PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA
MENGENAI ARUS LISTRIK
MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN SIMULASI KOMPUTER
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Oma NIM. 011424017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI ARUS LISTRIK
MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN SIMULASI KOMPUTER
Oleh:
Oma NIM. 011424017
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Begitulah..
Semula semua ini hanya untuk
koleksi
pribadi,Cuma sekedar mengisi
waktu
di kamar kos..;)
Namun, apa salahnya- – kata sahabat terdekat--
untuk berbagi?Semoga
apa yang telah tersusun ini, bisa membantu rekan-rekancalon
guru
yang ingin menulis sebuah tugasakhir secara sederhana…16 februari tepatnya 2007 (adalah penghujung penulisan karya ini)
Tentu saja
,
kata terimakasih
tidak akan lupa tertutur,Karya ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus kristus
Apa’ man Uwe’ ku tercinta . . .
Abang – kakak- adik & keponakanku di kalimanatan
D’ rita + keluarga di Ambarawa
Bruder Hennie Derksen OFM. cap
Dosen dan sahabat-sahabatku
Sanata Dharma……….
Terima kasih atas seluruh dukungan, doa, dan cinta yang
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Februari 2007 Penulis,
ABSTRAK
Oma. 2007. Perubahan Pemahaman Siswa Mengenai Arus Listrik Melalui Pembelajaran dengan Simulasi Komputer. Skripsi S-1. Yogyakarta: Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep yang berhubungan dengan arus listrik melalui pembelajaran dengan simulasi komputer. Untuk menentukan ada tidaknya perubahan pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik, peneliti membandingkan pemahaman siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan bantuan simulasi komputer.
Penelitian dilakukan di SMA Sang Timur Yogyakarta, pada bulan Oktober-November 2005. Subyek penelitian (partisipan) siswa-siswi kelas X1.
Penelitian ini didesain mencakup empat tahap, yang terdiri dari pengamatan (observasi), tes tertulis (pretes dan postes), wawancara digabungkan dengan peta konsep dan simulasi komputer. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah program simulasi komputer serta tes tertulis yang terdiri dari pretes dan postes. Tes tertulis berupa soal-soal esai berjumlah 13 pertanyaan, mencakup empat konsep pokok yang berhubungan dengan arus listrik.
ABSTRACT
Oma. 2007. Change Of Understanding Of Student Concerning Current Electrics Through Learning With Computer Simulation. Skripsi S-1. Yogyakarta: Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.
This research represent qualitative research. This research is aiming at revealing the change in understanding of student concerning concepts related to electrics current learning with computer simulation. To determine there is or not change of understanding of student concerning electrics current concept, researcher compare the student’s understanding before and after study constructively computer simulation.
Research was done in SMA Sang Timur Yogyakarta, at Oktober-November 2005. Subjects of research were students of class X1.
This research was designed by four phase, consisted of observation, written test (pretest and postest), interview coupled with map concept and computer simulation. Research instrument used was written test, consist of pretest and postest. Written test amount to 13 question, including four electrics current’s concepts .
Result of research found that (1) before study with computer simulation, student’s understanding about electrics current was incomplete and not true; (2) after study with computer simulation, student’s understanding change of incomplete become complete and which not true become correctness so that misconception can repaired.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur petama-tama penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan perlindungan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI ARUS LISTRIK MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN SIMULASI KOMPUTER.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa proses yang panjang dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis secara khusus mengucapkan banyak terima kasih, kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim M.Ed.,Ph.D. selaku dosen pembimbing dengan penuh kesabaran dan perhatian telah memberikan bimbingan, pengarahan, mengoreksi, saran dan kritik selama proses penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. selaku KaProdi JPMIPA yang telah
memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
3. Dosen penguji, terima kasih atas segala saran-saran dan kritik yang telah disampaikan selama pendadaran.
5. Ibu Vera sebagai guru pengampu pelajaran fisika yang telah memberi waktu,
ruang dan kesempatan kepada saya sehingga siswa-siswa kelas X1 dapat saya
jadikan sebagai subyek penelitian.
6. Seluruh dosen JPMIPA yang telah membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa perkuliahan.
7. Apa’ man uwe’ yang tercinta atas segala doa, dukungan, jerih payah dan
semuanya yang telah diberikan kepada saya…
8. Bruder Hennie Derksen Ofm. Cap yang telah memberi dukungan moril,
nasehat, dan doanya… semoga diberi umur yang panjang.
9. Bang markos, ka kina, adik-adikku, keponakanku: (Angra-Tesa) yang telah memberiakan doa, dukungan dan segalanya buat saya.
10. Buat sahabat setiaku de’rita terima kasih banyak buat komputernya, dukungan, inspirasi, doa dan semuanya dech…
11. Aris yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu mendesain simulasi komputer.
12. Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2001: Daryono, Kristian, Hira,
Deni, Hari, Wawan, Hira, Desi, Sri, Bayu, Grace, Bayu, Ema, Maran, Ana, Esti, Lusi, Ida, Sapto dan Juari_ EKS terima kasih atas persahabat kalian dan
semoga mejadi seorang guru yang sukses
14. Teman-teman kost TAMPAN2: mas Is, Mas Gualih, mas Tri, Bang Hira,
pami-mami kost : Hari-hari terasa indah jika selalu bersama kalian.. sesaat kita berpisah tapi sebentar lagi kita akan berjumpa kembali””
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, doa, saran, kritik, dan dukungan selama kuliah sampai penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini, masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih bila ada kritik dan saran yang dapat membangun penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... .... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFRAR BAGAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Tinjauan Pustaka ... 3
B1. Hakekat Pengetahuan ... 3
B2. Teori Perubahan Konsep ... 4
B3. Hubungan Teori Perubahan Konsep dengan Teori Konstruktivisme ... 6
B4. Strategi Pengajaran Perubahan Konsep ... 7
B5. Pemahaman Konsep ... 8
B6. Miskonsepsi ... 11
B7. Media Pembelajaran... 20
B8. Komputer ... 23
B9. Simulasi Komputer... 24
B10. Flash MX 2004... 27
C. Rumusan Masalah ... 29
E. Manfaat Penelitian ... 30
BAB II METODOLOGI A. Jenis Penelitian... 31
B. Subyek Penelitian (Partisipan) ... 31
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31
D. Desain Penelitian... 32
E. Instrumen ... 41
F. Metode Analisis Data... 44
BAB III DATA DAN ANALISIS A. Data ... 46
B. Analisis Data ... 50
C. Keterbatasan Penelitian... 84
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ………….. ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Kisi-kisi simulasi komputer ... 38
Tabel 2 : Makna setiap slide simulasi komputer... 38
Tabel 3 : Kisi-kisi soal pretes dan postes ... 42
Tabel 4 : Skor pretes siswa satu kelas... 47
Tabel 5 : Skor postes 4 partisipan ... 48
Tabel 6 : Variasi jawaban pretes soal nomor 3a dan 3b... 59
Tabel 7 : Variasi jawaban pretes soal nomor 3e,3f dan 3g ... 69
Tabel 8 : Variasi jawaban postes soal nomor 3a dan 3b ... 81
Tabel 9 : Variasi jawaban postes soal nomor 3e,3f dan 3g... 83
Tabel 10 : Perubahan pemahaman partisipan... 88
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Konsep arus listrik... 95
Lampiran 2 : Soal tes penelitian... 106
Lampiran 3 : Transkrip hasil wawancara ... 111
Lampiran 4 : Hasil peta konsep... 132
Lampiran 5 : Hasil pretes, ide partisipan mengenai simulasi komputer dan hasil postes ... 136
Lampiran 6 : Panduan lengkap membuka file simulasi ... 145
Lampiran 7 : Print out simulasi komputer... 146
Lampiran 8 : Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 155
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia semakin hari semakin dimanjakan oleh kemajuan teknologi. Salah
satu wujud dari teknologi yang secara signifikan merubah paradigma kehidupan
manusia di abad 21 ini adalah teknologi informasi yakni komputerisasi. Dunia
pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak lepas dari pengaruh
kemajuan teknologi informasi. Kemajuan teknologi komputer sangat berpengaruh dan
memberi manfaat dalam kehidupan kita termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam
bidang pendidikan fisika, perkembangan teknologi ini memungkinkan kita untuk
melakukan inovasi dalam pembelajaran fisika. Dengan bantuan visualisasi dan
animasi dalam komputer maka komputer dapat berfungsi sebagai alat simulasi.
Menurut Steindberg (dalam Lewar 2001:24) simulasi komputer dapat digunakan
untuk menjelaskan prinsip-prinsip atau konsep-konsep yang kompleks dan
memaparkan proses suatu peristiwa atau fenomena.
Metode pembelajaran dengan eksperimen merupakan metode yang sesuai
dengan konstruktivisme karena siswa dibimbing untuk dapat merumuskan sendiri
konsep, definisi, dan hukum dalam fisika. Tetapi tidak semua materi pelajaran fisika
di SMA dapat dilakukan melalui eksperimen. Ada beberapa konsep dalam fisika yang
tidak bisa melalui eksperimen tetapi dapat dilakukan dengan memanfaatkan media
persoalan tertentu dan membantu perubahan konsep, terutama perubahan konsep
fisika yang kurang benar kearah yang lebih benar sehingga miskonsepsi yang
dimiliki siswa dapat diatasi terutama yang berhubungan dengan konsep arus listrik.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Thomas C.W.P Lewar (2001:93) tentang
“Pembelajaran Fisika dengan Simulasi Komputer Pokok Bahasan Pemantulan dan
Pembiasan” menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan simulasi komputer
dapat membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan mereka, khususnya
peningkatan pemahaman siswa terhadap konsepsi-konsepsi pemantulan dan
pembiasan. Peningkatan pemahaman siswa dilalui dengan menemukan dan
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dengan cara melakukan observasi,
memanipulasi, dan menganalisis data serta menarik kesimpulan.
Dalam pembelajaran fisika diharapkan guru dapat menggunakan metode
mengajar yang bervariasi. Guru harus dapat mengajarkan fisika lebih menarik dan
mengarah pada pemahaman dan pembentukkan konsep. Dalam hal ini seorang guru
harus bisa memberikan model pengajaran yang sesuai dan dapat memilih media
belajar yang cocok dalam proses pembelajaran. Selain itu untuk menguji pemahaman
siswa, seorang guru dalam hal membuat soal harus bersifat menuntut pemahaman
dan upaya berpikir siswa dan bukan bersifat hafalan, hal ini terlihat dari soal-soal tes
yang dibuat oleh guru lebih banyak bersifat pilihan ganda tanpa disertai dengan
Oleh sebab itu, dalam hal ini penulis ingin meneliti mengenai perubahan
pemahaman siswa dalam pembelajaran fisika dengan simulasi komputer tentang
konsep arus listrik.
B. Tinjauan Pustaka
B.1. Hakekat Pengetahuan
Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997:21) konstruktivisme adalah
salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan siswa adalah
konstruksi (bentukkan) siswa sendiri, ia menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu
tiruan dari kenyataan.
Von Glaserfeld menyebutkan bahwa pengetahuan dibentuk oleh struktur
konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Konstruktivisme
menyatakan bahwa semua pengetahuan yang siswa peroleh adalah konstruksi siswa
sendiri, maka penganut konstruktivisme menolak adanya transfer pengetahuan dari
guru kepada siswa. Tidak mungkin mentransfer pengetahuan karena setiap siswa
membangun pengetahuan pada dirinya. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang
dapat ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan kepikiran
orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud
mentransfer konsep dan ide kepada seorang siswa, pemindahan itu harus
diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa lewat pengalamannya (Bettencourt,
B.2. Teori Perubahan Konsep
Menurut Posner dkk (dalam Suparno, 1997) dalam proses belajar ada proses
perubahan konsep yang mirip dengan yang ada dalam filsafat sains.Tahap pertama
perubahan konsep disebut asimilasi dan tahap kedua disebut akomodasi. Dengan
asimilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk
berhadapan dengan peristiwa yang baru. Dengan akomodasi siswa mengubah
konsepnya yang tidak cocok lagi dengan peristiwa baru yang mereka hadapi.
Akomodasi disebut juga perubahan konsep secara radikal.
Supaya terjadi perubahan radikal atau akomodasi, dibutuhkan beberapa
keadaan dan syarat seperti berikut:
a. Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada. Siswa mengubah
konsepnya jika siswa yakin bahwa konsep yang lama tidak dapat digunakan lagi
untuk menelaah situasi, pengalaman, dan gejala yang baru.
b. Konsep yang baru harus dapat dimengerti, rasional, dan dapat memecahkan
persoalan atau fenomena yang baru.
c. Konsep yang baru harus masuk akal, dapat memecahkan dan menjawab persoalan
yang terdahulu, dan juga konsisten dengan teori-teori atau pengetahuan yang
sudah ada sebelumnya.
d. Konsep baru harus berdaya guna bagi perkembangan penelitian dan penemuan
yang baru.
peristiwa yang bertentangan dengan pikiran siswa. Suatu peristiwa dimana siswa
tidak dapat mengasimilasikan pengetahuannya untuk memahami fenomena yang
baru. Peristiwa-peristiwa akan menantang siswa untuk lebih berpikir dan
mempersoalkan mengapa pemikiran awal mereka tidak benar.
Carrey menguraikan adanya dua perubahan konsep: yakni restrukturisasi
kuat dan restrukturisasi lemah. Dalam restrukturisasi kuat siswa mengubah konsep
lama yang sudah mereka miliki, sedangkan dalam proses restrukturisasi lemah siswa
tidak mengubah konsep lamanya, melainkan mengembangkan konsep yang sudah
ada. Banyak peneliti menerapkan strategi mengajar yang mempercepat perubahan
konsep. Mereka menekankan agar siswa dibiasakan mempertanyakan keyakinan dan
konsepnya. Peneliti membuat strategi yang menimbulkan ketidakseimbangan dalam
pikiran siswa, yang menimbulkan konflik dalam pikiran siswa sehingga tertantang
untuk mengubah konsep yang telah ia miliki (Dykstra dkk., dalam Suparno, 1997).
Dalam penelitiannya, Vygotsky membedakan dua macam konsep: konsep
spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh siswa dari kehidupan
sehari-hari dan konsep ilmiah diperoleh dari teori-teori pelajaran yang sesuai dengan konsep
para ilmuwan. Kedua konsep ini saling berhubungan terus-menerus. Apa yang
dipelajari siswa dalam teori pelajaran mempengaruhi perkembangan konsep yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dan sebaliknya. Pendidik sebaiknya tidak
menolak konsep spontan siswa, melainkan membantunya agar konsep itu
adalah membantu agar pemahaman mereka berkembang semakin mendekati
pemahaman para ilmuwan (Suparno, 1997).
B.3. Hubungan Teori Perubahan Konsep dengan Teori Konstruktivisme
Menurut Suparno (1997:53) pengetahuan siswa tidak sekali jadi, melainkan
merupakan suatu proses perkembangan yang terus-menerus. Dalam perkembangan itu
ada yang mengalami perubahan besar dengan mengubah konsep lama melalui
akomodasi, ada pula yang hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang
sudah ada melalui asimilasi. Proses perubahan terjadi bila siswa aktif berinteraksi
dengan lingkungannya.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa teori perubahan konsep dipengaruhi
atau didasari oleh filsafat konstruktivisme. Konstruktivisme menekankan
pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep,
menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus-menerus.
Konstruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana siswa membentuk
pengetahuan yang tidak tepat. Dengan demikian, seorang guru dibantu untuk
mengarahkan siswa dalam pembentukkan pengetahuan mereka yang lebih tepat.
Teori perubahan konsep sangat membantu karena mendorong guru agar menciptakan
suasana dan keadaan yang memungkinkan perubahan konsep yang kuat pada siswa
Konstrukstivisme dan teori perubahan konsep memberikan pengertian bahwa
setiap siswa dapat membentuk pengertian yang berbeda dengan pengertian para
ilmuwan. Namun pengertian yang berbeda tersebut bukanlah akhir perkembangan,
karena setiap saat siswa masih dapat mengubah pemahamannya sehingga lebih sesuai
dengan pemahaman ilmuwan. “salah pengertian” dalam memahami sesuatu, menurut
teori konstruktivisme dan teori perubahan konsep, bukanlah akhir segala-galanya,
melainkan awal untuk perkembangan yang lebih baik (Suparno, 1997).
B.4. Strategi Pengajaran Perubahan Konsep
Davis dkk (dalam Suparno 2005:99), merangkum beberapa strategi
pengajaran perubahan konsep sebagai berikut:
a. Strategi pengajaran berdasarkan konflik kognitif siswa.
b. Strategi pengajaran berdasarkan perkembangan ide-ide siswa.
Dalam strategi ini digunakan gagasan dasar yang ada pada siswa, lalu dibantu
dengan pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
mengembangkan dan memperluas gagasan mereka ke arah pandangan yang
bersifat ilmiah. Dengan model ini maka konsep awal siswa pelan-pelan
dijembatani dan berubah ke konsep ilmiah yang benar.
c. Strategi pengajaran berdasarkan metode pembelajaran fisika yang dapat
Beberapa peneliti, ahli, dan pendidik fisika menemukan beberapa metode
pembelajaran fisika yang telah terbukti dapat membantu perubahan konsep,
terutama perubahan konsep fisika yang kurang benar kearah yang lebih benar.
Beberapa metode itu antara lain, adalah:
1). Bridging Analogy (Analogi Penghubung)
2). Simulasi komputer
3). Wawancara Diagnosis
4). Diskusi Kelompok
5). Peta Konsep
6). Problem Solving
7). Percobaan atau Pengalaman Lapangan
8). Pertanyaan Terus-menerus di kelas
B.5. Pemahaman Konsep
Menurut Kartika Budi (1992) dalam artikelnya yang berjudul “Pemahaman
Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang Terjadi”, fisika pada hakekatnya
merupakan akumulasi hasil keilmuan berupa konsep-konsep fisis, prinsip, hukum dan
teori yang diperoleh melalui proses keilmuan, dan sikap keilmuan. Sehingga
memfasilitasi siswa, yang dapat diartikan sebagai proses siswa membangun konsep,
hukum, dan teori. Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai siswa dalam
keilmuan dan memilih sikap keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses
tersebut.
Seperti yang dikutip oleh Kartika Budi (1987) dalam artikelnya yang berjudul
“Konsep: Pembentukkan dan Penanamannya“ pemahaman konsep merupakan dasar
dari pemahaman prinsip dan teori, artinya untuk dapat memahami prinsip dan teori
harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang
bersangkutan. Berdasarkan hal ini maka pemahaman konsep memegang peranan
penting dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak
mengabaikan aspek-aspek lain.
Menurut Suparno (2005:94,95) proses pembelajaran fisika yang benar
haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan yang pertama adalah
perubahan dalam memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih
lengkap, dari konsep yang belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan lain
adalah mengubah dari konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep
para ahli fisika. Pembelajaran yang hanya membuat konsep statis atau bahkan
menjauh dari konsep yang diterima para ahli, dapat dikatakan pembelajaran yang
tidak sukses. Sedangkan pembelajaran fisika yang baik adalah yang memungkinkan
perubahan konsep itu.
Toulmin menyebutkan bahwa bagian terpenting dalam pemahaman siswa
dapat diubah. Dalam perkembangan konsep, siswa mengubah gagasannya lebih maju.
Rasionalitas siswa justru terletak pada bagaimana siswa mengubah konsep, prosedur,
dan gagasannya untuk semakin maju (Suparno, 2005:85).
Menurut Kartika Budi (1992), untuk dapat memutuskan apakah siswa
memahami kosep atau tidak, diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat
menunjukkan pemahaman tersebut. Beberapa indikator yang menunjukkan
pemahaman siswa akan suatu konsep, antara lain :
a. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan
kalimat sendiri.
b. Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain
c. Dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum
d. Dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala
alam, (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara
praktis, (c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada
suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi.
e. Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat
f. Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan
g. Dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah, dan dapat
B.6. Miskonsepsi
Menurut Suparno (2005:4) dalam bukunya “Miskonsepsi dan Perubahan
Konsep Pendidikan Fisika” miskonsepsi menunjuk pada suatu konsep yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam
bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang
tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif.
Suparno (2005:4) mengutip pendapat beberapa para ahli dalam
mendefinisikan miskonsepsi, yakni: Novak (1984), mendefinisikan miskonsepsi
sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat
diterima. Brown (1989; 1992) menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan
yang naif dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Feldsine (1987) menemukan miskonsepsi
sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep. Fowler
(1987), menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi
sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah,
klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan
a. Miskonsepsi dalam fisika
1). Miskonsepsi dalam sains secara umum
Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains seperti biologi, kimia, fisika dan
astronomi. Tidak ada bidang sains yang dikecualikan dalam hal miskonsepsi ini.
Menurut Wandersee dkk, dalam artikelnya mengenai “Research on Alternatife
Conception in Science”, menjelaskan bahwa miskonsepsi terjadi dalam semua bidang
fisika. (Wandersee dkk, dalam Suparno, 2005: 9).
2). Miskonsepsi yang terjadi pada konsep arus listrik
Beberapa siswa masih salah mengerti mengenai tegangan, arus, dan tahanan dalam
rangkaian tertutup. Dupin dan Jhosua, meneliti bahwa beberapa siswa salah mengerti
tentang tegangan listrik (Suparno, 2005).
Lampu
Gambar 1.a
Jaringan listrik terbuka A B
Siswa beranggapan tegangan hanya terjadi dalam suatu jaringan tertutup. Bila ada
ada tegangan didalamnya. Menurut siswa, antara titik A dan titik B pada kabel dalam
jaringan terbuka itu tidak ada tegangan. Padahal dalam kenyataannya, bila diukur
akan terlihat ada beda potensial.
Banyak siswa salah mengerti tentang terangnya lampu pada rangkaian listrik
seri. Pada rangkaian seperti pada gambar 1.b, satu baterai dihubungkan seri dengan
tiga buah bola lampu, yaitu A, B, dan C yang sama tahanannya.
A B C
Gambar 1.b
Rangkaian listrik dengan tiga lampu A, B, C
Beberapa siswa menjelaskan bahwa ketiga lampu itu terangnya tidak sama,
tergantung letaknya terhadap baterai. Semakin dekat dengan baterai, semakin terang
lampu itu. Menurut siswa lampu A menyala lebih terang dari lampu B, dan lampu B
lebih terang dari lampu C. Padahal menurut teori fisika, ketiga lampu itu akan
menyala sama terangnya.
Ada juga beberapa siswa yang salah mengerti tentang apa yang membuat
menyala. Dengan penyambungan itu, atom-atom dari baterai akan pindah melalui
kawat ke lampu, sehingga lampu menyala. Bahkan ada yang menjelaskan, bahwa
energi listrik turun ke lampu melalui kawat, dan memberikan energi pada lampu
sehingga menyala.
Anak-anak itu tidak menyadari bahwa suatu rangkaian harus dihubungkan tertutup
supaya terjadi aliran listrik, yang menjadikan lampu menyala.
A B
Gambar 1.c
Rangkaian listrik dengan dua lampu A dan B
Dalam rangkaian seri seperti gambar 1.c, siswa juga memiliki miskonsepsi. Dua
lampu, A dan B, sama kuatnya dihubungkan seri dengan satu baterai. Sebagian siswa
mengungkapkan miskonsepsinya sebagai berikut :
a) Sebagian arus digunakan oleh lampu A, sehingga arus yang melalui lampu B
berbeda, yaitu lebih kecil.
b) Arah arus dalam rangkaian itu berasal dari kutub positif dan negatif baterai,
c) Nyala lampu A, lebih terang dari lampu B karena lampu A dekat dengan
kutub positif baterai.
Osborne, menemukan beberapa siswa berpikir listrik sebagai energi. Listrik akan
habis digunakan sewaktu melalui rangkaian (Osborne, dalam Suparno, 2005).
b. Penyebab Miskonsepsi
Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima
kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Penyebab
yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal seperti: konsep awal,
kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain. Penyebab
kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan
materi, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa
yang kurang baik.
Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan
atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti budaya, agama, dan
bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sedangkan metode
mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi dapat menyebabkan
miskonsepsi pada siswa. Seringkali penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, tetapi
kadang-kadang saling terkait satu sama lain, sehingga miskonsepsi menjadi semakin
kompleks. Hal ini menyebabkan semakin sulit untuk membantu siswa mengatasi
c. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme
Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa pengetahuan itu
dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan,
tantangan, dan bahan yang dipelajari (Suparno, 1997).
Oleh karena siswa sendiri yang mengkonstruksikan pengetahuannya, maka
tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini dapat
disebabkan siswa belum terbiasa mengkonstruksikan konsep fisika secara tepat,
belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai patokan. Bisa saja
terjadi siswa telah melakukan konstruksi itu sejak awal sebelum mereka mendapatkan
secara formal tentang bahan tertentu. Mereka mengkonstruksi sendiri hal itu karena
pengalaman hidup mereka. Inilah yang disebut prakonsepsi atau konsep awal siswa
(Suparno, 2005:30).
Pengetahuan awal sering kali tidak cocok dengan pengetahuan yang
diterima oleh para ilmuwan, dan menjadi suatu miskonsepsi. Pengetahuan yang tidak
tepat itu, kadang-kadang mudah diluruskan selama proses belajar formal di sekolah,
tetapi ada kalanya sangat sulit. Usaha memperbaiki miskonsepsi menjadi sangat sulit
bila konsep yang tidak benar itu berguna dalam kehidupan sehari-hari para siswa.
Dalam pengertian konstruktivisme, tampak jelas bahwa miskonsepsi itu
merupakan hal yang wajar dalam proses pembentukan pengetahuan oleh siswa yang
Secara eksterm, seorang guru tidak dapat memaksakan “pengetahuan” yang telah
mereka miliki kepada siswa. Guru hanya dapat membantu siswa “mengetahui”, bila
siswa sendiri ikut aktif dalam proses itu secara benar (Suparno, 2005:32).
d. Mendeteksi Miskonsepsi
Suparno (2005:121) dalam bukunya yang berjudul “Miskonsepsi dan
Perubahan Konsep Pendidikan Fisika” menyebutkan beberapa alat deteksi yang
sering digunakan para peneliti untuk mengatasi miskonsepsi.
1). Peta Konsep (Concept Maps)
Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa dalam bidang
fisika. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep
dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, dengan jelas
dapat mengungkap pemahaman siswa yang digambarkan dalam peta konsep.
Miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antara
konsep-konsep itu benar atau salah. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam
proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep.
Untuk lebih melihat mengapa siswa beranggapan seperti itu, ada baiknya peta
konsep itu digabungkan dengan wawancara klinis (Novak & Gown, dalam
Suparno 2005).
Dalam wawancara siswa diminta mengungkapkan lebih mendalam
peta konsep adalah alat yang baik untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
Menurut Fieldsine, miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan mudah oleh
guru dari peta konsep dibantu dengan wawancara.
2). Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka
Treagust (dalam Suparno, 2005) penelitiannya menggunakan pilihan ganda
dengan memberi alasan (reasoning). Dalam bagian alasan, siswa harus menulis
mengapa ia memilih jawaban itu. Beberapa peneliti lain menggunakan pilihan
ganda dengan wawancara. Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam
pilihan ganda itu, mereka mewawancarai siswa. Tujuan dari wawancara adalah
untuk meneliti bagaimana siswa berpikir, dan mengapa siswa berpikir seperti itu.
3). Tes Esai tertulis
Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika
yang memang hendak diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat
diketahui miskonsepsi yang dibawa dan dalam bidang apa. Setelah ditemukan
miskonsepsinya, kemudian beberapa siswa diwawancarai untuk lebih mendalami,
mengapa mereka mempunyai gagasan seperti itu. Dari jawaban itulah akan
terlihat dari mana miskonsepsi itu dibawa.
4). Wawancara diagnosis
Wawancara berdasarkan beberapa konsep fisika tertentu dapat dilakukan untuk
melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika yang
bahan yang hendak diajarkan. Kemudian siswa diajak untuk mengekspresikan
gagasan mereka mengenai konsep-konsep diatas. Dari sini dapat dimengerti
miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh
miskonsepsi tersebut.
Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur. Dalam wawancara bebas, guru
atau peneliti memang bebas bertanya kepada siswa dan siswa dapat dengan bebas
menjawab. Urutan atau apa yang hendak ditanyakan dalam wawancara itu tidak
perlu dipersiapkan. Sedangkan dalam wawancara terstruktur, pertanyaan sudah
dipersiapkan dan urutannya pun secara garis besar sudah disusun. Lebih baik
wawancara itu direkam agar tidak kehilangan data yang diperlukan.
5). Diskusi dalam kelas
Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang
konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi di kelas itu
dapat dideteksi juga apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dari diskusi itu,
guru dapat mengerti miskonsepsi yang dimiliki siswa. Cara ini lebih cocok
digunakan pada kelas yang besar, dan juga sebagai penjajakan awal. Yang perlu
diperhatikan oleh guru adalah membantu agar setiap siswa berani bicara untuk
mengungkapkan pikiran mereka tentang persoalan yang dibahas.
6). Praktikum dengan tanya jawab
B.7. Media Pembelajaran
1). Arti media pembelajaran
Menurut Latuheru (1988) sesuatu dapat dikatakan sebagai media
pembelajaran apabila media tersebut digunakan untuk menyampaikan pesan dengan
tujuan-tujuan pembelajaran.
Natakusumah (dalam Latuheru 1988) media adalah semua alat bantu atau
benda yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar, dengan maksud untuk
menyampaikan pesan pembelajaran dari seorang guru kepada siswa. Media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru kepada
siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Perlu ditambahkan
bahwa pesan atau informasi yang disampaikan melalui media dalam bentuk isi atau
materi pengajaran harus dapat diterima oleh siswa dengan menggunakan salah satu
atau gabungan beberapa alat indera mereka.
Gagne dan Briggs (dalam Latuheru, 1988) mengatakan bahwa media
pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran. Media
yang dimaksudkan disini, misalnya: buku, tape-recorder, kaset, film, video, slide,
televisi, dan lain-lain.
Menurut Hamidjojo (dalam Latuheru, 1988) media pembelajaran adalah
media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran, yang
Dilihat dari segi penggunaannya, ada dua kecenderungan umum untuk penggunaan
media pembelajaran, yaitu:
a) Media pembelajaran yang dapat dipakai secara massa, misalnya: radio dan
televisi.
b) Media pembelajaran yang dapat dipakai dalam kelompok kecil maupun besar,
misalnya: film, slide, OHP, video, dan tape-recorder.
Berpedoman pada semua pendapat yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah alat atau bahan yang digunakan dalam kegiatan
belajar-mengajar, dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara
guru dan siswa dapat berlangsung secara tepatguna dan berdaya guna (Latuheru,
1988:14).
2). Manfaat media pembelajaran.
Latuheru (1988:23) menyimpulkan pendapat beberapa para ahli tentang
manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar,
sebagai berikut:
a) Media pembelajaran menarik dan memperbesar perhatian siswa terhadap
materi pelajaran yang disajikan.
b) Media pembelajaran dapat menghilangkan adanya verbalisme.
c) Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman belajar berdasarkan
d) Media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar yang sulit
diperoleh dengan cara yang lain.
e) Media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan waktu. Misalnya,
obyek yang berbahaya seperti binatang buas yang tidak dapat dibawa ke
dalam kelas, maka dapat digunakan model, foto, slide, atau gambar dari
binatang buas tersebut.
f) Media pembelajaran dapat membantu perkembangan pikiran siswa secara
teratur tentang hal yang mereka alami, misalnya melihat film tentang suatu
peristiwa. Rangkaian dan urutan peristiwa yang mereka lihat itu akan dapat
mereka pelajari secara teratur dan kontinu.
g) Media pembelajaran dapat membantu siswa dalam mengatasi hal-hal yang
sulit dilihat dengan mata telanjang, misalnya bakteri dan amuba. Siswa dapat
melihat bakteri dan amuba tersebut melalui foto atau gambar setelah
diperbesar dengan menggunakan mikroskop.
h) Media pembelajaran dapat mengatasi peristiwa yang sulit diikuti dengan
indera mata. Misalnya mekarnya setangkai kembang. Proses ini dapat
diperlihatkan dengan film melalui teknik animasi dan time-lapse.
i) Media pembelajaran memungkinkan terjadinya kontak langsung antara siswa
B.8. Komputer
Komputer dalam perkembangan masa kini merupakan suatu perangkat
peralatan yang canggih dan dapat dimanfaatkan dalam masalah-masalah pendidikan
dan pembelajaran. Komputer merupakan suatu media yang cocok dalam proses
pembelajaran masa kini disamping media yang lain (Latuheru, 1988:118).
a. Peranan komputer dalam pendidikan
Menurut Bell (dalam Lewar, 2001) sehubungan dengan pembelajaran, ada
dua macam komputer dilihat dari fungsinya, yaitu :
a. Pembelajaran yang dibantu oleh komputer CAI (Computer Assisted
Instruction).
Dalam proses pembelajaran yang diantu oleh komputer (CAI) para siswa
berinteraksi secara langsung dengan komputer yang menyimpan materi
pembelajaran.
b. Pembelajaran yang dikelola oleh CMI (Computer Managed Instruction).
Dalam pembelajaran yang ditata atau dikelola oleh komputer (CMI),
komputer membantu guru dalam masalah pengurusan atau penataan dan
bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa tidak langsung
berhubungan dengan komputer, dan materi pembelajaran tidak tersimpan
b. Kelebihan atau keuntungan komputer
1). Bekerja dengan komputer sebagai sesuatu yang baru bagi siswa, dapat
menimbulkan motivasi bagi mereka untuk lebih menekuni materi yang
disajikan.
2). Dengan adanya warna, musik, dan grafik yang dianimasi dapat menambahkan
realisme, dan merangsang untuk mengadakan latihan-latihan kerja, simulasi,
dan sebagainya.
3). Kecepatannya dalam menanggapi respon siswa.
c. Kekurangan atau kelemahan komputer
1). Proses pembelajaran dengan komputer relatif lebih mahal dari media lain.
2). Merancang program untuk kepentingan proses pembelajaran dengan komputer
mempunyai konsekuensi biaya, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit.
3). Komputer dapat memadamkan daya kreatifitas siswa.
B.9. Simulasi Komputer
Simulasi komputer adalah suatu program yang menyajikan khayalan akan
suatu kenyataan. Simulasi yang berhubungan dengan pendidikan ini memungkinkan
untuk membawa sebuah kenyataan yang sebenarnya ke dalam ruang kelas, meskipun
dalam bentuk yang jauh lebih rumit dari apa yang digambarkan. Simulasi adalah cara
lain yang efektif untuk memberikan bahan ajar tertentu. Untuk target group
memahami bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran, maka dengan cara
simulasi hal tersebut dapat diatasi (Soekartawi, 1995:21).
Menampilkan simulasi dengan komputer memungkinkan siswa untuk
berperan serta dalam kejadian-kejadian yang lebih dekat atau mirip dengan kehidupan
yang nyata, yang sengaja dibuat agar siswa dapat mengambil keputusan. Dalam hal
ini komputer dapat bereaksi terhadap keputusan yang diambil, dan segera
memberitahukan hasilnya, yang kemudian dapat dianalisis (Latuheru, 1988: 120).
Menurut Suparno (2000) dalam artikelnya yang berjudul “Teori Perubahan
Konsep dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Fisika” banyak penelitian yang
menemukan bahwa simulasi komputer dapat membantu siswa untuk menghilangkan
miskonsepsi dan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada suatu konsep. Dalam
simulasi itu siswa dapat memanipulasi data, mencari data, mengumpulkan,
menganalisis, dan mengambil kesimpulan. Hasil simulasi yang berlawanan dengan
gagasan awal siswa, bila diulang berkali-kali akhirnya akan menghasilkan perubahan
konsep dalam diri siswa.
Menurut Suparno (2005:105) penggunaan simulasi komputer sangat
menguntungkan, karena siswa dapat melakukannya sendiri berkali-kali tanpa harus
ditunggui guru seperti pelajaran dalam kelas, oleh sebab itu siswa akan lebih cepat
mengubah gagasannya yang tidak benar. Dengan demikian siswa lebih cepat mengerti
Hasibuan & Moedjono (1985:28) mengatakan kebaikan metode simulasi komputer
adalah sebagai berikut :
a. Menyenangkan, sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi.
b. Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktifitas simulasi komputer.
c. Memvisualisasikan hal-hal yang abstrak.
d. Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap, dan
kurang motivasi.
e. Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses.
Menurut Suparno (1998) dalam artikelnya yang berjudul “Penggunaan
Komputer Dalam Proses Belajar Mengajar Fisika di Sekolah Menengah” meski
media komputer sangat membantu siswa belajar, terlebih belajar sendiri, kiranya juga
dimengerti bahwa cara belajar lain tetap ada gunanya dalam percaturan belajar
mengajar fisika. Hal ini disebabkan karena setiap siswa dapat mempunyai cara belajar
tersendiri yang cocok, sehingga tidak ada satu metode belajar yang cocok untuk
semua siswa. Meski banyak hal dapat diganti dengan komputer, tetapi guru masih
tetap penting dalam pendidikan fisika, karena tidak semua hal dan bahan dapat
diganti dengan komputer.
Guru perlu mencari dan menemukan peranan yang baru, yang akan memajukan
proses belajar siswa. Beberapa peran guru yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Guru lebih sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk dapat belajar
b. Guru dapat berkeliling untuk bertanya kepada siswa tentang bahan yang
ditekuni dalam komputer.
c. Guru lebih menantang agar siswa sungguh aktif dalam meneliti, mencari
sendiri, dan merumuskan apa yang dipelajarinya dalam komputer.
d. Guru perlu menguasai bagaimana menggunakan komputer dan membantu bila
program siswa tidak jalan.
e. Ada baiknya guru sering membuat penelitian apakah siswa memang terbantu
dengan komputer.
f. Guru diharapkan dapat mengusulkan program-program komputer yang sesuai
dengan bahan yang mau dipelajari siswa (Suparno, 1998:236).
B.10 . Flash MX 2004
Flash MX 2004 atau flash versi 7.0 merupakan program flash versi terbaru
yang mempunyai fasilitas melebihi flash versi-versi sebelumnya. Macromedia flash
MX 2004 adalah salah satu program animasi grafis yang banyak digunakan para
designer untuk menghasilkan karya-karya profesional, khususnya dibidang animasi.
Program ini cukup fleksibel untuk keperluan pembuatan animasi. Flash MX 2004
memiliki kemampuan dapat membuat animasi grafis yang rumit secara cepat dan
mudah (Nn, 2004).
Flash MX 2004 merupakan program pembuat animasi dan web yang canggih.
pembuatan animasi interaktif maupun non interaktif, seperti animasi kartun,
presentasi, gamen dan beberapa animasi lainnya (Nn, 2004).
Nn (2004) menyebutkan beberapa kelebihan yang dimiliki flash MX 2004,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Mampu membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau obyek yang
lain.
Mampu membuat perubahan transparansi warna dalam movie.
Mampu membuat peruahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.
Mampu membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah
ditetapkan
Dapat dikonversi dan dipublikasikan (publish)ke dalam beberap tipe di
antaranya adalah : .swf, .html, .gif, .jpg, .png, .exe, .mov.
Mempunyai kemudahan dalam melakukan import video clip dalam banyak
pilihan format file.
Dapat dibuka, disimpan, dan dijalankan ke dalam format program flash
versi sebelumnya, flash MX.
Mempunyai fasilitas yang lengkap dan fleksibel untuk menunjang para
designer web membuat karyanya.
Waktu akses animasi atau gambar lebih cepat dibandingkan dengan program
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang peneliti merumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik sebelum
pembelajaran dengan simulasi komputer ?
2. Bagaimana pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik sesudah
pembelajaran dengan simulasi komputer ?
3. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi terhadap pemahaman siswa
mengenai konsep arus listrik ?
4. Apakah pembelajaran dengan simulasi komputer dapat meningkatkan
pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik ?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang konsep arus listrik
2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa tentang konsep arus
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat diantaranya :
1. Sebagai media bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan pemahaman
konsep yang dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran disekolah.
2. Sebagai pengetahuan baru bagi guru dan calon guru dalam memberikan
pengajaran yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak.
3. Sebagai media bagi guru untuk mengembangkan kemampuan eksplorasi
BAB II
METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif,
karena penelitian ini bertujuan mengungkap perubahan pemahaman siswa mengenai
konsep arus listrik melalui simulasi komputer dan melaporkan hasil eksplorasi
tersebut.
B. Subyek Penelitian (Partisipan)
Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1 SMAK Sang Timur,
Yogyakarta. Yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas X1. Kelas
X1 dipilih berdasarkan persetujuan antara peneliti dengan guru fisika yang
bersangkutan. Peneliti memilih kelas 1 SMA karena siswa kelas 1 SMA sudah
mengenal konsep dasar arus listrik saat duduk dibangku SMP.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 13 Oktober-18 November 2005 di Sekolah
SMAK Sang Timur, Jl. Batikan, no 7 Yogyakarta.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini mencakup lima tahap, yang terdiri dari: pembuatan instrumen,
mengerjakan soal pretes, wawancara digabungkan dengan pembuatan peta konsep,
pembelajaran dengan simulasi komputer dan mengerjakan soal postes.
Desain Penelitian
Pembelajaran dengan Simulasi Komputer Wawancara
Peta Konsep
Mengerjakan Soal Postes Mengerjakan Soal Pretes Pembuatan Instrumen
Partisipan dipilih
1. Pembuatan Instrumen
a. Membuat Soal
Soal tertulis yang dibuat dalam bentuk esai berjumlah 13 pertanyaan yang
mencakup empat konsep pokok yang berhubungan dengan arus listrik. Dalam
membuat soal peneliti menyesuaikan dengan analisis makna, yaitu konsep arus
listrik yang dapat dilihat pada lampiran 1, halaman 95-103. Soal-soal yang
diberikan lebih menekankan pada konsep dasar arus listrik, lebih jelasnya dapat
dilihat pada bagian E (mengenai instrumen).
b. Membuat Simulasi Komputer
Simulasi dirancang oleh peneliti dibawah bimbingan dosen dengan menggunakan
program makro media flash MX 2004 (versi 7.0). Pembuatan simulasi
disesuaikan dengan soal-soal yang diberikan terhadap siswa, sehingga simulasi
yang dibuat selalu berhubungan dengan soal-soal yang diberikan.
Tayangan simulasi komputer dibuat bersifat semi interaktif:
Setiap slide simulasi dilengkapi beberapa fasilitas, sehingga siswa dapat
membuka simulasi dan dapat menjalankan beberapa simulasi yang dilengkapi
dengan tombol-tombol bantuan.
2. Mengerjakan Soal Pretes
Pretes diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran dengan simulasi
komputer. Soal pretes berjumlah 13 pertanyaan dalam bentuk esai yang terdiri
untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik sebelum
partisipan menerima proses pembelajaran dengan simulasi komputer.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti 12 hari setelah pretes diberikan kepada
subyek penelitian. Hal ini disebabkan satu minggu setelah pretes siswa sibuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sehingga rencana wawancara pada minggu
pertama setelah pretes tidak dapat dilakukan. Subyek penelitian yang akan
melakukan wawancara dipilih berdasarkan hasil pretes, yakni jawaban yang
banyak mengalami miskonsepsi. Wawancara yang diberikan lebih bersifat
terstruktur, artinya pertanyaan sudah disiapkan oleh peneliti dan urutannya pun
secara garis besar sudah disusun. Wawancara terstruktur ini dilakukan dengan
tujuan supaya peneliti dapat secara sistematis bertanya dan mengorek pemikiran
ataupun gagasan siswa. Selama wawancara berlangsung peneliti menyiapkan
tape-recorder untuk merekam proses berlangsungnya wawancara supaya peneliti
tidak kehilangan data yang diperlukan.
Peta konsep
Peta konsep dapat mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan
menekankan gagasan-gagasan pokok. Dalam wawancara, siswa diminta
menyebutkan konsep-konsep dan mengungkapkan hubungan berarti antara
konsep-konsep, yaitu dengan cara memberi ilustrasi yang berhubugan dengan
berhubungan dengan “sepak bola”. Siswa diminta untuk menyebutkan hal-hal
yang berhubungan dengan sepak bola, kemudian diminta mengungkapkan
hubungannya. Setelah itu, peneliti membawa siswa pada permasalahan yang
berkaitan dengan konsep arus listrik. Berhubung siswa belum pernah
mempelajari peta konsep, maka pada saat melakukan wawancara, siswa
dibimbing oleh peneliti dengan suatu pertanyaan yang mengarah pada hubungan
berarti antara konsep-konsep yang diketahui sejauh kemampuan siswa dalam
memahami konsep arus listrik. Apabila siswa dapat membuat hubungan berarti
antara konsep-konsep dengan benar, maka siswa dianggap memahami konsep
arus listrik. Sebaliknya, apabila siswa tidak dapat membuat hubungan berarti
antara konsep-konsep dengan benar, maka siswa dianggap tidak memahami
konsep arus listrik.
4. Pembelajaran dengan Simulasi Komputer
Pembelajaran dengan simulasi komputer ini dilaksanakan di LAB komputer.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini dibimbing oleh peneliti yang berperan
sebagai fasilitator. Pembelajaran dengan simulasi komputer dibagi menjadi dua
kegiatan, yaitu:
Setiap siswa memberikan idenya dengan melihat setiap tayangan simulasi.
Peneliti menjelaskan setiap tayangan simulasi yang ditampilkan disertai
a. Cara membuka file dalam komputer dan mengoperasikan simulasi
komputer dalam bentuk CD (Compact Disk).
Membuka file simulasi komputer dalam bentuk CD.
Langkah untuk membuka file simulasi komputer dalam bentuk CD jika anda
menggunakan Windows XP, adalah sebagai berikut:
Tekan tombol: Start My Computer CD-ROM
Skrip_simulation Passwaord ketik oma
Klik Log In.
Mengoperasikan simulasi komputer.
Bagian depan slide simulasi terdapat MENU yang terletak pada pojok kiri
atas, jika MENU diklik maka akan muncul pilihan MATERI,
RANGKAIAN, dan CLOSE.
Secara garis besar diagram tayangan simulasi, adalah sebagai berikut:
Bagan 2: Urutan slide simulasi komputer secara garis besar.
Mat1-1,Mat1-2,Mat1-3,Mat1-4,Mat1-5,Mat1-6,Mat1-7
R1-1,R1-2,R1-3,R1-4,R1-5
Keluar dari program CLOSE
RANGKAIAN MATERI
9 Apabila diklik MATERI, maka siswa akan menemukan slide simulasi secara
berturut-turut: Mat 1-1, Mat 1-2, Mat 1-3, Mat 1-4, Mat 1-5, Mat 1-6, dan Mat
1-7.
9 Apabila diklik RANGKAIAN, maka siswa akan menemukan slide simulasi
secara berturut-turut: R 1-1, R 1-2, R 1-3, R 1-4, dan R 1-5.
9 Apabila diklik CLOSE, maka siswa akan keluar dari MENU (keluar dari
program).
9 Setiap slide simulasi diberi fasilitas “prev” dan “next” yang terletak pada
pojok bawah kiri dan kanan. Diklik “prev” untuk kembali pada slide
sebelumnya, diklik “next” untuk menuju slide berikutnya.
9 Simulasi Mat 1-1, Mat 1-6, Mat 1-7, R 1-3, R1-4, dan R 1-5 dilengkapi
dengan fasilitas tombol bantuan (saklar dapat dibuka atau ditutup).
9 Tayangan setiap slide dibuat secara berurut, artinya untuk membuka slide R
1-5 partisipan harus mulai dari slide R 1-1, R 1-2, R 1-3, dan R 1-4. Dengan
kata lain untuk membuka salah satu slide harus membuka slide didepannya
terlebih dahulu.
9 Pada setiap slide MENU selalu ada, sehingga partisipan dapat memilih
MATERI, RANGKAIAN, dan CLOSE walaupun siswa sedang menjalankan
simulasi.
Saat proses pembelajaran, siswa menjalankan simulasi komputer menurut
mengumpulkan data, memanipulasi data, menganalisa, dan menarik
kesimpulan.
b. Makna setiap slide simulasi komputer
Simulasi yang ditayangkan pada saat pembelajaran dengan simulasi komputer
berjumlah 12 slide, dimana setiap slide simulasi mengandung makna tertentu.
Tabel 1: Kisi-kisi simulasi komputer.
MENU KODE SIMULASI ISI
Mat 1-1, Mat 1-6, Mat 1-7 Arus Listrik
Mat 1-2, Mat 1-4 Atom MATERI
Mat 1-3, Mat 1-5 Elektron
RANGKAIAN R1-1, R1-2, R1-3, R1-4, R1-5 Hukum I Kirchoff
Makna setiap slide simulasi yang ditayangkan pada saat pembelajaran dengan
simulasi komputer, adalah sebagai berikut:
Tabel 2: Makna setiap slide simulasi komputer.
KODE MAKNA SIMULASI
Mat 1-1 Rangkaian listrik sederhana yang terdiri dari lampu,
saklar, baterai, dan kabel penghubung. Bila saklar ditutup
maka lampu menyala dan bila saklar dibuka maka lampu
mati. Hal ini memperlihatkan bahwa pada saat saklar
ditutup ada arus listrik yang mengalir sehingga lampu
listrik yang mengalir sehingga lampu tidak menyala.
Mat 1-2 Sepotong kawat penghantar yang terdiri atom-atom
tembaga (Cu), hal ini menunjukkan bahwa semua zat-zat
tersusun atas atom-atom.
Mat 1-3 Satu elektron yang mengelilingi inti pada atom hidrogen
yang mempunyai konfigurasi elektron 1S1, hal ini
menunjukkan bahwa elektron-elektron akan selalu
mengelilingi intinya karena adanya gaya tarik antara inti
yang memiliki muatan (+) dengan elektron yang
bermuatan (-), gaya tarik ini disebut dengan gaya likat.
Mat 1-4 Sepotong kawat penghantar yang terdiri atas atom-atom,
merupakan suatu jenis konduktor elektrik yang sangat
baik. Hal ini menunjukkan bahwa kawat sangat baik
untuk dijadikan penghantar arus listrik.
Mat 1-5 Elektron mengelilingi intinya menempati
lintasan-lintasan tertentu yang kita sebut sebagai kulit atom yang
terdiri dari kulit K, L, M, dan N. Semakin jauh dari
intinya maka gaya ikat elektron dengan intinya semakin
lemah, sehingga memungkinkan elektron tersebut untuk
berpindah ke atom yang lainnya, elektron ini di sebut
dengan elektron bebas. Bila penghantar ini dihubungkan
dengan baterai maka elektron-elektron ini akan bergerak
sehingga timbul arus listrik.
Mat 1-6 Pada saat saklar ditutup elektron-elektron akan bergerak
dari kutub negatif (-) menuju kutub positif (+) diluar
baterai. Pada saat elektron-elektron melewati filamen
lampu maka filamen lampu tersebut suhunya naik
lampu dapat menyala karena terjadinya gerakan elektron
(muatan listrik), disebabkan adanya beda potensial yang
ditimbulkan oleh baterai.
Mat 1-7 Elektron-elektron juga dapat bergerak dalam kumparan
walaupun dalam rangkaian tidak ada hambatan (lampu).
R 1-1 Prilaku elektron (muatan listrik) yang bergerak pada titik
percabangan. Muatan arus listrik yang bergerak pada
suatu titik percabangan, akan terbagi pada titik
percabangan tersebut.
R 1-2 Arus listrik mengalir dari I1 kemudian arus tersebut
terbagi menjadi I2 dan I3. Hal ini mau menunjukkan
bahwa arus masuk sama dengan arus yang keluar pada
titik percabangan, sesuai dengan prinsip hukum I
Kirchoff.
R 1-3 Intensitas cahaya kedua lampu sama terangnya pada
rangkaian seri dengan sumber arus listrik yang sama.
R 1-4 Intensitas cahaya kedua lampu sama terangnya apabila
memiliki hambatan yang sama besar pada rangkaian
pararel
R 1-5 Efek yang ditimbulkan oleh saklar pada lampu, apabila
masing-masing saklar ditutup atau dibuka. Yang
ditunjukkan pada rangkaian pararel. Hal ini menunjukkan
bahwa pada saat saklar dibuka maka rangkaian listrik
akan menjadi rangkaian terbuka sehingga tidak ada arus
listrik yang mengalir akibatnya lampu tidak akan
5. Mengerjakan Soal Postes
Postes diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan
simulasi komputer. Jumlah dan kriteria soal postes sama dengan soal pada pretes.
Tujuan dilaksanakannya postes adalah untuk mengetahui sejauh mana efek
simulasi komputer terhadap pemahaman partisipan.
E. Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan adalah pretes dan postes, berupa
soal-soal sebanyak 13 pertanyaan dalam bentuk esai yang diberikan kepada subyek
penelitian sebelum dan sesudah pembelajaran dengan simulasi komputer. Soal-soal
yang dibuat bersifat pemahaman dan tidak ada matematisnya (tidak ada menghitung).
Instrumen yang berupa soal-soal digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa
terhadap konsep arus listrik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan
simulasi komputer.
Peneliti memberi beberapa pertanyaan yang menekankan konsep dasar
tentang arus listrik, seperti: rangkaian litrik sederhana.
Contohnya :
+ -
Bila saklar ditutup maka lampu akan menyala
Pertanyaan :
a) Mengapa lampu bisa menyala ?
b) Jelaskan fungsi yang dilakukan oleh baterai ?
c) Di dalam kawat-kawat penghubung dalam rangkaian pada gambar 1 mengalir
arus listrik. Apa sesungguhnya arus listrik itu ?
Tabel 3: Kisi-kisi soal pretes dan postes adalah sebagai berikut:
Nomor Soal Pemahaman Yang Diukur
1a, 1b, dan 1c Konsep 1.Arus listrik
2a Konsep 2. Elektron
3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f, dan 3g Konsep 3. Hukum I Kirchoff
1d dan 4a Konsep 4. Atom
Proses berlangsungnya penelitian, adalah sebagai berikut:
1) Hari kamis, tanggal 13 Oktober 2005 peneliti melakukan observasi terhadap
siswa yang mau dijadikan subyek penelitian. Dalam observasi peneliti
memerlukan 2 jam pelajaran fisika, yang dimulai pukul 08:10-09:30 WIB.
2) Hari senin, tanggal 17 Oktober 2005 peneliti memberikan soal pretes
terhadap siswa satu kelas, yang berjumlah 28 siswa. Dalam pretes peneliti
memberikan waktu 80 menit, yang dimulai 09:30-10:50 WIB.
3) Peneliti memilih empat orang siswa untuk menjadi subyek penelitian
(partisipan). Pemilihan empat orang siswa berdasarkan pada jawaban yang
4) Siswa yang sudah dipilih menjadi subyek penelitian, melakukan wawancara
berturut-turut pada tanggal 29, 31 Oktober dan 1 November 2005. Durasi
waktu yang diperlukan untuk wawancara masing-masing siswa dapat dilihat
pada lampiran (hasil transkrip wawancara). Wawancara berhubungan dengan:
Berhubungan dengan jawaban siswa pada saat menjawab soal pretes.
Berkaitan dengan gagasan partisipan dalam menghubungkan
konsep-konsep fisika menjadi hubungan berarti (membuat peta konsep-konsep).
5) Hari Jum’at tanggal 18 November 2005, dilakukan pembelajaran dengan
simulasi komputer mengenai konsep arus listrik yang dibimbing oleh peneliti.
Pembelajaran dengan simulasi komputer dilakukan diluar jam sekolah,
dimulai pukul 14:30-16:00 WIB. Pembelajaran dengan simulasi komputer
dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu:
Setiap siswa memberikan idenya dengan melihat setiap tayangan simulasi,
dengan durasi waktu 30 menit.
Peneliti menjelaskan setiap tayangan simulasi yang ditampilkan disertai
dengan tanya jawab antara siswa dengan peneliti, dengan durasi waktu 60
menit.
6) Setelah pembelajaran dengan simulasi komputer selesai, maka siswa diberi
postes dengan durasi waktu 40 menit, dimulai pukul 16:00-16:40 WIB. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa sesudah pembelajaran
F. Metode Analisis Data
Data dianalisis melalui dua tahap sebagai berikut: tahap pertama adalah
mendeskripsikan jawaban pretes dan postes. Jawaban setiap soal dinyatakan dengan
skor. Interval skor untuk setiap soal adalah 0-10, tergantung pada ketepatan jawaban
siswa (skor maksimal setiap soal tidak sama tergantung tingkat kesulitan soal). Skor
persentase diperoleh dengan cara membagi jumlah skor akhir dengan skor maksimum
kemudian dikalikan dengan 100%.
% 100
x maksimum Skor
akhir skor Jumlah
Dari deskripsi ini akan diperoleh gambaran pemahaman siswa.
Tahap kedua adalah mendeteksi miskonsepsi yang terjadi pada siswa yang dapat
diketahui melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut:
a. Tes esai tertulis
Dari pemahaman siswa dalam menjawab setiap pertanyaan dalam pretes dan
postes dapat diketahui miskonsepsi yang terjadi. Dari jawaban siswa dalam
pretes miskonsepsi yang terjadi dapat diidentifikasi, setelah itu dilakukan
wawancara. Jawaban siswa dalam postes dapat diketahui apakah
b. Wawancara
Dari pemahaman siswa dalam menjawab pertanyaan pada soal pretes dapat
dilakukan wawancara mengapa mereka mempunyai gagasan seperti itu.
Siswa diajak untuk mengekspresikan gagasannya mengenai jawaban
mereka. Dari gagasan siswa dapat diidentifikasi miskonsepsi yang terjadi
pada siswa.
c. Peta konsep
Peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa. Peta
konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan
menekankan gagasan pokok yang disusun secara hirarkis, dengan jelas dapat
mengungkap miskonsepsi siswa (Suparno, 2005). Miskonsepsi siswa dapat
diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antara konsep-konsep itu
benar atau salah. Untuk melihat mengapa siswa beranggapan seperti itu,
maka pada saat memberikan peta konsep, peneliti sekaligus melakukan
BAB III
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Data berisi mengenai pemahaman siswa tentang konsep arus listrik dalam
skor yang diperoleh masing-masing siswa untuk soal-soal yang diberikan sebelum
pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran (postes) dengan bantuan simulasi
Tabel 4: Skor pretes siswa satu kelas
No Kode
siswa
Konsep Arus listrik Elektron Hukum I Kirchoff Atom Persentase
Skor No
soal
1a 1b 1c 2a 3a 3b 3c 3d 3e 3f 3g 4a 1d
Skor Maks
Skor Maks
8 8 10 10 8 8 10 10 5 5 5 10 3 100 100%
1 Partisipan 01 3 5 0 8 5 5 10 0 5 0 5 0 2 48 48
2 Partisipan 02 8 1 1 8 5 8 0 5 0 0 0 7 0 43 43
3 Partisipan 03 4 6 3 0 8 8 10 0 0 0 0 10 2 51 51
4 Partisipan 04 5 6 5 8 5 5 0 0 0 0 2 10 1 47 47
5 Partisipan 05 5 4 2 8 8 7 8 0 5 0 5 10 0 72 72
6 Partisipan 06 1 7 2 8 8 8 0 0 5 5 0 7 3 54 54
7 Partisipan 07 5 8 2 8 8 8 0 8 5 0 0 6 0 58 58
8 Partisipan 08 8 8 1 8 8 8 10 0 5 5 5 10 1 77 77
9 Partisipan 09 3 3 4 8 0 0 0 10 5 5 5 10 3 56 56
10 Partisipan 10 8 5 4 4 6 6 0 0 5 5 5 10 0 58 58
11 Partisipan 11 8 3 1 3 7 6 0 - 5 - 5 4 - 42 42
12 Partisipan 12 8 6 1 8 8 8 10 0 5 5 5 10 3 77 77
13 Partisipan 13 8 6 3 8 6 5 0 0 5 5 5 9 0 60 60
14 Partisipan 14 4 6 3 8 8 8 10 0 5 5 5 8 1 71 71
15 Partisipan 15 3 8 3 0 8 8 10 0 5 5 5 2 2 59 59
16 Partisipan 16 5 7 1 4 0 6 - - 5 5 5 - 3 51 51
17 Partisipan 17 8 5 1 8 7 5 5 0 5 0 2 10 3 59 59
18 Partisipan 18 8 6 6 9 8 8 0 10 5 5 0 10 3 78 78
19 Partisipan 19 8 7 3 8 8 8 0 0 5 5 2 10 3 77 77
siswa Skor No
soal
1a 1b 1c 2a 3a 3b 3c 3d 3e 3f 3g 4a 1d
Maks
Skor Maks
8 8 10 10 8 8 10 10 5 5 5 10 3 100 100%
22 Partisipan 22 7 3 4 8 8 6 0 0 5 0 5 10 2 58 58
23 Partisipan 23 7 3 2 8 5 6 6 0 5 5 5 7 3 62 62
24 Partisipan 24 3 3 3 8 5 5 0 0 5 0 5 9 0 46 46
25 Partisipan 25 8 8 6 8 8 8 0 0 0 5 5 9 2 67 67
26 Partisipan 26 7 6 1 8 8 8 0 0 - 5 5 5 0 53 53
27 Partisipan 27 4 5 4 8 5 5 5 0 5 0 5 10 0 56 56
28 Partisipan 28 6 5 5 7 3 4 7 0 5 5 5 8 1 61 61
2. Hasil Postes
Tabel 5: Skor postes 4 partisipan
No Kode
siswa
Konsep Arus listrik Elektron Hukum I Kirchoff Atom Persentase
Skor No
soal
1a 1b 1c 2a 3a 3b 3c 3d 3e 3f 3g 4a 1d
Skor Maks
Skor Maks
8 8 10 10 8 8 10 10 5 5 5 10 3 100 100%
1 Partisipan 01 8 7 9 9 8 8 10 0 5 5 5 10 3 87 87
2 Partisipan 02 8 5 10 9 5 8 10 10 5 5 5 10 2 92 92
3 Partisipan 03 7 8 10 9 8 8 9 9 5 5 5 10 2 95 95