pengujian Utang dan Modal...37
BAB IV PEMBAHASAN...39
4.1 Klasifikasi Utang dan Struktur Modal di PT CLS...39
4.2 Pencatatan Akuntansi Utang dan Modal di PT CLS ...43
4.3 Penyajian Utang dan Modal pada Laporan Keuangan PT CLS ...46
4.4 Pengendalian Internal terhadap Utang dan Modal PT CLS ...46
4.5 Proses Audit untuk Akun Utang dan Modal PT CLS...53
4.5.1 Fase Perencanaan ...53
4.5.2 Audit Objective KAP ACV&R ...58
4.6 Prosedur Audit KAP ACV&R...59
4.7 Hasil Audit atas Utang dan Modal PT CLS ...71
4.7.1 Analisis Temuan Audit ...71
4.7.2 Penyajian Utang dan Modal PT CLS Tahun 2014...74
4.8 Analisis Penulis ...75
BAB V PENUTUP ...77
5.1 Kesimpulan...77
5.2 Saran ...78
5.2.1 Saran kepada Vokasi Akuntansi Universitas Indonesia...78
5.2.2 Saran kepada KAP ACV&R ...79
5.2.3 Saran kepada PT CLS ...80
Gambar 2.1 Struktur LIEM Group...7
Gambar 2.2 Persentase Kepemilikan Saham...7
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT CLS ...8
Gambar 3.1 Conceptual Framework ...26
Gambar 3.2 Fase dalam Proses Audit ...35
Gambar 4.1 Flowchart Perolehan Pinjaman dari Pemegang Saham...48
Gambar 4.2 Flowchart Pembayaran Pinjaman dari Pemegang Saham...50
Gambar 4.3 Flowchart Perolehan Kredit dari PT BANK MB...52
Gambar 4.4 Perhitungan Debt to Equity Ratio...63
Tabel 2.1 Analisis Vertikal Laporan Posisi Keuangan ...11
Tabel 2.2 Analisis Vertikal Laporan Laba Rugi ...12
Tabel 2.3 Analisis Horizontal Laporan Posisi Keuangan ...13
Tabel 2.4 Analisis Horizontal Laporan Laba Rugi ...14
Tabel 2.5 Rasio Keuangan PT CLS Tahun 2013 dan 2014 ...15
Tabel 4.1 Pinjaman dari Pemegang Saham Tahun 2013-2014 ...41
Tabel 4.2 Rincian Pinjaman dari Pemegang Saham Tahun 2014 ...41
Tabel 4.3 Perhitungan Laba/Defisit tahun 2014 ...43
Tabel 4.4 Penyajian Utang dan Modal PT CLS 31 Desember 2014 (Unaudited)...46
Tabel 4.5 Pemilihan Basis Materialitas ...55
Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Utang dan Modal PT CLS ...57
Tabel 4.7 Klasifikasi Working Paper...59
Tabel 4.8 Lead Schedule Utang PT CLS ...60
Tabel 4.9 Other Payables Circularisation PT CLS...61
Tabel 4.10 Borrowings PT CLS...62
Tabel 4.11 Loan Summary PT CLS ...63
Tabel 4.12 Perhitungan Beban Bunga Bank Auditor...64
Tabel 4.13 Perhitungan Beban Bunga Bank PT CLS ...65
Tabel 4.14 Lead Schedule Share Capital PT CLS...66
Tabel 4.15 Presentation of Share Capital PT CLS...67
Tabel 4.16 Statement of Changes in Equity (Unaudited) PT CLS ...67
Tabel 4.17 Share Capital Circularisation PT CLS ...68
Tabel 4.18 Laba ditahan (R/E) PT CLS ...69
Tabel 4.19 Perhitungan R/E Tahun 2014 (Unaudited) PT CLS ...70
Tabel 4.20 Perhitungan Laba/Rugi PT Tahun 2014 PT CLS ...70
Tabel 4.21 Perhitungan R/E Tahun 2014 (Audited) PT CLS...71
Tabel 4.22 Perhitungan Pendapatan Sewa dan PPh Ps. 4 ayat 2 Periode 31 Desember 2014 PT CLS ...72
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan Perseroan Terbatas pada dasarnya bertujuan untuk membuat
perusahaan memiliki nilai perusahaan yang tinggi dalam bidang bisnis perusahaan
tersebut. Untuk mengembangkan perusahaan tentunya memerlukan modal dari
para investor saham dalam sumber pendanaan perusahaan tersebut. Keberadaan
entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi yang dalam jangka
panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan. Kelangsungan hidup suatu usaha selalu dihubungkan dengan
kemampuan manajemen dalam mengelola sumber pendanaan perusahaan agar
bertahan hidup.
Going concern adalah kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Suatu entitas bisnis dalam menjalankan usahanya tidak
hanya menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan
menjaga going concern perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi
oleh sumber modal atau pendanaan yang diterima untuk membuat perusahaan
terus beroperasi secara maksimal.
Sumber pendanaan perusahaan sebagai modal dapat berasal dari pihak
berelasi ataupun pihak ketiga. Sumber pendanaan dari pihak berelasi diterima
dalam bentuk penanaman modal saham atau pemberian dana kepada entitas
perusahaan. Sumber dana dari pihak ketiga dapat dilakukan dengan melakukan
peminjaman uang ke bank dengan sebuah jaminan atau tanpa jaminan.
Utang dalam akuntansi adalah sebuah kewajiban yang harus dilunasi atau
pelayanan yang harus dilakukan pada masa mendatang. Utang dibagi dalam dua
golongan, yaitu : (a). Utang lancar, merupakan kewajiban yang dapat dilunasi
dalam waktu jangka pendek; (b). Utang tidak lancar, merupakan kewajiban yang
tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun. Biasanya terdiri dari hutang jangka
Utang diukur dengan Debt Equity Ratio (DER), karena DER menunjukkan
struktur permodalan suatu perusahaan, semakin besar DER menunjukan struktur
permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang terhadap ekuitas. Semakin
besar DER mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi.
PT CLS adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha kawasan industri
manufaktur. PT CLS sedang dalam proses tahap pengembangan dan pengolahan
kawasan secara besar-besaran. Kawasan industri yang ingin dikembangkan oleh
PT CLS menggunakan dana yang dipinjamkan oleh perusahaan induk, PT BCF
pemegang saham terbesar, dan melakukan peminjaman dana ke pihak ketiga
melalui Bank. Pengembangan kawasan industri yang dilakukan secara besar
dikarenakan PT CLS menghindarai pencabutan atas hak guna usaha dan hak pakai
atas tanah oleh Pemerintah.
PT CLS melakukan peminjaman dana dari pihak ketiga dengan sebuah
jaminan deposito pemegang saham, karena PT CLS bertujuan untuk membayar
hutang dan hutang bunga terhadap pemegang saham yang dimiliki sejak tahun
1999.
Salah satu kegiatan bisnis PT CLS untuk memperoleh pendapatan adalah
memberikan fasilitas sewa gedung yang dimiliki kepada PT BCF selaku induk
perusahaan. PT CLS memiliki aset tetap seperti tanah, gedung, dan instalasi listrik
yang diklasifikasikan sebagai properti investasi, karena aset tetap tersebut
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat dilihat pentingnya audit atas
pencatatan hutang dan modal. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan
prosedur audit lebih lanjut mengenai masalah tersebut dengan mengambil judul
“Audit atas Utang dan Modal PT CLS”yang bergerak di bidang manufaktur.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
2. Apakah dengan Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi PT CLS
dapat menarik para investor untuk berinvestasi?
