• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membentuk Persamaan Regresi Linear Berganda Dengan Menggunakan Metode Stepwise Tentang Jumlah Kriminalitas Di Polresta Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Membentuk Persamaan Regresi Linear Berganda Dengan Menggunakan Metode Stepwise Tentang Jumlah Kriminalitas Di Polresta Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2

LANDASAN TEORI

2.1. Uji Kecukupan Sampel

Dalam melakukan penelitian ini yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel . Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dapat diterima sebagai sampel .

Hipotesis yang diuji adalah :

: Ukuran sampel telah memenuhi syarat : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah :

[ √ ∑ ∑ ]

Dengan :

= ukuran sampel yang dibutuhkan N = ukuran sampel percobaan

= data aktual t = 1, 2,3,...,n Kriteria pengujian :

diterima jika : ditolak jika :

(2)

Regresi linier adalah regresi yang variabel bebasnya ( variabel X ) berpangkat paling tinggi satu . Dalam regresi linier sederhana terdapat hanya satu variabel bebas X yang dihubungkan dengan satu variabel .

Y = a + b

Sedangkan dalam regresi linier ganda terdapat sejumlah k buah variabel bebas ( k

yang dihubungkan dengan Y linier atau pangkat satu dalam semua variabel bebas sehingga terbentuk model :

Analisis regresi mempelajari hubungan kausal antara variabel tak bebas dan variabel bebas .

2.3. Model Regresi Linier Ganda

Bentuk umum persamaan regresi linier ganda adalah

Dimana :

variabel dependen atau variabel terikat

konstanta regresi

koefisien regresi

variabel independen atau variabel bebas = galat error

Bentuk data yang akan diolah dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Bentuk Pengolahan Data

No

Observasi

Variabel Tak Bebas

Variabel Bebas

...

(3)

2

3

. . . .

. . . .

. . . . . . .

N ...

Untuk memperkirakan parameter ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa , sehingga

∑ = minimum ( terkecil ) . Hal ini diperoleh dengan jalan menurunkan secara parsial terhadap dan menyamakan nol.

Dirumuskan sebagai berikut :

= ∑ (

= 2∑ ( -1 ) = 0 ∑

= 2∑ ( ) = 0 ∑

= 2∑ ( - ) = 0

Sehingga diperoleh persamaan normal sebagai berikut :

(4)

2.4 Model Regresi Linier Dengan Pendekatan Matriks

Matriks adalah kumpulan bilangan berbentuk persegi panjang yang disusun menurut baris dan kolom . Bilangan bilangan yang terdapat di suatu matriks disebut dengan element atau anggota matriks . Dengan representasi matriks , perhitungan dapat dilakukan dengan lebih terstruktur . Pemanfaatanya misalnya dalam menjelaskan persamaan linier , transformasi koordinat , dan lainnya .

Bentuk matriks :

Secara umum , invers dari matriks persegi A atau ditulis adalah sebagai berikut :

Dengan :

Det ( A ) = determinan matriks A dan Adj ( A ) adalah adjoin matriks A Adjoin matriks A = transpose dari matriks kofaktor A

Invers matriks digunakan untuk menyelesaikan persamaan matriks dan sistem persamaan liniear .

Seperti pada persamaan 1 akan lebih sederhana dengan menggunakan matriks : Y = Xb +

(5)

Y = [ ] , X =[

] , b =[ ] , [ ]=

Maka untuk mendapatkan penafsir kuadrat terkecil bagi b yang minimum

(Y-Xb )

= )

Berdasarkan sifat dari transpose matriks yaitu = karena ) adalah suatu scalar ( bilangan nyata = real number ) maka sama dengan transposenya

) = Xb

Sehingga persamaan (2 ) menjadi :

Dengan penurunan terhadap elemen elemen :

Kemudian disamakan dengan nol , maka setelah diperoleh

( Persamaan normal ) B= , dengan syarat ada invers

(6)

[

Metode yang digunakan adalah Metode bertatar (Stepwise ) . Metode ini digunakan untuk menentukan suatu persamaan regresi linier variabel respon ( Y ) terhadap varibel variabel bebas ( X ) adalah dengan cara menyusupkan peubah satu demi satu sampai diperoleh persamaan regresi yang memuaskan . Urutan menyisipannya

ditentukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial sebagai ukuran pentingnya peubah yang masih diluar persamaan .Prosedur dasarnya , langkah pertama adalah memilih X yang paling berkorelasi dengan Y ( misalkan ) kemudian dihitung persamaan regresi linier antara Y dengan . Setelah itu diuji apakah peubah tersebut nyata atau tidak . Jika tidak nyata proses berhenti dengan mengambil model

Y = Ŷ sebagai yang terbaik . Jika peubah tersebut nyata , dicari peubah peramal

(7)

persamaan regresi . Peubah X yang mempunyai koefisien korelasi parsial tertinggi dengan Y yang dipilih ( misalkan ) dan selanjutnya persamaan regresi kedua antara Y , , dan dihitung . Kemudian persamaan regresi tersebut diuji . Dan nilai F persial untuk kedua peubah yang ada di dalam persamaan diuji . Nilai F persial terendah ( misalnya ) kemudian dibandikan dengan nilai F tabel . Jika peubah tersebut nyata , dicari peubah peramal selanjutnya untuk dimasukkan kedalam peubah persamaan regresi . Namun juka tidak nyata maka proses diberhentikan dengan mengambil model regresi antara Y dengan sebagai persamaan regresi linier terbaik .

