• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. WILAYAH ADMINISTRASI - DOCRPIJM 1479108450Bab 2 Lap AKHIR RPIJM Karo Rev00

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1. WILAYAH ADMINISTRASI - DOCRPIJM 1479108450Bab 2 Lap AKHIR RPIJM Karo Rev00"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 1

Bab

2.

PROFIL KABUPATEN KARO

2.1.WILAYAH ADMINISTRASI

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang berada pada ketinggian 120 – 1600 m di atas permukaan laut. Ibukota kabupaten adalah Kabanjahe yang berjarak 75 Km atau 1,5 jam perjalanan darat dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Di dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo.

Secara geografis letak Kabupaten Karo berada di antara 2o50’-3o19’ LU dan 97o55’-98o38’ BT dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Deli Serdang

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Toba Samosir

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara/Provinsi NAD.

(2)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 2 Gambar 2.1.

(3)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 3

Tabel 2-1

Jumlah Penduduk, Jumlah Desa dan Luas Wilayah Per Kecamatan

No Kecamatan Desa/

Jumlah Tahun 2014 269 2,127.25 382,622

Tahun 2013 269 2,127.25 363,755

1. Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut SukuBangsa Karo. Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu. Merga Silima yakni:

 Karo-Karo  Ginting  Sembiring  Tarigan

(4)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 4 Dari kelima Merga tersebut di atas, masih terdapat sub-sub Merga. Berdasarkan Merga ini maka tersusunlah pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada. Rakut Sitelu yaitu:

 Senina/Sembuyak

 Kalimbubu

 Anak Beru

2. Masyarakat Karo terkenal dengan semangat keperkasaannya dalam pergerakan merebut Kemerdekaan Indonesia, misalnya pertempuran melawan Belanda, Jepang, politik bumi hangus. Semangat patriotisme ini dapat kita lihat sekarang dengan banyaknya makam para pahlawan di Taman Makam Pahlawan di Kota Kabanjahe yang didirikan pada tahun 1950. 3. Penduduk Kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotis serta taqwa kepada Tuhan Yang

Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3 (tiga) hal pokok yang disebut Tuah, Sangap, dan Mejuah-juah.

Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang.

Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga,

bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang.

Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia dengan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.

Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.Selain suku bangsa Karo masih terdapat suku bangsa lainnya, seperti: Suku Batak, Suku Jawa, Suku Simalungun dan lain-lain.

2.2.2. TRANSPORTASI

(5)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 5 km. Untuk kondisi permukaan jalan yang ada, sebagian besar permukaan jalan di Kabupaten Karo merupakan aspal (675,20 km), sedangkan jenis permukaan jalan lainnya merupakan permukaan berbatu sepanjang 77,20 km, kerikil sepanjang 128,40 km, dan tanah sepanjang 244,50 km.

Table 2.2. Jarak Dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan (km), Kondisi dan Panjang Jalan di Kabupaten Karo Tahun 2010

No. Kecamatan Jarak Ibukota Kabupaten ke

(6)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 6

Table 2.3 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan dan Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2010

No. Kecamatan Kondisi Jalan (km) Panjang

Jalan Kecamatan

(km) Aspal Berbatu Kerikil Tanah

1 Mardingding 8,80 6,20 37,90 42,30 95,20

Sumber: Kabupaten Karo dalam Angka 2011

2.2.3. PARIWISATA

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Sumatera Utara yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Namun potensi yang ada tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan pengembangannya.

Potensi Obyek Wisata Kabupaten Karo adalah sebagai berikut.

Gambar 2.2.

(7)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 7

 Obyek wisata alam : Alam Pegunungan, Hutan Raya, Air Terjun. Danau, Air Panas Alam dan Gua.

 Obyek wisata budaya : Rumah Tradisional Karo, Kesenian Budaya Tradisional Karo, Upacara Ritual dan Pesta Tahunan.

 Obyek wisata peninggalan sejarah : Museum Karo Lingga, Peninggalan Meriam Putri Hijau, Peninggalan Bangunan Arsitektur Zaman Belanda.

 Agrowisata : perkebunan Jeruk, tanaman bunga-bungaan dan sayur-sayuran.

Kunjungan wisata ke Kabupaten Karo terus meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2009 terdapat 573.471 wisatawan domestik dan mancanegara, sampai dengan bulan Agustus 2010 tercatat 393.125 wisatawan.

Tabel 2.4. Data Kunjungan Wisata ke Kabupaten Karo

Tahun Domestik Wisman Jumlah Total kunjungan

wisatawan

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo (2010)

Objek wisata unggulan yang direncanakan akan dikembangkan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut.

1. Air Terjun Sipiso-piso dan Tongging – Danau Toba Air Terjun Sipiso-piso

(8)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 8

Tongging – Danau Toba

Danau ini merupakan suatu keajaiban karena berlokasi di atas dataran tinggi ± 800m dari permukaan laut dan menduduki ranking ke dua sebagai danau terbesar didunia.

Danau tersebut dikelilingi oleh bukit yang ditumbuhi oleh hutan pinus dan air yang berwarna biru.Dari Desa Tongging dapat dilakukan perjalanan danau ke Parapat.Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini 40 km dapat menggunakan kendaraan bus ukuran sedang.

2. Danau Lau Kawar

Danau ini memiliki luas ± 20 ha diapit oleh alam pegunungan yang ditumbuhi kayu kayuan hutan tropis dan di pinggir danau terbentang lahan seluas 3 ha sebagai lokasi tempat berkemah. Bagi wisatawan yang berjiwa petualangan dari obyek ini dapat melakukan kegiatan panjat tebing dan sekaligus pendakian ke puncak Gunung Sinabung. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini sekitar 27 km.

Gambar 2.3. Objek Wisata Air Terjun Sipiso-Piso

(9)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 9

3. Bukit Gundaling

Bukit Gundaling merupakan tempat wisata dengan pohon kayu yang rindang dan bunga bungaan yang sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda. Dari Puncak Bukit Gundaling terlihat panorama Gunung Sibayak dan Sinabung serta Kota Berastagi. Jarak dari Kota Berastagi ke Bukit Gundaling ± 2 km.

4. Agrowisata

Salah satu potensi pariwisata di Kabupaten Karo yang berpeluang untuk dikembangkan adalah agrowisata. Pertanian sayur-sayuran, budidaya tanaman bunga-bungaan, dan perkebunan jeruk merupakan sektor pertanian yang dapat diekspos sebagai objek wisata yang menarik.

Gambar 2.5. Danau Lau Kawar

Gambar 2.6. Bukit Gundaling dengan Panorama Kawasan Perkotaan Berastagi

(10)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 10 Walaupun begitu banyak dan beragamnya potensi kepariwisataan yang dimiliki oleh Kabupaten Karo, namun yang sudah berhasil diaktualisasikan atau difungsikan masih sangat terbatas. Pengembangan belum dilaksanakan secara optimal dengan dukungan dan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang terkoordinir dan sistem manajemen pengelolaan yang mantap, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa potensi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Karo masih memerlukan berbagai upaya peningkatan dan pengembangan lebih lanjut, agar apa yang diharapkan dari sektor ini betul-betul dapat menjadi kenyataan.

2.3. DEMOGRAFI dan URBANISASI

(11)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 11

Tabel 2-5

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2014

No. Kecamatan Nama Ibu Kota Luas Wilayah/ (Km2)

Sumber : Karo Dalam Angka Tahun 2014

Tabel 2-6

Jumlah Penduduk Per Kecamatan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Karo Tahun 2014

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Rasio

1 Mardingding 9 279 9 322 18 601 99,54

(12)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 12

Tabel 2-7

Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Di Kabupaten Karo Tahun 2014

KECAMATAN 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Karo Dalam Angka tahun 2014

Secara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Karo dapat dibedakan sebagai berikut :

Tabel 2-8

Persentase Penggunaan Lahan Kabupaten Karo Tahun 2003 - 2013

No Penggunaan Lahan Luas ( Ha ) Luas Persentase

10 Perkebunan Campuran 7.714 3,63

11 Alang-Alang 8.115 3,81

Jumlah 212.725 100

Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karo 2003 – 2013

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

2.4.1. Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

(13)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 13 berlaku. Sektor pertanian dikelompokkan menurut sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan sektor kehutanan.

Tabel 2.9. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rumah Tangga Pertanian Menurut Kecamatan Tahun 2014

Sumber : Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun 2014

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan suatu daerah. PDRB ini disajikan atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2014 sebesar 13.780,6 miliar rupiah. Dibandingkan dengan PDRB tahun 2013 yang nilainya sebesar 12.634,51 miliar rupiah, pada tahun 2014 terjadi kenaikan sebesar 1.146,09 miliar rupiah atau meningkat sebesar 9,07 persen. Untuk harga konstan, dengan menggunakan harga tahun dasar 2010 PDRB Kabupaten Karo juga mengalami kenaikan dari sebesar 10.768,99 miliar rupiah pada tahun 2013 menjadi 11.326,4 miliar rupiah pada tahun 2014.

(14)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 14 Meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,98 persen. Sektor pertanian masih mendominasi struktur perekonomian Kabupaten Karo pada tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan besarnya sumbangan sektor ini dalam pembentukan PDRB Kabupaten Karo yang mencapai 56,61 persen atau sebesar 7.801,41 miliar rupiah. Sedangkan penyumbang terkecil diberikan oleh sektor listrik dan gas sebesar 0,06 persen.

Gambar 2.8. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

2.4.2. Sosial Masyarakat

(15)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 15

Tabel 2-10

Jumlah Sarana Ibadah Di Kabupaten Karo Tahun 2014

Wilayah

Sumber : Karo dalam angka tahun 2014

2.4.3. Data Kondisi Lingkungan Strategis

Topografi

Ditinjau dari kondisi topografinya, wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah +140 m di atas permukaan laut (Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi adalah + 2.451 m di atas permukaan laut (Gunung Sinabung). Daerah Kabupaten Karo yang berada di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan kondisi topografi yang berbukit dan bergelombang, maka di wilayah ini ditemui banyak lembah-lembah dan alur-alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curam/terjal.

Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 120–1.600 meter di atas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut.

 Daerah ketinggian 120-200 meter DPL seluas 28.606 ha (13,45%).

(16)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 16

 Daerah ketinggian 500-1.000 meter DPL seluas 84.892 ha (39,91%).

 Daerah ketinggian 1.000-1.400 meter DPL seluas 70.774 ha (33,27%).

 Daerah ketinggian > 1.400 meter DPL seluas 10.597 ha (4,98%).

Kemiringan tanah di Kabupaten Karo mulai dari datar sampai dengan curam sesuai dengan kondisi wilayah yang berada di dataran tinggi. Luasan dan persentase kondisi kemiringan tanah dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Table 2.11.

Luasan dan Persentase Kemiringan Tanah Kabupaten Karo

No. Kemiringan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Datar 2 % 23.900 11,24

2 Landai 2 – 15 % 74.919 35,22

3 Miring 15 – 40 % 41.169 19,35

4 Curam 40 % 72.737 34,19

Sumber: Kabupaten Karo Dalam Angka 2015

Jenis Tanah

Kabupaten Karo memiliki berbagai jenis tanah yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tanaman pangan, palawija dan hortikultura. Setiap jenis tanah mengandung karakteristik tersendiri dan dapat diolah dengan baik serta menghasilkan produksi yang optimal jika jenis komoditi yang akan ditanam disesuaikan dengan jenis tanah yang ada.

Di wilayah kabupaten yang cukup luas, mencapai 2.127,25 Km2. Terdapat berbagai jenis-jenis tanah dan batuan. Untuk jenis tanah dan batuan yang ada di Kabupaten Karo, terdapat :

• Kelompok andosal mencapai 41.770 Ha (46%),

• Kelompok podsolik merah kuning 24.474 Ha (26,95%)

• Kelompok regosal dan latasol mencapai 1.374 Ha (1,51%) dan

• Kelompok lainnya mencapai 23.171 Ha (25,52%) seperti podsal, regosal, aluvial dan lain-lain.

Sumber Daya Mineral/Bahan Galian

(17)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 17 Salah satu sumberdaya mineral/bahan galian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah energi panas bumi yang terdapat di Kecamatan Merdeka dan Payung. Untuk energi panas bumi yang terdapat di Desa Semangat Gunung Kecamatan Merdeka, cadangan terduga sebesar 68 MW dan sudah/sedang dieksploitasi PT. PERTAMINA (Persero) dimana uapnya dijual ke PT. Dizamatra Powerindo menghasilkan 2 x 2,5 MW.