3. Apakah tindakan manajemen perusahaan yang dilakukan
membayar utang pemegang saham?
4. Apakah tindakan dan tanggunga jawab auditor dalam melakukan
audit kepada PT CLS?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam melakukan penulisan Laporan Akhir ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai going concern PT CLS untuk
tahun berikutnya.
2. Untuk memberikan informasi tentang Debt to Equity Ratio yang
memungkin para investor mau berinvestasi terhadap sebuah
perusahaan.
3. Untuk memeriksa pengedalian internal atas utang dan modal yang
dimiliki oleh PT CLS.
4. Untuk memeriksa apakah prosedur audit atas utang dan modal
yang dilakukan auditor telah sesuai dengan standar audit.
5. Untuk memeriksa pengakuan dan pencatatan akuntansi terhadap
utang dan modal yang dilakukan oleh PT CLS.
1.4 Ruang Lingkup Penulisan
Penulis mengawali kegiatan magang dengan mengikuti training singkat
yang dilaksanakan selama 1 hari di kantor KAP KNTR untuk memberikan
gambaran secara nyata standard yang diberlakukan oleh KAP tersebut.
Selanjutnya, selama proses magang berlangsung penulis diberikan tugas untuk
mengaudit 3 Perusahaan yang berbeda, yaitu PT BCF, PT BCV, dan PT CLS.
PT BCF berlokasi di daerah Cakung, Jakarta Timur. PT BCF adalah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan bahan–bahan pembuat steel door,
office equipment, lemari besi. Penulis melaksanakan tugas audit di PT BCF mulai tanggal 6 Januari 2014 sampai dengan 16 Maret 2014. Proses audit dilakukan
Prosedur audit yang dilakukan adalah membuat surat konfirmasi atas Account
Receivable, Capital Stock, Bank and Loans, vouching, rekap pajak, test of control & cut off pada penjualan dan pembelian, menyusun working paper, membuat lead schedule, menyiapkan draft laporan audit dan juga footing.
PT BCV berlokasi di daerah Cakung, Jakarta Timur. PT BCV adalah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan bahan – bahan pembuat teralis
besi, pagar besi, dan kawat besi. Prosedur audit yang dilakukan adalah membuat
surat konfirmasi atas Account Receivable, Capital Stock, Bank and Loans,
vouching, rekap pajak.
PT CLS berlokasi di daerah Purwakarta, Jawa Barat. PT CLS berkantor pusat di Cakung, Jakarta Timur. Proses audit dilakukan langsung di kantor pusat
Jakarta yaitu di PT BCF selama 3 bulan. Prosedur audit yang dilakukan adalah
membuat surat konfirmasi atas Account Receivable, Capital Stock, Bank and
Loans, vouching, rekap pajak, menyusun working paper, membuat lead schedule, menyiapkan draft laporan audit dan juga footing.
1.5 Metodologi Penulisan Karya Akhir
Dalam memperoleh data yang dijadikan sebagai bahan penulisan karya
akhir, Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a) Wawancara (Interview)
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan
pihak yang terkait di PT CLS dengan masalah yang dihadapi.
b) Pengamatan (Observation)
Pengamatan ini merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati langsung kegiatan yang sedang dilakukan. Dalam hal ini
dilakukan pengamatan terhadap ada atau tidaknya dokumen yang mendukung
tentang hutang dan modal PT CLS
c) Tinjauan Pustaka (Library Research)
Tinjauan pustaka merupakan metode yang dilakukan dengan cara membaca,
1.6 Sistematika Penulisan Karya Akhir
Dalam penulisan karya akhir, Penulis membagi materi menjadi lima bab,
dimana setiap bab dibagi menjadi beberapa sub-bab untuk mempermudah Penulis
dalam menyelesaikan karya akhir serta pembacanya. Sistematika penulisan karya
akhir sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Di dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang masalah topik
karya akhir, tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, maksud dan tujuan
penulisan laporan, ruang lingkup penulisan laporan dan juga sistematika penulisan
laporan karya akhir.
Bab 2 Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini penulis menguraikan mengenai profil perusahaan klien yang penulis
angkat dalam laporan ini, yaitu PT CLS, lalu mengenai sejarah perusahaan, visi
dan misi perusahaan, persentase pemiliki saham perusahaan, produk usaha
perusahaan, jumlah karyawan perusahaan, ikhtisar laporan keuangan PT CLS,
serta rasio keuangan mengenai hutang dan modal yang dimiliki PT CLS.
Bab 3 Landasan Teori
Bab ini menguraikan pengertian hutang dan modal, jenis-jenis utang, pengakuan
utang dan modal, pengakuan penyajian utang dan modal, cara pencatatan utang,
pengendalian internal, fase pelaksanaan audit, materialitas, dan tujuan audit
terkait saldo pada akun utang dan modal.
Bab 4 Pembahasan
Bab ini berisi tentang klasifikasi utang dan modal oleh PT CLS, pencatatan
akuntansi yang digunakan oleh PT CLS, pengendalian internal yang dilakukan
oleh PT CLS, prosedur audit atas utang dan modal, serta hal-hal yang dijalankan
penulis selama melakukan pemeriksaan akuntansi (audit) di PT CLS.
Bab 5 Kesimpulan dan saran
Bab ini berisi kesimpulan dari keseluran isi yang meliputi analisa gambaran
umum perusahaan dan kegiatan yang dilakukan pada saat magang serta
saran-saran membangun yang diberikan oleh penulis kepada PT CLS, Program Vokasi
Akuntansi Universitas Indonesia dan KAP ACV&R berdasarkan pengetahuan dan
2.1 Sejarah Perusahaan
PT CLS (“Perseroan”) didirikan di Indonesia berdasarkan akta Notaris
Vathiah Selmi, S.H. No. 3 tanggal 16 November 1996. Akta Pendirian tersebut
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. C2-11.263.HT.01.01.Th.96 tanggal 23 Desember 1996. Perubahan
Anggaran Dasar terakhir dengan akta notaris Alang, S.H., No. 13 tanggal
28 September 2009 mengenai peningkatan modal dasar dan modal ditempatkan
dan disetor penuh. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan
No.AHU-52223.AH.01.02 tahun 2009 tanggal 28 Oktober 2009.
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, lingkup kegiatan
Perseroan meliputi perdagangan umum, pemborong, pengangkutan,
perwakilan/peragenan, jasa pelayanan, agrobisnis, pemukiman (real estate),
pertambangan dan pengelolaan kawasan industri.
Perseroan berkedudukan di Jalan Raya Bekasi, Km. 24,5, Cakung, Jakarta
Timur.
Pada April 2014, Perseroan memulai kegiatan komersial berupa
penyewaan bangunan pabrik dan melanjutkan proses pengolahan tanah dan
pembangunan infrastruktur.
Pada tanggal 7 Desember 2011 dalam surat persetujuan prinsip yang
dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
nomor 530/06223-BPMPTSP/IUKI/XII/2011, Pemerintah kabupaten Purwakarta,
Perseroan mendapat perpanjangan ijin usaha kawasan industri dan ijin perluasan
kawasan industri, dan berlaku selama Perseroan masih melaksanakan
2.2 Profil Perusahaan Klien (PT CLS) 2.2.1 Struktur Grup Perusahaan
PT CLS merupakan salah satu perusahaan yang tergabung di dalam
LIEM Group dan merupakan entitas anak dari PT BCF. Adapun struktur
LIEM Group dijelaskan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 : Struktur LIEM Group
Sumber : Data klien yang telah diolah kembali
2.2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Pemegang saham mayoritas dan minoritas PT CLS berturut-turut
dimiliki oleh PT. BCF (99,5%) dan Ny. ND (0,5%). Persentase
kepemilikan saham PT CLS digambarkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 : Persentase Kepemilikan Saham
PT CLS memiliki struktur organisasi yang terdiri dari komisaris,
presiden direktur, dan direktur.
Berikut rincian susunan komisaris dan direksi per 31 Desember 2014 :
• Komisaris : ND
• Presiden Direktur : LS
• Direktur : KS
Struktur organisasi PT. CLS digambarkan pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT CLS
Sumber : Data klien yang telah diolah kembali
PT CLS diawasi oleh seorang komisaris, ND, yang merupakan pemegang
saham perusahaan. Komisaris adalah orang yang ditunjuk oleh anggota
(pemegang saham dsb) untuk melakukan suatu tugas, terutama menjadi anggota
perusahaan perusahaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). PT CLS dipimpin oleh
seorang presiden direktur yang mempunyai tugas memberikan arahan dan
bimbingan agar perusahaan dapat beroperasi dengan baik. Presiden direktur Komisaris
ND
Presiden Direktur
LS
Direktur
keuangan PT CLS. Dalam menjalankan fungsinya, direktur dibantu oleh seorang
manajer operasional dan manajer keuangan perusahaan.
2.2.3 Produk Usaha PT CLS
PT CLS menawarkan 10 jenis produk usaha office equipment and supplies
yaitu Cable Support Systems, Cupboard Steel, Filing Cabinet, Horizontal Plan
File Cabinet, Office Chair, Office Desk, Office Mobile Filing System, Office Panel, Racking System, dan Steel Locker. Tetapi PT CLS baru memulai kegiatan komersial perusahaan dengan menawarkan penyewaan bangunan pabrik. PT CLS
masih melanjutkan proses pengolahan tanah dan pembangunan infrastruktur untuk
dapat melakukan produksi sesuai dengan kegiatan pembuatan produk pemegang
saham utama, PT BCF.
2.2.4 Jumlah Karyawan PT CLS
PT CLS dalam kegiatan operasinya di kantor pusat, Cakung, belum
mempunyai karyawan tetap yang berkerja dalam perusahaan, selain komisaris dan
direksi yang terdapat di struktur organisasi perusahaan. PT CLS hanya
mempunyai 4 staff yang menjaga di Purwakarta per 31 Desember 2014.
2.2.5 Pangsa Pasar PT CLS
Dalam industri penjualan peralatan kantor dan pelat baja, PT CLS, belum
memiliki persentase pangsa pasar yang berpengaruh di dalam negeri maupun
internasional, karena PT CLS masih dalam tahap pengembangan. Perusahaan
yang memiliki pangsa pasar signifikan dalam industri peralatan kantor dan pelat
baja PT KST (46,31%), PT CTT (33,83%), dan PT BCF (3,75%) yang merupakan
pemegang saham utama PT CLS.
2.3 Visi dan Misi Perusahaan Visi
Kami ingin menjadi produsen terkemuka dari hasil produk pelat baja dan
sejenisnya di Indonesia untuk lokal serta pasar global, serta menjadi kawasan
Misi
Kami bertekad menjadi perusahaan terkemuka dalam menghasilkan
produk-produk dari pelat baja dan sejenisnya melalui perencanaan yang baik,
meningkatkan kualitas dan disain/model produk secara terus menerus, harga
bersaing dan pelayanan yang cepat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
2.4 Ikhtisar Laporan Keuangan 2.4.1 Analisis Keuangan
Analisis keuangan penting dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan
selama tahun berjalan. Berikut adalah perhitungan analisis keuangan PT CLS
yang terbagi menjadi analisis vertikal, horizontal, dan rasio keuangan.
2.4.1.1 Analisis Vertikal
a. Analisis Vertikal Laporan Posisi Keuangan
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap satu periode
laporan keuangan saja. Analisis vertikal laporan posisi keuangan PT CLS,
bertujuan untuk melihat masing-masing akun aset dinyatakan sebagai persen dari
total aset. Akun kewajiban dan ekuitas dinyatakan sebagai persen dari total
kewajiban dan ekuitas. Perhitungan analisis vertikal dapat dilihat pada tabel 2.1 di
halaman 11 mengenai analisis vertikal laporan posisi keuangan.
Dari hasil analisis vertikal untuk laporan posisi keuangan PT CLS pada
akun aset menunjukan bahwa yang mengalami peningkatan di tahun 2014 adalah
aset tidak lancar yang terdiri dari properti investasi dan aset tetap (dari 99,25% di
tahun 2013 naik menjadi 99,29% di tahun 2014) sedangkan aset lancar yang
dimiliki PT CLS mengalami penurunan di tahun 2014. Selama tahun 2014, PT
CLS cenderung menambah nilai properti investasi dengan cara melakukan
Tabel 2.1. Analisis Vertikal Laporan Posisi Keuangan PT CLS
Sumber : Laporan Keuangan Klien yang telah diolah kembali
Utang milik PT CLS mengalami kenaikan yang signifikan, baik itu utang
jangka pendek dan utang jangka panjang. Persentase terbesar kenaikan utang
terjadi pada utang bank, yaitu sebesar 0% pada tahun 2013 menjadi 64,77% di
tahun 2014. Selama tahun 2014 PT CLS memperoleh defisit sebesar Rp
7.122.726.645 hal ini menyebabkan ekuitas PT CLS mengalami peningkatan,
yaitu sebesar 8,29% di tahun 2014 (di tahun 2013 sebesar -16,70%).
b. Analisis Vertikal Laporan Laba Rugi
Dalam analisis vertikal terhadap laporan laba rugi PT CLS,masing-masing
pos dinyatakan sebagai persen dari total pendapatan. Analisis vertikal bertujuan
untuk melihat beban paling signifikan yang dimiliki oleh PT CLS. Berikut ini
tabel analisis vertikal dapat dilihat pada tabel 2.2 di halaman 12 mengenai analisis
vertikal laporan laba rugi PT CLS :
PT CLS Laporan Posisi Keuangan
31-Des-14
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2014 2013
ASET LANCAR
Kas dan bank 572.572.617 324.775.251 247.797.366 0,71% 0,75%
ASET TIDAK LANCAR
Properti investasi - neto 80.340.817.601 42.692.191.794 37.648.625.807 99,120% 99% Aset tetap - neto 140.884.376 48.523.401 92.360.975 0,17% 0,11%
Total Aset Tidak Lancar 80.481.701.976 42.740.715.195 37.740.986.781 99,29% 99,25%
TOTAL ASET 81.054.274.593 43.065.490.446 37.988.784.147 100,00% 100,00%
LIABILITAS DAN DEFISIENSI MODAL LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang bank 52.500.000.000 - 52.500.000.000 64,77% 0,00%
Biaya yang masih harus dibayar 52.500.000 45.000.000 7.500.000 0,06% 0,10% Utang pajak 589.337.085 490.452.135 98.884.950 0,73% 1,14%
Utang bunga 2.778.576.809 2.778.576.809 - 3,43% 6,45%
Total Liabilitas Jangka Pendek 55.920.413.894 3.314.028.944 52.606.384.950 68,99% 7,70%
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Pinjaman dari pemegang saham 31.881.587.345 46.944.587.345 (15.063.000.000) 39,33% 109,01%
Jaminan sewa 75.000.000 - 75.000.000 0,09% 0,00%
Total Liabilitas Jangka Panjang 31.956.587.345 46.944.587.345 (14.988.000.000) 39,43% 109,01%
Total Liabilitas 87.877.001.238 50.258.616.288 37.618.384.950 108,42% 116,70%
DEFISIENSI MODAL
Modal saham 300.000.000 300.000.000 - 0,37% 0,70%
Defisit (7.122.726.645) (7.493.125.842) 370.399.197 -8,79% -17,40%
Defisiensi modal - Neto (6.822.726.645) (7.193.125.842) 370.399.197 -8,42% -16,70%
TOTAL LIABILITAS NETO SETELAH
DIKURANGI DEFISIENSI MODAL 81.054.274.593 43.065.490.446 37.988.784.147 100,00% 100,00%
Tabel 2.2 Analisis Vertikal Laporan Laba Rugi PT CLS
Sumber : Laporan keuangan klien yang telah diolah kembali
Analisis vertikal laporan laba rugi PT CLS menunjukan bahwa secara
keseluruhan (pendapatan usaha, beban usaha, hingga laba bersih) mengalami
kenaikan di tahun 2014. Pada tahun 2014 PT CLS memperoleh laba bersih
sebesar Rp 370.399.197 dibandingkan dengan tahun 2013 PT CLS memperoleh
rugi sebesar Rp 1.046.377.116.
