• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH - DOCRPIJM 1505808022BAB II PROFIL KAB SEMARANG AKHIR REV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH - DOCRPIJM 1505808022BAB II PROFIL KAB SEMARANG AKHIR REV"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KABUPATEN SEMARANG

2.1. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH

Kabupaten Semarang merupakan wilayah bagian utara

sebelah selatan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Kota Semarang). Secara geografis, Kabupaten Semarang terletak pada posisi 110

Lintang Selatan. Adapun batas berikut :

Sebelah Utara : Kota Semarang dan Kabupaten  Sebelah Timur : Kabupaten

Sebelah Selatan : Kabupaten  Sebelah Barat : Kabupaten

Di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang terdapat wilayah Kota Salatiga. wilayahnya Kabupaten Semarang seluruhnya kurang lebih

kecamatan, 208 desa, 27 kelurahan, 1.5

Pringapus 7.834,70 ha (8,25%) dan terkecil adalah Kecamatan Ambarawa Secara spasial kondisi administrasi Kabupaten Semarang dapat dilihat pada Kabupaten Semarang. Sele

jumlah desa, kelurahan, RW dan RT TABEL II. 1 LUAS WILAYAH

Kabupaten Semarang merupakan wilayah bagian utara Provinsi Jawa Tengah, berada di sebelah selatan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Kota Semarang). Secara geografis, Kabupaten Semarang terletak pada posisi 110 14’54,7” - 110 39’33,3” Bujur Timur dan 7

Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Semarang adalah sebagai

: Kota Semarang dan Kabupaten Demak upaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan upaten Boyolali dan Kabupaten Magelang upaten Temanggung dan Kabupaten Kendal

tengah wilayah Kabupaten Semarang terdapat wilayah Kota Salatiga. wilayahnya Kabupaten Semarang seluruhnya kurang lebih 95.020,67 ha yang terbagi

kecamatan, 208 desa, 27 kelurahan, 1.565 RW, dan 6.628 RT. Wilayah terluas adalah Kecamatan %) dan terkecil adalah Kecamatan Ambarawa 2.822,10

kondisi administrasi Kabupaten Semarang dapat dilihat pada Selengkapnya mengenai jumlah luas wilayah Kabupaten jumlah desa, kelurahan, RW dan RT dapat dilihat pada tabel berikut :

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA, KELURAHAN, RW DAN RT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 sebelah selatan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Kota Semarang). Secara geografis, Kabupaten 39’33,3” Bujur Timur dan 73’57” - 7 30’00’’ dministrasi Kabupaten Semarang adalah sebagai

(2)

No Kecamatan Luas (

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 201

Kegiatan pembangunan di Kabupaten

lahan untuk aktivitas kota, baik untuk fungsi kegiatan terbangun kota maupun non terbangun kota. Berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2015, penggunaan lahan di Kabupaten

didominasi oleh lahan pertanian

34.743,23 ha. Selengkapnya untuk jenis penggunaan

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 201

Sumber : Kabu

Gambar 2. 1 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Kabupaten Semarang

Luas (Ha) Desa Kelurahan RW

Kegiatan pembangunan di Kabupaten Semarang, tidak terlepas dari kondisi penggunaan lahan untuk aktivitas kota, baik untuk fungsi kegiatan terbangun kota maupun non terbangun kota.

penggunaan lahan tahun 2015, penggunaan lahan di Kabupaten

didominasi oleh lahan pertanian seluas 60.277,43 ha, sedangkan untuk bukan pertanian seluas 34.743,23 ha. Selengkapnya untuk jenis penggunaan lahan di Kabupaten Semarang dapat dilihat

berikut :

JENIS PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

Pertanian Bukan Pertanian

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016 (Diolah, 2016)

Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Kabupaten Semarang lahan untuk aktivitas kota, baik untuk fungsi kegiatan terbangun kota maupun non terbangun kota. penggunaan lahan tahun 2015, penggunaan lahan di Kabupaten Semarang seluas 60.277,43 ha, sedangkan untuk bukan pertanian seluas lahan di Kabupaten Semarang dapat dilihat

TAHUN 2015 (DALAM HA)

(3)
(4)

Jenis penggunaan lahan untuk tanah sawah dapat diuraikan berdasarkan jenis pengelolaannya menurut jaringan irigasinya, yaitu irigasi dan tadah hujan. Luasan tanah sawah terbesar adalah irigasi seluas 16.602,12 ha, sedangkan untuk luas sawah tadah hujan seluas 7.316,52 ha. Sawah irigasi terluas berada di Kecamatan Suruh seluas 1.852,32 ha dan terkecil di Kecamatan Getasan seluas 24 ha. Sawah tadah hujan terluas berada di Kecamatan Suruh seluas 1.099,31 ha dan terkecil di Kecamatan Getasan seluas 24,00 ha. Selengkapnya untuk luasan lahan sawah di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 3 LAHAN PERTANIAN (SAWAH) DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 (DALAM HA)

No Kecamatan Irigasi Tadah Hujan Jumlah

1 Getasan 24,00 2,00 26,00

2 Tengaran 652,85 230,59 883,44

3 Sususkan 1.742,16 238,08 1.980,24

4 Kaliwungu 1.049,28 59,35 1.108,63

5 Suruh 1.852,32 1.099,31 2.951,63

6 Pabelan 1.242,47 1.089,63 2.332,10

7 Tuntang 1.007,71 452,73 1.460,44

8 Banyubiru 1.213,42 10,97 1.224,39

9 Jambu 409,90 40,89 450,79

10 Sumowono 616,96 112,70 729,66

11 Ambarawa 755,09 194,44 949,53

12 Bandungan 1.384,74 171,16 1.555,90

13 Bawen 646,17 461,29 1.107,46

14 Bringin 1.479,60 561,87 2.041,47

15 Bancak 344,68 842,03 1.186,71

16 Pringapus 827,67 427,13 1.254,80

17 Bergas 372,18 654,52 1.026,70

18 Ungaran Barat 674,17 238,27 912,44

19 Ungaran Timur 306,75 429,56 736,31

Jumlah 16.602,12 7.316,52 23.918,64

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016, (Diolah, 2016)

(5)

TABEL II. 4 LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 (DALAM HA)

No Kecamatan Tegal / Kebun Perkebunan Rakyat Hutan Kolam/Empang Lainnya Jumlah

1 Getasan 3.328,53 500,57 168,43 - - 3.997,53 2 Tengaran 1.113,38 115,33 653,23 1,99 - 1.883,93 3 Sususkan 733,03 77,10 772,90 1,52 84,13 1.668,68

4 Kaliwungu 549,68 55,66 193,54 - - 798,88

5 Suruh 987,59 97,29 294,20 - - 1.379,08

6 Pabelan 652,55 299,15 161,54 - - 1.113,24

7 Tuntang 801,26 926,24 254,84 10,32 - 1.992,66 8 Banyubiru 1.917,27 52,44 239,00 - - 2.208,71

9 Jambu 2.985,01 600,48 329,56 - - 3.915,05

10 Sumowono 2.589,62 470,03 531,56 - - 3.591,21 11 Ambarawa 533,14 74,58 52,43 5,23 - 665,38 12 Bandungan 1.018,00 140,72 266,29 3,04 - 1.428,05 13 Bawen 934,36 533,29 309,16 - 63,04 1.839,85 14 Bringin 1.346,23 506,43 124,42 - 3,13 1.980,21 15 Bancak 1.273,49 189,98 127,26 - - 1.590,73 16 Pringapus 972,82 673,53 90,74 - - 1.737,09 17 Bergas 685,57 772,25 269,27 0,77 - 1.727,86 18 Ungaran Barat 716,19 654,23 63,59 2,38 - 1.436,39 19 Ungaran Timur 1.050,74 248,51 95,52 - - 1.394,77

Jumlah 24.188,46 6.987,81 4.997,48 25,25 150,30 36.349,30

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016, (Diolah, 2016)

Gambar 2. 3 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Kabupaten Semarang Tahun 2015

Lahan bukan pertanian di Kabupaten Semarang terdiri dari penggunaan rumah bangunan seluas 20.677,52 ha, hutan negara seluas 8.693,06 ha, rawa seluas 2.467,09 ha, penggunaan lainnya seluas 2.905,92 ha. Penggunaan lahan kering terbesar di Kecamatan Pringapus seluas 4.843,28 ha. Selengkapnya untuk luasan lahan kering di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 5 LAHAN BUKAN PERTANIAN DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 (DALAM HA)

No Kecamatan Bangunan Rumah, Hutan Negara Rawa Lainnya (Jalan, Sungai, Kuburan, dll) Jumlah

1 Getasan 908,55 1.284,49 - 362,97 2.556,01

2 Tengaran 1.814,59 - - 147,64 1.962,23

3 Sususkan 1.074,79 - - 162,77 1.237,56

4 Kaliwungu 998,12 - - 89,37 1.087,49

5 Suruh 1.909,72 - - 161,05 2.070,77

6 Pabelan 1.210,70 - - 141,48 1.352,18

7 Tuntang 1.311,30 - 683,39 167,31 2.162,00

8 Banyubiru 711,09 314,51 886,13 96,62 2.008,35

(6)

