• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah pada Ibu yang Menderita Preeklampsia dan Tidak Menderita Preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah pada Ibu yang Menderita Preeklampsia dan Tidak Menderita Preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia

2.1.1 Definisi

Preeklampsia adalah suatu sindrom khas kehamilan berupa penurunan perfusi

organ akibat vasospasme dan pengaktifan endotel. Terdapat beberapa manifestasi

klinis dalam preeklampsia yaitu proteinuria dan hipertensi. Proteinuria di

definisikan sebagai ekskresi protein dalam urin yang melebihi 300 mg dalam 24 jam, rasio protein : kreatinin urin ≥ 0,3, atau terdapatnya protein sebanyak 30 mg/dL (1+ pada dipstick / carik celup 1+ ) dalam sampel acak urin secara

menetap. Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau

bisa juga muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Preeklampsia jika

dijumpai trias tanda klinik yaitu : tekanan darah ≥140/90 mmHg, proteinuria,dan

edema.15

2.1.2 Epidemiologi

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor

yang mempengaruhinya. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar

3-10%, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia

sebanyak 5% dari semua kehamilan yaitu 23,6 kasus per 1.000 kelahiran. 5%

kehamilan mengalami preeklampsia. Pada primigravida frekuensi preeklampsia

lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda.

Diabetes Mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih

dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya

preeclampsia.Peningkatan kejadian preeklampsia pada usia >35 tahun mungkin

(2)

2.1.3 Etiologi

Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum

diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab dari

penyakit ini tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori

yang dapat diterima harus dapat menjelaskan tentang mengapa preeklampsia

meningkat prevalensinya pada primigravida, hidramnion, kehamilan ganda dan

mola hidatidosa. Selain itu teori tersebut harus dapat menjelaskan penyebab

bertambahnya frekuensi preeklampsia dengan bertambahnya usia kehamilan,

penyebab terjadinya perbaikan keadaan penderita setelah janin mati dalam

kandungan, penyebab jarang timbul kembali preeklampsia pada kehamilan

berikutnya dan penyebab timbulnya gejala-gejala seperti hipertensi, edema,

proteinuria, kejang dan koma.17

2.1.4 Patofisiologi

Perubahan pokok yang terjadi pada preeklampsia adalah adanya spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal

ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen

erteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh salah satu sel

darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka

tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer

agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan proteinuria disebabkan oleh

spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. Patofisiologi

preeklampsia lebih ditekankan ke arah disharmoni implantasi dan disfungsi

jaringan endotel. Hasil akhir dari adanya disharmoni implantasi adalah

melebarnya arteri spiralis yang tadinya tebal dan muskularis membentuk kantong

yang elastis, bertahanan rendah dan aliran cepat, dan bebas dari kontrol

neurovaskuler normal, sehingga memungkinkan arus darah yang adekuat untuk

pemasokan oksigen dan nutrisi bagi janin. Sedangkan definisi difungsi endotel

sendiri berarti berkurangnya sampai hilangnya kemampuan sel endotel dalam

(3)

2.1.5 Klasifikasi dan Diagnosis

Preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia

berat.

1. Preeklampsia ringan, adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan

menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh

darah dan aktivasi endotel dan disertai keadaan seperti berikut :

a) Tekanan darah 140/90 mmHg , atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau

lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih pada usia kehamilan

diatas 20 minggu dengan riwayat tekanan darah sebelumnya normal.

b) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr/liter, kualitatif positif 1 atau 2 pada urine

kateter atau midstream.

c) Edema lokal pada kaki, jari tangan dan muka, atau edema generalisata,

serta kenaikan berat badan > 1kg/minggu. Pada kondisi yang lebih 
berat

pembengkakan terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat

pembuluh kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel

merembes dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian

tertentu.

2. Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanana darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam dan disertai keadaan seperti berikut :

a) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110

mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun sudah dirawat di

rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

b) Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

c) Oligouria, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

d) Kenaikan kadar kreatinin plasma.

e) Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,

skotoma dan pandangan kabur.

f) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.

(4)

h) Hemolysis mikroangiopatik.

i) Trombositopenia berat : 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit

dengan cepat.

j) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler) : peningkatan kadar

alanin aspartate aminotransferase.

k) Pertumbuhan janin terhambat.15

2.1.6 Faktor Risiko

Preeklampsia merupakan salah satu penyulit kehamilan yang belum diketahui

dengan pasti penyebabnya. Tetapi beberapa penelitian menyimpulkan beberapa

faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia, antara lain :

1. Faktor Genetik

Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak perempuan, saudara

perempuan, cucu perempuan, dari seorang ibu hamil, maka ia akan berisiko

2-5 kali lebih tinggi mengalami preeklampsia dibandingkan bila riwayat tersebut

terdapat pada ibu mertua atau saudara ipar perempuannya.

2. Faktor Umur

Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur

berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga

mempengaruhi status kesehatan seseorang. Umur yang baik untuk hamil

adalah 20-35 tahun. Wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan

wanita yang hamil pada usia >35 tahun akan mempunyai risiko yang sangat

tinggi untuk mengalami preeklampsia. Terdapat peningkatan risiko terjadinya

preeklampsia pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35

tahun.

3.Faktor Usia Gestasi

Preeklampsia paling sering ditemukan pada usia kehamilan di trimester

kedua. Tapi ada penelitian menyatakan bahwa preeklampsia timbul setelah

umur kehamilan 20 minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum saat

(5)

4.Faktor Indeks Masa Tubuh

Sudah diketahui secara umum bahwa wanita obesitas mempunyai risiko mengalami preeklampsia 3 1⁄2 kali lebih tinggi dibandingkan 
 dengan wanita yang berat badannya ideal dan kurus.

5.Faktor Bayi

Insidens preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan kembar

dibandingkan dengan kehamilan tunggal.

6.Faktor Ras

Risiko preeklampsia ringan dihubungkan dengan ras kulit hitam, 
namun

untuk preeklampsia berat ras tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.

7.Faktor Riwayat Penyakit

Peningkatan risiko preeklampsia / eklampsia dapat terjadi pada ibu 
yang

memiliki riwayat hipertensi kronis, diabetes, dan adanya riwayat

preeklampsia/eklampsia sebelumnya. 19

2.1.7 Manifestasi Klinis

Terdapat sejumlah manifestasi neurologis sindrom preeklampsia.

Masing-masing manifestasi menunjukkan keterlibatan berat suatu organ dan memerlukan

perhatian segera :

 Nyeri kepala dan skotomata diduga timbul akibat hiperfusis serebrovaskular

yang memiliki predileksi pada lobus okspitalis. Menurut Sibai dan Zwart dkk,

50–75% perempuan mengalamai nyeri kepala dan 20–30% diantaranya

mengalami gangguan penglihatan yang mendahului kejang eklamptik. Nyeri

kepala dapat ringan hingga berat, dan dapat intermitten atau konstan,

 Kejang bersifat diagnostic untuk eklampsia.

 Kebutaan jarang terjadi pada preeclampsia saja, tetai sering menjadi

komplikasi pada kejang eklamptik, yaitu pada 15% perempuan. Kebutaan

timbul hingga seminggu atau lebih setelah kelahiran.

 Edema otak menyeluruh dapat timbul pada sindrom preeclampsia dan

(6)

kebingungan hingga koma. Kondisi ini khususnya berbahaya karena dapat

menyebabkan herniasi supratentorial yang membahayakan jiwa.15

2.1.8 Komplikasi

Bila preeklampsia tidak ditangani dengan baik, maka dapat berkembang menjadi eklampsia yang mana tidak hanya dapat membahayakan ibunya tetapi

juga janin dalam rahim ibu. Kemungkinan yang terberat adalah terjadinya

kematian ibu dan janin, solusio plasenta, hipofibrinogemia, haemolisis,

perdarahan otak, kelainan mata, edema paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, dan

kelainan hati. Komplikasi-komplikasi potensial maternal meliputi Eklampsia,

solusio plasenta, gagal ginjal, nekrosis hepar, rupture hepar, DIC, anemia

hemolitik mikroangiopatik, perdarahan otak, edema paru dan pelepasan retina.

Sedangkan komplikasi–komplikasi pada janin meliputi prematuritas, insufisiensi

utero-plasental, retardasi pertumbuhan intrauterine, dan kematian janin

intrauterine.19

2.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya

preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin

dengan trauma sekecil-kecilnya.

2.1.9.1 Preeklampsia Ringan

Istirahat ditempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan

preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan

aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada

ekstrimitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga

bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan

volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan

kejadian edema. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan

(7)

walaupun janin masih prematur.

2.1.9.2. Preeklampsia Berat

Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk

mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah

diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamilan.

Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan larutan

sulfas magnesikus 40 % sebanyak 10 ml disuntikan intramuskular pada bokong

kiri dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan dosis

yang sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan sulfas

magnesikus hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif

dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek

menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain

sulfas magnesikus, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan

klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg

secara intramuscular.17

2.1.10 Pencegahan

Berbagai strategi yang digunakan untuk mencegah atau memodifikasi

keparahan preeklampsia telah dievaluasi. Beberapa poin menurut American

Congress of Obstetricians and Gynecologist ( ACOG ) pada tahun 2013 mengenai

pencegahan preeclampsia :

Manipulasi Diet :

a. Diet rendah garam : Salah satu usaha penelitian pertama untuk mencegah

preeklampsia adalah retriksi garam, tapi retriksi garam tidak efektif dalam

mencegah preeclampsia.

b. Suplementasi kalsium : Pemberian kalsium : 1.500–2.000mg/hari dapat

dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi terjadinya preeklampsia, tetapi

(8)

kalsium tidak memiliki manfaat kecuali perempuan tersebut memang

kekurangan kalsium.

c. Suplementasi minyak ikan

d. Tirah baring atau pembatasan fisik lain tidak disarankan sebagai pencegahan

primer preeklampsia dan komplikasinya.

Agen Antitrombotik : Terdapat alasan-alasan teoritis yang cukup banyak untuk

menduga bahwa agen antitrombotik dapat menurunkan preeklampsia. Karena

preeclampsia ditandai oleh vasospasme, disfungsi sel endotel, dan aktivasi

trombosit serta sistem koagulasi-hemostasis.

a. Aspirin dosis rendah : Dalam dosis oral 50-150 mg/hari. Dimulai pada akhir

trimester pertama disarankan pada wanita dengan riwayat eklampsia dan

kelahiran preterm kurang dari 34 minggu atau preeklampsia pada lebih dari

satu kehamilan sebelumnya. Aspirin secara efektif menghambat biosintesis

tromboksan A2 dalam trombosit dengan efek minimal pada produksi

prostasiklin vascular. Untuk wanita yang mendapatkan obat antitrombosit,

risiko relatif preeclampsia menurun secara bermakna sebesar 10% untuk

terjadinya preeclampsia.

b. Aspirin dosis rendah plus heparin : Karena tingginya prevalensi lesi

trombolitik plasenta pada preeklampsia berat, telah dilakukan beberapa

penelitian observasional untuk mengevaluasi terapi heparin untuk wanita yang

mengalami preeklampsia berat. Mereka melaporkan hasil akhir yang baik pada

wanita yang mendapatkan heparin berberat molekul rendah ditambah aspirin

dosis rendah dibandingkan pada wanita yang hanya mendapatkan aspirin dosis

rendah saja.15

2.2 Berat Bayi Lahir Rendah 2.2.1 Definisi

(9)

berat badan kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) tanpa

memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan

ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang

dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pembagian

menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat

laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya

bergantung pada berat badan saja,tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu

sendiri.

Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir

kurang 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR). Sedangkan pada

tahun 1970, kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di London

juga diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi

lahir, yaitu sebagai berikut :

1. Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu ( 259 hari).

2. Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu

sampai 42 minggu ( 259-293 hari ).

3. Bayi lebih bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau

lebih ( 294 hari atau lebih ).

BBLR sendiri dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : bayi dengan berat badan lahir sangat rendah ( BBLSR ) yaitu dengan verat lahir 1.000-1.500 gram

dan berat badan lahir amat sangat rendah ( BBLASR ) yaitu dengan berat lahir

kurang 1.000 gram.

Secara umum BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum

cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi

lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih

(10)

2.2.2 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-

negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan

90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35

kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan

disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang

terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat

bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9% -30%,

hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-

17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5

%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program

perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.21

2.2.3 Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu : 1. Menurut harapan hidupnya:

a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram

b) Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram

c) Berat bayi lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir <1000 gram

2. Menurut masa gestasinya:

a. Prematuritas murni:

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan.

(11)

1. Faktor Ibu

a) Penyakit : Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan

misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis,

dan psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes mellitus,

infeksi akut atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi

prematuritas.

b) Usia : Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu

dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antar kelahirannya

terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun.

c) Keadaan sosial ekonomi : Keadaan ini sangat berperan terhadap

timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan

sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi

yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.

2 .Faktor janin

Hidramnion, kehamilan ganda umumnya akan menyebabkan kelahiran berat

bayi lahir rendah (BBLR).

Karakteristik Klinis :

Berat badan bayi kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama

dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang 33

cm. Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada

maturitas atau lamanya gestasi. Kepala relatif lebih besar daripada badannya,

kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan imatur. Desensus

testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh

labia mayora. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltis usus dapat

terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu

persatu. Tulang rawan dalam daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas

daun telinga masih kurang. Jaringan mammae belum sempurna dan puting

susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal

(12)

lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernafasan belum

teratur dan sering terdapat apnu. Otot masih hipotonik sehingga sikap selalu

dalam keadaan kedua tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi

dan kepala menghadap ke satu jurusan. Tonic neck reflex biasanya lemah,

refleks Moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna,

demikian juga refleks batuk. Bayi yang kelaparan biasanya menangis, gelisah

dan aktifitas bertambah. Bila dalam waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak

terdapat, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan

intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang menjadi lebih

nyata dalam 24 – 48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat

pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi.

Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes

mellitus dan toksemia gravidarum. Frekuensi pernafasan bervariasi sangat luas

terutama pada hari-hari pertama. Walaupun demikian bila frekuensi

pernafasan terus meningkat atau selalu diatas 60 kali/menit, harus waspada

akan kemungkinan terjadinya membran hialin (sindrom gangguan pernafasan

idiopatik) atau gangguan pernafasan karena sebab lain. Dalam hal ini penting

sekali melakukan pemeriksaan radiologi toraks.

b. Dismaturitas:

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Gejala klinis :

Dismaturitas dapat terjadi preterm, term atau post term. Pada preterm akan

tampak gejala fisis bayi prematur dan mungkin ditambah dengan gejala

dismaturitas. Karakteristik fisik bayi dismaturitas sama dengan bayi prematur dan

ditambah dengan retardasi-pertumbuhan dan wasting. Pada bayi dismaturitas yang

(13)

Menurut Greunwald (1997) mengatakan bahwa tidak semua kekurangan

makanan pada janin diakibatkan oleh insufisiensi plasenta. Gejala insufisiensi

plasenta timbulnya bergantung pada berat dan lamanya bayi menderita defisit.

Defisit yang menyebabkan retardasi pertumbuhan biasanya berlangsung kronis.

Retardasi pertumbuhan yang kronis dapat menyebabkan fetal distress.

Fetal distress dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

Fetal distress akut yaitu defisit atau fetal deprivation yang hanya

mengakibatkan perinatal distress tetapi tidak mengakibatkan retardasi

pertumbuhan.

Fetal distress subakut yaitu bila fetal deprivation tersebut menunjukan

tanda wasting tetapi tidak terdapat retardasi pertumbuhan.

Fetal distress kronis yaitu bila bayi jelas menunjukan retardasi

pertumbuhan.22

2.2.4 Diagnosis BBLR

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untutk menegakkan

mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

BBLR :

a. Umur Ibu

b. Riwayat hari pertama haid terakhir

c. Riwayat persalinan sebelumnya

d. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

e. Kenaikan berat badan selama hamil

f. Aktivitas

(14)

h. Obat-obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan fisik

Yang dapat dijumpai pada saaat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara

lain:

a. Berat badan

b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan)

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

a. Pemeriksaan Ballard Score

b. Shake test, dianjurkan untuk bayi kurang bulan

c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu tersedia fasilitas diperiksa kadar

elektrolit dan analisa gas darah

d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai umur 8 jam atau didapat / diperkirakan

akan terjadi sindrom gawat nafas.21

2.2.5 Penatalaksanaan umum pada BBLR 1) Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam inkubator. Suhu

inkubator yang optimum yang diperlukan agar panas yang hilangdan

konsumsi oksigen terjadi miniml sehingga bayi telanjang pun dapat

mempertahankan seuhu tubuhnya sekitar 36,5-370 C. Tingginya suhu

lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam keadaan

tertentu bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk

mengatur suhu tubuhnya tetapi memerlukan pleksiglas panas atau topi

(15)

1,7kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil.

2) Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan

pilihan, menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang

sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu ) merupakan pilihan

pertama jika bayi mampsu mengisap. Permulaan cairan yang diberikan sekitar

200cc/kgBB/hari. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada

bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau

susu formula khusus bayi BBLR. Cara pemberian makanan bayi BBLR harus

diikuti tindakan pencegahan khusu untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan

masuknya udara dalam usus. Pada bayi inkubator dengan kontak yang

minimal, tempat tidur, atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik

pada sisi kananya. Sedangkan pada bayi yang lebih besar dapat diberi makan

dalam posisi pangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan

mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol, makanan dapat diberikan

melalui Naso Gatric Tube (NGT).

3) Pencegahan infeksi

Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh

infeksi nasokomial. Rentan terhadap infeksi karena kadar immunoglobulin

serum pada bayi BBLR masih rendah. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh

kontak dengan penderita infeksi apapun. Digunakan masker dan baju khusus

dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, hidung, kulit tindakan

aseptis dan antiseptic alat-alat yang digunakan.

4) Penimbangan berat badan

Perubahan berat badan mencermikan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat

kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan

(16)

5) Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm

BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang

diberikan sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2

yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada

jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

6) Pengawasan jalan nafas

Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apnu dan defisiensi surfaktan,

sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya

diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan

jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi

miring, merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila

tindkaan ini gagal dilakukan ventilasi, intubasi endotrakeal dan pemberian

oksigen.20

2.3 Hubungan Preeklampsia degan kejadian BBLR

Menurut Behrman, preeklampsia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR. Preeklampsia menyebabkan terjadinya retardasi pertumbuhan

janin bahkan kematian janin. Hal ini dikarenakan preeklampsia dapat

menyebabkan insufisiensi plasenta dan hipoksia yang berpengaruh sangat besar

terhadap perkembangan janin. 24

Menurut Kosim, jika preeklampsia terjadi pada akhir trimester kehamilan,

pertumbuhan jantung, otak dan tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh,

sedangkan ukuran hati, limpa dan timus sangat berkurang. Keadaan klinis seperti

ini merupakan gangguan pertumbuhan asimetri dan paling sering terjadi pada ibu

hamil yang menderita preeklampsia karena preeklampsia paling sering terjadi

pada trimester akhir kehamilan. Namun jika retardasi pertumbuhan janin telah

terjadi sejak awal kehamilan, pertumbuhan otak dan tulang rangka pun terganggu.

(17)

dengan hasil akhir perkembangan saraf yang buruk. 24

Menurut Prawiroharjo, preeklampsia salah satu faktor risiko terjadinya

pertumbuhan janin terhambat, BBLR, dismaturitas, prematuritas janin bahkan

terjadi intra uterine fetal death (IUFD). Pada penderita preeklampsia, aliran darah

ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta. Plasenta yang

tidak baik akan berdampak pada gangguan pertumbuhan janin sehingga berat

badan janin yang dilahirkan rendah. Preeklampsia juga dapat menyebabkan

peningkatan tonus uterus dan kepekaannya terhadap rangsang sehingga terjadi

partus prematur. 25

Menurut Wijayarini, salah faktor predisposisi terjadinya BBLR adalah

hipertensi. Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi serius trimester

kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti edema, hipertensi, proteinuria, kejang sampai

koma dengan umur kehamilan diatas 20 minggu dan dapat terjadi antepartum,

intrapartum, dan pascapartum. Dengan terjadinya hipertensi, maka terjadi spasme

pembuluh darah, sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta, maka sirkulasi

uteroplasenter akan terganggu, pasokan nutrisi dan O2 akan terganggu sehingga

janin akan mengalami pertumbuhan janin yang terganggu dan bayi akan lahir

dengan berat bayi lahir rendah.26

Menurut Michael, wanita dengan preeklampsia pada kehamilan dapat

mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti

prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi

platelet. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan

trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat sehingga menyebabkan BBLR bahkan kematian janin dalam

rahim. 27

Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam

rahim dengan nutrisi dan oksigen dibawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena

(18)

buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga akan terjadi bayi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian peran pengawasan terhadap lembaga perasuransian sebelum lahirnya UU Perasuransian diatur di dalam UU OJK.Terhadap pengawasan tersebut diatur di dalam pasal 6

Salatiga merupakan Kota yang berada di provinsi Jawa Tengah, Sektor pariwisata merupakan faktor penting bagi pendapatan daerah dan negara, karena selain memberikan

Dalam konteks itulah kaum perempuan pada masa Rasulullah, khususnya para istri-istri Rasul sebagai ibu dari kaum muslimin memiliki tanggung tanggung jawab yang besar

UU OJK pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola OJK yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan, cakupan dan

Tiket merupakan suatu voucher untuk menunjukan bahwa telah membayar pintu masuk suatu teater, taman hiburan, kebun binatang, konser dan bioskop. Pembelian tiket acara yang sulit

Ulama fiqih menyatakan bahwa 'iddah adalah tenggang waktu tertentu yang harus dihitung oleh seorang perempuan semenjak ia berpisah (bercerai) dengan suaminya, baik

Pada dasarnya, keengganan terhadap risiko merupakan kekuatan fundamental yang mendorong orang membeli asuransi. Orang yang takut risiko/ risk averse akan lebih menyukai

Social Sustainability adalah Pengembangan (dan / atau pertumbuhan) yang kompatibel dengan evolusiharmonis yang melibatkan masyarakat sipil demi menciptakan