2.4.1.2 Analisis Horizontal
Analisa horizontal dilakukan untuk melihat selisih tiap akun laporan
keuangan dan laba rugi pada tahun berjalan dengan akun yang sama di periode
sebelumnya untuk menentukan apakah ada kenaikan atau penurunan. Kenaikan
atau penurunan tersebut dibagi dengan akun periode sebelumnya untuk
mendapatkan persentase kenaikan atau penurunan. Berikut ini tabel analisis
horizontal dapat dilihat pada tabel 2.3 di halaman 12 mengenai analisis horizontal
laporan posisi keuangan PT CLS :
PT CLS Laporan Laba Rugi 31 Desember 2014
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2014 2013
Pendapatan Sewa 2.970.000.000 - 100,00% N/A
Beban Usaha
Beban Penyusutan Aset Tetap 336.778.076 319.833.471 11,34% N/A Beban Penyusutan Properti Investasi 1.258.012.355 14.985.225 42,36% N/A Beban Gaji 268.492.563 149.163.000 9,04% N/A Beban Pajak bumi dan bangunan 158.154.810 161.317.950 5,33% N/A Beban Honorarium tenaga ahli 59.334.750 231.862.500 2,00% N/A Beban Sumbangan dan perjamuan 52.350.000 16.500.000 1,76% N/A Beban Administrasi dan perijinan 21.459.000 9.735.000 0,72% N/A Beban Pajak karyawan 1.191.324 229.575 0,04% N/A Beban Perjalanan 255.000 4.172.018 0,01% N/A
Denda pajak - 14.968.050 0,00% N/A
Beban Lain-lain – Neto 42.264.902 127.275.735 1,42% N/A
Total Beban 2.198.292.779 1.050.042.524 74,02% N/A
Laba (Rugi) Usaha 771.707.222 (1.050.042.524) 25,98% N/A
Penghasilan (Beban) Lain-lain (104.308.025) 3.665.408 -3,51% N/A
Laba (Rugi) Sebelum Manfaat
(Beban) Pajak Penghasilan 667.399.197 (1.046.377.116) 22,47% N/A
Beban Pajak Penghasilan 297.000.000 - 10,00% N/A
Laba (Rugi) Neto 370.399.197 (1.046.377.116) 12,47% N/A
Pendapatan Komprehensif Lain - - 0,00% N/A
Laba (Rugi) Neto Komprehensif 370.399.197 (1.046.377.116) 12,47% N/A
a. Analisis horizontal laporan posisi keuangan
Tabel 2.3 Analisis Horizontal Laporan Posisi Keuangan PT CLS
Sumber : Laporan Keuangan klien yang telah diolah kembali
Dari hasil analisis horizontal untuk laporan posisi keuangan PT CLS pada
akun aset menunjukan bahwa seluruh total aset mengalami peningkatan yang
signifikan sebesar 88,21% atau sebesar Rp 37.988.784.147 di tahun 2014. Utang
milik PT CLS mengalami peningkatan selama tahun 2014, terutama utang jangka
pendek, yaitu sebesar 1587,38% atau sebesar Rp 52.606.384.950. Selama tahun
2014 PT CLS cenderung menambah utang dengan cara melakukan peminjaman
ke bank. Utang bank yang dilakukan oleh PT CLS bertujuan untuk membayar
utang pemegang saham yang dimiliki perusahaan. PT CLS memperoleh laba
bersih sebesar Rp 370.399.197 di tahun 2014. Hal ini menyebabkan defisit pada
ekuitas PT CLS mengalami penurunan sebesar 4,94%; persentase ini menunjukan
bahwa PT CLS telah menghasilkan laba dari tahun sebelumnya.
PT CLS Laporan Posisi Keuangan
31-Des-14
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2014 2013
ASET LANCAR
Kas dan bank 572.572.617 324.775.251 247.797.366 176,30% 100,00% 76,30%
ASET TIDAK LANCAR
Properti investasi - neto 80.340.817.601 42.692.191.794 37.648.625.807 188,19% 100,00% 88,19% Aset tetap - neto 140.884.376 48.523.401 92.360.975 290,34% 100,00% 190,34% Total Aset Tidak Lancar 80.481.701.976 42.740.715.195 37.740.986.781 188,30% 100,00% 88,30%
TOTAL ASET 81.054.274.593 43.065.490.446 37.988.784.147 188,21% 100,00% 88,21%
LIABILITAS DAN DEFISIENSI MODAL LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang bank 52.500.000.000 - 52.500.000.000 100,00% 0,00% 100,00%
Biaya yang masih harus dibayar 52.500.000 45.000.000 7.500.000 116,67% 100,00% 16,67%
Utang pajak 589.337.085 490.452.135 98.884.950 120,16% 100,00% 20,16%
Utang bunga 2.778.576.809 2.778.576.809 - 100,00% 100,00% 0,00%
Total Liabilitas Jangka Pendek 55.920.413.894 3.314.028.944 52.606.384.950 1687,38% 100,00% 1587,38%
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Pinjaman dari pemegang saham 31.881.587.345 46.944.587.345 (15.063.000.000) 67,91% 100,00% -32,09%
Jaminan sewa 75.000.000 - 75.000.000 100,00% 0,00% 100,00%
Total Liabilitas Jangka Panjang 31.956.587.345 46.944.587.345 (14.988.000.000) 68,07% 100,00% -31,93% Total Liabilitas 87.877.001.238 50.258.616.288 37.618.384.950 174,85% 100,00% 74,85%
DEFISIENSI MODAL
Modal saham 300.000.000 300.000.000 - 100,00% 100,00% 0,00%
Defisit (7.122.726.645) (7.493.125.842) 370.399.197 95,06% 100,00% -4,94% Defisiensi modal - Neto (6.822.726.645) (7.193.125.842) 370.399.197 94,85% 100,00% -5,15%
TOTAL LIABILITAS NETO SETELAH
DIKURANGI DEFISIENSI MODAL 81.054.274.593 43.065.490.446 37.988.784.147 188,21% 100,00% 88,21% Diff.
%
b. Analisis horizontal laporan laba rugi
Tabel 2.4 Analisis Horizontal Laporan Laba Rugi PT CLS
Sumber : Laporan keuangan klien yang telah diolah kembali
Dari hasil analisis horizontal untuk laporan laba rugi PT CLS menunjukan
peningkatan yang signifikan pada pendapatan yaitu sebesar 100% di tahun 2014,
karena perusahaan baru beroperasi dan memberikan jasa sewa gudang terhadap
pemegang saham dimulai tahun 2014. Beban usaha yang ditanggung PT CLS juga
mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp 1.148.250.255 atau sebesar 109,35% dari
tahun 2013, meskipun PT CLS mengalami penurunan pada beban honorarium
tenaga ahli sebesar 74,41% dari tahun 2013. Laba bersih yang diperoleh PT CLS
pada tahun 2014 sebesar Rp 370.399.197; hal ini menunjukan bahwa perusahaan
dapat menghasilkan keuntungan dari kegiatan operasinya dibandingkan dari tahun
2013 yang mengalami kerugian.
PT CLS Laporan Laba Rugi
31 Desember 2014
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2014 2013 Diff
%
Pendapatan Sewa 2.970.000.000 - 2.970.000.000 100,00% 0,00% 100,00%
Beban Usaha
Beban Penyusutan Aset Tetap 336.778.076 319.833.471 16.944.605 105,30% 100,00% 5,30% Beban Penyusutan Properti Investasi 1.258.012.355 14.985.225 1.243.027.130 8395,02% 100,00% 8295,02%
Beban Gaji 268.492.563 149.163.000 119.329.563 180,00% 100,00% 80,00%
Beban Pajak bumi dan bangunan 158.154.810 161.317.950 (3.163.140) 98,04% 100,00% -1,96% Beban Honorarium tenaga ahli 59.334.750 231.862.500 (172.527.750) 25,59% 100,00% -74,41% Beban Sumbangan dan perjamuan 52.350.000 16.500.000 35.850.000 317,27% 100,00% 217,27% Beban Administrasi dan perijinan 21.459.000 9.735.000 11.724.000 220,43% 100,00% 120,43%
Beban Pajak karyawan 1.191.324 229.575 961.749 518,93% 100,00% 418,93%
Beban Perjalanan 255.000 4.172.018 (3.917.018) 6,11% 100,00% -93,89%
Denda pajak - 14.968.050 (14.968.050) 0,00% 100,00% -100,00%
Beban Lain-lain – Neto 42.264.902 127.275.735 (85.010.834) 33,21% 100,00% -66,79%
Total Beban 2.198.292.779 1.050.042.524 1.148.250.255 209,35% 100,00% 109,35%
Laba (Rugi) Usaha 771.707.222 (1.050.042.524) 1.821.749.745 73,49% -100,00% 173,49%
Penghasilan (Beban) Lain-lain (104.308.025) 3.665.408 (107.973.432) -2845,74% 100,00% -2945,74% Laba (Rugi) Sebelum Manfaat
(Beban) Pajak Penghasilan 667.399.197 (1.046.377.116) 1.713.776.313 63,78% -100,00% 163,78%
Beban Pajak Penghasilan 297.000.000 - 297.000.000 100,00% 0,00% 100,00%
Laba (Rugi) Neto 370.399.197 (1.046.377.116) 1.416.776.313 35,40% -100,00% 135,40%
Pendapatan Komprehensif Lain - - - 0,00% 0,00% 0,00%
Laba (Rugi) Neto Komprehensif 370.399.197 (1.046.377.116) 1.416.776.313 35,40% -100,00% 135,40%
Keterangan Catatan 2014 2013
2.4.1.3 Rasio keuangan terkait Utang dan Modal
Perhitungan rasio keuangan ditujukan untuk mengetahui kondisi keuangan
klien serta melihat laporan dari pengguna laporan keuangan. Berikut disajikan
gambaran kondisi keuangan PT CLS tahun 2014 terkait dengan utang dan modal
sesuai dengan topik pada laporan magang ini yaitu Debt Ratio, Times Interest
Earned, dan Debt to Equity Ratio.
Tabel 2.5 Rasio Keuangan PT CLS Tahun 2013 dan 2014
Sumber : Data klien yang telah diolah kembali
Debt Ratio adalah rasio yang digunakan untuk melihat apakah perusahaan dapat menyelesaikan utang yang dimiliki dengan menggunakan total aset yang
dimiliki. Dari hasil perhitungan rasio dapat dilihat bahwa PT CLS mengalami
penurunan Debt Ratio dari tahun 2013 (116,7%) ke tahun 2014 (108,41%).
Dengan perhitungan rasio diatas PT CLS dapat membayar semua kewajibannya
dengan total aset yang dimiliki apabila kontrak kewajiban telah jatuh tempo.
Times Interest Earned adalah rasio yang digunakan untuk melihat kesanggupan sebuah entitas membayar kewajiban jangka panjang perusahaan dari
segi laporan laba rugi usaha. Dari hasil analisa rasio Times Interest Earned diatas
bahwa PT CLS masih mampu melunaskan semua kewajiban yang dimiliki sesuai
dengan jatuh tempo. PT CLS mempunyai beban bunga pada tahun 2014 yang
telah dikapitalisasi menjadi properti investasi sebesar Rp 3.315.979.167. Total Liabilities 87.877.001.238 50.258.616.288
Total Assets 81.054.274.593 43.065.490.446
EBIT + Interest Expenses 4.123.686.389 (1.050.042.524)
-Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk melunaskan kewajiban jangka panjang dengan
menggunakan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Dari hasil analisa diatas PT
CLS sangat diragukan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya
dikarenakan dari hasil perhitungan laba rugi perusahaan, PT CLS masih
mengalami kerugian walaupun pada tahun 2014 PT CLS sudah menghasilkan
3.1 Utang
3.1.1 Pengertian Utang
Utang merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya entitas yang mengandung manfaat. Utang bisa disebut juga suatu tugas atau
tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara
tertentu. (Akuntansi keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS, Hans
Kartikahadi, Rosita Uli sinaga, dkk, Salemba empat: 2012)
Menurut Firdaus (2013) dalam bukunya Pengantar Akuntansi
mendefinisikan utangsebagai berikut. “Liabilitas adalah hak atau klaim dari para
kreditor atas kekayaan perusahaan.” (hlm. 9)
Menurut Kieso (2011) dalam bukunya Intermediate Accounting
mengemukakan definisi utang sebagai berikut, “Claims against assets—that is,
existing debts and obligations”.
3.1.2 Pengertian Utang Bank
Utang bank dalam istilah secara luas biasa diartikan sebagai kredit atau
kredit bank. Dalam UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Dengan kata lain kredit bank bertujuan untuk menambah modal kerja
sebuah entitas tetapi menimbulkan biaya pinjaman seperti bunga bank yang diatur
didalam PSAK 26.
Dalam PSAK 26 (Revisi 2011) mendefinisikan biaya pinjaman sebagai
bunga atau biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan dengan peminjaman
3.1.3 Pengertian Utang Bunga
Utang bunga adalah beban bunga yang telah dikeluarkan (sudah terjadi),
tetapi belum dibayar pada tanggal neraca. (Jumlah bunga yang harus dibayarkan
tidak termasuk bunga untuk periode waktu yang mengikuti tanggal neraca).
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
249/PMK.05/2012 Pasal 1 Angka 6 menjelaskan utang bunga sebagai berikut,
Utang bunga adalah biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar yang harus
diakui dan dicatat pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari
kewajiban yang berkaitan.
3.1.4 Pengertian Pinjaman dari Pemegang Saham
Utang kepada pemegang saham pada umumnya berasal dari pinjaman
yang diberikan oleh pemegang saham diluar setoran modal. Utang kepada
perusahaan afiliasi dapat berasal dari pinjaman atau dari transaksi-transksi lain,
misalnya pembelian barang atau jasa.
3.2 Pengakuan Utang
Utang diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa pengeluaran
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat
diukur dengan andal.
Lazimnya pengakuan utang berkaitan dengan pengakuan suatu aset atau
beban. Dalam suatu transaksi pembelian kredit atau impor barang, perlu
diperhatikan syarat perikatan jual beli untuk dapat menentukan kapan pengakuan
atas hak milik barang telah pindah, dan kapan utang usaha yang terkait harus
diakui sebagai liabilitas. Pengetahuan dasar hukum perdata dan hukum dagang
khususnya tentang perikatan dan berbagai jenis transaksi jual beli atas barang atau
benda dan jasa perlu dipahami dengan baik. Pengakuan timbulnya suatu aset dan
liabilitas dari sudut akuntansi tentunya harus berdasarkan pada hukum dan
peraturan perundangan yang berlaku, dan tidak mungkin terlepas berdiri sendiri.
Berdasarkan pengertian pengakuan yang dijabarkan diatas, bahwa
pengakuan utang berkaitan dengan pengakuan aset atau beban, maka jurnal yang
• Jurnal saat utang diakui sebagai pengakuan suatu aset :
Dr. Kas xxx
Cr. Pinjaman dari Pemegang Saham xxx
Dr. Kas xxx
Cr. Utang Bank xxx
• Jurnal saat utang diakui sebagai pengakuan suatu beban :
Dr. Beban Bunga Bank xxx
Cr. Utang Bunga Bank xxx
Dr. Beban Pajak Kini xxx
Cr. Utang Pajak xxx
3.3 Pengklasifikasian Utang
Menurut PSAK 1 Revisi 2009 sebuah entitas diwajibkan untuk
menyajikan utang dalam utang jangka pendek dan utang jangka panjang.
A. Kriteria Liabilitas Jangka Pendek menurut PSAK 1
Suatu liabilitas atau kewajiban yang diklasifikasikan sebagai liabilitas
jangka pendek apabila mempunyai kriteria sebagai berikut :
a) Entitas mengharapkan akan menyelesaikan utang tersebut dalam siklus
operasi normalnya. Beberapa utang diharapkan oleh manajemen akan
diselesaikan dalam siklus operasi normal entitas, yang merupakan bagian
dari modal kerja, seperti
• Utang usaha,
• Beban akrual untuk biaya karyawan
• Biaya operasional lainnya.
Termasuk dalam kelompok liabilitas jangka pendek, walaupun jatuh tempo
liabilitas tersebut lebih dari dua belas bulan.
b) Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan. Sama
seperti aset lancar, manajemen mungkin saja memiliki utang dengan tujuan
diperdagangkan, misalnya liabilitas keuangan dalam kelompok tersedia
untuk dijual.
c) Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua
tidak dapat diselesaikan dalam siklus operasi normal entitas, namun jatuh
tempo untuk diselesaikan dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan,
misalnya
• Utang bank yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan,
• Bunga bank,
• Pajak penghasilan terutang
• Utang deviden.
d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
liabilitas selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode
pelaporan. Yang perlu ditekankan dari kriteria ini adalah hak tanpa syarat
untuk menunda penyelesaian liabilitas. Manajemen perlu menganalisis,
apakah pada tanggal laporan, entitas memiliki hak tanpa syarat untuk
menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan
setelah periode pelaporan.
Yang menjadi contoh liabilitas ini adalah:
• Deposito yang dapat dikembalikan (refundable deposito)
• Liabilitas keuangan yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah periode pelaporan
• Ketika entitas melanggar ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang yang menyebabkan liabilitas tersebut harus segera dibayar (
Payable on demand).
B. Klasifikasi Liabilitas Jangka Pendek Sesuai IFRS
Suatu liabilitas, menurut IAS 1, masuk klasifikasi “Jangka Pendek” (atau
Lancar) apabila:
a) Diharapkan bisa dilunasi dalam kurun waktu operasional normal
perusahaan; atau
b) Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal
laporan posisi keuangan; atau
d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
kewajiban selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode
pelaporan.
Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu
liabilitas diklasifikasikan sebagai “liabilitas jangka panjang”. Liabilitas yang
masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain:
a) Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan
dalam operasional normal perusahaan, diantaranya
• Utang Dagang
• Utang Tertulis Jangka Pendek
• Utang Upah dan Gaji Pegawai
• Utang Pajak
• Utang Lain-lain
b) Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
untuk menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan datang, misalnya:
• Pendapatan Diterima Dimuka
• Deposit Dari Pelanggan
• Sewa Diterima Dimuka
c) Kewajiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya:
wesel yang akan segera jatuh tempo.
Lebih jauh lagi, liabilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka pendek
adalah liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi jatuh tempo
untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau
dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya:
• Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan;
• Pinjaman bank;
• Bagian jangka pendek dari laibilitas keuangan jangka panjang;
• Dividen terutang;
Khusus “Liabilitas Keuangan”. IAS 1 mengijinkan perusahaan mengakui
suatu liabilitas keuangan jangka pendek apabila liabilitas tersebut akan jatuh
tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan, meskipun:
• Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan; dan
• Perjanjian untuk pembiayaan kembali atau penjadwalan kembali
pembayaran, atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah
periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan.
C. Klasifikasi Liabilitas Jangka Panjang Sesuai IFRS
Kewajiban-kewajiban yang akan terselesaikan melebihi siklus operasional
normal perusahaan masuk klasifikasi“Liabilitas Jangka Panjang”, antara lain:
• Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal perusahaan berjangka panjang, misalnya:
o Pinjaman bank jangka panjang,
o Obligasi,
o Kewajiban sewa jangka panjang.
o Pinjaman dari pemegang saham
o Utang Bunga
• Kewajiban yang timbul tidak dari opersional normal perusahaan, misalnya:
o Kewajiban premi pensiun,
3.4 Modal
3.4.1 Pengertian Modal
Menurut PSAK 50 Revisi 2010 Ekuitas atau modal adalah setiap kontrak
yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas dikurangi dengan seluruh
liabilitasnya.
Kieso (2011) dalam bukunya Intermediate Accounting menyatakan bahwa
modal sebagai berikut, “Equity is Residual Interest and therefore its value is
derived from the amount of the corporations”.
Meskipun ekuitas didefinisikan sebagai residual (PSAK 50 Revisi 2010),
ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam Laporan Posisi Keuangan. Misalnya,
dalam perseroan terbatas, setoran modal oleh para pemegang saham, saldo labo
(retained earning), penyisihan saldo laba, dan penyisihan penyesuaian
pemeliharaan modal masing-masing disajikan secara terpisah.
Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk kebutuhan untuk
pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan apabila pos tersebut
mengindikasikan pembatasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap
kemampuan entitas untuk membagikan atau menggunakan ekuitas.
3.4.2 Pengklasifikasian Modal
Klasifikasi modal saham dalam neraca harus diungkapkan dengan jelas.
Penyajian modal saham dengan neraca harus mengungkapkan berapa jumlah
modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang ada dalam portofolio.
Selisih antar jumlah yang disetor pemegang saham dengan nominal saham dicatat
sebagai Premium Modal Saham. Nama lain dari akun ini adalah Agio Modal
Saham.
Modal ditempatkan (modal statutair) atau disebut sebagai investasi
pemegang saham (shareholder investment) adalah jumlah modal yang disebut
dalam akte pendirian perseroan dan merupakan jumlah maksimum, atau modal
ditempatkan itu merupakan jumlah total dari dua sumber utama modal para
pemegang saham. Sumber utama modal ditempatkan (modal statutair) adalah
1. Modal yang disetorkan oleh pemegang saham dan pihak-pihak lain yang
disebut dengan modal disetor (paid in capital). Sumber utama modal disetor ini
dari penerbitan saham-saham atau sertifikat saham yang dapat dimiliki oleh
masyarakat. Ada 2 jenis kelas saham yaitu saham biasa dan saham preferen.
Modal yang disetorkan oleh pemegang saham ini dicatat dalam akun yang
terpisah bagi masing-masing jenis/kelas saham, apabila hanya terdapat satu jenis
saham atau satu kelas saham maka akun tersebut diberi nama saham biasa
(common stock) atau modal saham (capital stock).
2. Laba bersih yang ditahan dalam perusahaan, yang dinamakan dengan laba
ditahan (retained earnings). Laba ditahan berasal dari operasi perusahaan. Laba
bersih meningkatkan laba ditahan sementara dividen mengurangi laba ditahan,
jadi laba ditahan mencerminkan laba bersih kumulatif perseroan yang belum
didistribusikan kepada para pemegang saham sebagai dividen.
Saldo Laba ditahan ini tidak boleh diintreprestasikan sebagai kas yang
tersisa setelah dividen dibagikan karena laba yang ditahan dalam bisnis dan
bagian kas dari laba tersebut biasanya digunakan oleh pihak manajemen apabila
perusahaan membutuhkan modal yang lebih banyak untuk memperbaiki atau
memperluas operasi perusahaan.
Namun untuk membedakan laba ditahan yang bebas digunakan dan yang
dibatasi penggunaannya dibuat akun khusus yang diberi nama sesuai dengan
maksud diadakan penyisihan tersebut.
Apabila perusahaan menyisihkan laba ditahan untuk ekspansi perusahaan,
maka akun tersebut diberi nama “penyisihan ekspansi perusahaan”. Apabila dalam
perseroan terdapat akun penyisihan maka laporan laba yang ditahan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
(1) Menjelaskan bagian laba yang ditahan disisihkan, dan
(2) Menjelaskan bagian laba yang penggunaannya tidak dibatasi dan
jumlah dari kedua bagian ini kemudian disajikan dalam neraca.
Berdasarkan pengertian pengklasifikasian modal yang dijabarkan diatas,
bahwa pencatatan jurnal pada pada akun ekuitas terkait dengan penyetoran modal
dan pencatatan laba bersih ditahan (retained earning) oleh perusahaan. Jurnal
• Jurnal penyetoran modal pertama kali oleh investor
Kas/Bank xxx
Modal Saham xxx
• Jurnal Penutup apabila laba ditahan perusahaan memperoleh laba
Pendapatan Usaha xxx
Beban Usaha xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx
Laba ditahan (R/E) xxx
• Jurnal Penutup apabila laba ditahan perusahaan memperoleh rugi
Pendapatan Usaha xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx
Beban Usaha xxx
Laba ditahan (R/E) xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx
3.5 Kerangka Konseptual (Conceptual Framework)
Menurut Kieso (2013), Kerangka konseptual menetapkan konsep-konsep
yang mendasari pelaporan keuangan. Kerangka konseptual adalah sistem yang
koheren konsep-konsep yang mengalir dari tujuan. Tujuan mengidentifikasi
adalah untuk tujuan pelaporan keuangan. Konsep-konsep lain dari kerangka
konseptual, (1) identifikasi batas-batas pelaporan keuangan; (2) memilih transaksi
dan keadaan untuk diwakili; (3) bagaimana laporan keuangan harus diakui dan
diukur; dan (4) bagaimana laporan keuangan harus diringkas dan dilaporkan.
IASB dan FASB sama-sama memiliki kerangka kerja konseptual. IASB’s
conceptual framework dijelaskan dalam dokumen. “Framework for Preparation
and Presentation of Financial Statements.” FASB kerangka konseptual
dikembangkan dalam serangkaian konsep pernyataan, yang umumnya disebut
sebagai konseptual kerangka kerja. IASB dan FASB sedang bekerja sama pada
menyediakan dasar untuk mengembangkan masa depan standar akuntansi. Pada
gambar 3.1 menjelaskan kerangka konseptual, juga disebut sebagai kerangka.
Gambar 3.1 Conceptual Framework
Sumber : Kieso, 2013-diolah kembali
Pada kerangka konseptual diatas menjelaskan bahwa terdapat tiga
tingkatan dalam konsep pelaporan keuangan, yaitu :
1. First Level - Objective of financial reporting merupakan tujuan dari
pelaporan keuangan.
2. Second Level - Qualitative characteristics merupakan tujuan untuk
membuat informasi akuntansi berguna dan unsur-unsur laporan keuangan
(aset,kewajiban, dan seterusnya).
3. Third Level - Recognition, Measurement, and Disclosure merupakan
konsep yang digunakan dalam membangun dan menerapkan standar
akuntansi dan spesifik konsep untuk melaksanakan tujuannya.
Tingkat pertama dari kerangka konseptual menjelaskan tujuan pelaporan
pengukuran, dan pengungkapan. Aspek-aspek dari kerangka membantu untuk
memastikan bahwa pelaporan keuangan mencapai tujuannya. Tujuan dari
pelaporan keuangan yang umum adalah untuk memberikan informasi tentang
entitas pelaporan yang berguna untuk investor terhadap ekuitas, keuangan.
Tingkat kedua dari kerangka konseptual bahwa IASB mengidentifikasi
Qualitative Characteristics of Accounting Information yang membedakan informasi yang lebih baik dari informasi kurang berguna untuk pengambilan
keputusan tujuan. Selain itu, IASB mengidentifikasi kendala tertentu (biaya dan
materialitas) sebagai bagian dari kerangka kerja konseptual.
Tingkat ketiga kerangka terdiri dari konsep-konsep yang menerapkan
tujuan dasar dari tingkat satu. Konsep-konsep ini menjelaskan bagaimana
perusahaan harus mengenali, mengukur, dan laporan keuangan elemen dan
peristiwa. Di sini, kami mengidentifikasi konsep asumsi dasar, prinsip-prinsip dan
kendala. Tidak semua orang menggunakan sistem klasifikasi ini, jadi
memfokuskan perhatian Anda lebih pada pemahaman konsep-konsep daripada
tentang bagaimana kita mengklasifikasikan dan mengatur mereka. Konsep-konsep
ini berfungsi sebagai pedoman dalam merespon isu-isu kontroversial pelaporan
keuangan.
Terdapat lima asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi keuangan
pada tingkat ketiga, yaitu :
Economic Entity Assumption menjelaskan bahwa berarti kegiatan ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit tertentu akuntabilitas. Dengan kata lain, sebuah
perusahaan membuat aktivitas terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan unit
bisnis lainnya.
Going Concern Assumption kebanyakan metode akuntansi mengandalkan
Sebagai harapan bahwa perusahaan dapat terus beroperasi dan memiliki
kelangsungan hidup perusahaan cukup lama untuk memenuhi tujuan dan
komitmen mereka. Asumsi ini mempunyai implikasi yang signifikan. Prinsip
biaya akan kegunaan terbatas jika kita menganggap akhirnya likuidasi. Di bawah
pendekatan likuidasi, sebagai contoh, sebuah perusahaan akan lebih baik
menyatakan nilai aset di nilai wajar dari biaya akuisisi. Jika sebuah perusahaan
mengadopsi pendekatan “Depreciation and amortization policies are justifiable and appropriate only if we assume some permanence to the company”. Pelabelan sesuatu aset lancar atau aset jangka panjang akan sulit untuk diklasfikasi.
Monetary Unit Assumption berarti bahwa uang adalah hal umum dalam kegiatan ekonomi dan menyediakan basis yang tepat untuk akuntansi pengukuran
dan analisis. Unit moneter adalah yang paling efektif untuk mengekspresikan
perubahan pihak yang berkepentingan dalam modal dan pertukaran barang dan
Jasa. “The monetary unit is relevant, simple, universally available, understandable, and useful” penerapan asumsi ini tergantung pada asumsi lebih dasar bahwa data kuantitatif berguna dalam berkomunikasi informasi ekonomi
dan dalam pengambilan keputusan rasional ekonomi.
Periodicity Assumption menyiratkan bahwa sebuah perusahaan dapat membagi kegiatan ekonomi menjadi periode waktu buatan. Periode waktu ini
bervariasi, tetapi yang paling umum bulanan, triwulanan dan tahunan. Semakin
pendek periode waktu, semakin sulit adalah untuk menentukan laba yang tepat
untuk periode. Hasil bulanan biasanya membuktikan kurang dapat diandalkan
dibandingkan hasil Triwulan, dan satu perempat hasilnya cenderung kurang dapat
diandalkan dibandingkan hasil tahun. Investor keinginan dan permintaan bahwa
sebuah perusahaan cepat proses dan menyebarluaskan informasi. Namun semakin
cepat perusahaan rilis informasi, semakin besar kemungkinan informasi ini akan
mencakup kesalahan.
Accrual basis accounting berarti perusahaan mempersiapkan laporan keuangan menggunakan dasar akrual akuntansi. Asumsi ini menjelaskan bahwa
transaksi yang mengubah laporan keuangan Perseroan tercatat dalam periode di
3.6 Pengendalian Internal
3.6.1 Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang
manajemen agar entitas mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur
tersebut disebut sebagai pengendalian, dan secara kolektif membentuk suatu
pengendalian internal. Tiga tujuan umum yang dimiliki manajemen saat
merancang pengendalian internal adalah :
a. Keandalan laporan keuangan. Manajemen bertanggung jawab untuk
menyusun laporan keuangan bagi para investor, kreditor, dan para pengguna
lainnya. Manajemen memiliki tanggung jawab hukum maupun professional
untuk meyakinkan bahwa informasi disajikan dengan wajar sesuai ketentuan
yang berlaku, misalnya PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan).
Tujuan pengendalian internal yang efektif terhadap laporan keuangan adalah
untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan ini.
b. Efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi. Pengendalian dalam suatu
perusahaaan akan mendorong penggunaan sumber daya perusahaan secara
efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran yang dituju perusahaan.
Tujuan pengendalian internal adalah akurasi informasi keuangan dan
non-keuangan mengenai kegiatan operasi perusahaan yang akan digunakan dalam
pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Perusahaan publik, perusahaan
non-publik, maupun organisasi nirlaba diharuskan untuk mematuhi beragam
ketentuan hukum dan peraturan. Beberapa peraturan ada yang terkait dengan
akuntansi secara tidak langsung, misalnya perlindungan terhadap lingkungan
dan hukum hak-hak sipil. Sedangkan yang terkait dengan akuntansi misalnya
peraturan pajak penghasilan.
3.6.2 Komponen Internal Pengendalian COSO
Kerangka pengendalian internal COSO adalah kerangka pengendalian
internal yang paling terkenal di Amerika Serikat. Kerangka ini menjelaskan lima
memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan pengendalian dapat
terpenuhi. Komponen pengendalian internal COSO terdiri dari hal-hal berikut ini :
1) Lingkungan pengendalian. Sub komponen pengendalian internal meliputi:
a. Integritas dan nilai-nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan direksi dan komite audit
d. Filosofi manajemen dan gaya operasi
e. Struktur organisasi
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
2) Pengendalian risiko. Proses penilaian risiko adalah:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi risiko
b. Menilai pentingnya risiko dan kemungkinan terjadinya
c. Menentukan tindakan yang perlu dilakukan untuk menangani risiko
3) Aktivitas pengendalian. Jenis aktivitas pengendalian meliputi:
a. Pemisahan tugas yang memadai
b. Otorisasi transaksi dan aktivitas yang tepat
c. Dokumen dan catatan yang memadai
4) Pengecekan terhadap pekerjaan secara independen
5) Informasi dan komunikasi. Tujuan audit terkait transaksi yang harus
dipenuhi :
a. Kecocokan perincian (Detail tie-in)
b. Keberadaan (Existences)
c. Kelengkapan (Completeness)
d. Akurasi (Accuracy)
e. Klasifikasi (Classification)
f. Pisah batas (Cut off)
g. Hak & Kewajiban (Right & Obligations)
3.7 Teori Audit Secara Umum 3.7.1 Definisi Audit
Menurut Arens (2011), pengauditan adalah akumulasi dan evaluasi
bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi-informasi yang diperoleh dan kriteria-kriteria yang ditetapkan.
Pengauditan harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Dalam mengaudit suatu perusahaan, auditor harus memeriksa segala bukti
yang ada untuk mendukung program audit tersebut. Bukti audit (audit evidence)
dapat ditemukan dalam segala bentuk. Oleh karena itu, auditor harus dapat
menentukan strategi audit yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
audit. Salah satu hal yang paling penting dalam pengauditan adalah bahwa auditor
tersebut haruslah independen untuk menjaga tingkat kepercayaan dan keyakinan
para user dari laporan keuangan.
3.7.2 Jenis Audit
Arens (2011) membagi audit menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Audit operasional (operational auditing)
Audit operasional bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas
dari prosedur operasi di setiap divisi dalam perusahaan. Hasil dari sebuah
operasional audit adalah rekomendasi untuk peningkatan kegiatan operasional.
Cakupan audit operasional tidak hanya terbatas pada divisi akuntansi, tetapi juga
divisi produksi, pemasaran, teknologi informasi, dll. Secara praktik, auditor
operasional lebih mirip konsultan manajemen daripada auditor itu sendiri. Hal ini
disebabkan karena kriteria atau standar audit yang dijunjung adalah standar dari
perusahaan sendiri bukan standar audit laporan keuangan sehingga akan menjadi
subjektif.
2. Audit kepatuhan (compliance auditing)
Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah suatu perusahaan
telah mengikuti, prosedur, peraturan, atau regulasi yang diatur oleh pihak yang
berwenang. Tidak seperti audit laporan keuangan yang akan melaporkan hasil
audit ke user atau BAPEPAM dalam bentuk laporan audit, audit kepatuhan hanya