No Kecamatan Bangunan Rumah, Hutan Negara Rawa Lainnya (Jalan, Sungai, Kuburan, dll) Jumlah

10 Sumowono 567,59 579,09 - 95,45 1.242,12

11 Ambarawa 572,28 - 497,51 137,45 1.207,24

12 Bandungan 922,34 816,12 - 100,91 1.839,37

13 Bawen 1.208,10 - 400,06 101,54 1.709,69

14 Bringin 1.182,50 819,22 - 165,68 2.167,40

15 Bancak 865,30 652,40 - 89,42 1.607,11

16 Pringapus 824,68 3.908,98 - 109,62 4.843,28

17 Bergas 1.827,96 - - 150,64 1.978,59

18 Ungaran Barat 1.112,87 - - 134,33 1.247,19 19 Ungaran Timur 1.060,25 318,25 - 289,59 1.668,08

Jumlah 20.677,52 8.693,06 2.467,09 2.905,92 34.743,53

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016, (Diolah, 2016)

Gambar 2. 4 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Kering Kabupaten Semarang

(7)
(8)

2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN SEMARANG

Potensi wilayah Kabupaten Semarang perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan ekonomi wilayah kabupaten. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang turut ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi. Perkuatan infrastruktur perkonomian harus terus diupayakan oleh Pemerintah Daerah agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan pemerataan ekonomi pada semua wilayah dan sektor usaha serta memberikan dampak ganda (multiplier effect). Beberapa potensi wilayah Kabupaten Semarang yang perlu didukung pembangunannya dengan infrastruktur permukiman sebagai berikut : 1. Potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Semarang, meliputi:

a. Air Terjun Semirang b. Candi Gedong Songo

c. Curug Kembar Bolodewo Banyubiru d. Fountain Water Park Ungaran e. Gua Maria Kerep Ambarawa f. Kampoeng Kopi Banaran g. Kartika Wisata Kopeng h. Kolam Renang Bu Sri

i. Kolam Renang Taman Indah Sari j. Kolam Renang Tirto Argo (Siwarak) k. Langen Tirto

l. Makam Nyatnyono

m. Museum Palagan Ambarawa n. Museum Kereta Api Ambarawa o. New Bandungan Indah Divaland p. Pemandian Muncul

q. Taman Bukit Cinta Rawa Pening r. Taman Wisata Rawa Permai s. Umbul Sido Mukti

t. Wana Wisata Penggaron u. Wana Wisata Umbul Songo v. Wisata Argo Tlogo 2. Potensi cagar budaya

a. Lingkungan Bangunan Non Gedung

1) Makam kuno Desa Nyatnyono di Kecamatan Ungaran Barat. 2) Monumen Perjuangan Lemahabang di Kecamatan Bergas. 3) Situs Candi Ngempon di Kecamatan Bergas.

4) Munumen Wonorejo di Kecamatan Pringapus.

5) Situs Candi Bubrah Desa Candirejo di Kecamatan Pringapus. 6) Makam Dr. Cipto Mangunkusumo di Kecamatan Ambarawa. 7) Makam Jenderal Gatot Subroto di Kecamatan Ungaran Timur.

Comment [R1]: Pedoman : potensi wilayah yang dimiliki oleh kabupaten/kota,

(9)

9) Candi Gedongsongo di Kecamatan Bandungan.

10)Situs Watu Lumpuk Kyai Renggani Sura Desa Jubelan Kecamatan Sumowono. 11)Tugu Desa Kelurahan di Kecamatan Jambu.

12)Situs Brawijaya Candi Dukuh Desa Rowoboni di Kecamatan Banyubiru. 13)Makam Cukilan di Kecamatan Suruh.

14)Situs Senjaya di Kecamatan Tengaran. 15)Situs Klero di Kecamatan Tengaran.

16)Jalur rel kereta api Tuntang - Ambarawa - Bedono. 17)Situs Candirejo di Kecamatan Ungaran Barat.

18)Ganesha besar (Mbah Dul Jalal) Sikunir di Kecamatan Bergas. 19)Situs Kalitaman di Kecamatan Bawen.

20)Situs Kalibeji di Kecamatan Tuntang.

21)Lingkungan makam Kusumabantala di Kecamatan Jambu. 22)Lingkungan makam Kebon Ijo di Kecamatan Banyubiru. 23)Rumah air Jelok di Kecamatan Tuntang.

24)Situs Slumprit di Kecamatan Ungaran Timur. 25)Situs Ngrawan di Kecamatan Getasan. 26)Situs Prasasti Tajuk di Kecamatan Getasan. 27)Situs Balai Panjang di Kecamatan Suruh. 28)Situs Muncul di Kecamatan Banyubiru. b. Lingkungan Bangunan Gedung dan Halamannya

1) Benteng Williem I di Kecamatan Ambarawa. 2) Benteng Williem II di Kecamatan Ungaran Barat.

3) Gedung kuno Asrama Korsik di Kecamatan Ungaran Timur. 4) Gedung Kuning di Kecamatan Ungaran Barat.

5) Gedung SMP 1 di Kecamatan Ungaran Timur.

6) Gereja Jago Kelurahan Panjang di Kecamatan Ambarawa. 7) Pendopo Kantor Kecamatan di Kecamatan Ambarawa. 8) Rumah kuno Kelurahan Panjang di Kecamatan Ambarawa. 9) Museum dan Stasiun Kereta Api di Kecamatan Ambarawa. 10)Stasiun Kereta Api Tuntang di Kecamatan Tuntang. 11)Stasiun Kereta Api Jambu di Kecamatan Jambu. 12)Stasiun Kereta Apu Bringin di Kecamatan Bringin. 13)Wisma Bandungan Indah di Kecamatan Bandungan. 14)Klenteng Kelurahan Kranggan di Kecamatan Ambarawa.

15)Rumah Batu Putih Kyai Pandanmurti Desa Candigaron Kecamatan Sumowono. 16)Stasiun Kereta Api Bedono di Kecamatan Jambu.

17)Masjid Kauman Ungaran di Kecamatan Ungaran Barat. 18)Masjid Kauman Desa Suruh di Kecamatan Suruh. 19)Masjid Desa Jatirejo di Kecamatan Suruh. 20)Gereja Desa Nyemoh di Kecamatan Bringin.

(10)

23)Masjid Kuno Gogodalem di Kecamatan Bringin.

24)Lingkungan rumah tinggal dan makam pada kawasan PTP Getas di Kecamatan Pabelan. 25)Rumah pemotongan hewan di Kecamatan Ambarawa.

26)Rumah Dinas Bupati Semarang di Desa Pager Kecamatan Kaliwungu. 3. Potensi Ekonomi Strategis

a. Kawasan Industri di Kecamatan Pringapus, Kecamatan Bawen, Kecamatan Tengaran; Kecamatan Susukan, dan Kecamatan Kaliwungu;

b. Kawasan perkotaan strategis pada kawasan perkotaan Ungaran, Ambarawa, Suruh dan Tengaran;

c. Kawasan cepat berkembang di sekitar Jalan Tol Semarang - Solo dan di sekitar Jalan Ungaran - Bawen; dan

d. Kawasan pusat pengembangan pariwisata pada kawasan pariwisata Bandungan dan kawasan pariwisata Kopeng.

Percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur dalam kerangka penguatan konektivitas wilayah perlu didukung infrastruktur permukiman antara lain infrastruktur persampahan, infrastruktur air limbah permukiman, infrastruktu air minum, jalan lingkungan dan pedestrian, ruang terbuka hijau, penataan kawasan cagar budaya.

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI

2.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data Tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Semarang berjumlah 996.346 jiwa terdiri dari laki-laki 499.066 jiwa dan perempuan 497.280 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi di Kecamatan Ungaran Barat sebanyak 76.247 jiwa (7,65%) dan terkecil di Kecamatan Bancak sebanyak 24.037 jiwa (2,41%). Selengkapnya mengenai kondisi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 6 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 (DALAM JIWA)

Sumber : Data Dispendukcapil Kabupaten Semarang 2015

(11)

Sumber : Data Dispendukcapil Kabupaten Semarang 2015, Diolah 2016

Gambar 2. 5 Grafik Jumlah Penduduk Di Kabupaten Semarang

2.3.2. Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk A. Penduduk Miskin

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Kondisi kemiskinan suatu wilayah selain dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin juga dapat dilihat dari indeks kedalaman kemiskinan (P1) yang menggambarkan rata-rata selisih pendapatan rumah tangga miskin dari garis kemiskinan di wilayah tersebut. Disamping itu juga dilihat dari indeks keparahan kemiskinan (P2) yang menggambarkan rata-rata ketimpangan pendapatan antar rumah tangga miskin. Semakin kecil nilai P1 dan P2 memberikan gambaran keadaan yang lebih baik.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Semarang cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2010, jumlah penduduk miskin sebanyak 97.908 orang dan pada tahun 2014 menurun menjadi 78.880 orang. Selengkapnya gambaran mengenai jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 7 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN

DI KABUPATEN SEMARANG DALAM KURUN WAKTU 2010 – 2014

Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin

(Rp/Kapita/Bulan) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Jumlah

(Ribu Jiwa) Persentase (%)

2010 206.308 1,45 0,31 97,90 10,50

2011 227.471 1,60 0,44 95,99 10,30

2012 244.762 1,57 0,38 90,60 9,40

2013 263.352 0,92 0,17 83,20 8,51

2014 275.612 0,81*) 0,15*) 79,76 8,05

Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016 - 2021 Keterangan : *) =Angka Sementara

(12)

Semarang menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin menyempit, pengeluaran di antara penduduk miskin tidak jauh berbeda.

Jumlah penduduk yang secara nasional masuk status 40 % terendah untuk penduduk Kabupaten Semarang berjumlah 213.905 jiwa, untuk jumlah terbanyak tingkat kecamatan diatas 30 % secara berurutan berada di Kecamatan Bancak, Pabelan, Bringin, Getasan, Suruh dan Susukan. Terdapat 3 desa yang jumlah penduduknya lebih dari 60% kesejahteraannya kurang, yaitu: 1) Desa Penawangan - Kecamatan Pringapus, 2) Desa Kalikurmo – Kecamatan Bringin dan 3). Desa Terban – Kecamatan Pabelan. Selengkapnya mengenai jumlah penduduk meurut status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 8 JUMLAH PENDUDUK MENURUT STATUS KESEJAHTERAAN DENGAN STATUS KESEJAHTERAAN 40% TERENDAH TIAP KECAMATAN KABUPATEN SEMARANG

No Kecamatan Jumlah Individu Penduduk Jumlah

2014

Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Total

1 Getasan 8.847 3.960 2.206 1.524 16.537 49.238 2 Tengaran 6.964 3.915 2.883 2.131 15.893 64.908 3 Susukan 6.845 3.107 2.266 1.559 13.777 43.419 4 Kaliwungu 3.015 1.877 1.378 1.161 7.431 26.420 5 Suruh 10.217 4.527 3.086 2.301 20.131 60.317 6 Pabelan 6.833 3.433 2.368 1.671 14.305 38.050 7 Tuntang 4.764 3.380 2.630 2.222 12.996 62.060 8 Banyubiru 5.620 2.275 1.575 1.158 10.628 41.066 9 Jambu 3.022 2.172 1.555 1.226 7.975 37.669 10 Sumowono 5.384 1.851 934 601 8.770 30.903 11 Ambarawa 2.600 1.651 1.107 979 6.337 59.172 12 Bandungan 5.439 2.145 1.405 920 9.909 54.618 13 Bawen 3.649 2.271 1.686 1.369 8.975 56.971 14 Bringin 8.368 3.235 2.096 1.287 14.986 41.571 15 Bancak 6.060 1.759 1.036 533 9.388 20.088 16 Pringapus 6.445 3.187 2.266 1.660 13.558 51.460 17 Bergas 2.960 2.135 1.599 1.390 8.084 70.862 18 Ungaran Barat 2.267 1.634 1.229 1.000 6.130 76.945 19 Ungaran Timur 3.386 2.160 1.512 1.037 8.095 69.744

Jumlah 102.685 50.674 34.817 25.729 213.905 955.481

Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016-2021

Keterangan:

Desil 1 : (Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia) Desil 2 : (Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah di Indonesia) Desil 3 : (Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 40% terendah di Indonesia) Desil 4 : (Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 31% - 40% terendah di Indonesia)

(13)

TABEL II. 9 JUMLAH RUMAH TANGGA (KEPALA KELUARGA) MENURUT STATUS KESEJAHTERAAN DENGAN STATUS KESEJAHTERAAN 40 % TERENDAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

No Kecamatan Desil 1 Desil 2 Jumlah Rumah Tangga / KK Desil 3 Desil 4 TOTAL < 45 th Jumlah KK Perempuan 45 - 59 Prosentase KK Prmpn (%) Jumlah RT / KK 2014 Prosentase (%) th > 60 th TOTAL

1 Getasan 2.165 1.201 765 549 4.680 90 242 376 708 15,13 14.979 31,24

2 Tengaran 1.688 1.157 1.004 755 4.604 91 259 616 966 20,98 19.813 23,24 3 Susukan 1.771 1.052 920 621 4.364 95 232 724 1.051 24,08 14.856 29,38 4 Kaliwungu 828 642 494 510 2.474 43 166 408 617 24,94 9.369 26,41 5 Suruh 2.619 1.507 1.208 851 6.185 159 355 905 1.419 22,94 21.639 28,58 6 Pabelan 1.809 1.131 922 629 4.491 121 248 698 1.067 23,76 13.837 32,46

7 Tuntang 1.136 1.006 871 743 3.756 85 217 522 824 21,94 18.809 19,97

8 Banyubiru 1.418 752 564 421 3.155 64 171 313 548 17,37 13.903 22,69

9 Jambu 755 660 549 428 2.392 51 127 271 449 18,77 12.273 19,49

10 Sumowono 1.316 602 339 235 2.492 42 135 207 384 15,41 10.152 24,55

11 Ambarawa 596 492 378 374 1.840 51 140 237 428 23,26 17.570 10,47

12 Bandungan 1.267 663 478 341 2.749 123 184 213 520 18,92 17.750 15,49

13 Bawen 897 663 593 466 2.619 54 150 319 523 19,97 14.806 17,69

14 Bringin 2.244 1.144 881 496 4.765 108 278 670 1.056 22,16 15.511 30,72

15 Bancak 1.616 640 475 216 2.947 57 184 452 693 23,52 7.365 40,01

1 Pringapus 1.623 970 747 533 3.873 101 186 377 664 17,14 16.820 23,03

17 Bergas 714 613 519 429 2.275 48 137 238 423 18,59 20.807 10,93 18 Ungaran Barat 501 455 355 335 1.646 53 100 205 358 21,75 18.916 8,70 19 Ungaran Timur 904 765 568 387 2.624 78 152 378 608 23,17 20.230 12,97

Jumlah 25.867 16.115 12.630 9.319 63.931 1.514 3.663 8.129 13.306 20,81 299.405 21,35

Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016-2021

(14)

B. Persebaran Penduduk

Sebaran penduduk Kabupaten Semarang terkonsentrasi di Kecamatan Ambarawa dengan kepadatan sebesar 2.130 jiwa/km2 dan Kecamatan Ungaran Barat dengan kepadatan 2.120 jiwa/km2. Kepadatan terendah berada di Kecamatan Bancak sebesar 548 jiwa/km2, sedangkan rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Semarang sebesar 1.048 jiwa/km2. Lebih jelasnya, untuk kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 10 KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN SEMARANG 2015

No Kecamatan Penduduk Luas Wilayah (Km²) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

1 Getasan 51.378 65,8 781

Sumber : Data Dispendukcapil Kabupaten Semarang, 2015

2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Semarang mengalami perkembangan yang fluktuatif. Berdasarkan capaian kinerja Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tahun 2013, laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,63% menurun di tahun 2014 menjadi 0,60% dan kembali meningkat di tahun 2015 menjadi 0,70%. Dari laju pertumbuhan penduduk tersebut, maka dapat diproyeksikan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Semarang untuk 5 (lima) tahun mendatang.

Analisis proyeksi penduduk ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan perencanaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang. Alat analisis yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk adalah dengan metode proyeksi least square, dengan rumus:

Pn = a + b(x)

(15)

hasil proyeksi penduduk tahun 2017-2021. Selanjutnya dengan rumus perhitungan tersebut di atas, maka proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Semarang ditunjukan pada tabel dibawah.

TABEL II. 11 PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN SEMARANG

No Kecamatan 2017 2018 2019 2020 2021

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk di atas, dapat diketahui proyeksi penduduk Kabupaten Semarang selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu pada tahun 2017 sebanyak 1.009.213 jiwa, tahun 2018 sebanyak 1.023.339 jiwa, tahun 2019 sebesar 1.037.465 jiwa, tahun 2020 sebesar 1.051.591 jiwa dan tahun 2021 sebesar 1.065.717 jiwa.

