BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasakan sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk mengupayakan kesembuhan dari suatu penyakit antara lain adalah dengan berobat ke dokter atau mengobati diri sendiri (Atmoko dan Kurniawati, 2009).
Pemerintah juga menganggap kesehatan masyarakat penting. Oleh karena itu, untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk masyarakat miskin pemerintah mengadakan program asuransi jaminan kesehatan yang dikenal dengan BPJS (badan penyelenggara jaminan sosial). Namun hal ini masih sangat memprihatinkan karena pelayanan yang kurang maksimal dan perlunya disoroti fakta ketersediaan obat di rumah sakit penyelenggara BPJS. Sempat terjadi kasus dimana pihak rumah sakit hanya memberikan sebagian obat dari resep yang dibuat dokter, sementara obat sisanya harus dibeli di apotek swasta sehingga masyarakat merasa pengobatan sendiri untuk penyakit ringan jauh lebih efektif, tidak rumit, dan tidak menyita energi dan waktu yang lama (Putri, 2014). Fakta menunjukkan bahwa persentase pelayanan swamedikasi di indonesia lebih banyak dibandingkan pelayanan resep (Sulistyarini, 2010) yaitu antara 20-70% (Pal, 2002 ; Rinukti dan widayati, 2005 ; Chui dan Li, 2005 dalam Hasana, dkk., 2013).
seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit (WHO, 1998). Pada dasarnya, bila dilakukan secara rasional, swamedikasi memberikan keuntungan besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan nasional (Depkes RI, 2008). Biaya sakit dapat ditekan dan dokter sebagai tenaga profesional kesehatan lebih terfokus pada kondisi kesehatan yang lebih serius dan kritis. Namun jika tidak dilakukan secara benar justru menimbulkan masalah baru yaitu tidak sembuhnya penyakit karena adanya resistensi bakteri dan ketergantungan; munculnya penyakit baru karena efek samping obat antara lain seperti pendarahan sistem pencernaan, reaksi hipersensitifitas, drug withdrawal
symptom; serta meningkatnya angka kejadian keracunan (Galato, 2009)
.
Untuk melakukan swamedikasi secara aman, rasional, efektif dan terjangkau masyarakat perlu menambah bekal pengetahuan dan melatih keterampilan dalam praktik swamedikasi (Suryawati, 1997). Ada beberapa pengetahuan minimal yang sebaiknya di pahami masyarakat karena merupakan hal penting dalam swamedikasi, pengetahuan tersebut antara lain mengenai gejala penyakit, memilih produk sesuai dengan indikasi dari penyakit, mengikuti petunjuk yang tertera pada etiket brosur, memantau hasil terapi dan kemungkinan efek samping yang ada (Depkes RI, 2008).
(Chua, dkk., 2006; Depkes RI, 2006) untuk meminimalkan kesalahan pengobatan ataupun penggunaan obat.
Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap swamedikasi tergolong sedang (Hermawati, 2012; Harahap, 2015). Keterbatasan pengetahuan tersebut akan mempengaruhi kemaksimalan dari ketercapaian tujuan swamedikasi diatas.
Berdasarkan uraian diatas, serta belum ada penelitian mengenai tingkat pengetahuan pasien dan rasionalitas swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan harapan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi swamedikasi pada sebagian besar masyarakat Kecamatan Medan Marelan dan juga dapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah daerah, khususnya profesional kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di bidang swamedikasi.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Apakah tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan tergolong sedang ?
b. Apakah penggunaan obat pada pasien swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan tergolong rasional ?
d. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan rasionalitas swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan ?
1.3Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Tingkatan pengetahuan pasien tentang swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan tergolong sedang.
b. Rasionalitas penggunaan obat pada pasien swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan, mayoritas tergolong rasional.
c. Faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dapat mempengaruhi pengetahuan pasien dan rasionalitas swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan.
d. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan rasionalitas swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan.
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. Tingkatan pengetahuan pasien tentang swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan pasien dan rasionalitas swamedikasi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan) di empat apotek Kecamatan Medan Marelan.
d. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan rasionalitas swamedikasi di empat apotek Kecamatan Medan Marelan.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaaat dari penelitian ini adalah:
a. Peneliti dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh pada saat proses belajar di fakultas farmasi USU.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah daerah, khususnya profesional kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
c. Data dan informasi dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.6Kerangka Pikir Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Karakterisik Pasien
-Umur
-Jenis kelamin -Pendidikan -Pekerjaan
Rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
Tingkatan pengetahuan pasien tentang