• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan METODE Bahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertumbuhan METODE Bahan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

8 Aleuron merespon dengan cara mensintesis dan mensekresikan enzim pencernaan yang menghidrolisis makanan yang tersimpan dalam endosperma, yang menghasilkan molekul kecil yang larut dalam air, contohnya adalah α dan β amilase, suatu enzim yang menghidrolisis pati (c). Gula dan zat-zat makanan lain yang diserap dari endosperma oleh skutelum (kotiledon) dikonsumsi dan dihabiskan selama pertumbuhan embrio menjadi sebuah bibit (d). Mobilisasi zat-zat makanan pada benih selama proses perkecambahan tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1 Mobilisasi zat-zat makanan pada benih selama proses perkecambahan

Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan hasil perkembangan dari siklus kehidupan setiap tanaman dan berubah dalam bentuk volume dan massa (Oldeman 1990; Hopkins 1995) dalam Omon (2006). Menurut Zaede (1993) dalam Omon (2006) bahwa pertumbuhan tanaman merupakan hasil dua faktor yang berlawanan, yaitu faktor pertama merupakan hasil dari naiknya potensial biotik yang tidak terbatas dan kedua pertumbuhan merupakan hasil penyesuaian terhadap lingkungan dan umur (ekofisiologis). Pertumbuhan diawali dari pembelahan dan perbanyakan sel yang diikuti dengan pembentukan jaringan dan organ tanaman. Perubahan fungsi struktural menyebabkan setiap organ tanaman mewakili fungsi yang diadaptasikan dengan lingkungannya, misal perakaran akan berubah, arsitektur dan jumlahnya ketika berhadapan dengan media yang porous atau padat. Pertumbuhan dibagian atas tanah akan mengikuti arsitektur pohonnya yang disatukan oleh faktor genetik yaitu genetik dari setiap pohon.

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih tanaman cendana yang berasal dari Hutan Rakyat di Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dimana induknya telah disertifikasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Denpasar dan benih cabe (Capsicum frutescens) yang telah lulus uji mutu Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Bahan lainnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu asam borat (H3BO3) yang mengandung boron 11%, arang sekam, pasir,

(2)

9 Alat

Peralatan yang digunakan dalam membantu pelaksanaan penelitian yaitu bak tabur berukuran 40 cm x 25 cm x 10 cm, kantong polibag dengan ukuran 20 cm x 20 cm, alat sangrai, traktor pick-up, kaliper, dan mistar ukur. Alat-alat lainnya yang juga diperlukan dalam penelitian yaitu plastik ukuran 1 kg, gunting, timbangan digital, timbangan 60 kg, alat penyiram (gembor/sprayer), oven, gelas ukur, alat pelarut zat kimia (magnetic stirrer), kertas koran, spidol permanen, label, kamera digital, dan alat tulis.

Prosedur Percobaan

Prosedur penelitian “Pengaruh Boron dan Perendaman terhadap Perkecambahan Benih dan Arang Sekam terhadap Pertumbuhan Bibit Cendana (Santalum album Linn.)” meliputi seleksi benih, pembuatan media tabur,

penaburan benih, pembuatan media sapih dan penyapihan kecambah cendana, pemberian pupuk boron, pemeliharaan, serta pengamatan dan pengambilan data. Pelaksanaan dan penjelasan dari prosedur penelitian ini sebagai berikut:

Seleksi Benih

Seleksi benih dilakukan dengan cara memisahkan terlebih dahulu benih dari kotoran yang terbawa benih serta benih yang rusak, kurang, dan tidak bagus. Benih dipilih yang berwarna cokelat dan padat, berbentuk bulat, dan tidak keriput. (Surata 2006). Kondisi benih sebelum, sesudah diseleksi, dan diberi perlakuan awal dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Seleksi dan perlakuan awal benih cendana; A) benih cendana sebelum diseleksi, B) setelah diseleksi, dan C) yang diberi perlakuan awal

A B

(3)

10 Pembuatan Media Tabur

Pembuatan media tabur dilakukan dengan menggunakan bahan campuran antara pasir dan arang sekam dengan perbandingan 3:1 (v/v), pasir disaring terlebih dahulu supaya diperoleh butiran pasir yang halus dan terbebas dari kotoran yang terbawa pasir. Pasir disterilkan terlebih dahulu dengan cara disangrai selama kurang lebih empat jam untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit yang terbawa oleh media. Pasir yang telah disangrai kemudian dimasukkan ke dalam bak tabur berukuran 40 cm x 25 cm x 10 cm yang sebelumnya telah dicuci bersih dengan menggunakan air sabun dan dicampur dengan arang sekam. Arang sekam yang digunakan berasal dari proses pembakaran tidak sempurna sekam padi. Pasir yang sedang disangrai, pencucian bak tabur, dan media tabur yang siap digunakan tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3 Persiapan dan pembuatan media tabur untuk perkecambahan benih cendana; A) pasir yang sedang disangrai, B) pencucian bak tabur, dan C) media tabur

Penaburan Benih

Benih cendana yang sudah diseleksi, diberi perlakuan perendaman dengan asam borat yang sudah dilarutkan dalam air dengan kandungan boron sebesar 11%. Boron ditimbang masing-masing 0 g, 0.2 g, 0.4 g, dan 0.6 g dengan menggunakan timbangan digital untuk masing-masing konsentrasi yaitu 0 ppm, 200 ppm, 400 ppm, dan 600 ppm. Penggunaan konsentrasi 200 ppm, 400 ppm, dan 600 ppm diacu dari penelitian Munir (2000). Benih cendana kemudian direndam dengan waktu 3 jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam. Benih cendana ditaburkan ke media tabur. Benih cendana ditaburkan pada media tabur dengan teknik menabur dalam larikan dan dikecambahkan pada bak yang berisi media tabur. Benih cendana yang sudah ditabur selanjutnya ditutup dengan lapisan pasir

A B

(4)

11 tipis namun menutupi seluruh benih. Bak kecambah disiram air secukupnya dengan menggunakan sprayer atau gembor agar kelembaban media perakaran terjaga, kemudian ditutup dengan plastik putih transparan. Proses penaburan benih cendana hingga bak tabur yang telah ditutup dengan menggunakan plastik putih transparan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Proses penaburan benih cendana; A) penaburan benih, B) penutupan benih dengan lapisan tipis pasir setelah selesai penaburan, dan C) bak tabur yang telah ditutup plastik putih transparan

Pembuatan Media Sapih dan Penyapihan Kecambah Cendana

Media sapih yang digunakan adalah tanah latosol yang diperoleh dari belakang areal kantor Rumpin Seed and Nursery Center (RSSNC) dan pasir. Tanah latosol dan pasir disebut sebagai media dasar dengan perbandingan 3:1 (v/v) dan untuk perlakuan digunakan arang sekam serta boron. Konsentrasi pemberian arang sekam ke dalam media diberikan sebanyak 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, dan 10% dihitung berdasarkan berat isi dalam wadah (w/w). Menurut Heriyanto dan Siregar (2004) penambahan arang 10% ke dalam media tanam mampu meningkatkan pertambahan tinggi dan diameter anakan akasia mangium. Konsentrasi boron yang diberikan dalam penelitian ini yaitu 0 ppm, 200 ppm, 400 ppm, dan 600 ppm. Menurut hasil penelitian Munir (2000) konsentrasi boron 400 ppm menghasilkan mutu bibit sengon terbaik. Boron diberikan sebagai pupuk mikro cair pada tanaman. Media sapih selanjutnya dimasukkan ke dalam polibag berukuran 20 cm x 20 cm. Kecambah cendana yang telah memiliki dua sampai dengan empat helai daun dapat dipindahkan ke media sapih (polibag). Proses persiapan media sapih hingga penyapihan dapat dilihat pada Gambar 5.

A B

(5)

12

Gambar 5 Pembuatan media sapih dan penyapihan cendana; A) proses pencampuran tanah latosol dan pasir (media dasar), B) proses pencampuran media dasar dan arang sekam, C) media sapih, D) dan E) penyapihan, dan F) selesai penyapihan

Pemberian Pupuk Boron

Konsentrasi garam organik hara mikro yaitu boron pada asam borat (H3BO3) sebesar 11%. Pemberian pupuk boron tersebut dilakukan dengan

membuat larutan dengan masing-masing konsentrasi 0 ppm, 200 ppm, 400 ppm, dan 600 ppm, dengan cara menimbang asam borat (H3BO3) masing-masing 0 g,

0.2 g, 0.4 g, dan 0.6 g, kemudian masing-masing hasil timbangan boron dilarutkan dalam satu liter air. Pupuk boron diberikan sebanyak empat kali yaitu dua kali pada bulan pertama, selanjutnya diberikan setiap satu bulan sekali. Pemberian pupuk dilakukan selama tiga bulan setelah disapih atau dipindahkan ke dalam polibag. Dosis pemberian pupuk boron adalah 10 ml/semai setiap kali pemupukan. Proses pembuatan pupuk dan pemberian pupuk boron cair dapat dilihat pada Gambar 6.

C

A B

D

(6)

13

Gambar 6 Proses pembuatan pupuk boron cair dan pemupukan: A) proses memasukkan serbuk asam borat ke dalam air; B) proses pelarutan asam borat dan air dengan menggunakan magnetic stirer; dan C) pemberian pupuk boron cair

Pemeliharaan

Pemeliharaan terdiri dari kegiatan penyiraman, pengendalian hama, dan pengendalian fungi. Kegiatan penyiraman air dilakukan secara rutin sebanyak dua kali setiap pagi dan sore hari dan disesuaikan dengan kondisi kelembaban media. Kegiatan pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida langsung ke tanaman yang terserang hama dan dilakukan pula cara manual yaitu mematikan langsung hama yang meyerang semai, mencabut langsung gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan semai cendana, dan melakukan pemangkasan pada cabang inang atau mengurangi jumlah daunnya supaya tidak mengganggu pertumbuhan semai cendana. Kegiatan pengendalian fungi dilakukan dengan menyemprotkan fungisida pada seluruh semai dan media yang terserang fungi. Pengamatan dan Pengambilan Data

Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini ada 14 parameter. Parameter tersebut meliputi: daya kecambah (DB), kecepatan tumbuh (KT), nilai perkecambahan (NP), laju perkecambahan (LP), tinggi semai, diameter semai, kekokohan semai (KS), pengukuran berat kering pucuk semai (BKP), pengamatan akar (panjang akar, berat kering akar (BKA), dan jumlah akar sekunder), nisbah pucuk akar (NPA), berat kering total, dan perhitungan Indeks Mutu Bibit (IMB). Daya Berkecambah (DB)

Daya kecambah merupakan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi kecambah normal yang akan tercapai secara maksimal apabila sudah mencapai masak fisiologis (Copeland 1972 dalam Atmoko 2010).

A B

(7)

14 Menurut Bramasto et al. (2002) daya berkecambah diukur dalam presentase kecambah normal terhadap jumlah benih yang ditanam atau dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Jumlah benih yang berkecambah normal

Daya berkecambah = x 100%

Jumlah benih yang ditanam

Kecepatan Tumbuh (KT)

Menurut Sutopo (2002), secara umum vigor atau uji kekuatan tumbuh diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang suboptimal, ada kemungkinan benih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi semai normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum. Kekuatan tumbuh atau vigor benih dapat diungkapkan oleh tiga parameter salah satunya parameter kecepatan tumbuh (KT) benih (Sadjad et al.

1999). Kecepatan tumbuh benih dihitung dengan menggunakan rumus 80% dikalikan dengan jumlah benih yang berkecambah selama 12 minggu setelah tabur (12 MSTb). Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali, sehingga satuan kecepatan tumbuh benih pada penelitian ini adalah %/minggu.

Nilai Perkecambahan (NP)

Nilai perkecambahan merupakan indeks yang menyatakan kecepatan dan kesempurnaan benih untuk berkecambah. Nilai perkecambahan benih dapat dihitung berdasarkan rumus Czabator (1962) dalam Bramasto et al. (2002) sebagai berikut.

GV (%) = PV x MDG

% Perkecambahan tertinggi

PV = x 100%

Jumlah hari yang diperlukan untuk mencapainya % Perkecambahan pada akhir pengamatan

MDG = x 100%

Jumlah hari uji seluruhnya Keterangan: GV (germination value) = nilai perkecambahan

PV(peak value) = nilai puncak

MDG (mean daily germination) = rata-rata perkecambahan harian Laju Perkecambahan (LP)

Laju perkecambahan adalah jumlah hari yang diperlukan benih untuk pemunculan radikel atau plumula. Laju perkecambahan benih dapat dihitung berdasarkan rumus (Bramasto et al. 2002).

N1 T1 + N2 T2 + ... + Nx Tx Rata-rata hari =

Jumlah total benih yang berkecambah

Keterangan: N = jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu T = menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian dengan

(8)

15 Tinggi Semai

Pengukuran tinggi semai cendana dilakukan selama tiga bulan setelah penyapihan, dengan interval waktu pengamatan seminggu sekali. Tinggi semai cendana diukur dari titik penandaan batang 1.5 cm di atas permukaan media tanam dengan menggunakan spidol permanen sampai titik tumbuh tunas muda dengan menggunakan mistar ukur. Pertumbuhan tinggi semai cendana dihitung dengan cara tinggi akhir dikurangi dengan tinggi awal. Nilai tinggi semai cendana dinyatakan dalam satuan cm.

Diameter Semai

Pengukuran diameter dilakukan setiap satu minggu sekali selama tiga bulan. Pengukuran diameter dilakukan pada titik 1.5 cm di atas permukaan media tanam dengan menggunakan kaliper. Laju pertumbuhan diameter dihitung dengan mengurangi diameter akhir dengan diameter awal semai. Nilai diameter semai dinyatakan dalam satuan mm.

Kekokohan Semai (KS)

Kekokohan semai merupakan nilai perbandingan antara tinggi dengan diameter semai. Nilai kekokohan semai dihitung dengan menggunakan rumus:

Tinggi semai (cm)

Kekokohan semai (KS) =

Diameter semai (mm)

Pengukuran Berat Kering Pucuk (BKP)

Pengukuran berat kering pucuk semai dilakukan setelah semai dipanen (12 MSTn). Bagian pucuk semai kemudian dibungkus dengan menggunakan kertas koran dan diturunkan kadar airnya pada suhu 70 oC dalam waktu 72 jam, selanjutnya berat kering pucuk semai ditimbang. Nilai berat kering pucuk dinyatakan dalam satuan gram (g).

Pengamatan Akar

Kegiatan pengamatan akar dilakukan pada bibit yang berusia tiga bulan setelah penyapihan. Pengamatan arsitektur akar meliputi menghitung jumlah akar sekunder, pengukuran panjang akar, dan berat kering akar (BKA). Semai yang diberi perlakuan boron dibandingkan dengan semai kontrol (tanpa boron).

Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Nisbah pucuk akar (NPA) menggambarkan perbandingan antara berat kering bagian pucuk dengan bagian akar bibit yang dilakukan pada akhir pengamatan. Nisbah pucuk akar diperoleh dengan rumus sebagai berikut.

Berat kering bagian pucuk (g)

NPA =

(9)

16 Berat Kering Total (BKT)

Pengukuran berat kering total semai dilakukan setelah semai dipanen atau ketika tiga bulan disapih dalam polibag. Semai dipisahkan antara bagian akar dengan pucuknya kemudian dibungkus dengan menggunakan kertas koran dan diturunkan kadar airnya pada suhu 70 oC selama 72 jam, selanjutnya berat kering pucuk dan akar semai ditimbang. Nilai berat kering total diperoleh dari penjumlahan berat kering pucuk dan akar yang dinyatakan dalam satuan gram (g). Perhitungan Indeks Mutu Bibit (IMB)

Indeks mutu bibit dapat dihitung berdasarkan parameter penduga kunci penentu pertumbuhan semai dengan cara scoring. Parameter penduga kunci penentu pertumbuhan semai di antaranya parameter tinggi, diameter, dan berat kering total (BKT) semai (Supriyanto dan Fiona 2010).

Analisis Data Perkecambahan

Perkecambahan benih cendana diamati selama 12 minggu setelah tabur (12 MSTb). Rancangan percobaan yang digunakan untuk pengujian perkecambahan benih cendana adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, dengan dua faktor yaitu faktor konsentrasi boron (B) dengan empat taraf dan faktor lama waktu perendaman (W) dengan empat taraf. Jumlah ulangan sebanyak empat, tiap ulangan terdiri dari 25 benih. Total benih yang dibutuhkan untuk pengujian perkecambahan sebanyak 1600 benih. Faktor percobaan tersebut sebagai berikut: Faktor konsentrasi boron dalam ppm (B)

B0 = boron 0 ppm B1 = boron 200 ppm B2 = boron 400 ppm B3 = boron 600 ppm

Faktor lama waktu perendaman dalam jam (W) W1 = 3 jam

W2 = 6 jam W3 = 12 jam W4 = 24 jam

Menurut Matjik dan Sumertajaya (2002) model linier aditif yang secara umum digunakan pada rancangan percobaan acak lengkap dua faktor adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj +(αβ)ij + εijk

Yijk = respon/nilai pengamatan pada faktor konsentrasi boron ke-i, faktor lama waktu perendaman ke-j, pada ulangan ke-k

µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh utama faktor konsentrasi boron taraf ke-i βj = pengaruh utama faktor lama waktu perendaman taraf ke-j

(αβ)ij = pengaruh faktor interaksi percobaan faktor konsentrasi boron taraf ke-i dan faktor lama waktu perendaman taraf ke-j

(10)

17

εijk = pengaruh kesalahan percobaan yang disebabkan oleh taraf ke-i faktor konsentrasi boron dengan taraf ke-j faktor lama waktu perendaman pada ulangan ke-k

untuk i = 0, 1, 2, 3 j = 0, 1, 2, 3 k = 1, 2, 3, 4

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam uji F untuk mengetahui nilai Fhitung (Sugandi dan Sugiarto 1994). Sidik ragam dapat disebut juga dengan

ANOVA.ANOVA adalah suatu metode analisis data pada suatu eksperimen atau observasi dari kelompok sampel lebih dari dua untuk menyimpulkan variasi yang terjadi pada objek (Siregar 2004). Nilai Fhitung digunakan untuk pengujian

perlakuan dengan kriteria uji F sebagai berikut: 1. Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak H0

2. Jika Fhitung < Ftabel, maka terima H0

Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) bentuk hipotesis yang diuji dalam rancangan acak lengkap dua faktor adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh utama faktor konsentrasi boron:

H0 : α1 =…= αa = 0 (Faktor konsentrasi boron tidak berpengaruh).

H1 : paling sedikit ada satu i dengan αi ≠ 0

2. Pengaruh utama faktor lama waktu perendaman:

H0 : β1 =…= βb = 0 (Faktor lama waktu perendaman tidak berpengaruh).

H1 : paling sedikit ada satu j dengan βj ≠ 0

3. Pengaruh interaksi faktor konsentrasi boron dengan faktor lama waktu perendaman:

H0 : (αβ)11 = (αβ)12 = …= (βα)ab = 0 (Interaksi faktor konsentrasi boron dan

faktor lama waktu perendaman tidak berpengaruh) H1 : paling sedikit ada sepasang (i, j) dengan (αβ)ij ≠ 0

Hasil sidik ragam yang menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test/DMRT) pada taraf 5%. DMRT digunakan untuk menentukan variabel mana yang memiliki perbedaan cukup berarti terhadap variabel lainnya (Siregar 2004). Pengolahan dan analisis data hasil penelitian menggunakan software Microsoft Office Excel 2007, SPSS 16, dan SAS 9.0.

Pertumbuhan

Pertumbuhan semai cendana diamati selama 12 minggu setelah tanam (12 MSTn). Rancangan percobaan yang digunakan untuk pengujian pertumbuhan cendana adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, dengan dua faktor yaitu faktor penggunaan komposisi penambahan arang (A) dengan lima taraf dan faktor konsentrasi pupuk boron (B) dengan empat taraf. Jumlah ulangan sebanyak lima kali, tiap ulangan terdiri dari empat bibit. Total semai yang dibutuhkan untuk pengujian pertumbuhan cendana sebanyak 400 semai. Faktor percobaan tersebut sebagai berikut:

Faktor konsentrasi arang dalam % w/w (A) A0 = penambahan arang 0%

A1 = penambahan arang 2.5% A2 = penambahan arang 5% A3 = penambahan arang 7.5% A4 = penambahan arang 10%

(11)

18 Faktor konsentrasi pupuk boron dalam ppm (B)

B0 = pupuk boron 0 ppm B1 = pupuk boron 200 ppm B2 = pupuk boron 400 ppm B3 = pupuk boron 600 ppm

Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) model linier aditif yang secara umum digunakan pada rancangan percobaan acak lengkap dua faktor adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj +(αβ)ij + εijk

Yijk = respon/nilai pengamatan pada faktor penambahan arang sekam ke-i faktor pupuk boron ke-j, pada ulangan ke-k

µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh utama faktor penambahan arang taraf ke-i βj = pengaruh utama faktor pupuk boron taraf ke-j

(αβ)ij = pengaruh faktor interaksi percobaan faktor penambahan arang taraf ke-i dan faktor pupuk boron taraf ke-j

εijk = pengaruh kesalahan percobaan yang disebabkan oleh taraf ke-i faktor penambahan arang sekam dengan taraf ke-j faktor pupuk boron pada ulangan ke-k

untuk i = 0, 1, 2, 3, 4 j = 0, 1, 2, 3 k = 1, 2, 3, 4, 5

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam uji F untuk mengetahui nilai Fhitung (Sugandi dan Sugiarto 1994). Sidik ragam dapat disebut juga dengan

ANOVA.ANOVA adalah suatu metode analisis data pada suatu eksperimen atau observasi dari kelompok sampel lebih dari dua untuk menyimpulkan variasi yang terjadi pada objek (Siregar 2004). Nilai Fhitung digunakan untuk pengujian

perlakuan dengan kriteria uji F sebagai berikut: 3. Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak H0

4. Jika Fhitung < Ftabel, maka terima H0

Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) bentuk hipotesis yang diuji dalam rancangan rancangan acak lengkap dua faktor adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh utama faktor A:

H0 : α1 =…= αa = 0 (Faktor konsentrasi arang sekam tidak berpengaruh).

H1 : paling sedikit ada satu i dengan αi ≠ 0

2. Pengaruh utama faktor B:

H0 : β1 =…= βb = 0 (Faktor konsentrasi boron tidak berpengaruh).

H1 : paling sedikit ada satu j dengan βj ≠ 0

3. Pengaruh interaksi faktor A dengan faktor B:

H0 : (αβ)11 = (αβ)12 = …= (βα)ab = 0 (Interaksi faktor konsentrasi arang sekam

dan faktor konsentrasi boron tidak berpengaruh) H1 : paling sedikit ada sepasang (i, j) dengan (αβ)ij ≠ 0

Hasil sidik ragam yang menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test/DMRT) pada taraf 5%. DMRT digunakan untuk menentukan variabel mana yang memiliki perbedaan cukup berarti terhadap variabel lainnya (Siregar 2004). Pengolahan dan analisis data hasil penelitian menggunakan software Microsoft Office Excel 2007, SPSS 16, dan SAS 9.0.

Gambar

Gambar 1 Mobilisasi zat-zat makanan pada benih selama proses perkecambahan
Gambar 2   Seleksi dan perlakuan awal benih cendana; A) benih cendana sebelum  diseleksi, B) setelah diseleksi, dan C) yang diberi perlakuan awal
Gambar 3   Persiapan  dan  pembuatan  media  tabur  untuk  perkecambahan  benih  cendana; A) pasir yang sedang disangrai, B) pencucian bak tabur, dan  C) media tabur
Gambar 4   Proses  penaburan  benih  cendana;  A)  penaburan  benih,  B)  penutupan  benih dengan lapisan tipis pasir setelah selesai penaburan, dan C) bak  tabur yang telah ditutup plastik putih transparan
+3

Referensi

Dokumen terkait

6. Pengertian Instalasi Tenaga adalah pemasangan komponen-komponen peralatan listrik untuk melayani perubahan energy listrik menjadi tenaga mekanis dan kimia. Instalasi

Langkah-langkah penyelesaian sistem persamaan linier fuzzy dengan metode Cramer adalah dengan merepresentasikan bilangan fuzzy segitiga dalam bentuk potongan- , menghitung

Dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 20, diperoleh nilai koefisien determinasi variabel Responsivitas Pegawai (X) dan Kepuasan Pelanggan (Y) sebesar 0,297, yang

Dengan berlakunya Surat Edaran ini maka Surat Edaran Bupati Blitar Nomor:.331/154/409.06/2021 Tentang Perpanjangan Keenam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

Layanan bimbingan kelompok teknik self management dapat meningkatkan tanggung jawab kerja pada karyawan CV Erna Collection Kudus, diterima karena telah

Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula (Sartono, 2008), secara

Reaktor MSL ( Multi Soil Layering ) sangat efektif untuk mereduksi BOD, COD, TSS, dan minyak/lemak dalam limbah cair industri minyak goreng, dimana dapat memberikan

Tahap terakhir adalah mengimplementasikan desain input dan output sistem yang telah didesain ke dalam program dengan menggunakan bahasa pemrograman berbasis web