Klimatologi

Karena terletak dekat dengan garis khatulistiwa, maka keadaan iklim di Kabupaten Karo tergolong kedalam daerah beriklim tropis yang mempunyai 2 (dua) musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2 – 3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata di atas 1.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.000 – 4.000 mm/tahun. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli.

Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2007 tertinggi pada bulan Oktober sebesar 363 mm dan terendah pada bulan Februari sebesar 63 mm. Sedangkan jumlah hari hujan tertinggi pada bulan September sebanyak 20 hari dan terendah pada bulan Februari sebanyak 7 hari. Suhu udara di Kabupaten Karo berkisar antara 18,40C – 19,30C dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 88,39%.

Arah angin di Kabupaten Karo terbagi atas dua musim yakni:

a. Angin berhembus dari arah Barat, kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret. b. Angin berhembus dari arah Timur dan Tenggara, antara bulan April sampai dengan bulan

September.

2.4.4. Data Resiko Bencana Alam Bencana Alam Wilayah Kabupaten Karo

Berdasarkan kondisi geologinya, Kabupaten Karo memiliki tiga bahaya alam beraspek geologi yang selanjutnya dapat berpotensi terhadap terjadinya bencana alam, yaitu gempa bumi, potensi bahaya letusan gunung api dan bahaya gerakan tanah atau longsor.

• Bahaya Gempa Bumi

(18)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 18 di bagian barat Kabupaten Karo tepatnya di Kecamatan Lau Baleng dan menerus di Kecamatan Mardinding dilintasi, dimana jalur gempa tersebut merupakan jalur patahan utama Sumatera yang dikenal dengan patahan geser Semangko. Sedangkan gempa bumi vulkanik, bersumber dari vulkanik atau aktivitas Gunung api Sibayak dan Gunung api Sinabung. Gempa pada jalur patahan dengan kekuatan tergolong tinggi pernah terjadi pada tahun 1936 dengan kekuatan > 6 SR. Dari data-data kegempaan, pusat-pusat gempa tersebut secara umum berada pada jalur-jalur struktur geologi (lihat peta geologi), hal ini menunjukan bahwa jalur-jalur-jalur-jalur struktur tersebut tergolong aktif.

Berdasarkan data kegempaan dan data struktur geologi yang ada di Kabupaten Karo, selanjutnya diperoleh zona-zona bahaya gempa dengan dasar pembagian zona-zona nya sebagai berikut :

- Zona bahaya tinggi, zona pada range < 100 m dari jalur struktur

- Zona bahaya sedang, zona pada range 100 m – 1000 m dari jalur struktur - Zona bahaya rendah, zona pada range > 1000 m dari jalur struktur

• Bahaya Gunung Api

Gunung api aktif yang terdapat di Kabupaten Karo adalah Gunung Api Sinabung yang masuk dalam Kecamatan Payung dan Kecamatan Simpang Empat dan Gunung Sibayak (sebagian) berada di Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Berastagi. Kedua gunung api tersebut tergolong tipe B, artinya tidak pernah (tercatat) meletus sejak tahun 1600 sampai sekarang, namun ada lubang letusan (kawah tidak aktif) di tubuh/puncaknya. Bukti adanya aktivitas gunung api tersebut ditunjukan oleh adanya produk aliran larva dan batuan piroklastik sebagai hasil letusan gunung api Sinabung maupun Sibayak pada masa lampau. Saat ini aktifitas yang terdapat dikedua gunung api tersebut terbatas pada erupsi fumarol dan solfatar. Sekalipun tidak tergolong aktif tipe A, tetap harus diwaspadai terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan keaktifanya.

• Bahaya Gerakan Tanah atau Longsor

(19)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 19 Kecamatan Munte, Kecamatan Lau Baleng dan Kecamatan Juhar. Kecamatan-kecamatan tersebut memiliki potensi gerakan tanah mulai dari rendah, menengah sampai tinggi.

Potensi gerakan tanah rendah adalah daerah yang secara umum mempunyai kerentanan rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini gerakan tanah umumnya jarang terjadi kecuali jika mengalami gangguan pada lerengnya. Potensi gerakan tanah menengah adalah daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada Zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

Potensi gerakan tanah tinggi adalah daerah yang mempunyai potensi Tinggi untuk terjadi Gerakan Tanah. Pada Zona ini dapat terjadi Gerakan Tanah jika curah hujan diatas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali. Untuk lebih jelasnya wilayah potensi gerakan tanah di Kabupaten Karo tahun 2007 - 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.12

Tabel 2.12

Wilayah Potensi Gerakan Tanah di Kabupaten Karo

No Kecamatan Potensi Gerakan Tanah

1 Mardinding Menengah

2 Kutabuluh Menengah - Tinggi

3 Payung Menengah - Tinggi

4 Simpang Empat Menengah - Tinggi

5 Kabanjahe Bagian Utara Menengah - Tinggi

6 Berastagi Bagian Utara Menengah - Tinggi

7 Tiga Binanga Menengah - Tinggi

8 Barusjahe Menengah

9 Tiga Panah Rendah

10 Merek Menengah

11 Munte Rendah

12 Laubaleng Menengah - Tinggi

13 Juhar Menengah - Tinggi

Sumber : Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

2.4.5 Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

A. Pariwisata

(20)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 20 direncanakan potensi dan obyek-obyek wisata Kabupaten Karo akan terus digali, dikembangkan dan diberdayakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Obyek wisata tersebut yang antara lain Bukit Gundaling, Gunung Sibayak, Gunung Sinabung, Peceran, Lingga, Taman Hutan Raya, Berastagi, Air Terjun Sipiso-piso, Tongging, Lau Debuk-debuk, Danau Lau Kawar, Air Terjun Sikulikap, Semangat Gunung, Sikodon-kodon, dan lain-lain. Kondisi geografis Kabupaten Karo juga berpotensi untuk wisata alam, misalnya kawasan hutan sebagai obyek bagi ekowisata. Kabupaten Karo yang sudah lama dikenal sebagai sentra produksi komoditas sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman bunga juga akan dikelola dan dikembangkan menjadi obyek wisata agrowisata. Adat istiadat masyarakat akan diusahakan menjadi daya tarik bagi wisatawan baik dalam dan luar negeri. Untuk mendukung rencana tersebut peningkatan pelayanan fasilitas umum dan penyediaan sarana, prasarana, dan akomodasi akan menjadi prioritas dalam membangun perekonomian Kabupaten Karo.

Kawasan cagar budaya adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami khas berada dan kawasan ini sangat bermanfaat jika dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Dalam pengembangan kawasan pariwisata berupa kawasan cagar budaya ini direncanakan di Kecamatan Berastagi (Desa Sempajaya), Kecamatan Simpang Empat (Desa Lingga), dan Kecamatan Merek (Desa Dokan).

Obyek wisata yang dapat dikembangkan untuk konsumsi regional dan nasional/internasional saat ini terbatasnya pengembangan obyek wisata yang ada hanya berlingkup lokal atau belum dikelola dengan baik. Untuk peruntukan pariwisata alam di Kabupaten Karo diarahkan pada: 1) Kecamatan Berastagi (Bukit Gundaling, Lau Debuk-debuk, Air Terjun Sikulikap, Panorama

Doulu, Deleng Kutu, dan Taman Hutan Raya). 2) Kecamatan Naman Teran (Danau Lau Kawar) 3) Kecamatan Simpang Empat (Uruk Tuhan)

4) Kecamatan Kutabuluh (Gua Liang Dahar dan Air Terjun Blingking)

5) Kecamatan Merek (Air Terjun Sipiso-piso, Gunung Sipiso-piso, Tongging, dan Sikodon-kodon)

(21)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 21

B. Permukiman dan Perumahan

Kawasan permukiman terdiri dari permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan. Pengembangan Permukiman pada hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kondisi permukiman perkotaan dan perdesaan yang sehat dan layak huni (liveable), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan sehingga tercipta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman, Pemerintah Kabupaten Karo merencanakan penetapan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi. Dalam proses penetapannya dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana dasar serta potensi-potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan mampu meningkatkan kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang.

Di sisi lain, terdapat lingkungan permukiman yang telah berkembang relatif sangat cepat dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi sehingga cenderung mengakibatkan lingkungan permukiman menjadi kumuh (slum area) karena keterbatasan ketersediaan prasarana dan sarana dasar.

Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan pada daerah pusat-pusat pelayanan, yaitu pada setiap ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan utama akan direncanakan pada Kota Kabanjahe. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan tersebut dilakukan dengan meningkatkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang seharusnya ditempatkan sesuai dengan fungsi kotanya, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan perdagangan, perekonomian, pemerintahan, jasa, dan lain sebagainya.

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Karo diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman.

(22)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 22 sehingga berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan, dan masalah sosial semakin kompleks.

Untuk mengantisipasi fenomena ini, Pemerintah Kabupaten Karo berupaya membuka akses ke pinggiran kota dengan membuka prasarana jalan baru, menata lingkungan kumuh berbasis komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara lingkungan permukimannya menjadi tertata, bersih, dan layak huni.

Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik yang belum diolah (eksplorasi) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat, yaitu pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman.

Pembangunan dan pengembangan pusat pertumbuhan permukiman perdesaan dan kawasan agropolitan perlu dilakukan secara bertahap sehingga nantinya antar kawasan memiliki potensi dan karakteristik khas yang saling mendukung dan melengkapi. Keterpaduan antar kawasan akan lebih efisien dan efektif dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar perdesaannya.

C. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Penentuan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan metode scoring

terhadap informasi geologi. Caranya dengan membobot parameter geologi yang berperan dalam penentuan masing-masing kawasan rawan bencana dan mengalikan dengan nilai kemampuan dari masing-masing parameter geologi sesuai situasi kondisi wilayahnya.

Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Karo berada pada ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut dengan kelerengan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi dan mampu meresapkan air kedalam tanah termasuk di dalamnya kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung, hutan register, dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

Hasil analisis kondisi geologi Kabupaten Karo yang dikombinasi dengan data curah hujan, diperoleh tiga zona bahaya longsoran, yaitu :

(23)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015- 2019

Page |

II

- 23 c. Kawasan rawan bencana longsor rendah.

Berdasarkan potensi bahaya yang akan ditimbulkan dan konsidi topografinya, maka kawasan rawan bencana letusan Gunung Api Sinabung dan Sibayak secara umum dibagi atas dua kawasan rawan, yaitu Kawasan rawan bencana Gunungapi II atau daerah bahaya dan Kawasan rawan bencana Gunung berapi I atau daerah Waspada seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2.

Gambar

Gambar 2.1.
Tabel 2-1
Table 2.2. Jarak Dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan (km),  Kondisi dan Panjang Jalan di Kabupaten Karo Tahun 2010
Table 2.3 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan dan Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan cara menghafal Al- Qur‘an.. Sebelum anda mulai menghafal target harian, terlebih dahulu anda harus dapat membacanya dengan benar. Jika anda tidak yakin dengan bacaan

(3) Neracalahanmenunjukkankondisi surplus sebesar 72.115,90 Ha pada saat existing , surplus pada 72.096,85 Ha jika terjadi alih fungsi lahan hutan lindung kehutan produksi

Bila benda berbentuk silinder bundar dipotong pada bagian yang tegak lurus aliran yang datang, sampai nilai sudut potong tertentu, gaya tahanan yang bekerja pada silinder..

atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk. menghasilkan arus data yang akan keluar

Hasil perhitungan kegagalan per satu juta kesempatan (DPMO) sebesar 79.375 sehingga diperoleh tingkat sigma sebesar 2,91 dan dapat disimpulkan bahwa kapasitas proses di CV

Adapun judul tugas akhir penulis adalah “ SISTEM INFORMASI PENJUALAN PAKAIAN DWICACOLLECTION BERBASIS E-..

“The launching of the new communication format is intended to enhance public and customer awareness of the variety of Indosat’s products and services as well as the benefits

Data yang dikumpulkan meliputi data jumlah telur yang berhasil dan gagal menjadi berudu, data peluang hidup melalui pengamatan berudu dalam proses metamorfosisnya menjadi