2.6 Membentuk Matriks Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi yang dicari adalah koefisien korelasi linier sederhana antara Y dan

Dengan rumus :

∑( ̅ ( ̅

√∑( ̅ ∑( ̅

Dengan :

̅ = ∑

̅ = ∑

i = 1, 2, 3, ... , n j =1, 2, 3, ... , n

Bentuk matriks koefisien korelasi sederhana antara Y dan :

r =

[

(8)

2.7 Membentuk Regresi Pertama

Variabel pertama yang diregresikan adalah variabel yang mempunyai harga mutlak koefisien korelasi yang terbesar antara Y dan , misalkan . Dari variabel ini dibuat persamaan regresi linier Y = + + , dengan cara sebagai berikut :

X = [

] [

∑ ∑ ]

Y=[ ] [ ∑

∑ ]

β= . Y = [ ]

Keberartian regresi diuji dengan tabel analisis variansi ( Anava ) Perhitungan untuk membuat Anava adalah sebagai berikut : SSR = - ( = ∑ ∑ - ∑

SST = = ∑ -∑ Dengan :

SSR = Sum Square Regresion ( Jumlah Kuadrat Regresi ) SST = Sum Square Total ( Jumlah Kuadrat Total )

J=

[

]

(9)

J = Matriks berordo n x n dengan semua nilai adalah 1 SSE = SST – SSR

MSR = MSE =

SSE = Sum Square Error ( Jumlah Kuadrat Kesalahan ) MSE = Mean Square Error ( Rata Rata Kuadrat Kesalahan )

Tabel 2.2 Analisa Variansi Untuk Uji Keberartian Regresi

Source DF SS MS

Regresi p-1 SSR MSR

MSR/ MSE

Residu n – p SSR MSE

Total SST

Uji Hipotesa :

: Regresi antara Y dengan tidak signifikan : Regresi antara Y dengan signifikan

Keputusan :

Bila < maka terima Bila maka terima Dengan :

(10)

Cara menyelesaikan variabel yang kedua diregresikan adalah memilih parsial korelasi variabel sisa yang terbesar . Untuk menghitung harga masing masing korelasi parsial bisa digunakan rumus :

= √( √( Dengan :

= Koefisien korelasi Y atas dengan sebagai variabel kontrol = Koefisien korelasi antara Y dengan

Koefisien korelasi antara dan Koefisien korelasi antara Y dengan

2.9 Membentuk Regresi Kedua

Dengan memilih parsial korelasi variabel sisa terbesar untuk variabel tersebut masuk dalam regresi kedua dibuat :

Dengan cara sebagai berikut :

X=[

]

∑ ∑ ∑

[ ]

[ ∑

(11)

β= [ ]

Uji keberartian regresi dengan tabel anava sama dengan langkah kedua yaitu dengan menggunakan tabel 2.2 . Berikutnya dicek apakah koefisien regresi signifikan , dengan hipotesa :

= 0

≠ 0

(

Sedangkan

Keputusan :

Bila terima artinya dianggap sama dengan nol , maka proses distop dan persamaan yang terbaik Y = . Bila tolak

artinya tidak sama dengan nol , maka variabel tetap di dalam penduga .

2.10 Seleksi Variabel Ketiga Diregresikan

Dipilih kembali harga parsial korelasi parsial variabel sisa terbesar . Menghitung harga masing masing parsial korelasi variabel sisa menggunakan rumus:

= ( √( √(

Dengan :

= Koefisien korelasi antara Y dengan

(12)

= Koefisien korelasi antara Y atas dengan sebagai variabel kontrol

2.11 Membentuk Persamaan Regresi Ketiga ( Regresi Ganda ) Dengan memilih parsial korelasi terbesar , persamaan regresi dibuat :

Dimana adalah variabel sisa yang mempunyai parsial korelasi terbesar , dengan cara sebagai berikut :

[

]

[

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑

∑ ∑

∑ ∑

]

[ ∑

∑ ∑ ∑ ]

Untuk proses selanjutnya , dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas .

(13)

Persamaan penduga Ŷ = dimana adalah semua variabel X yang masuk ke dalam penduga ( Faktor penduga ) dan adalah koefisien regresi untuk .

2.12.1 Pertimbangan Terhadap Penduga

Sebagai pembahasan suatu penduga , untuk menanggapi kococokan penduga yang diperoleh ada dua hal yang dipertimbangkan yakni :

a. Pertimbangan berdasarkan

Suatu penduga sangat baik digunakan apabila persentase variabel yang dijelaskan sangat besar atau → 1

b. Analisa Residu

Suatu regresi adalah berarti dan model regresinya cocok ( sesuai berdasarkan nilai observasi ) apabila asumsi dibawah ini dipenuhi :

berarti residu ( mengikuti distribusi normal dengan mean ( e ) = 0 dan varian ( = konstanta

Asumsi ini dibuktikan dengan analisa residu . Untuk langkah ini pertama tama dihitung residu ( sisa ) dari penduga , yaitu selisih dari respon observasi terhadap hasil keluaran oleh penduga berdasarkan prediktor observasi . Dengan rumus : dimana tabelnya seperti dibawah ini : Tabel 2.3. Residu

No . Observasi Respon ( Y ) Penduga ( ) Residu ( )

1

2

3

. . . .

. . . .

. . . .

N Y

Jumlah

(14)

Asusmsi

a. Rata –rata residu sama dengan nol ( ē = 0 ) b. Varian ( varian (

Keadaan ini dibuktikan dengan uji statistik dengan mengggunakan uji korelasi Rank

Spearman ( Spearman „s Rank Correlation Test ) . Uji Spearman merupakan salah

satu uji statistik non parameteris . Digunakan apabila ingin mengetahui kesesuaian antara 2 subjek dimana skala datanya adalah ordinal . Karena uji kesesuaian , maka jelas sifat hubungan kedua variabel adalah simetris , bukan resiprocal . Skala data jelas adalah nominal ( 2 subjek ) dengan interval yang diubah menjadi peringkat . Langkah – langkah yang dilakukan dalam analisis korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut :

1. Hipotesa

: Tidak ada hubungan antara variabel faktor – faktor yang mempengaruhi kriminalitas dengan jumlah kriminalitas

: ada hubungan antara variabel faktor – faktor yang mempengaruhi kriminalitas dengan jumlah krminalitas

2. Kriteria Pengujian Hipotesa

ditolak bila harga > dari diterima bila harga ≤ dari

Untuk uji ini , data yang diperlukan adalah Rank ( ) dan Rank ( ) , dimana :

= Rank ( ) - Rank ( ) . Hal ini ditunjukan dengan tabel berikut :

(15)

Jumlah

Koefisien korelasi Rank Spearman ( :

Keterangan :

= koefisien korelasi Rank Spearman

= perbedaan (selisih) dari pasangan rank ke- i n = Jumlah Observasi atau banyaknya pasangan rank

1. Tentukan nilai estimasi Y terhadap X untuk mendapatkan nilai residu 2. Susun nilai dari X , menurut susunan menaik atau menurun ( tanpa memperhatikan nilai ( + ) atau ( - ) dari karena kita mengambil nilai absolut untuk menghitung koefisien korelasi Rank Spearman . Untuk nilai ini data yang diperlukan adalah Rank ( dan Rank ( )

3. Lakukan pengujian koefisien rank spearman dengan uji t : √

N = Banyaknya data observasi / banyaknya individu atau pengamatan yang di rank –kan ; n – 2 adalah derajat kebebasan dan adalah taraf nyata hipotesa

Gambar

Tabel 2.1 Bentuk Pengolahan Data
Tabel 2.3. Residu
Tabel 2.4 Rank Spearman

Referensi

Dokumen terkait

terhadap variable tak bebasnya, dengan judul “Penggunaan Metode Backward untuk menentukan Persamaan Regresi Linier Berganda (Studi Kasus : Jumlah

Perumusan masal ah dalam penelitian yang berjudul “ Penggunaan Metode Backward untuk Menentukan Persamaan Regresi Linier Berganda (Studi Khasus : Jumlah. Penyalahgunaan

Penyalahgunaan Narkoba di POLRESTA Medan) ” ini adalah untuk menentukan persamaan penduga yang sesuai terhadap jumlah penyalahgunaan narkoba di.. Kepolisian resort

narkoba yang dianalisa dengan menggunakan metode backward untuk menentukan. persamaan regresi

Sudjana Dr, MA, Msc, Teknik analisi dan Korelasi, Tarsito Bandung, 1983. Mastar „Ain, Pahami Kejahatan Narkoba, LETUPAN –

Bagi para pembaca disarankan dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan metode lain untuk menentukan persamaan regresi berganda lainnya dengan menambahkan

yang melanggar atau bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah, artinya.. perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah,