APBN KITA
(Kinerja dan fakta)
Rata-rata ICP (USD/
Lifting Gas (ribu barrel setara minyak/hari)
dalam pembangunan dan program prioritas pemerintah sebagai berikut: dilakukan secara terukur
410,4 T
Penerbitan/penarikan utang netto (Rupiah)
Realisasi APBN per 30 November 2017
611 km jalan baru
RINGKASAN EKSEKUTIF
PELAKSANAAN APBN-P 2017 TERJAGA:
REALISASI BELANJA SEIMBANG DENGAN PENERIMAAN
Pemulihan ekonomi global dan domestik mendukung pencapaian target
APBN-P 2017. Pulihnya kinerja sektor eksternal dan akselerasi investasi khususnya
percepatan pembangunan infrastruktur dan paket-paket kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2017. Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 tercatat 5,06% (yoy), meningkat dibandingkan dua triwulan terakhir yang masing-masing sebesar 5,01% (yoy). Sementara itu, stabilitas harga dan nilai tukar juga terjaga didukung koordinasi yang baik antara Pemerintah dengan Bank Indonesia melalui pengendalian inflasi volatile food dan menjaga sentimen positif di pasar keuangan domestik. Inflasi tercatat sebesar 2,87% (ytd) per November 2017.
Sementara rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS mencapai Rp13.370 (ytd) per November 2017. Hal ini selanjutnya berimplikasi pada penurunan suku bunga SPN 3 bulan hingga mencapai 4,80%. Searah dengan membaiknya perekonomian global, harga minyak mentah pun meningkat. Rata-rata Indonesian Crude Price
(ICP) hingga November 2017 mencapai US$50,3 per barel. Peningkatan harga ICP diharapkan memberikan insentif terhadap peningkatan lifting minyak dan gas yang hingga September 2017 lalu tercatat masing-masing sebesar 797 ribu barel perhari dan 1,12 juta barel setara minyak perhari.
Pemerintah optimis realisasi belanja APBN-P 2017 dapat dioptimalkan.
Realisasi belanja sampai dengan 30 November 2017 tercatat Rp1.749,5
4
trilun atau 83
% dari outlook APBN-P 2017. Penyerapan belanja ini tumbuh 8,6% atau lebih tinggi dari realisasi periode yang sama pada tahun 2016 sebesar 5,8%. Belanja tersebut sebagian diantaranya diwujudkan dalam pembangunan dan program prioritas pemerintah sebagai berikut:1. 16,4 juta siswa telah mendapatkan manfaat penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP);
2. 7,5 juta siswa telah menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS);
3. 1,2 juta keluarga penerima manfaat telah menerima Bantuan Pangan Non Tunai;
4. 364,4 ribu mahasiswa telah mendapatkan dana dari program Bidik Misi;
5. 91,7 juta masyarakat telah mendapatkan manfaat dari program JKN-KIS;
6. 5,99 juta keluarga penerima manfaat telah menerima penyaluran PKH;
8. Pembangunan dan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan alat material khusus (almatsus), seperti Alat Apung, Kapal Perang RI, Kapal Latih, dan Kendaraan Tempur/Kendaraan Taktis, yang tersebar di Kemenhan dan Polri;
9. Jalan baru yang telah dibangun sepanjang 611 km, jalan tol 24,5 km, dan jembatan 6.110 m;
10. 3 bandara siap dioperasikan, yakni di Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat. Sedangkan 8 bandara lainnya sedang dalam pembangunan.
Realisasi belanja pemerintah pusat seimbang dengan capaian penerimaan APBN.
Pendapatan negara, yang terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), sampai dengan 30 November 2017 tumbuh 6% dibandingkan tahun lalu dan telah terkumpul Rp1.391,8 triliun. Realisasi penerimaan negara tersebut berasal dari setoran perpajakan
Rp1.125,1 triliun
dan sisanya Rp266,7 triliun merupakan setoran PNBP yang melebihi target APBNP 2017 (102,5% dengan pertumbuhan 22,1%). Penerimaan pajak dalam negeri hingga November 2017 mencapai Rp1.090,6 triliun atau 75,9% dari target APBN-P 2017 ditunjang pertumbuhan positif di hampir semua jenis pajak. Total penerimaan PPh non Migas sampai 30 November 2017 mencapai Rp514,1 triliun. Jika dibandingkan tahun sebelumnya periode yang sama maka pertumbuhan diluar tax amnesty sebesar 8,32%. Dampak tax amnesty juga terlihat dengan tingginya pertumbuhan pada segmen PPh Orang Pribadi peserta Amnesti Pajak yang telah melampaui penerimaan 2016. Kenaikan harga minyak dunia berdampak positif terhadap kenaikan PPh Migas yang realisasinya telah mencapai 113%. Sementara itu, di sisi penerimaan Bea dan Cukai sampai dengan November 2017 terealisasi sebesar Rp141,6 triliun atau 74,8
% dari target APBN-P 2017. Penerimaan ini terdiri dari penerimaan bea masuk dan bea keluar sebesar Rp34,5 triliun dan penerimaan cukai sebesar Rp107,1 triliun. Kenaikan bea masuk bersumber dari meningkatnya impor bahan baku dan bahan penolong seiring dengan pemulihan ekonomi domestik. Sementara, bea keluar juga meningkat melampaui target didorong oleh kenaikan harga CPO dan ekspor beberapa komoditas utama.Realisasi Pembiayaan Pemerintah dilakukan secara terukur. Hingga
bulan November 2017, Pemerintah telah merealisasikan
pembiayaan
utang nettosebesar Rp41
5
,0
triliun (97,2% dari targetoutlook
APBNP)
atausecara gross
mencapai Rp740,9 triliun
, searah dengan grossu
tang untuk membiayai
defisit 2,67% dari PDB. Realisasi pembiayaanutang gross tersebut bersumber dari
:1. Pembiayaan APBNP yang berasal dari penerbitan Surat
Utang
Negara berjumlah Rp516,4
triliunyang
digunakan untuk mendukung pembiayaan belanja prioritas APBN seperti belanja modal, transfer ke Daerah dan Dana Desa, serta pembangunan sumber daya manusia melaluianggaran
pendidikan dan kesehatan.3. Realisasi pembiayaan APBNP melalui penarikan pinjaman sebesar Rp32 triliun yang antara lain digunakan untuk melanjutkan pembangunan jalan bypass di Padang dan perluasan jalan tol Cisumdawu fase 1.
Selanjutnya, pembiayaan investasi sampai dengan November 2017 tercatat sebesar Rp6 triliun dari Rp
59,73
triliun yang dialokasikan pada APBN-P 2017 dengan tujuan diantaranya sebagai berikut:1. Pembangunan 78 Proyek Strategis Nasional terdiri dari 43 ruas tol, 1 pelabuhan, 6 infrastruktur kereta api, dan 27 bendungan, yang pengadaan tanahnya dibiayai Pemerintah melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
2. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp1,5 triliun dengan target kredit kepemilikan rumah (KPR) masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebanyak 40.000 unit.
3. Proyek-proyek infrastruktur strategis nasional, proyek prioritas, atau Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) antara lain proyek Palapa Ring Paket Tengah dan Timur dan pembiayaan proyek jalan tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar.
Secara umum, pelaksanaan APBN-P 2017 berada pada jalur yang tepat. Pemulihan
ekonomi yang terus berlanjut di tengah stabilitas makroekonomi yang terjaga
meningkatkan optimisme pencapaian kebijakan iskal pada tahun 2017. Pemerintah akan terus berupaya menjaga sustainabilitas iskal dengan tetap memantau dan
REalisasi APBNP 2017
5.03%
Pertumbuhan ekonomi sampai kuartal III 2017
Kondisi Ekonomi Membaik, Realisasi APBN 2017 Terjaga
M
ulai membaiknya kinerja pertumbuhan ekonomi negaramaju seperti Amerika Serikat, Jepang, serta di Kawasan Eropa turut mendorong meningkatnya permintaan global dan memberikan dampak positif terhadap kinerja
Perekonomian. Sejak kuartal IV 2014 hingga kuartal III 2016,
pertumbuhan ekspor mengalami kontraksi, namun sejak kuartal IV 2016 hingga kuartal III 2017, kinerja ekspor kembali mencatat pertumbuhan positif. Membaiknya kondisi ekonomi mitra-mitra dagang utama Indonesia, serta perbaikan harga komoditas di pasar global turut menjadi faktor meningkatnya kinerja ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekspor secara kumulatif (Januari – Oktober 2017) tumbuh sebesar 17,6 persen dengan nilai total USD138,5 miliar, dan diperkirakan akan tetap tinggi sampai dengan akhir tahun 2017. Peningkatan kinerja ekspor serta membaiknya harga komoditas akan berpengaruh positif terhadap pencapaian target penerimaan negara, khususnya penerimaan perpajakan dari sektor-sektor yang berorientasi ekspor serta Penerimaan Negara bukan Pajak.
Setelah mengalami tren penurunan sejak 2012 dan mencapai titik terendah di 2015, pertumbuhan ekonomi dalam negeri
mulai mengalami perbaikan. Di tahun 2017, pertumbuhan
ekonomi meningkat dari 5,01 persen (yoy) di kuartal I menjadi 5,06 persen (yoy) di kuartal III. Secara kumulatif dari triwulan I sampai triwulan III
2017
, perekonomian nasional tumbuh sebesar 5,03 persen (ytd). Sumber kenaikan pertumbuhan ekonomi di 2017 terutama bertumpu pada perbaikan kinerja investasi dan ekspor. Sepanjang tahun 2017, pertumbuhan investasi (PMTB) mengalami peningkatan yang antara lain didorong oleh percepatan pembangunan infrastruktur dan paket-paket kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah. Peningkatan investasi tersebut juga ditunjukan oleh peningkatan pertumbuhan sektor konstruksi, serta PMA maupun PMDN yang terus meningkat.Dari sisi stabilitas, perekonomian Indonesia mencatat kinerja yang sangat baik, terutama tercermin pada stabilitas tingkat harga dan nilai tukar. Hingga akhir November
tahun 2017, tingkat inlasi dapat dijaga pada kisaran 2,87
persen (ytd) dan 3,30 persen (yoy). Stabilitas inflasi yang cukup rendah tersebut terutama didorong oleh penurunan yang cukup signifikan pada komponen inflasi komponen bergejolak (volatile food) yang pada
periode sebelumnya menjadi faktor penting terhadap gejolak inflasi. Pada saat yang sama, komponen inflasi inti juga dapat dijaga stabil pada kisaran 3 persen. Keberhasilan menjaga inlasi ini t idak terlepas d ari s emakin kuatnya koordinasi kebijakan moneter, fiskal dan sektor riil dalam menjaga stabilitas harga, melalui
kegiatan monitoring, menjaga pasokan, dan upaya menanggulangi praktek
-praktek kurang sehat di pasar.
Sampai akhir bulan November 2017, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap
Dollar AS mencapai Rp13.370/US$. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2017 antara lain kinerja perekonomian nasional yang relatif baik didukung oleh terjaganya tingkat inflasi, positifnya neraca pembayaran, terkendalinya defisit transaksi berjalan, dan peningkatan sovereign rating ke investment grade (BBB-) oleh S&P yang berdampak positif bagi arus modal asing ke dalam negeri. Sementara dari sisi eksternal kebijakan normalisasi The Fed, rebalancing ekonomi Tiongkok, dan ketidakpastian permasalahan geopolitik turut berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Sejalan dengan stabilitas inflasi pada tingkat yang rendah dan pergerakan nilai tukar yang cukup stabil suku bunga dalam negeri turut mengalami tren menurun, termasuk suku bunga SPN 3 bulan. Hingga akhir November 2017
s
uku bunga SPN 3 bulan mencapai 4,80
persen.76.4%
Penerimaan perpajakan sampai dengan
November 2017.
S
ampai dengan November 2017, Penerimaan Perpajakan telah mencapai Rp1.125,1T atau sekitar 76,4% dari target APBNP 2017 dengan pertumbuhan yoy sebesar 2,8%, lebih tinggi dibandingkan penerimaan pada November 2016. Pencapaian seluruh jenis pajak (yoy) menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Penerimaan PPN & PPnBM tumbuh 15,2%, PPh Migas tumbuh 48,6%, Cukai tumbuh 4,2%, Bea Keluar tumbuh 30,7% dan Bea Masuk tumbuh 9,2%.Beberapa jenis pajak yang tumbuh cukup kuat di antaranya adalah PPh Badan, PPh Orang Pribadi, PPN Dalam Negeri, dan PPh Final 1% (PP 46/2013). Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi di segmen PPh Orang Pribadi sehingga secara nominal penerimaan di segmen ini sudah melampaui realisasi setahun 2016. Peningkatan penerimaan ini terutama terjadi pada segmen pembayar pajak orang pribadi peserta Amnesti Pajak.
Pertumbuhan yang tinggi juga terjadi di segmen PPh Final bagi Wajib Pajak dengan Penghasilan Bruto Tertentu (PPh Final 1%). Hal ini mengindikasikan semakin meningkatnya kontribusi sektor UMKM dan adanya perkembangan yang sehat di sektor ini.
Demikian halnya dengan PPN/PPnBM. Penerimaan PPN/ PPnBM mengalami peningkatan sejalan dengan naiknya kinerja konsumsi domestik. Indikator pendukung meningkatnya konsumsi antara lain naiknya penjualan listrik dan mobil, meningkatnya uang beredar, dan belanja pegawai. Sementara itu, penerimaan PPh
Migas mengalami pertumbuhan yang signiikan, bahkan melebihi
target dalam APBNP 2017, seiring dengan membaiknya harga komoditas dan harga ICP (Indonesian Crude Oil). Kenaikan harga ICP antara lain disebabkan gangguan geopolitik di Irak Utara yang mengganggu kapasitas ekspor minyak mentah Irak.
16.59%
Pertumbuhan secara agregat seluruh sektor utama.Secara sektoral, sampai dengan November 2017 terdapat 5 sektor yang menyumbang penerimaan pajak terbesar berturut-turut yaitu sektor
m
anufaktur, perdagangan, jasa keuangan, konstruksi, dan pertambangan. Kelima sektor utama tersebut berkontribusi sebesar 76% dari total penerimaan pajak 2017. Seluruh sektor utama tumbuh positif, secara agregat mencapai 16,59%. Pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh sektor Pertambangan yang tumbuh 33,8% seiring dengan membaiknya harga komoditas tambang. Sementara itu, 2 sektor terbesar yaitu Industri Pengolahan (manufaktur) dan Perdagangan tumbuh positif masing-masing sebesar 17,12% dan 21,54%.Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan memberikan indikasi yang positif terhadap kondisi perekonomian secara umum. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan penerimaan pajak yang sifatnya transaksional (aktivitas tahun berjalan) seperti PPN Impor, PPh Pasal 22 Impor, dan PPN Dalam Negeri (Masa).
Khusus untuk sektor Perdagangan, pertumbuhan yang cukup
signiikan juga terjadi pada jenis pembayaran PPh Final 1%.
Pertambangan. Hampir seluruh sub-sektor pertambangan tumbu
h
signifikan, khususnya sektor batu bara yang tumbuh hingga 71,26%.Selain penerimaan dari pajak, penerimaan
perpajakan
berupa kepabeanan dan cukai juga berkontribusi terhadap pendapatan negara. Penerimaan kepabeanan dan cukai sampai dengan November 2017 adalah Rp141,6T atau 74,8% dari target APBNP 2017 sebesar Rp189,1T. Capaian penerimaan ini tumbuh 5,8% dibanding periode yang sama tahun 2016 (yoy). Penerimaan kepabeanan dan cukai didominasi oleh penerimaan dari cukai, dimana porsi terbesar cukai berasal dari penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) yaitu 78% dari total penerimaan cukai.P
enerimaan cukai sampai dengan November 2017 mencapai Rp107,1T atau69,9
% dari target APBNP dengan peningkatan 4,2% dibanding tahun 2016 (yoy). Tarif cukai rokok yang naik rata-rata 10,54%, telah mempengaruhi penerimaan cukai tahun ini walaupun terjadi penurunan produksi rokok, terutama perusahaan rokok Golongan Iyang
turun sebesar 0,99% dibanding tahun 2016 (yoy). Hal tersebut mengindikasikan bahwa para pengusaha rokok mulai menyesuaikan atau merubah cara pandangnya yaitu dengan lebih mengefisienkan produksi ketimbang memperbanyak hasil produksinya. Selain itu, kesadaran masyarakat yang semakin meningkat akan kesehatan dan bahaya merokok akibat gencarnya kampanye kesehatan pemerintah dan LSM, menjadi salah satu penyebab penurunan permintaan rokok.Kontributor penerimaan kepabeanan dan cukai lainnya disumbang oleh penerimaan bea masuk (BM) yang hingga November 2017 telah mencapai Rp31T atau 93,1% dari target APBNP 2017 atau tumbuh 9,2%. Capaian penerimaan BM salah salah satunya dipengaruhi devisa impor yang mencapai USD119,6 M atau tumbuh 17,23%. Importasi bahan baku dan bahan baku penolong masih menjadi penyumbang pertumbuhan devisa terbesar (10,4%), disusul barang modal (2,9%) dan barang konsumsi (3,9%). Tingginya importasi bahan baku dan penolong menjadi sinyal positif bahwa geliat industri dalam negeri akan terus berlanjut.
Sementara itu, penerimaan bea keluar (BK) telah berhasil melampaui target APBN-P 2017 sebesar Rp2,7T, yaitu sebesar Rp3,5T atau sekitar 129,3% pada November 2017 dan mengalami kenaikan 30,7% dibanding
realisasi
tahun 2016 (yoy). Kinerja BK ini utamanya dipengaruhi oleh tambahan penerimaan (windfall) BK sebesar Rp390 miliar sebagai akibat dari kenaikan harga CPO dunia di kuartalI
tahun 2017 yang melebihi harga patokan ekspor bea keluar sebesar USD 750. Komoditas CPO sendiri telah menyumbang Rp543,2 miliar untuk penerimaan BK sampai dengan November 2017. Kemudian PT. Freeport yang memaksimalkan perpanjangan ijin ekspornya dengan sumbangan BK sebesar Rp150 miliar, sertaPenerimaan Cukai Sampai November
69,9
% APBNP 2017
69,9%
R
ealisasi Belanja Negara sampai dengan 30 November 2017 telah mencapai Rp1.749,5 triliun (83% dari outlook APBNP). Realisasi ini terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.049,7 (78
,
2
%) dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp69
9,7 triliun (92,6%).Realisasi tahun 2017 sampai dengan 30 November 2017 tersebut terdiri dari Belanja K/L Rp 595,2 triliun (77,4 % dari outlook APBNP 2017) dan Belanja non K/L Rp 454,5 triliun (79,2 % dari outlook APBNP 2017). Realisasi Belanja non K/L tahun 2017 diantaranya terdiri dari: pembayaran bunga utang sebesar Rp210,5 triliun, subsidi sebesar Rp 130,7 triliun, dan belanja lain-lain sebesar Rp 8,0 triliun.
Penyerapan Belanja Kementerian Negara/Lembaga tumbuh 8,6 % atau lebih tinggi dari realisasi periode yang sama 2016 sebesar 1,8 %. Realisasi belanja bantuan sosial terus membaik dan mencapai 92,4 % dari outlooknya, terutama terkait dengan penyaluran premi kesehatan selama 9 bulan, dan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk 6 juta keluarga penerima manfaat
Belanja Kementerian Negara/Lembaga sampai dengan 30 November 2017 mencapai Rp 595.218,1 miliar atau 77,4 persen dari outlook APBNP tahun 2017. Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat penyerapan tersebut antara lain: (1) percepatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan (2) pencairan berbagai program perlindungan sosial (KIP, KIS, dan PKH). Tingkat penyerapan belanja K/L sampai dengan November 2017 secara nominal lebih tinggi, namun presentase penyerapan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat penyerapan 2016 (setelah penghematan tahap 2).
Realisasi Belanja Negara Capai Rp1.749,5 triliun Memacu
Ekonomi Domestik
8
3
%
Selanjutnya, untuk capaian output atas pelaksanaan anggaran di beberapa K/L sampai dengan bulan November 2017 dapat dilihat sebagai berikut:
1. Jalan baru yang telah dibangun sepanjang 611 km, jalan tol 24,5 km, dan jembatan 6.110 m (KemenPUPR);
2. 3 bandara siap dioperasikan, yakni di Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat. Sedangkan 8 bandara lainnya sedang dalam pembangunan (Kemenhub);
3. 16,4 juta siswa telah mendapatkan manfaat penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP) (Kemendikbud & Kemenag);
4. 7,5 juta siswa telah menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) (Kemenag);
5. 1,2 juta keluarga penerima manfaat telah menerima Bantuan Pangan Non Tunai (Kemensos);
6. 364,4 ribu mahasiswa telah mendapatkan dana dari program Bidik Misi (Kemenag & Kemenristekdikti);
7. Masyarakat yang mendapatkan manfaat dari program JKN-KIS sebanyak 91,7 juta (Kemenkes);
8. Penyaluran PKH untuk 5,99 juta keluarga penerima manfaat; 9. Pembangunan dan pengadaan alat utama sistem persenjataan
(alutsista) dan Almatsus, seperti Alat Apung, Kapal Perang RI, Kapal Latih, dan Kendaraan Tempur/Kendaraan Taktis, yang tersebar di Kemenhan dan Polri.
R
ealisasi penyaluran Dana Transfer Umum (dana yang bebas penggunaannya) sampai November 2017 mencapai Rp468,8triliun (94,9%). Dari penyaluran DTU tersebut 25% diarahkan untuk membiayai belanja infrastruktur publik.
Sampai dengan November 2017, dari total 536 daerah yang sudah menyampaikan laporan belanja infrastruktur, sebanyak 229 daerah sudah menganggarkan minimal 25% Dana Transfer Umum untuk belanja infrastruktur.
DAK Fisik dialokasikan dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus, terutama dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat, yang selaras dengan prioritas nasional yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Berdasarkan hasil monitoring, diperoleh data realisasi penyaluran tertinggi pada bidang Jalan, bidang Pendidikan, dan bidang Sanitasi yaitu masing-masing telah mencapai 79% dari pagu, sedangkan yang terendah adalah bidang Energi Skala Kecil yang baru mencapai 59%. Apabila dilihat dari nominal penyaluran, maka bidang Jalan merupakan yang tertinggi yaitu Rp15,6T.
Penyaluran DAK Non fisik bidang Pendidikan sampai 30
Penyaluran DAK Nonisik Bidang Pendidikan sampai dengan
30 November 2017 diharapkan dapat membantu:
a. meringankan beban biaya pendidikan bagi 46,61 juta siswa (SD/SMP/SMA/SMK) selama 9 bulan
b. meringankan beban biaya masyarakat atas pendidikan usia dini bagi 5,59 juta peserta didik untuk 12 bulan c. meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja 1,7 juta guru
PNSD untuk 9 bulan serta memberikan kompensasi atas kesulitan hidup 41 ribu guru dalam melaksanakan tugas di daerah khusus untuk 9 bulan
Penyaluran DAK Nonisik Bidang Kesehatan yakni BOK dan
BOKB diharapkan dapat meringankan beban biaya pelayanan kesehatan di 9,7 ribu Puskesmas dan 4,8 ribu Balai Penyuluhan KB untuk 6 bulan.
Penyaluran DAK Nonisik Kependudukan dan Ekonomi
diharapkan dapat menjamin keberlanjutan Sistem Administrasi Kependudukan di 542 daerah dan meningkatkan kapasitas 25,0 ribu SDM koperasi dan UKM.
D
ana Insentif Daerah (DID) dialokasikan dengan tujuan untuk memberikan penghargaan atas pencapaian kinerja tertentu. Pagu DID Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp7,5 triliun telah disalurkan 100%.Daerah yang mendapatkan DID tahun 2017 sebanyak 317 daerah yang terdiri dari 21 Provinsi, 64 Kota, dan 232 kabupaten. DID digunakan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah. Berdasarkan laporan sementara yang diterima, DID sebagian besar digunakan untuk urusan pekerjaan umum dan penataan ruang, urusan kesehatan, dan urusan pendidikan.
Dana Insentif Daerah Telah Disalurkan 100%
100%
D
ana Desa dianggarkan Rp60 T(outlook Rp58,2 T)
yang
dialokasikan ke 74.510 desa dari 434 Kabupaten/kota di Indonesia. Pengalokasian Dana Desa dilakukan dengan mempertimbangkan Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk Miskin, Luas Wilayah, dan Indeks Kemahalan Konstruksi. Sampai dengan tanggal 30 November 2017, telah dilakukan penyaluran dari RKUN ke RKUD sebesar Rp54,9
7T atau 94,5
% dari total Dana Desa. Saat ini masih terdapat sisa pagu Dana Desa di RKUN sebesar Rp5,53 T atau 9,22%.D
alam APBNP 2017, DPR memberikan kewenangan bagiPemerintah untuk menutup deisit melalui pembiayaan
dengan instrumen utang sebesar Rp461,3 triliun. Untuk memenuhi tersebut hingga akhir bulan November 2017 telah tercapai 89,8%
Peran surat berharga negara dalam pembiayaan infrastruktur secara nyata dapat dilihat dari berbagai proyek yang dibiayai melalui penerbitan Sukuk. Melalui Sukuk, khususnya Project Based Sukuk, realisasi hingga akhir November 2017 mencapai Rp1
1,6
Triliun. Terdapat tiga kementerian yang mendapatkan alokasiRp16,8 Triliun
di tahun 2017 yakni
Kementerian Agama, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Perhubungan. Untuk Kementerian Agama telah dilaksanakan pembangunan/ pengembangan asrama haji.Pembangunan ini
berjalan sebanyak sebelas asrama haji dari rencana tiga belas asrama haji. Calon haji diharapkan dapat tertangani dengan baik melalui adanya pengembangan asrama haji ini.Sementara untuk Kementerian PUPR, telah dilakukan sejumlah pembangunan infrastruktur seperti jalan layang, jalan tol serta infrastruktur pengendalian banjir yang akan membawa dampak positif bagi masyarakat, mengingat jalan layang/lyover/underpass s erta j alan t ol d iharapkan akan mengurangi kemacetan lalu lintas dan mempercepat mobilitas dari satu daerah ke daerah lainnya. Sementara itu, pengendali banjir diharapkan dapat berdampak pada berkurangnya daerah yang rawan bencana banjir. Dari Kementerian Perhubungan juga telah memanfaatkan pembiayaan untuk membangun jalur kereta api double-double track serta jalur elevated. Ribuan calon penumpang dapat terangkut dengan cepat melalui adanya double-double track
karena jadwal kereta akan lebih pasti tanpa harus terjadi penggunaan jalur secara bergantian.
Pada saat yang sama, pemerintah berkomitmen tinggi
antara lain
Pemerintah telah Salurkan Dana Desa Rp 54,
9
7
triliun Untuk Pacu Ekonomi Desa
94.5%
Persentase penyaluran RKUN ke RKUD dari total Dana Desa
Pembiayaan Negara Melalui SUKUK Untuk Membiayai
Infrastruktur
89.8%
Rp60,36 triliun pada APBN-P TA 2017 untuk pembiayaan investasi. Porsi terbesar pembiayaan investasi dialokasikan pada Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) sebesar Rp32,05 triliun atau sekitar 53,1% dari total investasi.
Alokasi tersebut ditujukan untuk pendanaan pengadaan tanah Proyek Strategis Nasional (PSN) seperti proyek infrastruktur jalan tol, perkeretaapian, pelabuhan, dan bendungan. Tahun sebelumnya, Pemerintah telah mencairkan Rp16 triliun untuk 27 proyek yaitu 5 ruas tol Trans Sumatera, 9 ruas tol Trans Jawa, 2 ruas tol non-Trans Jawa, 9 ruas tol Jabodetabek, dan 2 ruas lain-lain. Sedangkan pada tahun 2017 terdapat 78 Proyek Strategis Nasional (infrastruktur jalan tol, infrastruktur perkeretaapian, dan infrastruktur bendungan) yang dibiayai Pemerintah meliputi 43 ruas tol, 1 pelabuhan, 6 infrastruktur kereta api, dan 27 bendungan dengan menelan dana sekitar Rp32,05 triliun.
Alokasi APBN Rp32,05 triliun pada LMAN memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Proyek jalan tol dapat mendukung pencapaian sasaran pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km pada tahun 2019 sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun multiplier effect dari meningkatnya konektivitas dan aksesibilitas. Proyek transportasi untuk menurunkan biaya logistik dan mendorong
efisiensi waktu tempuh dan mendukung pencapaian pembangunan jalur Kereta Api sepanjang 3,258 km pada tahun 2019, untuk peningkatan pangsa muatan angkutan barang kereta api minimal 5% dan angkutan penumpang 7,5%. Alokasi investasi sektor infrastruktur lainnya adalah Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BUMN PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar Rp2 triliun. Alokasi tersebut untuk mendukung PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam rangka penugasan penyelenggaraan operasional prasarana dan sarana Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). Proyek LRT mengacu kepada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 49 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/LRT Terintegrasi di wilayah Jabodebek. Hal ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk meyakinkan bahwa PT KAI (Persero) mendapatkan kecukupan ekuitas untuk me-leverage pendanaan pinjaman.
Pemerintah juga mengalokasikan anggaran kewajiban penjaminan sektor infrastruktur sebesar Rp1.005,4
miliar
dengan rincian Rp802,4 miliar untuk mendukung penugasan percepatan pembangunan infrastruktur nasional dan Rp203 miliar untuk penugasan penyediaan pembiayaan infrastruktur daerah kepada BUMN. Percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batu bara (Proyek 10.000 MW Tahap 1), penyediaan air minum sesuai amanat Perpres nomor 29 tahun 2009, kerjasama pemerintah dengan badan usaha melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI), percepatan pembangunan jalan tol di Sumatera sebagaimana amanat Perpres nomor 38 tahun 2015, dan pembiayaan infrastruktur melalui pinjaman langsung dari Lembaga Keuangan Internasional kepada BUMN merupakan program pembangunan infrastruktur nasional yang dijamin oleh Pemerintah.Sarana Multi Infrastruktur (Persero)/PT SMI dan Rp1 triliun pada PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia/PT PII. PMN kepada PT SMI (Persero) ditujukan untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur strategis nasional, proyek prioritas, atau Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) melalui pembiayaan, jasa konsultasi, maupun penyiapan proyek, antara lain penyiapan proyek Palapa Ring Paket Tengah dan Timur dan pembiayaan proyek jalan tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar.
Tak kalah penting adalah PMN untuk PT PII yang dapat mengurangi eksposur langsung APBN terhadap klaim. Dalam kalkulasinya, semakin panjang jumlah pembayaran bulanan (monthly payment) sebagaimana dilakukan pada Proyek Palapa Ring yang dijamin Perseroan, maka semakin jauh kemungkinan terjadinya terminasi pembayaran oleh pemerintah, sehingga eksposur pemerintah untuk melakukan terminasi akan lebih remote dan kelangsungan telekomunikasi akan lebih terjamin. Penambahan PMN pada PT PII juga akan meningkatkan kapasitas penjaminan dan leverage kemampuan keuangan PT PII untuk melakukan penjaminan atas Proyek skema KPBU seperti Jalan Tol yang akan dimulai pembangunannya pada tahun 2017 ini.
Dalam rangka mendukung program satu juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), Pemerintah juga berkomitmen untuk mengalokasikan investasi bagi infrastruktur perumahan. Hal tersebut ditunjukkan dengan alokasi dana bergulir pada BLU Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) sebesar Rp3,1 triliun dan alokasi PMN sebesar Rp1 triliun pada PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)/PT SMF. Alokasi dana bergulir pada BLU PPDPP digunakan untuk mendanai program FLPP dengan target kredit pemilikan rumah (KPR) MBR dalam bentuk KPR Sejahtera dengan target output sebanyak 40.000 unit. Sedangkan PMN kepada PT SMF (Persero) dalam APBN tahun 2017 akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan. Dengan demikian, PT SMF dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia fasilitas likuiditas (liquidity facility) dalam mendukung terselenggaranya penyaluran KPR-FLPP Kementerian Perumahan Rakyat, beberapa fungsi yang dilaksanakan PT SMF antara lain penyediaan likuiditas bagi penyalur KPR yang menjalankan program Pemerintah dan dukungan penurunan porsi/beban Pemerintah dalam KPR FLPP dan Program Subsidi Selisih Bunga (SSB).