2.3.4. Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi

Penduduk perkotaan Kabupaten Semarang terdiri dari 19 kecamatan, 208 desa, dan 27 kelurahan. Jumlah penduduk perkotaan sebanyak 530.835 jiwa. Selengkapnya mengenai jumlah penduduk perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 12 JUMLAH PENDUDUK PERKOTAAN

No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah Penduduk Perkotaan

(16)
(17)

No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah Penduduk Perkotaan

Sumber: Perda Nomor 6 Tahun 2011 dan Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016-2021

Urbanisasi menyangkut perpindahan penduduk atau migrasi di Kabupaten Semarang baik yang datang maupun keluar dari wilayah Kabupaten Semarang. Penyebab terjadinya urbanisasi secara umum disebabkan karena menempuh pendidikan maupun mencari pekerjaan. Dilihat dari kondisi yang ada, banyak penduduk yang berada di daerah perdesaan, yang datang ke wilayah perkotaan untuk faktor pendidikan dan pekerjaan, bahkan terdapat penduduk yang bermigrasi keluar wilayah Kabupaten Semarang. Faktor penarik penduduk bermigrasi masuk ke Kabupaten Semarang adalah adanya perkembangan kawasan industri sebagai faktor penarik penduduk untuk bermigrasi datang ke Kabupaten Semarang. Jumlah peduduk urbanisasi di Kabupaten Semarang dapat dilihat dari selisih data jumlah KK terentry dengan data BPS. Diasumsikan, selisih data yang terentry merupakan penduduk yang masuk ataupun keluar dari wilayah Kabupaten Semarang. Wilayah kecamatan yang menjadi tujuan penduduk urban antara lain Tengaran, Ungaran Barat, Bandungan, Ungaran Timur. Jika dilihat dari kondisi wilayah kecamatan, maka wilayah tersebut mempunyai faktor penarik dengan adanya kawasan industri yang membutuhkan penyerapan tenaga kerja yang banyak. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 13 URBANISASI PENDUDUK TAHUN 2015

No Kecamatan Jumlah KK Terentry Jumlah KK BPS KK Urbanisasi

1 Tengaran 19.659 18.630 1.029

Proyeksi urbanisasi yang ada di Kabupaten Semarang menggunakan trend prosentase urbanisasi yang terjadi untuk di proyeksikan selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Selengkapnya mengenai proyeksi urbanisasi di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 14 PROYEKSI URBANISASI PENDUDUK

No Kecamatan 2017 2018 KK Urbanisasi 2019 2020 2021 2017 2018 Penduduk Urbanisasi 2019 2020 2021

1 Tengaran 1.173 1.182 1.192 1.202 1.212 3.518 3.547 3.577 3.607 3.636

2 Getasan - - - -

(18)

No Kecamatan 2017 2018 KK Urbanisasi 2019 2020 2021 2017 2018 Penduduk Urbanisasi 2019 2020 2021

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD

DAN RTRW KABUPATEN/KOTA KISI-KISI PEDOMAN :

Bagian ini berisikan, antara lain:

i. Data perkembangan PDRB dan potensi ekonomi

ii. Data pendapatan per kapita dan proporsi penduduk miskin

iii. Data kondisi lingkungan strategis (misal: topografi, geologi, klimatologi dll) iv. Data risiko bencana alam

v. isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya (antara lain capaian pelayanan dan kualitas)

contoh :

Yogyakarta berdekatan dengan gunung api aktif yaitu Merapi, dan dilalui 3 sungai yang membawa sedimentasi sehingga rentan terhadap bencana banjir.

Permukaan tanah relatif datar dengan kemiringan 0-2%

Sebagian besar peruntukan lahan untuk permukiman, sedangkan untuk pertanian hanya 5% Sektor Jasa dan perdagangan merupakan sektor utama ekonomi Kota Jogja.

Pariwisata berbasis budaya menjadi andalan Kota Yogyakarta, didukung keberadaan bangunan historis, museum, kerajinan perak dan kulit, batik dll

2.4.1. Isu Strategis Sosial

2.4.2. Isu Strategis Ekonomi 2.4.2.1. Kondisi Ekonomi

A. Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk Menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Untuk menyusun PDB maupun PDRB digunakan 2 pendekatan yaitu sektoral dan penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber kegiatan

(19)

penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Salah satu tolok ukur perbaikan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan PDRB atau yang lebih familiar dikatakan sebagai pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Pertumbuhan PDRB terbagi 2 (dua), yang pertama yaitu pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku, yakni pertumbuhan yang dihitung dengan harga berlaku/harga pasar, dan sering dikatakan sebagai pertumbuhan semu karena didalamnya masih mengandung besaran inflasi. Yang kedua adalah pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Konstan, yang merupakan pertumbuhan riil atau pertumbuhan sesungguhnya, karena mengabaikan kenaikan harga barang dan jasa.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang dapat diketahui dari besaran PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan. Di bawah ini diperlihatkan besarnya PDRB dan laju pertumbuhan Kabupaten Semarang baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan setiap tahunnya sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan sempat mengalami peningkatan. Berdasarkan harga berlaku, PDRB Tahun 2014 sebesar Rp. 33.482.965.000.000,00 sedangkan berdasarkan harga konstan, PDRB Tahun 2014 sebesar Rp. 27.534.876.000.000,00. Secara rinci kondisi PDRB Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut

TABEL II.15 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2014 (DALAM JUTAAN RUPIAH)

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

(20)

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

O Administrasi Pemerintahan, 739.019 762.865 835.874 876.724 938.656 P Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 506.276 696.473 940.141 1.120.461 1.285.632 Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 125.307 151.542 179.058 197.139 225.088 R,S, Jasa lainnya 272.110 288.394 285.380 324.360 383.040 Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

TABEL II. 16 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2014 (DALAM JUTAAN RUPIAH)

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

A Pertanian,Kehutanan, Perikanan 2.850.457 2.976.207 3.026.516 3.080.143 3.140.524 - Tanaman Pangan 703.144 716.363 738.284 735.066 685.768 - Tanaman Hortikultura 729.083 887.632 855.001 865.441 920.719 - Tanaman Perkebunan 452.178 361.631 374.959 401.503 432.751 - Peternakan 801.734 832.027 872.796 877.479 896.895 - Perikanan 31.805 33.801 34.616 38.719 38.285 - Pertanian Lainnya 132.512 144.753 150.860 161.936 166.107 B Pertambangan & Penggalian 63.821 64.666 61.778 62.939 64.232 C Industri Pengolahan 8.066.514 8.570.189 9.361.199 10.254.955 10.958.284 D Pengadaan Listrik & Gas 28.992 29.483 32.127 34.779 36.206 E Pengadaan Air, Pengelolaan 21.911 22.538 21.733 21.908 22.319 F Sampah, Limbah & Daur Ulang 2.937.398 3.039.667 3.196.638 3.435.216 3.633.966 G Perdagangan Besar & Eceran; 2.675.473 2.910.476 2.942.075 3.087.824 3.182.061 H Reparasi Mobil & Sepeda Motor 457.153 473.739 503.601 524.266 573.297 I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 661.233 719.147 752.976 777.141 851.384 J Informasi & Komunikasi 703.045 765.251 841.542 911.007 1.052.309 K Jasa Keuangan & Asuransi 708.811 762.164 801.315 847.740 916.620 L Real Estate 669.899 715.097 751.077 801.522 844.464 M,N Jasa Perusahaan 84.718 93.011 97.610 110.119 119.590 O Administrasi Pemerintahan, 739.019 748.758 749.671 767.171 769.881 P Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 506.276 614.273 735.842 795.575 865.287 Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 125.307 141.529 156.274 164.538 179.597 R,S, Jasa lainnya 272.110 279.261 274.744 299.178 324.855 Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015, Diolah, 2016

Gambar 2. 6 Grafik Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan Kabupaten Semarang

B. Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk Miskin

(21)

kapita Kabupaten Semarang mencapai 33,90 juta Rupiah dengan pertumbuhan sebesar 10,48 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II.17 PDRB PERKAPITA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2010-2014 (DALAM JUTAAN RUPIAH) E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

F Konstruksi 3,15 3,38 3,67 3,49 3,65

G Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor 2,87 3,20 3,27 3,49 3,65 H Transportasi dan Pergudangan 0,49 0,50 0,53 0,55 0,64 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,79 0,81 0,87 0,90 0,95

P Jasa Pendidikan 0,54 0,74 0,98 1,15 1,30

Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 0,13 0,16 0,19 0,20 0,23

R,S, Jasa lainnya 0,29 0,30 0,30 0,33 0,39

PDRB 23,12 25,81 28,14 30,69 33,90

Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

Proporsi penduduk miskin dapat digambarkan dari adanya prosentase jumlah penduduk menurut status kesejahteraan. Prosentase jumlah penduduk miskin dengan status Kesejahteraan 40% terendah di Kabupaten Semarang sebesar 22,39%. Prosentase penduduk miskin paling banyak terdapat di Kecamatan Bancak sebesar 46,73% dan paling sedikit di Kecamatan Ungaran Barat sebesar 7,97%. Selengkapnya mengenai jumlah penduduk meurut status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 18 JUMLAH PENDUDUK MENURUT STATUS KESEJAHTERAAN DENGAN STATUS KESEJAHTERAAN 40% TERENDAH TIAP KECAMATAN KABUPATEN SEMARANG

No Kecamatan Penduduk 2014 Jumlah Status Kesejahteraan 40% Jumlah Penduduk Dengan

Terendah

Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016-2021

(22)

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk Menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Untuk menyusun PDB maupun PDRB digunakan 2 pendekatan yaitu sektoral dan penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber kegiatan ekonomi (sektoral) dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Salah satu tolok ukur perbaikan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan PDRB atau yang lebih familiar dikatakan sebagai pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Pertumbuhan PDRB terbagi 2 (dua), yang pertama yaitu pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku, yakni pertumbuhan yang dihitung dengan harga berlaku/harga pasar, dan sering dikatakan sebagai pertumbuhan semu karena didalamnya masih mengandung besaran inflasi. Yang kedua adalah pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Konstan, yang merupakan pertumbuhan riil atau pertumbuhan sesungguhnya, karena mengabaikan kenaikan harga barang dan jasa.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang dapat diketahui dari besaran PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan. Di bawah ini diperlihatkan besarnya PDRB dan laju pertumbuhan Kabupaten Semarang baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan setiap tahunnya sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan sempat mengalami peningkatan. Berdasarkan harga berlaku, PDRB Tahun 2014 sebesar Rp. 33.482.965.000.000,00 sedangkan berdasarkan harga konstan, PDRB Tahun 2014 sebesar Rp. 27.534.876.000.000,00. Secara rinci kondisi PDRB Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut

TABEL II.19 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2014 (DALAM JUTAAN RUPIAH)

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

A Pertanian,Kehutanan, Perikanan 2.850.457 3.170.849 3.403.365 3.718.156 4.048.907

- Tanaman Pangan 703.144 778.043 883.695 919.661 871.900

- Tanaman Hortikultura 729.083 937.243 910.627 1.014.994 1.214.903

- Tanaman Perkebunan 452.178 407.147 449.358 499.326 593.009

- Peternakan 801.734 853.177 948.956 1.041.870 1.107.481

- Perikanan 31.805 36.753 39.217 46.172 49.577

(23)

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

D Pengadaan Listrik & Gas 28.992 29.696 31.815 32.701 34.296

E Pengadaan Air, Pengelolaan 21.911 22.583 21.643 22.513 23.441

F Sampah, Limbah & Daur Ulang 2.937.398 3.200.588 3.523.298 4.015.242 4.468.028 G Perdagangan Besar & Eceran; 2.675.473 3.033.350 3.139.160 3.399.172 3.603.418

H Reparasi Mobil & Sepeda Motor 457.153 474.681 505.821 534.052 634.567

I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 661.233 753.620 806.076 879.426 1.027.494

J Informasi & Komunikasi 703.045 778.024 856.808 925.109 1.060.486

K Jasa Keuangan & Asuransi 708.811 791.429 910.764 997.947 1.114.289

L Real Estate 669.899 759.423 802.116 864.711 965.791

M,N Jasa Perusahaan 84.718 100.607 110.711 132.088 147.286

O Administrasi Pemerintahan, 739.019 762.865 835.874 876.724 938.656

P Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 506.276 696.473 940.141 1.120.461 1.285.632 Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 125.307 151.542 179.058 197.139 225.088

R,S, Jasa lainnya 272.110 288.394 285.380 324.360 383.040

Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

TABEL II. 20 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2014 (DALAM JUTAAN RUPIAH)

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

A Pertanian,Kehutanan, Perikanan 2.850.457 2.976.207 3.026.516 3.080.143 3.140.524

- Tanaman Pangan 703.144 716.363 738.284 735.066 685.768

B Pertambangan & Penggalian 63.821 64.666 61.778 62.939 64.232

C Industri Pengolahan 8.066.514 8.570.189 9.361.199 10.254.955 10.958.284

D Pengadaan Listrik & Gas 28.992 29.483 32.127 34.779 36.206

E Pengadaan Air, Pengelolaan 21.911 22.538 21.733 21.908 22.319

F Sampah, Limbah & Daur Ulang 2.937.398 3.039.667 3.196.638 3.435.216 3.633.966 G Perdagangan Besar & Eceran; 2.675.473 2.910.476 2.942.075 3.087.824 3.182.061

H Reparasi Mobil & Sepeda Motor 457.153 473.739 503.601 524.266 573.297

I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 661.233 719.147 752.976 777.141 851.384

J Informasi & Komunikasi 703.045 765.251 841.542 911.007 1.052.309

K Jasa Keuangan & Asuransi 708.811 762.164 801.315 847.740 916.620

L Real Estate 669.899 715.097 751.077 801.522 844.464

M,N Jasa Perusahaan 84.718 93.011 97.610 110.119 119.590

O Administrasi Pemerintahan, 739.019 748.758 749.671 767.171 769.881

P Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 506.276 614.273 735.842 795.575 865.287 Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 125.307 141.529 156.274 164.538 179.597

R,S, Jasa lainnya 272.110 279.261 274.744 299.178 324.855

Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

(24)

Gambar 2. 7 Grafik Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan Kabupaten Semarang

D. Laju Inflasi Daerah

Inflasi didefinisikan secara umum sebagai turunnya nilai mata uang. Jika terjadi inflasi tinggi akan berpengaruh terhadap daya beli, yakni turunnya tingkat daya beli masyarakat, sebaliknya jika tidak ada inflasi bahkan terjadi deflasi, hal ini juga tidak menguntungkan bagi para pelaku ekonomi dan bila terjadi deflasi terus menerus akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi dan bahkan bisa menimbulkan resesi ekonomi. Kenaikan harga telah memicu inflasi PDRB. Berdasarkan data BPS, dapat diketahui tingkat inflasi yang terjadi dari tahun 2010 sampai dengan 2014 dalam perkembangannya, tingkat inflasi mengalami perkembangan yang fluktuatif.

Dari pertumbuhan indeks implisit PDRB, selama kurun waktu lima tahun terakhir di Kabupaten Semarang mengalami penurunan laju inflasi dari 7,07% di tahun 2010 menurun menjadi 3,29%. Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 4,56% meningkat menjadi 8,11% tahun 2013 dan 8,63% di tahun 2014. Secara rinci, perkembangan tingkat inflasi di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 21 TINGKAT INFLASI PDRB KABUPATEN SEMARANG

No Tahun Inflasi

1 2010 7,07

2 2011 3,29

3 2012 4,56

4 2013 8,11

5 2014 8,63

Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015, Diolah, 2016

Gambar 2. 8 Grafik Perkembangan Laju Inflasi PDRB Kabupaten Semarang

E. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

1) Pendapatan

(25)

Pendapatan daerah merupakan penerimaan daerah yang diperoleh dari berbagai sumber , meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, serta lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dilihat dari sumbernya, pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan atau hasil usaha di dalam daerah dikelompokkan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan pendapatan yang diperoleh karena adanya transfer dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, serta perolehan dari hibah akan dikelompokkan dalam dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan simbol kemandirian daerah dan menjadi salah satu indikator tumbuhnya perekonomian di suatu daerah. Pendapatan Asli Daerah pada APBD Kabupaten Semarang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pada lima tahun terakhir, jumlah realisasinya menunjukkan angka peningkatan yang signifikan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 20,70%. Hal tersebut dipengaruhi perubahan beberapa kebijakan keuangan negara yakni peralihan BPHTB dan PBB menjadi pajak daerah, selanjutnya kebijakan pemberian dana kapitasi dari BPJS Kesehatan kepada Puskesmas juga meningkatkan angka PAD.

Dana Perimbangan Kabupaten Semarang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil Pajak/ Sumber Daya Alam, serta Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana transfer yang berupa DAK bersifat alokatif sesuai dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan pemerintah pusat, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau juga dibatasi peruntukannya berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Rata-rata pertumbuhan dana perimbangan dalam lima tahun terakhir sebesar 8,94%, sebagian besar disumbang dari peningkatan DAU, disisi lain DAK dan Dana Bagi Hasil mengalami pertumbuhan negatif.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah Kabupaten Semarang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak Provinsi, Dana penyesuaian khususnya tunjangan kependidikan, Bantuan Keuangan dari pemerintah Provinsi, serta Dana Desa yang baru masuk dalam APBD pada tahun 2014. Beberapa kesempatan juga memperoleh Dana desentralisasi fiskal dan percepatan pembangunan daerah, serta Dana Insentif Daerah.

(26)

TABEL II. 22 REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011-2015 ( RP MILYAR)

No Uraian Pendapatan 2011 2012 2013 2014 2015 pertumbuhan (%) Rata-rata

1 PENDAPATAN DAERAH 1,099.48 1,258.07 1,373.36 1,527.68 1,677.16 11.15

1.1 Pendapatan asli daerah 133.20 156.10 215.68 248.21 278.85 20.70

1.1.1 Pajak daerah 39.43 47.19 82.60 85.24 95.58 27.51

1.1.2 Retribusi daerah 66.26 27.37 28.35 22.22 24.31 (16.83)

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 3.57 7.57 8.19 5.96 7.94 31.58

1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 23.94 73.97 96.53 134.80 151.03 72.80

1.2 Dana perimbangan 681.28 809.79 879.11 956.00 952.25 8.94

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan pajak 44.42 50.78 41.39 39.85 34.92 (5.07)

1.2.2 Dana alokasi umum 567.86 691.27 778.60 848.74 876.67 11.67

1.2.3 Dana alokasi khusus 69.00 67.74 59.11 67.41 40.65 (10.06)

1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 272.40 292.18 278.57 323.47 446.06 14.15

1.3.1 Hibah - - - - 1.51

1.3.2 Dana darurat - - - - -

1.3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya 56.43 71.82 80.99 104.43 127.02 22.65

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 142.29 134.23 179.51 172.71 233.22 14.83

1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah daerah lainnya 73.66 67.00 18.06 43.32 26.47 4.72

1.3.6 Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah dan Dana Percepatan Pembangunan

Infrastruktur 12.59 - - - - (100.00)

1.3.7 Sumbangan dari Pihak Ketiga 0.02 0.03 0.01 0.00 0.00 (36.76)

1.3.8 Pendapatan Dana Insentif daerah - 19.11 - 3.00 - (100.00)

1.3.9 Dana Desa dari APBN - - - - 57.84

(27)

Dari tabel di atas menampilkan pendapatan daerah dan rata-rata pertumbuhannya dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, beserta rincian sumber-sumber penerimaannya. Pertumbuhan pendapatan daerah tersebut dipengaruhi beberapa perubahan kebijakan baik eksternal maupun internal yang bersifat temporer/ momental dan tidak merupakan suatu kondisi yang bersifat stabil, sehingga rata-rata pertumbuhan pada masa lalu sebelum tahun perencanaan sebagaimana disajikan pada tabel di atas, semata-mata merupakan informasi kinerja pendapatan daerah lima tahun yang lalu. Dipandang perlu melakukan pemilahan atas setiap rincian obyek pendapatan daerah untuk mengetahui apakah setiap obyek penerimaan pendapatan daerah mengandung konsekuensi pengeluaran baik belanja maupun pembiayaan, sehingga dapat diketahui kapasitas riil kemampuan pendanaan yang benar-benar dapat direncanakan secara bebas untuk membiayai pembangunan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah.

Pendapatan daerah yang bersumber dari PAD mengalami pertumbuhan rata-rata dalam lima tahun terakhir sebesar 20,70%. Peningkatan PAD pada tahun 2011 dan tahun 2013 dipengaruhi oleh kebijakan keuangan negara yang memindahkan penerimaan BPHTB dan PBB menjadi pajak daerah. Pada tahun 2012 juga ditetapkan kebijakan daerah penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di RSUD Ungaran dan RSUD Ambarawa, sehingga mempengaruhi struktur pendapatan retribusi daerah karena bergeser ke lain-lain PAD yang sah.

Pada penerimaan lain-lain PAD yang sah, pertumbuhan pada tahun 2012 dan 2013 khususnya pada penerimaan laba BUMD mengalami peningkangkatan yang disebabkan adanya setoran laba PDAM yang selanjutnya dikeluarkan lagi sebagai penyertaan modal, mengingat cakupan layanan PDAM belum mencapai 80% perkotaan dan 60% pedesaan sebagaimana target SDG’s.

Pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan pada tabel II.18 di atas, menunjukkan bahwa realisasinya secara komulatif mengalami peningkatan, secara rinci realisasi Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam mengalami penurunan seiring dengan pengalihan BPHTB dan PBB menjadi pajak daerah mulai tahun 2012, selanjutnya pada realisasi Dana Alokasi Khusus menunjukkan adanya fluktuasi. Secara rata-rata pertumbuhan Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus mengalami pertumbuhan negatif selama lima tahun terakhir.

Pada komponen Dana Bagi Hasil terdapat Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang penggunaannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan antara lain untuk peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan kualitas bahan baku, dan pembinaan lingkungan sosial. Di Kabupaten Semarang DBHCHT antara tahun 2011 sampai dengan 2014 direalisasikan pada bidang kesehatan, pertanian, ketenagakerjaan, perindustrian dan usaha mikro kecil menengah. Dana Alokasi Khusus hanya dapat dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh kementerian terkait.

Realiasasi penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah pada lima tahun terkahir menunjukkan pertumbuhan rata-rata 14,15%, penerimaan dengan nominal terbesar disumbang oleh Dana Penyesuaian Tunjangan Kependidikan yang bersifat alokatif untuk tunjangan profesi dan tambahan penghasilan guru PNSD. Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi juga mengalami pertumbuhan positif sepanjang lima tahun terakhir.

2) Belanja Daerah

(28)

TABEL II. 23 REALISASI BELANJA DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011-2015

Jumlah Belanja Daerah 1.042,03 1.215,52 1.333,54 1.505,32 1.669,41

Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2017-2021

Belanja Tidak Langsung lebih besar dibandingkan dengan Belanja Langsung, dengan komposisi terbesar dari Belanja Tidak Langsung adalah Belanja Pegawai; Belanja Bantuan Keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desaterutama untuk mencukupi ADD sebesar 10% dari dana perimbangan.

3) Realisasi Pengeluaran Rutin

Proporsi penggunaan anggaran terhadap yang akan dianalisis adalah prosentase realisasi anggaran terhadap APBD dan realisasi pemenuhan belanja aparatur. Prosentase realisasi akan menunjukkan kinerja pendanaan pembangunan dan seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk belanja penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Semarang, secara rinci akan ditampilkan pada tabel berikut :

TABEL II. 24 RASIO ANGGARAN DAN REALISASI PENGELUARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 - 2015 (%)

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015

2. BELANJA DAERAH 93.89 92.99 91.35 89.22 92.03 89.89

2.1 Belanja Tidak Langsung 96.99 97.32 92.94 91.89 93.86 93.24

2.1.1. Belanja Pegawai 96.93 97.14 97.52 91.45 93.76 92.29

2.1.2. Belanja Bunga 84.45 90.40 66.24 99.99 99.96 99.98

2.1.3. Belanja Subsidi 86.22 92.31 60.26 - - -

2.1.4. Belanja Hibah 98.45 98.32 45.20 95.92 97.68 97.56

2.1.5. Belanja bantuan sosial 89.84 99.67 67.89 97.42 94.63 86.36

2.1.6. Belanja Pemerintah Desa bagi hasil kepada 65.93 100.00 100.00 100.00 100.00 99.04

2.1.7. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa dan partai politik 99.45 98.82 98.10 98.74 97.82 99.86

2.1.8. Belanja Tidak terduga 70.95 93.88 33.82 52.77 18.75 29.74

Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2017-2021

(29)

Penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya membutuhkan aparat pelaksana beserta pendanaan atas gaji dan fasilitas kerja yang dibutuhkan. Belanja pemenuhan kebutuhan aparatur yang ideal tentu akan lebih rendah dari belanja yang dialokasikan untuk pelayanan kepada masyarakat dan pendanaan pembangunan.

Regulasi tentang pengelolaan keuangan tidak membagi secara tegas kelompok belanja aparatur dan belanja publik. Belanja gaji dan tunjangan yang diperuntukkan PNS yang melaksanakan pelayanan langsung kepada masyarakat di bidang pendidikan dan kesehatan masih digabungkan sebagai belanja aparatur, meskipun kecukupan jumlah tenaga tersebut mempengaruhi kualitas pelayanan. Untuk menggambarkan pemenuhan kebutuhan aparatur di Kabupaten Semarang, yang dikelompokkan pada belanja tidak langsung dan belanja langsung, pada tabel berikut :

TABEL II. 25 REALISASI BELANJA PEMENUHAN KEBUTUHAN APARATUR KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012-2015 (RP MILYAR)

No Uraian 2012 2013 2014 2015 pertumbuhan Rata rata

2.4 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi

dan bimbingan teknis PNS 3.70 2.57 4.64 3.23 6.53

Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2017-2021

Dar tabel di atas menunjukkan secara total belanja untuk peenuhan kebutuhan aparatur dalam tiga tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif sebesar 9,01 persen, terutama pada belanja tidak langsung untuk pembayaran gaji dan tunjangan yang tumbuh rata-rata sebesar 7,91 persen, serta belanja tambahan penghasilan PNS yang tumbuh rata-rata sebesar 68,12 persen. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan gaji PNS serta peningkatan dana transfer yang dialokasikan untuk tunjangan sertifikasi dan tambahan penghasilan guru PNSD, juga dipengaruhi oleh kebijakan daerah menaikkan tambahan penghasilan PNSD.

Beberapa komponen belanja terdapat pertumbuhan yang sangat tinggi seperti belanja beasiswa pendidikan PNS dan belanja pakaian dinas. Terhadap kedua belanja tersebut tidak dianggarkan secara rutin khususnya belanja pakaian seragam PNS sehingga pada tahun dilaksanakannya pengadaan seragam PNS akan mengangkat rata-rata pertumbuhan belanja tersebut.

2.4.2.2. Isu-isu Strategis Ekonomi

(30)

2.4.3. Isu Strategis Lingkungan 2.4.3.1. Kondisi Lingkungan Strategis A. Topografi

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Semarang mempunyai bentuk topografi yang bervariasi antara lain dataran, berombak, bergelombang, agak berbukit, dan pegunungan, dan mencakup elevasi topografi antara El + 300 m - El + 2050 m di atas permukaan laut. Kenampakan bentang alam wilayah Kabupaten Semarang merupakan areal pedataran, perbukitan, dan pegunungan yang memiliki kemiringan lereng beragam mulai 0% sampai 70%, dengan penjelasan sebagai berikut:

 Daerah pedataran menempati wilayah sekitar Rawa Pening dengan kemiringan antara 0% sampai 5%.

 Daerah perbukitan dengan kemiringan lahan sangat beragam mulai dari landai sampai terjal, umumnya berkisar antara 5% - 15%, tetapi pada tonjolan bukit dan lembah bisa mencapai 40% atau lebih. Wilayah ini menempati bagian utara sampai tenggara wilayah Kabupaten Semarang, yaitu yang mencakup sekitar dukuh Kaligawe (sekitar Hutan Penggaron), Dadapayam, dan sekitar Susukan.

Daerah Kabupaten Semarang sebagian besar berupa perbukitan dan memiliki relief daerah pegunungan vulkanik serta dataran di bagian tengahnya, secara topografi dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:

1. Daerah dataran, meliputi daerah yang berada di sekitar Rawa Pening dan sekitarnya, meliputi sebagian Kecamatan Banyubiru dan sebagian Kecamatan Tuntang.

2. Daerah perbukitan – pegunungan, meliputi hampir seluruh wilayah administratif Kabupaten Semarang, dengan penyebaran sampai ke lereng utara dan timur Gunung Merbabu

Berdasarkan tingkat kelandaiannya wilayah Kabupaten Semarang dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar (kemiringan 0-2%) sebesar 6.297 Hektar; wilayah bergelombang (kemiringan 2-15%) sebesar 57.640 Hektar; wilayah curam (kemiringan 15-40%) sebesar 21.706 Hektar; dan wilayah sangat curam (kemiringan >15-40%) sebesar 9.438 Hektar. Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berada pada kisaran antara 318-1.450 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian terendah berada di Desa Candirejo Kecamatan Pringapusdan tertinggi di Desa Batur Kecamatan Getasan.

Kabupaten Semarang merupakan bagian dari jajaran pegunungan yang membentang dengan arah relatif timur barat, dikenal sebagai Pegunungan Serayu Utara, terhampar dari sebelah barat Gunung Selamet, Pemalang, Purbalingga, Wonosobo, Temanggung hingga Ungaran. Rangkaian pegunungan ini memiliki ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Puncak-puncak pegunungan ini merupakan kerucut gunung api dan beberapa diantaranya masih aktif. Deretan pegunungan ini merupakan daerah resapan yang potensial bagi ketersediaan air bawah tanah. Bagian timur dari Pegunungan Serayu Utara, sebelah Timur dari Gunung Ungaran, terdapat deretan Pegunungan Kendeng meliputi sebagian wilayah Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Bringin. Diantara kedua pegunungan di atas terdapat daerah lembah yang meliputi Rawa Pening dan sekitarnya, berfungsi sebagai daerah pelepasan air tanah dan mempunyai potensi air tanah yang cukup besar.

(31)

 Gunung Ungaran yang meliputi wilayah Kecamatan Ungaran Barat, Bergas, Bandungan dan Sumowono.

 Gunung Telomoyo yang meliputi wilayah Kecamatan Banyubiru, Getasan.  Gunung Merbabu yang meliputi wilayah Kecamatan Getasan dan Tengaran.  Pegunungan Sewakul terletak di wilayah Kecamatan Ungaran Barat.  Pegunungan Kalong terletak di wilayah Kecamatan Ungaran Timur.

 Pegunungan Pasokan, Kredo, Tengis terletak di Wilayah Kecamatan Pabelan.  Pegunungan Ngebleng dan Gunung Tumpeng terletak di wilayah Kecamatan Suruh.  Pegunungan Rong terletak di wilayah Kecamatan Tuntang.

 Pegunungan Sodong terletak di wilayah Kecamatan Tengaran.  Pegunungan Pungkruk terletak di Kecamatan Bringin.  Pegunungan Mergi terletak di wilayah Kecamatan Bergas.

Secara stratigrafi, daerah Kabupaten Semarang dan sekitarnya tersusun secara dominan oleh endapan volkanik beberapa gunung api yang ada di sekitar daerah ini seperti Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu. Batuan lain penyusun daerah ini adalah intrusi batuan beku berupa dasit di sekitar Ungaran dan sebelah barat Ambarawa, napal bagian dari Formasi Kerek, yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng, serta endapan alluvium yang tersebar di sekitar Rawa Pening.pegunungan berupa G. Merbabu, G. Telomoyo, dan G. Ungaran dengan kemiringan medan umumnya 25% - 40%.

B. Geohidrologi

Berdasarkan pada letak posisi dari sumberdaya air dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu air permukaan dan air tanah. Secara umum pola tata air dan pola aliran di wilayah Kabupaten Semarang dipengaruhi oleh struktur tanah, topografi, geomorfologi, geologi, dan curah hujan.

Pola aliran dominan mengarah mengikuti pola kemiringan lahan yang mengalir dari selatan menuju ke arah utara atau timur laut dan bermuara di Laut Jawa. Hulu sungai sebagian besar berasal dari gunung-gunung yang terdapat di wilayah ini, diantaranya Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Gunung Telomoyo. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Semarang termasuk dalam SWS Garang, SWS Babon, SWS Bodri, SWS Jragung, SWS Tuntang (termasuk Rawa Pening) dan SWS Serang.

a. Satuan Wilayah Sungai (SWS)

Di wilayah Kabupaten Semarang terdapat beberapa SWS, dengan SWS Tuntang sebagai SWS terbesar di wilayah ini. Beberapa SWS tersebut adalah sebagai berikut:

 SWS Tuntang

SWSi Garang

 SWS Bodri

SWS Babon/ Penggaron

 SWS Jragung

 SWS Serang

 SWS Progo-Opak

SWS Pepe

(32)

Air Rawa Pening berasal dari air hujan, sungai dan sumber mata air alami terutama yang terbesar adalah dari sumber air Muncul, sungai dan mata air utama pengisi waduk antara lain berasal dari Sungai Rawa Pening, Muncul, Kedungringin, Rengas, Galeh, Paras, Torong, Panjang, Legi, Petung, dan mata air Rawa Pening, Muncul, Tonjang dan mata air Petis.

Berdasarkan peta hidrologi Indonesia skala 1:250.000 lembar VII Semarang (Jawa), yang disusun oleh Said dan Sukrisno (1988), secara hidrogeologi Kabupaten Semarang dikelompokkan ke dalam:

a. Daerah Dengan Kondisi Akuifer Bercelah atau Sarang, Produktif Kecil dan Daerah Air Tanah Langkah.

Penyebarannya di sekitar Gunung Merbabu bagian selatan, Gunung Ungaran bagian utara, serta bagian timur wilayah Kabupaten Semarang yang berbatasan dengan Kabupaten Semarang. Di sekitar Gunung Merbabu dan Gunung Ungaran kelangkaan air tanah disebabkan karena tidak dijumpai adanya iar tanah dan materinya terdiri atas endapan Vulkanik Kuarter Tua.

Sifat fisik penyusun buatan menunjukkan kelulusan rendah sampai sedang, tergantung banyaknya celah pada formasi batuan, sedang di bagian timur wilayah kelangkaan air disebabkan kelulusan materialnya termasuk rendah. Materi penyusun terdiri dari batu pasir, batu gamping, batu lempung (formasi Kerek), perseling batu pasir tufaan, batu gamping dan lempung.

b. Daerah Dengan Kondisi Akuifer Produktif Kecil Setempat Berarti (Akuifer Bercelah atau Sarang) Karakteristik daerah ini adalah keterusan umumnya rendah sampai sangat rendah, setempat air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada mintakat/ zona pelapukan batuan padu. Penyebarannya meliputi bagian barat wilayah yaitu Kecamatan Sumowono bagian barat yang berbatasan dengan Kabupaten Kendal, serta Kecamatan Pringapus, Kecamatan Bringin, Kecamatan Suruh serta Kecamatan Susukan.

Material penyusun terdiri dari tufa, batu pasir tufaan, dan breksi vulkanik (Formasi Damar, Notopuro, dan Pucangan); breksi vulkanik aliran dan lahar dengan sisipan aliran lava kecil dan tufa halus sampai kasar. Kelulusan rendah sampai sedang.

Di Kecamatan Sumowono bagian barat material terdiri dari batuan pair, breksi, dan batu lempung (Formasi Penyatan dan Banyak), batu pasir tufaan dan breksi vulkanik dengan sisipan batu lempung dan napal. Kelulusan rendah sampai sedang. Di Kecamatan Pringapus material terdiri dari endapan vulkanik tak teruraikan, campuran bahan-bahan gunung api lepas dan padu. Kelulusan rendah sampai sedang.

c. Daerah Dengan Kondisi Aliran Melalui Rekahan dan Saluran

Kondisi akuifer setempat dan produktif merupakan aliran air tanah yang melalui mintakat celahan dan rekahan, muka air tanah umumnya dalam dan serahan sumur serta mata air beragam dalam kisaran yang kasar, umumnya rendah.

