• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Metode Suksesif Interval (MSI) dalam Mengubah Data Ordinal Menjadi Interval dan Dampaknya Terhadap Distribusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Metode Suksesif Interval (MSI) dalam Mengubah Data Ordinal Menjadi Interval dan Dampaknya Terhadap Distribusi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Data

Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi

yang diterima yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk

lisan dan tulisan lainnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam

memperoleh data, diantaranya data yang diperoleh secara langsung (primer), dan

data yang diperoleh secara tidak langsung (sekunder). Koleksi data merupakan

tahapan yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian, karena hanya dengan

mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung dengan

baik.

2.2 Data Acak Atau Data Tunggal

Data acak atau tunggal adalah data yang belum tersusun atau dikelompokkan ke

dalam kelas-kelas interval.

2.3 Data Berkelompok

Data berkelompok adalah data yang sudah tersusun atau dikelompokkan dalam

kelas-kelas interval. Data kelompok disusun dalam bentuk distribusi frekuensi

(2)

2.4 Data Diskrit

Data diskrit, data kategorik, atau data nominal. Data ini merupakan hasil

perhitungan, sehingga tidak dijumpai bilangan pecahan. Data diskrit adalah data

yang paling sederhana yang disusun menurut jenisnya atau kategorinya.

2.5 Data Kontinu

Data kontinu terdiri atas tiga macam data yaitu: data ordinal, data interval, dan

data rasio. Data ordinal adalah data yang sudah diurutkan dari jenjang yang paling

rendah sampai ke jenjang yang paling tinggi, atau sebaliknya tergantung

peringkat. Data interval mempunyai sifat-sifat nominal dari data ordinal, dan sifat

tambahan lainnya yaitu mempunyai nol mutlak, akibatnya terdapat skala interval

yang sama jaraknya. Data rasio mengandung sifat-sifat interval, dan selain itu

sudah mempunyai nilai nol mutlak.

2.6 Skala Pengukuran Data

Skala pengukuran data merupakan prosedur pemberian angka pada suatu objek

agar dapat menyatakan karakteristik dari objek tersebut. Ada empat tipe skala

pengukuran data dalam penelitian, yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio.

2.7 Skala Nominal

Skala nominal adalah suatu skala yang diberikan pada suatu objek atau kategori

yang tidak menggambarkan kedudukan objek atau kategori tersebut terhadap

objek atau kategori lainnya, tetapi hanya sekedar label atau kode saja. Skala ini

hanya mengelompokkan objek atau kategori ke dalam kelompok tertentu.

Sebagai contoh, mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area

(3)

sebagai simbol. Skala pengukuran data nominal digunakan dalam statistika

nonparametrik. Hasil analisis dipresentasikan dalam bentuk persentase. Sebagai

contoh, dalam mengklasifikasikan variabel jenis kelamin menjadi seperti berikut:

laki-laki diberikan simbol angka 1 dan wanita diberikan simbol angka 2. Operasi

aritmetika tidak dapat dilakukan dengan angka tersebut karena

angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan atau ketiadaan karakteristik

tertentu.

2.8 Skala Ordinal

Skala pengukuran ordinal merupakan skala pengukuran yang memberikan

informasi tentang jumlah relatif karakteristik yang berbeda yang dimiliki oleh

objek atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala

nominal yang ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan

informasi apakah suatu objek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang, tetapi

bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya. Dalam skala ordinal tidak

dapat dilakukan operasi aritmetika, seperti menjumlah, mengurangi, mengalikan,

membagi, dan merata-ratakan angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut

hanya menunjukkan keberadaan atau ketiadaan karakteristik tertentu.

Sebagai contoh, jawaban dari suatu pertanyaan berupa peringkat, misalnya

sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju, dapat diberi

simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5. Angka-angka tersebut hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah. Misalnya dalam pertanyaan “Apakah saudara setuju dengan kenaikan tarif tiket pesawat terbang?”. Jawaban: a. sangat tidak setuju, b. tidak setuju, c. ragu-ragu, d. setuju, e. setuju sekali. Jika

(4)

2.9 Skala Interval

Skala interval memiliki karakteristik yang sama seperti yang dimiliki oleh skala

nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu interval yang tetap.

Dengan demikian, seorang peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik

antara satu individu atau objek dengan yang lainnya. Skala pengukuran interval

benar-benar merupakan angka sehingga operasi aritmetika, misalnya penjumlahan

atau perkalian dapat dilakukan. Untuk melakukan analisis, skala pengukuran

interval menggunakan statistika parametrik.

Sebagai contoh, jawaban tentang frekuensi dalam pertanyaan “Berapa kali Anda berbelanja di Supermarket X dalam satu bulan?” adalah 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Angka-angka 1, 3, dan 5 merupakan angka sebenarnya yang menggunakan

interval 2. Jika menggunakan interval 1, jawabannya menjadi 1 kali, 2 kali, 3 kali,

atau 4 kali.

2.10 Skala Rasio

Skala pengukuran rasio memiliki semua karakteristik yang dimiliki oleh skala

nominal, ordinal, dan interval dengan kelebihan bahwa skala ini memiliki nilai 0

(nol) empiris absolut. Nilai absolut nol tersebut terjadi ketika suatu karakteristik

yang sedang diukur tidak ada. Pengukuran rasio biasanya berbentuk perbandingan

antara satu individu atau objek tertentu dengan yang lainnya.

Sebagai contoh berat Rinso 3 gram, sedangkan berat Soklin 6 gram. Maka,

berat Rinso dibanding dengan berat Soklin sama dengan 1 dibanding 2. Dalam pertanyaan “Berapa berat badan Anda sebelum dan sesudah makan obat diet?”, jawabannya berupa angka sebenarnya, yaitu berat sebelum minum obat 70 kg dan

berat sesudah minum obat 60 kg.

Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang dibahas adalah skala

(5)

2.11 Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif merupakan suatu proses statistika dimana hanya berusaha

melukiskan atau mengalisa kelompok yang diberikan tanpa membuat atau

menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar. Dengan

kata lain, statistika deskriptif hanya digunakan untuk menunjukkan kondisi suatu

data dan tidak dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi data lain ataupun

kondisi data yang lebih besar.

Di dalam statistika deskriptif, terdapat beberapa rposedur pengujian

statistika yang digunakan untuk menunjukkan kondisi suatu data, seperti rata-rata

atau mean, median, modus, standar deviasi, varians, kemiringan, kurtosis, nilai

minimum dan nilai maksimum.

2.12 Rata- Rata atau Rata-Rata Hitung

Rata-rata, atau lengkapnya rata-rata hitung, untuk data kuantitatif yang terdapat

dalam sebuah sampel dihitung dengan cara membagi jumlah nilai data oleh

banyak data. Simbol rata-rata untuk sampel adalah ̅, sedangkan rata-rata untuk

populasi dipakai simbol µ.

̅ ̅ ∑

Atau lebih sederhana lagi ditulis:

̅ ∑

dengan = nilai pada data

= 1, 2, 3, ...,

n = banyak data

Untuk data yang telah dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi, maka

rata-ratanya adalah:

̅ ∑

Dengan = frekuensi pada kelas ke-k

(6)

2.13 Modus

Untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi atau paling banyak

terdapat digunakan ukuran modus atau disingkat Mo. Ukuran ini juga dalam keadaan tidak disadari sering dipakai untuk menentukan “rata-rata” data kualitatif. Sebagai contoh, jika terdapat suatu pernyataan “kebanyakan kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit malaria”, “pada umumnya kecelakaan lalu lintas karena kecerobohan pengemudi”, maka pernyataan-pernyataan tersebut merupakan modus penyebab kematian di Indonesia dan modus kecelakaan lalu

lintas.

Modus untuk data kuantitatif ditentukan dengan cara menentukan

frekuensi terbanyak di dalam data kuantitatif tersebut. Jika data kuantitatif telah

disusun di dalam daftar distribusi frekuensi, maka modusnya dapat ditentukan

dengan rumus:

( )

dengan = batas bawah kelas modal, ialah kelas interval dengan frekuensi

terbanyak,

= panjang kelas,

= frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan

tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal,

= frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan

tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modal.

2.14 Median

Median merupakan suatu nilai yang membagi data menjadi dua bagian yang sama.

Sebelum menghitung nilai median, terlebih dahulu data diurutkan dari yang

terkecil hingga yang terbesar. Median biasa disingkat dengan Me. Jika banyak

(7)

data paling tengah. Untuk sampel berukuran genap, setelah data disusun menurut

urutan nilainya, maka mediannya sama dengan rata-rata hitung dua data tengah.

Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi,

mediannya dihitung dengan rumus:

dengan = batas bawah kelas median, ialah kelas di mana median akan

terletak,

= panjang kelas,

= Banyak data,

= Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari

tanda kelas median,

= Frekuensi kelas median.

2.15 Deviasi Standar (Simpangan Baku)

Deviasi standar adalah ukuran penyimpangan terhadap nilai rata-ratanya, nilai

simpangan baku merupakan harga akar positif dari selisih item data dengan nilai

rata-rata yang dibagi oleh jumlah data.

Untuk sebuah himpunan dari jumlah n data, di mana

rata-ratanya adalah adalah ̅, standar deviasi sampel yang dinotasikan didefinisikan

sebagai berikut:

√∑ ̅

2.4

dengan:

= standar deviasi

= banyak data

̅ = rata-rata sampel

(8)

Untuk data yang sudah dikelompokkan, formula deviasi standar atau simpangan

baku sampel adalah sebagai berikut:

√∑ ̅ 2.5

dengan:

= simpangan baku

= banyak data

̅ = rata-rata sampel

= frekuensi kelas ke-i

= nilai tengah dari kelas ke-i , i = 1, 2, …, k

2.16 Varians

Varians adalah rata-rata hitung dari kuadrat simpangan setiap pengamatan

terhadap rata-rata hitungnya. Untuk data yang tidak dikelompokkan, varians

sampel adalah sebagai berikut:

̅

2.6

dengan:

= varians

= banyak data

̅ = rata-rata sampel

(9)

Untuk data yang sudah dikelompokkan, varians populasi adalah sebagai berikut:

∑ ̅

2.7

dengan:

= varians

= banyak data

̅ = rata-rata sampel

= frekuensi kelas ke-i

= nilai tengah dari kelas ke-i , i = 1, 2, …, k

2.17 Distribusi Normal

Distribusi normal termasuk ke dalam salah satu distribusi probabilitas nondiskrit

atau kontinu. Dalam distribusi normal, variabel acak dinyatakan dalam interval

dan bersifat tidak dapat dihitung (uncountable). Sebagai contoh variabel acak X

dinyatakan dalam interval dengan . Beberapa fenomena dalam

kehidupan mendekati kurva dari distribusi normal, contohnya adalah fenomena

mengenai nilai IQ manusia, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya.

Dengan menggunakan distribusi normal, penyajian data dapat lebih

bermakna daripada hanya menggunakan penyajian berkelompok saja, karena

dengan adanya persyaratan normalitas data, maka data dapat dilanjutkan

penyajiannya dalam bentuk membedakan, mencari hubungan, dan meramalkan.

Distribusi normal atau kurva normal disebut juga dengan distribusi Gauss,

karena persamaan matematisnya ditemukan oleh Gauss. Fungsi kepadatan untuk

distribusi ini ditentukan oleh:

(10)

dengan:

= parameter yang merupakan rata-rata distribusi

= parameter yang merupakan simpangan baku distribusi

Jika Z adalah variabel terstandarisasi yang sesuai dengan X, yaitu jika

Maka nilai mean atau nilai ekspektasi dari Z adalah 0 dan variansnya adalah 1.

Dalam kasus semacam ini fungsi kepadatan untuk Z dapat diperoleh dari

persamaan (2.9) dengan memasukkan dan , menghasilkan

√ 2.9

Fungsi ini sering dinyatakan sebagai fungsi kepadatan normal standar. Grafik dari

fungsi kepadatan (2.9), disebut kurva normal standar, seperti tampak pada

Gambar 2.1 f(x)

Gambar 2.1 Kurva Normal Standar

2.18 Kemiringan

Kemiringan merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat

taksimetri dari sebuah model. Terdapat beberapa bentuk kurva atau model yang

bentuknya bisa positif, negatif, atau simetrik. Model positif terjadi bila suatu

kurva membentuk ekor yang memanjang ke sebelah kanan. Sebaliknya, jika

ekornya memanjang ke sebelah kiri maka didapatkan model negatif. Dalam kedua

(11)

Dikatakan suatu model merupakan model positif jika kemiringan bernilai

positif, model negatif jika kemiringan bernilai negatif, dan simetrik jika

kemiringan sama dengan nol.

2.19 Kuartil

Jika sekumpulan data dibagi menjadi empat bagian yang sama banyak, sesudah

disusun menurut urutan nilainya, maka bilangan pembaginya disebut kuartil.

Terdapat tiga macam kuartil, yaitu kuartil pertama, kuartil kedua, dan kuartil

ketiga yang masing-masing disingkat dengan dan . Pemberian nama ini

dimulai dari nilai kuartil paling kecil. Untuk menentukan nilai kuartil caranya

adalah:

1) Susun data menurut urutan nilainya dari yang terkecil sampai terbesar.

2) Tentukan letak kuartil.

3) Tentukan nilai kuartil

Letak kuartil ke-i, diberi lambang , ditentukan oleh rumus:

dengan = 1, 2, 3

= Banyak data

2.20 Persentil

Sekumpulan data yang dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan menghasilkan

99 pembagi yang berturut-turut dinamakan persentil pertama, persentil kedua, . . .,

persentil ke-99. Simbol yang digunakan berturut-turut adalah . . ., .

Cara perhitungan persentil sama seperti perhitungan kuartil. Letak

(12)

dengan = 1, 2, . . ., 99.

= Banyak data.

2.21 Kurtosis

Tinggi rendahnya atau runcing datarnya bentuk kurva disebut kurtosis. Kurva

distribusi normal, yang tidak terlalu runcing atau tidak terlalu datar, dinamakan

mesokurtik. Kurva yang runcing dinamakan leptokurtik, sedangkan kurva yang

datar disebut platikurtik.

Salah satu ukuran kurtosis adalah koefisien kurtosis yang diberi simbol ,

ditentukan oleh rumus:

dengan = Kuartil pertama

= Kuartil ketiga

= Persentil kesepuluh

= Persentil kesembilanpuluh Untuk distribusi normal, nilai = 0,263.

Berikut ini merupakan gambar kurva yang berbentuk leptokurtik,

platikurtik, dan mesokurtik.

(13)

2.22 Rata-Rata Ukur

Jika perbandingan tiap data berurutan tetap atau hampir tetap, rata-rata

ukur lebih baik digunakan daripada rata-rata hitung. Untuk bilangan-bilangan

bernilai besar, rata-rata ukur dapat ditentukan dengan rumus:

n x

U

log i

log (2.14)

Jika data disusun dalam daftar distribusi frekuensi rata-r ata ukurnya

(14)

atau

Jika data tersusun dalam daftar distribusi frekuensi, maka rata-rata harmonik

dinyatakan dengan:

Secara umum, untuk sekumpulan data berlaku HUX

2.24 Scatterplot

Scatterplot adalah sebuah grafik yang biasa digunakan untuk melihat suatu pola

hubungan antara 2 variabel. Jika Scatterplot membentuk pola yang menyerupai

garis lurus, maka mengindikasikan bahwa ada hubungan yang erat antara satu

variabel dengan variabel lain. Hubungan yang membentuk garis lurus biasa

disebut dengan hubungan linier. Hubungan linier dapat membentuk hubungan

yang positif dan negatif. Jika plotnya menyebar, maka bisa disimpulkan bahwa

hubungan antara satu variabel dengan variabel lain sangatlah kecil atau tidak ada

hubungan. Scatterplot juga bisa digunakan untuk melihat penyebaran data.

(15)

2.25 Metode Suksesif Interval

Metode suksesif interval merupakan proses mengubah data ordinal menjadi data

interval. Data ordinal diubah menjadi data interval dikarenakan data ordinal

sebenarnya adalah data kualitatif atau bukan angka sebenarnya. Data ordinal

menggunakan angka sebagai simbol data kualitatif.

Beberapa akibat yang dapat terjadi jika seorang peneliti memaksakan data

berskala ordinal dianalisis tanpa ditransformasi menjadi data berskala interval

adalah: Pelanggaran asumsi yang mendasari prosedur statistika yang digunakan,

hasil analisis yang menjadi tidak signifikan, kesimpulan yang dibuat dalam

penelitian dapat terbalik atau keliru.

Pengubahan data dengan skala pengukuran ordinal menjadi data dengan

skala pengukuran interval tergantung pada besarnya frekuensi dari data tersebut.

Karena frekuensi berpengaruh pada setiap perhitungan yang dilakukan di dalam

proses transformasi skala pengukuran ordinal menjadi interval. Terdapat tujuh

langkah dalam MSI, sebagai berikut:

Langkah 1 : Menghitung Frekuensi

Menghitung frekuensi dilakukan pada setiap poin-poin dalam variabel

dengan memakai turus, sehingga mempermudah dalam menentukan banyaknya

frekuensi dalam satu poin pertanyaan.

Langkah 2 : Menghitung Proporsi (P)

Proporsi merupakan perbandingan antara besarnya frekuensi dalam suatu

poin variabel dengan banyaknya data. Proporsi bisa ditunjukkan dalam bentuk

persen dan bisa juga tidak ditunjukkan dalam bentuk persen. Proporsi

memberikan informasi mengenai perbedaan antara setiap skor dalam suatu

variabel dibandingkan dengan banyak datanya. Perhitungan proporsi dapat

dilakukan dengan rumus berikut:

(16)

dengan = Proporsi pada skor-s

= Skor pada data dalam satu pertanyaan ( s: 1, 2, 3, 4, 5)

= Frekuensi skor-s

= Banyak data

Langkah 3 : Menghitung Proporsi Kumulatif (PK)

Proporsi kumulatif merupakan jumlah dari perbandingan frekuensi setiap

skor dalam suatu variabel dengan banyaknya data. Proporsi kumulatif juga bisa

ditunjukkan dalam bentuk persen maupun tidak. Proporsi kumulatif dari skor data

terendah sampai dengan skor data tertinggi, jika dijumlahkan haruslah bernilai

100% atau dapat juga bernilai 1.

dengan = Proporsi kumulatif untuk skor-s

= Proporsi kumulatif untuk skor-(s-1)

Langkah 4 : Mencari nilai Z

Nilai Z dicari dengan asumsi bahwa data yang digunakan berdistribusi

normal, kebanyakan dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

menggunakan distribusi normal. Untuk mengubah data ordinal menjadi data

interval perlu dilakukan standarisasi data untuk menemukan nilai pada data yang

sesuai dengan nilai dalam tabel Z. Dengan menggunakan distribusi normal,

penyajian data dapat lebih bermakna daripada hanya menggunakan penyajian

berkelompok saja, karena dengan adanya persyaratan normalitas data, maka data

dapat dilanjutkan penyajiannya dalam bentuk membedakan, mencari hubungan,

dan meramalkan.

Cara mencari nilai Z sebagai berikut:

 Tentukan nilai proporsi pada tabel Z yang akan dihitung, jika nilai

(17)

ditentukan dengan mengurangkan nilai proporsi kumulatif dengan 0,5. Jika

nilai proporsi kumulatif lebih kecil dari 0,5, maka nilai proporsi pada tabel

Z ditentukan dengan mengurangkan 0,5 dengan proporsi kumulatif.

 Temukan nilai Z pada tabel Z yang memiliki nilai proporsi sesuai dengan

nilai proporsi yang telah dihitung. Jika tidak ada, maka diambil 2 nilai Z

yang mendekati nilai Z yang sebenarnya, kemudian nilai Z dicari dengan

cara interpolasi.

 Nilai Z hasil interpolasi dicari dengan cara sebagai berikut:

 Kemudian, jika nilai proporsi kumulatif lebih besar dari 0,5, maka Z

bernilai positif, dan jika nilai proporsi kumulatif lebih kecil dari 0,5, maka

Z bernilai negatif.

Langkah 5 : Menghitung densitas F(Z)

F(Z) merupakan fungsi kepadatan untuk nilai Z.Jika Z adalah variabel

terstandarisasi yang sesuai dengan X, yaitu jika

Maka nilai mean atau nilai ekspektasi dari Z adalah 0 dan variansnya adalah 1.

Dalam kasus semacam ini fungsi kepadatan untuk Z dapat diperoleh dari

persamaan (2.9) dengan memasukkan dan , menghasilkan cara untuk

menghitung nilai densitas F(Z) adalah sebagai berikut:

√ ( )

dengan = nilai densitas-Z

(18)

= 2,718

Langkah 6 : Menghitung Scale Value

Data interval memiliki jarak tertentu antara masing-masing skor pada data. Scale

value dihitung untuk mengetahui jarak terkecil di antara semua skor yang ada

pada data. Kemudian jarak terkecil itu akan digunakan untuk menentukan jarak

yang akan ditambahkan dengan masing-masing scale value sebelumnya. Cara

untuk menghitung Scale Value adalah sebagai berikut:

dengan = Scale Value pada skor-s

untuk lebih memudahkan dalam perhitungan, maka dibuat tabel penolong

untuk nilai proporsi kumulatif dan nilai densitas F(Z).

Langkah 7 :Menghitung nilai hasil skala interval

Langkah terakhir dalam proses pengubahan data berskala ordinal menjadi data

berskala interval adalah dengan menghitung nilai hasil penskalaan. Nilai inilah

yang kemudian menjadi hasil transformasi data setelah penerapan MSI. Untuk

menghitung nilai hasil skala interval dilakukan langkah-langkah berikut ini:

 Cari nilai SV minimum dengan rumus:

Nilai inilah yang akan dijadikan jarak patokan untuk ditambahkan dengan

nilai scale value masing-masing skor sehingga mendapatkan nilai skala interval.

 Kemudian transformasi nilai skala ordinal menjadi interval dengan rumus:

Gambar

Gambar 2.2 Kurva leptokurtik, mesokurtik, dan platikurtik.

Referensi

Dokumen terkait

4 Petterson Theodore dkk.Media Massa dan Masyarakat Modern (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm.. traveling yang muncul kemudian tenggelam. Sebuah komunitas merupakan tempat

dapat dilihat halaman web dapat menampilkan semua penawaran yang dilakukan oleh kedua pengguna (terlihat pada gambar 5.1. dan gambar 5.2.), sesuai dengan data

Biasanya tidak sampai memerlukan cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali pada kondisi hipoalbuminemia berat. Secepatnya kirim pemeriksaan darah untuk menentukan golongan

Dimana variabel pendidikan adalah sebagai sektor hulu dari semua sektor yang berperan dalam proses bernegara, dan hal yang paling dekat dan memungkinkan untuk dilakukan,

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan numerik terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2

Kelebihan dari metode PLS yakni data tidak harus berdistribusi normal multivariate atau indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai dengan rasio dapat

Hasil wawanacara dengan satu orang guru bimbingan dan konseling, satu orang kepala sekolah dan 3orang siswi dapat diketahui bahwa pelaksanaan guru Bk dalam meningkatkan

Memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pada penderita malaria falciparum dengan derajat infeksi di wilayah