Penyebaran meliputi bagian barat wilayah Kabupaten Semarang di sekitar kaki Gunung Ungaran termasuk wilayah Kecamatan Ungaran bagian timur, Kecamatan Pringapus dan Kecamatan Sumowono bagian utara serta Kecamatan Jambu bagian selatan meliputi daerah Gunung Merbabu, yaitu di Kecamatan Getasan dan Banyubiru bagian selatan.

(33)

dan aliran lava vesikuler. Selain itu dijumpai pada endapan vulkanik kuarter tua dengan kelulusan rendah sampai sedang, tergantung banyaknya celah (fissuration).

d. Daerah dengan Kondisi Akuifer Aliran Melalui Celahan dan Ruang Antarbutir

Kondisi akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas, mempunyai keterusan sangat beragam, kedalaman muka air tanah umumnya dalam, dan debit sumur umumnya kurang dari 5 liter/ detik, muncul terutama pada daerah lekuk lereng. Penyebarannya meliputi Kecamatan Ungaran terutama di sekitar Kota Ungaran, Kecamatan Bergas, dan Kecamatan Bawen bagian tengah. Sedang penyebaran di daerah tengah-selatan meliputi Kecamatan Jambu bagian timur, Kecamatan Getasan bagian utara dan timur, Kecamatan Suruh bagian barat, dan Kecamatan Tengaran. Materialnya terdiri dari endapan vulkanik kuarter tua dan endapan vulkanik muda. e. Daerah Dengan Kondisi Akuifer Melalui Aliran Ruang Antar Butir

Kondisi akuifer produktif dengan penyebaran luas, berlapis banyak dengan keterusan sedang, muka air tanah beragam umumnya dekat dengan permukaan tanah dengan debit sumur antara 5 - 10 meter/ detik. Material terdiri dari aluvium endapan danau terutama tipe lempung, pasir, kerikil dan bongkah batuan vulkanik dengan kelulusan sedang sampai tinggi. Disamping hal-hal yang telah dikemukakan di atas, wilayah Kabupaten Semarang juga cukup banyak dijumpai mata air dengan debit yang bervariasi. Pemunculan mata air dengan debit bervariasi banyak ditemui di lereng-lereng gunung yang terdapat di wilayah ini, terutama Gunung Merbabu dan Gunung Ungaran. Debit mata air tersebut bervariasi, sebagai contoh mata air Muncul di Kecamatan Banyubiru berdebit maksimal mencapai 3.000 liter/ detik, tetapi beberapa mata air hanya memiliki debit kecil (kurang dari 10 liter/ detik). Pemanfaatan mata air tersebut antara lain digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih perkotaan dan untuk keperluan irigasi. Sekitar 120 mata air telah dialirkan langsung oleh DPU Cabang Tuntang untuk mengairi persawahan di daerah Kabupaten Semarang.

C. Geologi Dan Jenis Tanah

Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Semarang dan sekitarnya cukup kompleks, terutama pensesaran yang cukup intensif. Perlapisan batuan di daerah ini dijumpai pada daerah sebelah Utara mempunyai kemiringan dengan arah bervariasi, dominan ke arah Selatan hingga Barat. Sesar yang terdapat pada daerah ini adalah sesar-sesar geser dengan arah dominan Utara-Selatan. Sesar-sesar tersebut diantaranya adalah Sesar G. Pobongan-Ungaran, Sesar Ungaran, Sesar Ungaran-Ambarawa serta Sesar G. Tungku Jambu.

Namun demikian perlu dicatat bahwa Kab. Semarang memiliki daerah rawan bencana. Untuk tanah longsor adalah Kecamatan Ungaran Barat, Sumowono, Banyubiru, Getasan, Jambu, dan Bringin. Untuk putting beliung adalah Kecamatan Pabelan, Getasan, Bringin, dan Suruh. Daerah rawan banjir adalah Kecamatan Ungaran Timur, Bergas, Pringapus, dan Ambarawa.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang dan Peta Geologi Lembar Salatiga, batuan yang terdapat di Kabupaten Semarang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu batuan sedimen, batuan gunung api, dan alluvial.

(34)

b. Batuan Gunung Api, terdiri dari lava, breksi gunung api, lahar, dan tuf yang merupakan produk dari G. Ungaran di sebelah utara serta G. Merbabu dan G. Telomoyo di sebelah selatan. Selain itu terdapat pula batuan intrusi (terobosan) seperti di G. Mergi, G. Sewakul, G. Kendalisodo dan G. Gugon.

c. Aluvial, terdiri dari lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang penyebarannya terdapat di dalam alur-alur sungai serta dataran di sekitar Rawa Pening.

Berdasarkan jenis tanahnya Kabupaten Semarang memiliki 6 (enam) jenis, yaitu: aluvial, regosol, andosol, grumosol, mediteran dan latosol, yang dapat diperinci lagi menjadi 12 macam tanah, yaitu :

 Tanah aluvial coklat tua, tersebar di Kecamatan Susukan  Tanah regosol kelabu di Kecamatan Susukan

 Tanah komples regosol kelabu dan grumosol kelabu tua di Kecamatan Beringin dan Suruh.  Tanah andosol coklat pada Kecamatan Bawen, Ambarawa, Sumowono, Getasan, Tengaran,

Bergas, dan Pringapus

Tanah asosiasi andosol coklat dan latosol coklat kemerahan di Kecamatan Jambu, Banyubiru, dan Getasan

 Tanah kompleks andosol kelabu tua litosol di Kecamatan Getasan

 Tanah mediteran coklat tua di Kecamatan Bringin, Bawen, Pringapus, Bergas, dan Suruh  Tanah grumosol pada Kecamatan Sumowono, Jambu, Ambarawa, dan Banyubiru.

Tanah latosol coklat pada Kecamatan Ungaran, Pringapus, Bergas, Bawen, Ambarawa, Sumowono, Bringin, Tuntang, dan Suruh.

Tanah latosol coklat tua dan kemerahan Ungaran, Pringapus, Bergas, Bawen, Banyubiru, Tengaran, dan Suruh.

Tanah kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat tua dan latosol di Kecamatan Sumowono dan Jambu

Tanah latosol coklat kemerahan di Kecamatan Tengaran

D. Klimatologi

Rata-rata curah hujan di wilayah Kabupaten Semarang selama tahun 2014 cenderung menurun dibanding tahun 2013. Tercatat rata-rata curah hujan sebesar 1.840 Mm, kecamatan bercurah hujan tertinggi adalah Kecamatan Getasan (3.554 Mm) sedangkan kecamatan dengan curah hujan terendah adalah Kecamatan Bancak (742 Mm). Suhu udara berkisar antara 160C-330C kecepatan angin 2-20 knot dengan kelembaban udara 39,4-97,5 %. Selengkapnya mengenai hari hujan dan curah hujan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II. 26 HARI HUJAN DAN CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG

No. Kecamatan 2012 Tahun (mm) 2013 2014

1 Getasan 2.717 3.193 3.554

2 Tengaran 2.093 2.879 2.213

3 Susukan 1.773 2.674 1.950

4 Kaliwungu - 1.187 1.187

5 Suruh 1.781 1.791 1.939

6 Pabelan 1.637 2.638 1.955

Gambar

TABEL II. 2 JENIS PENGGUNAAN LAHJENIS PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015
TABEL II. 3  LAHAN PERTANIAN (SAWAH) DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 (DALAM HA)
TABEL II. 4  LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015
Gambar 2. 4 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Kering Kabupaten Semarang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah tentang disiplin PNS yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

Untuk titik pengukuran di lingkungan sekolah menggunakan teknik pengukuran acak keliling lingkungan sekolah dengan 68 titik sampel dan teknik pengukuran pada salah satu

Keunggulan tersebut antara lain biayanya murah dan mudah penerapannya aman dan tidak mengganggu kesehatan, tidak menimbulkan pencemaran baik terhadap hasil tanaman

Hasilnya setelah dilakukan pemberian perlakuan aktivitas jasmani secara kontinyu yang dalam hal ini permainan tradisional selama kurang dari 3 minggu atau

Odprta vprašanja so logičen začetek preiskovalnega intervjuja, tako v primeru, ko preiskovalci vedo malo o zadevi, kot tudi v primeru, ko so o zadevi podrobno seznanjeni Simons

Golongan pertama, orang yang banyak amal, adalah mereka yang tidak hanya mengerjakan amalan yang wajib, tapi juga berlomba-lomba menunaikan amalan yang sunnah.. Inilah ciri orang

Daerah perbatasan diharapkan sebagai beranda depan negara, sekaligus pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Kenyataan menunjukkan bahwa

sekolah. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran