• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI ARUS LISTRIK MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN SIMULASI KOMPUTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI ARUS LISTRIK MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN SIMULASI KOMPUTER"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA

MENGENAI ARUS LISTRIK

MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN SIMULASI KOMPUTER

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Oma NIM. 011424017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

SKRIPSI

PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI ARUS LISTRIK

MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN SIMULASI KOMPUTER

Oleh:

Oma NIM. 011424017

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(3)
(4)

Begitulah..

Semula semua ini hanya untuk

koleksi

pribadi,

Cuma sekedar mengisi

waktu

di kamar kos

..;)

Namun, apa salahnya- – kata sahabat terdekat--

untuk berbagi?

Semoga

apa yang telah tersusun ini, bisa membantu rekan-rekan

calon

guru

yang ingin menulis sebuah tugasakhir secara sederhana…

16 februari tepatnya 2007 (adalah penghujung penulisan karya ini)

Tentu saja

,

kata terimakasih

tidak akan lupa tertutur,

Karya ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus kristus

Apa’ man Uwe’ ku tercinta . . .

Abang – kakak- adik & keponakanku di kalimanatan

D’ rita + keluarga di Ambarawa

Bruder Hennie Derksen OFM. cap

Dosen dan sahabat-sahabatku

Sanata Dharma……….

Terima kasih atas seluruh dukungan, doa, dan cinta yang

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Februari 2007 Penulis,

(6)

ABSTRAK

Oma. 2007. Perubahan Pemahaman Siswa Mengenai Arus Listrik Melalui Pembelajaran dengan Simulasi Komputer. Skripsi S-1. Yogyakarta: Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep yang berhubungan dengan arus listrik melalui pembelajaran dengan simulasi komputer. Untuk menentukan ada tidaknya perubahan pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik, peneliti membandingkan pemahaman siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan bantuan simulasi komputer.

Penelitian dilakukan di SMA Sang Timur Yogyakarta, pada bulan Oktober-November 2005. Subyek penelitian (partisipan) siswa-siswi kelas X1.

Penelitian ini didesain mencakup empat tahap, yang terdiri dari pengamatan (observasi), tes tertulis (pretes dan postes), wawancara digabungkan dengan peta konsep dan simulasi komputer. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah program simulasi komputer serta tes tertulis yang terdiri dari pretes dan postes. Tes tertulis berupa soal-soal esai berjumlah 13 pertanyaan, mencakup empat konsep pokok yang berhubungan dengan arus listrik.

(7)

ABSTRACT

Oma. 2007. Change Of Understanding Of Student Concerning Current Electrics Through Learning With Computer Simulation. Skripsi S-1. Yogyakarta: Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.

This research represent qualitative research. This research is aiming at revealing the change in understanding of student concerning concepts related to electrics current learning with computer simulation. To determine there is or not change of understanding of student concerning electrics current concept, researcher compare the student’s understanding before and after study constructively computer simulation.

Research was done in SMA Sang Timur Yogyakarta, at Oktober-November 2005. Subjects of research were students of class X1.

This research was designed by four phase, consisted of observation, written test (pretest and postest), interview coupled with map concept and computer simulation. Research instrument used was written test, consist of pretest and postest. Written test amount to 13 question, including four electrics current’s concepts .

Result of research found that (1) before study with computer simulation, student’s understanding about electrics current was incomplete and not true; (2) after study with computer simulation, student’s understanding change of incomplete become complete and which not true become correctness so that misconception can repaired.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur petama-tama penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan perlindungan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI ARUS LISTRIK MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN SIMULASI KOMPUTER.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa proses yang panjang dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis secara khusus mengucapkan banyak terima kasih, kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim M.Ed.,Ph.D. selaku dosen pembimbing dengan penuh kesabaran dan perhatian telah memberikan bimbingan, pengarahan, mengoreksi, saran dan kritik selama proses penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. selaku KaProdi JPMIPA yang telah

memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dosen penguji, terima kasih atas segala saran-saran dan kritik yang telah disampaikan selama pendadaran.

(9)

5. Ibu Vera sebagai guru pengampu pelajaran fisika yang telah memberi waktu,

ruang dan kesempatan kepada saya sehingga siswa-siswa kelas X1 dapat saya

jadikan sebagai subyek penelitian.

6. Seluruh dosen JPMIPA yang telah membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa perkuliahan.

7. Apa’ man uwe’ yang tercinta atas segala doa, dukungan, jerih payah dan

semuanya yang telah diberikan kepada saya…

8. Bruder Hennie Derksen Ofm. Cap yang telah memberi dukungan moril,

nasehat, dan doanya… semoga diberi umur yang panjang.

9. Bang markos, ka kina, adik-adikku, keponakanku: (Angra-Tesa) yang telah memberiakan doa, dukungan dan segalanya buat saya.

10. Buat sahabat setiaku de’rita terima kasih banyak buat komputernya, dukungan, inspirasi, doa dan semuanya dech…

11. Aris yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu mendesain simulasi komputer.

12. Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2001: Daryono, Kristian, Hira,

Deni, Hari, Wawan, Hira, Desi, Sri, Bayu, Grace, Bayu, Ema, Maran, Ana, Esti, Lusi, Ida, Sapto dan Juari_ EKS terima kasih atas persahabat kalian dan

semoga mejadi seorang guru yang sukses

(10)

14. Teman-teman kost TAMPAN2: mas Is, Mas Gualih, mas Tri, Bang Hira,

pami-mami kost : Hari-hari terasa indah jika selalu bersama kalian.. sesaat kita berpisah tapi sebentar lagi kita akan berjumpa kembali””

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, doa, saran, kritik, dan dukungan selama kuliah sampai penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini, masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih bila ada kritik dan saran yang dapat membangun penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... .... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFRAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Tinjauan Pustaka ... 3

B1. Hakekat Pengetahuan ... 3

B2. Teori Perubahan Konsep ... 4

B3. Hubungan Teori Perubahan Konsep dengan Teori Konstruktivisme ... 6

B4. Strategi Pengajaran Perubahan Konsep ... 7

B5. Pemahaman Konsep ... 8

B6. Miskonsepsi ... 11

B7. Media Pembelajaran... 20

B8. Komputer ... 23

B9. Simulasi Komputer... 24

B10. Flash MX 2004... 27

C. Rumusan Masalah ... 29

(12)

E. Manfaat Penelitian ... 30

BAB II METODOLOGI A. Jenis Penelitian... 31

B. Subyek Penelitian (Partisipan) ... 31

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

D. Desain Penelitian... 32

E. Instrumen ... 41

F. Metode Analisis Data... 44

BAB III DATA DAN ANALISIS A. Data ... 46

B. Analisis Data ... 50

C. Keterbatasan Penelitian... 84

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ………….. ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Kisi-kisi simulasi komputer ... 38

Tabel 2 : Makna setiap slide simulasi komputer... 38

Tabel 3 : Kisi-kisi soal pretes dan postes ... 42

Tabel 4 : Skor pretes siswa satu kelas... 47

Tabel 5 : Skor postes 4 partisipan ... 48

Tabel 6 : Variasi jawaban pretes soal nomor 3a dan 3b... 59

Tabel 7 : Variasi jawaban pretes soal nomor 3e,3f dan 3g ... 69

Tabel 8 : Variasi jawaban postes soal nomor 3a dan 3b ... 81

Tabel 9 : Variasi jawaban postes soal nomor 3e,3f dan 3g... 83

Tabel 10 : Perubahan pemahaman partisipan... 88

(14)

DAFTAR BAGAN

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Konsep arus listrik... 95

Lampiran 2 : Soal tes penelitian... 106

Lampiran 3 : Transkrip hasil wawancara ... 111

Lampiran 4 : Hasil peta konsep... 132

Lampiran 5 : Hasil pretes, ide partisipan mengenai simulasi komputer dan hasil postes ... 136

Lampiran 6 : Panduan lengkap membuka file simulasi ... 145

Lampiran 7 : Print out simulasi komputer... 146

Lampiran 8 : Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 155

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia semakin hari semakin dimanjakan oleh kemajuan teknologi. Salah

satu wujud dari teknologi yang secara signifikan merubah paradigma kehidupan

manusia di abad 21 ini adalah teknologi informasi yakni komputerisasi. Dunia

pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak lepas dari pengaruh

kemajuan teknologi informasi. Kemajuan teknologi komputer sangat berpengaruh dan

memberi manfaat dalam kehidupan kita termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam

bidang pendidikan fisika, perkembangan teknologi ini memungkinkan kita untuk

melakukan inovasi dalam pembelajaran fisika. Dengan bantuan visualisasi dan

animasi dalam komputer maka komputer dapat berfungsi sebagai alat simulasi.

Menurut Steindberg (dalam Lewar 2001:24) simulasi komputer dapat digunakan

untuk menjelaskan prinsip-prinsip atau konsep-konsep yang kompleks dan

memaparkan proses suatu peristiwa atau fenomena.

Metode pembelajaran dengan eksperimen merupakan metode yang sesuai

dengan konstruktivisme karena siswa dibimbing untuk dapat merumuskan sendiri

konsep, definisi, dan hukum dalam fisika. Tetapi tidak semua materi pelajaran fisika

di SMA dapat dilakukan melalui eksperimen. Ada beberapa konsep dalam fisika yang

tidak bisa melalui eksperimen tetapi dapat dilakukan dengan memanfaatkan media

(17)

persoalan tertentu dan membantu perubahan konsep, terutama perubahan konsep

fisika yang kurang benar kearah yang lebih benar sehingga miskonsepsi yang

dimiliki siswa dapat diatasi terutama yang berhubungan dengan konsep arus listrik.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Thomas C.W.P Lewar (2001:93) tentang

“Pembelajaran Fisika dengan Simulasi Komputer Pokok Bahasan Pemantulan dan

Pembiasan” menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan simulasi komputer

dapat membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan mereka, khususnya

peningkatan pemahaman siswa terhadap konsepsi-konsepsi pemantulan dan

pembiasan. Peningkatan pemahaman siswa dilalui dengan menemukan dan

mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dengan cara melakukan observasi,

memanipulasi, dan menganalisis data serta menarik kesimpulan.

Dalam pembelajaran fisika diharapkan guru dapat menggunakan metode

mengajar yang bervariasi. Guru harus dapat mengajarkan fisika lebih menarik dan

mengarah pada pemahaman dan pembentukkan konsep. Dalam hal ini seorang guru

harus bisa memberikan model pengajaran yang sesuai dan dapat memilih media

belajar yang cocok dalam proses pembelajaran. Selain itu untuk menguji pemahaman

siswa, seorang guru dalam hal membuat soal harus bersifat menuntut pemahaman

dan upaya berpikir siswa dan bukan bersifat hafalan, hal ini terlihat dari soal-soal tes

yang dibuat oleh guru lebih banyak bersifat pilihan ganda tanpa disertai dengan

(18)

Oleh sebab itu, dalam hal ini penulis ingin meneliti mengenai perubahan

pemahaman siswa dalam pembelajaran fisika dengan simulasi komputer tentang

konsep arus listrik.

B. Tinjauan Pustaka

B.1. Hakekat Pengetahuan

Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997:21) konstruktivisme adalah

salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan siswa adalah

konstruksi (bentukkan) siswa sendiri, ia menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu

tiruan dari kenyataan.

Von Glaserfeld menyebutkan bahwa pengetahuan dibentuk oleh struktur

konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Konstruktivisme

menyatakan bahwa semua pengetahuan yang siswa peroleh adalah konstruksi siswa

sendiri, maka penganut konstruktivisme menolak adanya transfer pengetahuan dari

guru kepada siswa. Tidak mungkin mentransfer pengetahuan karena setiap siswa

membangun pengetahuan pada dirinya. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang

dapat ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan kepikiran

orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud

mentransfer konsep dan ide kepada seorang siswa, pemindahan itu harus

diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa lewat pengalamannya (Bettencourt,

(19)

B.2. Teori Perubahan Konsep

Menurut Posner dkk (dalam Suparno, 1997) dalam proses belajar ada proses

perubahan konsep yang mirip dengan yang ada dalam filsafat sains.Tahap pertama

perubahan konsep disebut asimilasi dan tahap kedua disebut akomodasi. Dengan

asimilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk

berhadapan dengan peristiwa yang baru. Dengan akomodasi siswa mengubah

konsepnya yang tidak cocok lagi dengan peristiwa baru yang mereka hadapi.

Akomodasi disebut juga perubahan konsep secara radikal.

Supaya terjadi perubahan radikal atau akomodasi, dibutuhkan beberapa

keadaan dan syarat seperti berikut:

a. Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada. Siswa mengubah

konsepnya jika siswa yakin bahwa konsep yang lama tidak dapat digunakan lagi

untuk menelaah situasi, pengalaman, dan gejala yang baru.

b. Konsep yang baru harus dapat dimengerti, rasional, dan dapat memecahkan

persoalan atau fenomena yang baru.

c. Konsep yang baru harus masuk akal, dapat memecahkan dan menjawab persoalan

yang terdahulu, dan juga konsisten dengan teori-teori atau pengetahuan yang

sudah ada sebelumnya.

d. Konsep baru harus berdaya guna bagi perkembangan penelitian dan penemuan

yang baru.

(20)

peristiwa yang bertentangan dengan pikiran siswa. Suatu peristiwa dimana siswa

tidak dapat mengasimilasikan pengetahuannya untuk memahami fenomena yang

baru. Peristiwa-peristiwa akan menantang siswa untuk lebih berpikir dan

mempersoalkan mengapa pemikiran awal mereka tidak benar.

Carrey menguraikan adanya dua perubahan konsep: yakni restrukturisasi

kuat dan restrukturisasi lemah. Dalam restrukturisasi kuat siswa mengubah konsep

lama yang sudah mereka miliki, sedangkan dalam proses restrukturisasi lemah siswa

tidak mengubah konsep lamanya, melainkan mengembangkan konsep yang sudah

ada. Banyak peneliti menerapkan strategi mengajar yang mempercepat perubahan

konsep. Mereka menekankan agar siswa dibiasakan mempertanyakan keyakinan dan

konsepnya. Peneliti membuat strategi yang menimbulkan ketidakseimbangan dalam

pikiran siswa, yang menimbulkan konflik dalam pikiran siswa sehingga tertantang

untuk mengubah konsep yang telah ia miliki (Dykstra dkk., dalam Suparno, 1997).

Dalam penelitiannya, Vygotsky membedakan dua macam konsep: konsep

spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh siswa dari kehidupan

sehari-hari dan konsep ilmiah diperoleh dari teori-teori pelajaran yang sesuai dengan konsep

para ilmuwan. Kedua konsep ini saling berhubungan terus-menerus. Apa yang

dipelajari siswa dalam teori pelajaran mempengaruhi perkembangan konsep yang

diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dan sebaliknya. Pendidik sebaiknya tidak

menolak konsep spontan siswa, melainkan membantunya agar konsep itu

(21)

adalah membantu agar pemahaman mereka berkembang semakin mendekati

pemahaman para ilmuwan (Suparno, 1997).

B.3. Hubungan Teori Perubahan Konsep dengan Teori Konstruktivisme

Menurut Suparno (1997:53) pengetahuan siswa tidak sekali jadi, melainkan

merupakan suatu proses perkembangan yang terus-menerus. Dalam perkembangan itu

ada yang mengalami perubahan besar dengan mengubah konsep lama melalui

akomodasi, ada pula yang hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang

sudah ada melalui asimilasi. Proses perubahan terjadi bila siswa aktif berinteraksi

dengan lingkungannya.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa teori perubahan konsep dipengaruhi

atau didasari oleh filsafat konstruktivisme. Konstruktivisme menekankan

pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep,

menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus-menerus.

Konstruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana siswa membentuk

pengetahuan yang tidak tepat. Dengan demikian, seorang guru dibantu untuk

mengarahkan siswa dalam pembentukkan pengetahuan mereka yang lebih tepat.

Teori perubahan konsep sangat membantu karena mendorong guru agar menciptakan

suasana dan keadaan yang memungkinkan perubahan konsep yang kuat pada siswa

(22)

Konstrukstivisme dan teori perubahan konsep memberikan pengertian bahwa

setiap siswa dapat membentuk pengertian yang berbeda dengan pengertian para

ilmuwan. Namun pengertian yang berbeda tersebut bukanlah akhir perkembangan,

karena setiap saat siswa masih dapat mengubah pemahamannya sehingga lebih sesuai

dengan pemahaman ilmuwan. “salah pengertian” dalam memahami sesuatu, menurut

teori konstruktivisme dan teori perubahan konsep, bukanlah akhir segala-galanya,

melainkan awal untuk perkembangan yang lebih baik (Suparno, 1997).

B.4. Strategi Pengajaran Perubahan Konsep

Davis dkk (dalam Suparno 2005:99), merangkum beberapa strategi

pengajaran perubahan konsep sebagai berikut:

a. Strategi pengajaran berdasarkan konflik kognitif siswa.

b. Strategi pengajaran berdasarkan perkembangan ide-ide siswa.

Dalam strategi ini digunakan gagasan dasar yang ada pada siswa, lalu dibantu

dengan pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk

mengembangkan dan memperluas gagasan mereka ke arah pandangan yang

bersifat ilmiah. Dengan model ini maka konsep awal siswa pelan-pelan

dijembatani dan berubah ke konsep ilmiah yang benar.

c. Strategi pengajaran berdasarkan metode pembelajaran fisika yang dapat

(23)

Beberapa peneliti, ahli, dan pendidik fisika menemukan beberapa metode

pembelajaran fisika yang telah terbukti dapat membantu perubahan konsep,

terutama perubahan konsep fisika yang kurang benar kearah yang lebih benar.

Beberapa metode itu antara lain, adalah:

1). Bridging Analogy (Analogi Penghubung)

2). Simulasi komputer

3). Wawancara Diagnosis

4). Diskusi Kelompok

5). Peta Konsep

6). Problem Solving

7). Percobaan atau Pengalaman Lapangan

8). Pertanyaan Terus-menerus di kelas

B.5. Pemahaman Konsep

Menurut Kartika Budi (1992) dalam artikelnya yang berjudul “Pemahaman

Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang Terjadi”, fisika pada hakekatnya

merupakan akumulasi hasil keilmuan berupa konsep-konsep fisis, prinsip, hukum dan

teori yang diperoleh melalui proses keilmuan, dan sikap keilmuan. Sehingga

memfasilitasi siswa, yang dapat diartikan sebagai proses siswa membangun konsep,

hukum, dan teori. Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai siswa dalam

(24)

keilmuan dan memilih sikap keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses

tersebut.

Seperti yang dikutip oleh Kartika Budi (1987) dalam artikelnya yang berjudul

“Konsep: Pembentukkan dan Penanamannya“ pemahaman konsep merupakan dasar

dari pemahaman prinsip dan teori, artinya untuk dapat memahami prinsip dan teori

harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang

bersangkutan. Berdasarkan hal ini maka pemahaman konsep memegang peranan

penting dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak

mengabaikan aspek-aspek lain.

Menurut Suparno (2005:94,95) proses pembelajaran fisika yang benar

haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan yang pertama adalah

perubahan dalam memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih

lengkap, dari konsep yang belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan lain

adalah mengubah dari konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep

para ahli fisika. Pembelajaran yang hanya membuat konsep statis atau bahkan

menjauh dari konsep yang diterima para ahli, dapat dikatakan pembelajaran yang

tidak sukses. Sedangkan pembelajaran fisika yang baik adalah yang memungkinkan

perubahan konsep itu.

Toulmin menyebutkan bahwa bagian terpenting dalam pemahaman siswa

(25)

dapat diubah. Dalam perkembangan konsep, siswa mengubah gagasannya lebih maju.

Rasionalitas siswa justru terletak pada bagaimana siswa mengubah konsep, prosedur,

dan gagasannya untuk semakin maju (Suparno, 2005:85).

Menurut Kartika Budi (1992), untuk dapat memutuskan apakah siswa

memahami kosep atau tidak, diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat

menunjukkan pemahaman tersebut. Beberapa indikator yang menunjukkan

pemahaman siswa akan suatu konsep, antara lain :

a. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan

kalimat sendiri.

b. Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain

c. Dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum

d. Dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala

alam, (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara

praktis, (c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada

suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi.

e. Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat

f. Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan

g. Dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah, dan dapat

(26)

B.6. Miskonsepsi

Menurut Suparno (2005:4) dalam bukunya “Miskonsepsi dan Perubahan

Konsep Pendidikan Fisika” miskonsepsi menunjuk pada suatu konsep yang tidak

sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam

bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang

tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif.

Suparno (2005:4) mengutip pendapat beberapa para ahli dalam

mendefinisikan miskonsepsi, yakni: Novak (1984), mendefinisikan miskonsepsi

sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat

diterima. Brown (1989; 1992) menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan

yang naif dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan

pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Feldsine (1987) menemukan miskonsepsi

sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep. Fowler

(1987), menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi

sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah,

klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan

(27)

a. Miskonsepsi dalam fisika

1). Miskonsepsi dalam sains secara umum

Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains seperti biologi, kimia, fisika dan

astronomi. Tidak ada bidang sains yang dikecualikan dalam hal miskonsepsi ini.

Menurut Wandersee dkk, dalam artikelnya mengenai “Research on Alternatife

Conception in Science”, menjelaskan bahwa miskonsepsi terjadi dalam semua bidang

fisika. (Wandersee dkk, dalam Suparno, 2005: 9).

2). Miskonsepsi yang terjadi pada konsep arus listrik

Beberapa siswa masih salah mengerti mengenai tegangan, arus, dan tahanan dalam

rangkaian tertutup. Dupin dan Jhosua, meneliti bahwa beberapa siswa salah mengerti

tentang tegangan listrik (Suparno, 2005).

Lampu

Gambar 1.a

Jaringan listrik terbuka A B

Siswa beranggapan tegangan hanya terjadi dalam suatu jaringan tertutup. Bila ada

(28)

ada tegangan didalamnya. Menurut siswa, antara titik A dan titik B pada kabel dalam

jaringan terbuka itu tidak ada tegangan. Padahal dalam kenyataannya, bila diukur

akan terlihat ada beda potensial.

Banyak siswa salah mengerti tentang terangnya lampu pada rangkaian listrik

seri. Pada rangkaian seperti pada gambar 1.b, satu baterai dihubungkan seri dengan

tiga buah bola lampu, yaitu A, B, dan C yang sama tahanannya.

A B C

Gambar 1.b

Rangkaian listrik dengan tiga lampu A, B, C

Beberapa siswa menjelaskan bahwa ketiga lampu itu terangnya tidak sama,

tergantung letaknya terhadap baterai. Semakin dekat dengan baterai, semakin terang

lampu itu. Menurut siswa lampu A menyala lebih terang dari lampu B, dan lampu B

lebih terang dari lampu C. Padahal menurut teori fisika, ketiga lampu itu akan

menyala sama terangnya.

Ada juga beberapa siswa yang salah mengerti tentang apa yang membuat

(29)

menyala. Dengan penyambungan itu, atom-atom dari baterai akan pindah melalui

kawat ke lampu, sehingga lampu menyala. Bahkan ada yang menjelaskan, bahwa

energi listrik turun ke lampu melalui kawat, dan memberikan energi pada lampu

sehingga menyala.

Anak-anak itu tidak menyadari bahwa suatu rangkaian harus dihubungkan tertutup

supaya terjadi aliran listrik, yang menjadikan lampu menyala.

A B

Gambar 1.c

Rangkaian listrik dengan dua lampu A dan B

Dalam rangkaian seri seperti gambar 1.c, siswa juga memiliki miskonsepsi. Dua

lampu, A dan B, sama kuatnya dihubungkan seri dengan satu baterai. Sebagian siswa

mengungkapkan miskonsepsinya sebagai berikut :

a) Sebagian arus digunakan oleh lampu A, sehingga arus yang melalui lampu B

berbeda, yaitu lebih kecil.

b) Arah arus dalam rangkaian itu berasal dari kutub positif dan negatif baterai,

(30)

c) Nyala lampu A, lebih terang dari lampu B karena lampu A dekat dengan

kutub positif baterai.

Osborne, menemukan beberapa siswa berpikir listrik sebagai energi. Listrik akan

habis digunakan sewaktu melalui rangkaian (Osborne, dalam Suparno, 2005).

b. Penyebab Miskonsepsi

Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima

kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Penyebab

yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal seperti: konsep awal,

kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain. Penyebab

kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan

materi, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa

yang kurang baik.

Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan

atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti budaya, agama, dan

bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sedangkan metode

mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi dapat menyebabkan

miskonsepsi pada siswa. Seringkali penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, tetapi

kadang-kadang saling terkait satu sama lain, sehingga miskonsepsi menjadi semakin

kompleks. Hal ini menyebabkan semakin sulit untuk membantu siswa mengatasi

(31)

c. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme

Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa pengetahuan itu

dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan,

tantangan, dan bahan yang dipelajari (Suparno, 1997).

Oleh karena siswa sendiri yang mengkonstruksikan pengetahuannya, maka

tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini dapat

disebabkan siswa belum terbiasa mengkonstruksikan konsep fisika secara tepat,

belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai patokan. Bisa saja

terjadi siswa telah melakukan konstruksi itu sejak awal sebelum mereka mendapatkan

secara formal tentang bahan tertentu. Mereka mengkonstruksi sendiri hal itu karena

pengalaman hidup mereka. Inilah yang disebut prakonsepsi atau konsep awal siswa

(Suparno, 2005:30).

Pengetahuan awal sering kali tidak cocok dengan pengetahuan yang

diterima oleh para ilmuwan, dan menjadi suatu miskonsepsi. Pengetahuan yang tidak

tepat itu, kadang-kadang mudah diluruskan selama proses belajar formal di sekolah,

tetapi ada kalanya sangat sulit. Usaha memperbaiki miskonsepsi menjadi sangat sulit

bila konsep yang tidak benar itu berguna dalam kehidupan sehari-hari para siswa.

Dalam pengertian konstruktivisme, tampak jelas bahwa miskonsepsi itu

merupakan hal yang wajar dalam proses pembentukan pengetahuan oleh siswa yang

(32)

Secara eksterm, seorang guru tidak dapat memaksakan “pengetahuan” yang telah

mereka miliki kepada siswa. Guru hanya dapat membantu siswa “mengetahui”, bila

siswa sendiri ikut aktif dalam proses itu secara benar (Suparno, 2005:32).

d. Mendeteksi Miskonsepsi

Suparno (2005:121) dalam bukunya yang berjudul “Miskonsepsi dan

Perubahan Konsep Pendidikan Fisika” menyebutkan beberapa alat deteksi yang

sering digunakan para peneliti untuk mengatasi miskonsepsi.

1). Peta Konsep (Concept Maps)

Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa dalam bidang

fisika. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep

dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, dengan jelas

dapat mengungkap pemahaman siswa yang digambarkan dalam peta konsep.

Miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antara

konsep-konsep itu benar atau salah. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam

proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep.

Untuk lebih melihat mengapa siswa beranggapan seperti itu, ada baiknya peta

konsep itu digabungkan dengan wawancara klinis (Novak & Gown, dalam

Suparno 2005).

Dalam wawancara siswa diminta mengungkapkan lebih mendalam

(33)

peta konsep adalah alat yang baik untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

Menurut Fieldsine, miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan mudah oleh

guru dari peta konsep dibantu dengan wawancara.

2). Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Treagust (dalam Suparno, 2005) penelitiannya menggunakan pilihan ganda

dengan memberi alasan (reasoning). Dalam bagian alasan, siswa harus menulis

mengapa ia memilih jawaban itu. Beberapa peneliti lain menggunakan pilihan

ganda dengan wawancara. Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam

pilihan ganda itu, mereka mewawancarai siswa. Tujuan dari wawancara adalah

untuk meneliti bagaimana siswa berpikir, dan mengapa siswa berpikir seperti itu.

3). Tes Esai tertulis

Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika

yang memang hendak diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat

diketahui miskonsepsi yang dibawa dan dalam bidang apa. Setelah ditemukan

miskonsepsinya, kemudian beberapa siswa diwawancarai untuk lebih mendalami,

mengapa mereka mempunyai gagasan seperti itu. Dari jawaban itulah akan

terlihat dari mana miskonsepsi itu dibawa.

4). Wawancara diagnosis

Wawancara berdasarkan beberapa konsep fisika tertentu dapat dilakukan untuk

melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika yang

(34)

bahan yang hendak diajarkan. Kemudian siswa diajak untuk mengekspresikan

gagasan mereka mengenai konsep-konsep diatas. Dari sini dapat dimengerti

miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh

miskonsepsi tersebut.

Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur. Dalam wawancara bebas, guru

atau peneliti memang bebas bertanya kepada siswa dan siswa dapat dengan bebas

menjawab. Urutan atau apa yang hendak ditanyakan dalam wawancara itu tidak

perlu dipersiapkan. Sedangkan dalam wawancara terstruktur, pertanyaan sudah

dipersiapkan dan urutannya pun secara garis besar sudah disusun. Lebih baik

wawancara itu direkam agar tidak kehilangan data yang diperlukan.

5). Diskusi dalam kelas

Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang

konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi di kelas itu

dapat dideteksi juga apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dari diskusi itu,

guru dapat mengerti miskonsepsi yang dimiliki siswa. Cara ini lebih cocok

digunakan pada kelas yang besar, dan juga sebagai penjajakan awal. Yang perlu

diperhatikan oleh guru adalah membantu agar setiap siswa berani bicara untuk

mengungkapkan pikiran mereka tentang persoalan yang dibahas.

6). Praktikum dengan tanya jawab

(35)

B.7. Media Pembelajaran

1). Arti media pembelajaran

Menurut Latuheru (1988) sesuatu dapat dikatakan sebagai media

pembelajaran apabila media tersebut digunakan untuk menyampaikan pesan dengan

tujuan-tujuan pembelajaran.

Natakusumah (dalam Latuheru 1988) media adalah semua alat bantu atau

benda yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar, dengan maksud untuk

menyampaikan pesan pembelajaran dari seorang guru kepada siswa. Media adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru kepada

siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Perlu ditambahkan

bahwa pesan atau informasi yang disampaikan melalui media dalam bentuk isi atau

materi pengajaran harus dapat diterima oleh siswa dengan menggunakan salah satu

atau gabungan beberapa alat indera mereka.

Gagne dan Briggs (dalam Latuheru, 1988) mengatakan bahwa media

pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran. Media

yang dimaksudkan disini, misalnya: buku, tape-recorder, kaset, film, video, slide,

televisi, dan lain-lain.

Menurut Hamidjojo (dalam Latuheru, 1988) media pembelajaran adalah

media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran, yang

(36)

Dilihat dari segi penggunaannya, ada dua kecenderungan umum untuk penggunaan

media pembelajaran, yaitu:

a) Media pembelajaran yang dapat dipakai secara massa, misalnya: radio dan

televisi.

b) Media pembelajaran yang dapat dipakai dalam kelompok kecil maupun besar,

misalnya: film, slide, OHP, video, dan tape-recorder.

Berpedoman pada semua pendapat yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran adalah alat atau bahan yang digunakan dalam kegiatan

belajar-mengajar, dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara

guru dan siswa dapat berlangsung secara tepatguna dan berdaya guna (Latuheru,

1988:14).

2). Manfaat media pembelajaran.

Latuheru (1988:23) menyimpulkan pendapat beberapa para ahli tentang

manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar,

sebagai berikut:

a) Media pembelajaran menarik dan memperbesar perhatian siswa terhadap

materi pelajaran yang disajikan.

b) Media pembelajaran dapat menghilangkan adanya verbalisme.

c) Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman belajar berdasarkan

(37)

d) Media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar yang sulit

diperoleh dengan cara yang lain.

e) Media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan waktu. Misalnya,

obyek yang berbahaya seperti binatang buas yang tidak dapat dibawa ke

dalam kelas, maka dapat digunakan model, foto, slide, atau gambar dari

binatang buas tersebut.

f) Media pembelajaran dapat membantu perkembangan pikiran siswa secara

teratur tentang hal yang mereka alami, misalnya melihat film tentang suatu

peristiwa. Rangkaian dan urutan peristiwa yang mereka lihat itu akan dapat

mereka pelajari secara teratur dan kontinu.

g) Media pembelajaran dapat membantu siswa dalam mengatasi hal-hal yang

sulit dilihat dengan mata telanjang, misalnya bakteri dan amuba. Siswa dapat

melihat bakteri dan amuba tersebut melalui foto atau gambar setelah

diperbesar dengan menggunakan mikroskop.

h) Media pembelajaran dapat mengatasi peristiwa yang sulit diikuti dengan

indera mata. Misalnya mekarnya setangkai kembang. Proses ini dapat

diperlihatkan dengan film melalui teknik animasi dan time-lapse.

i) Media pembelajaran memungkinkan terjadinya kontak langsung antara siswa

(38)

B.8. Komputer

Komputer dalam perkembangan masa kini merupakan suatu perangkat

peralatan yang canggih dan dapat dimanfaatkan dalam masalah-masalah pendidikan

dan pembelajaran. Komputer merupakan suatu media yang cocok dalam proses

pembelajaran masa kini disamping media yang lain (Latuheru, 1988:118).

a. Peranan komputer dalam pendidikan

Menurut Bell (dalam Lewar, 2001) sehubungan dengan pembelajaran, ada

dua macam komputer dilihat dari fungsinya, yaitu :

a. Pembelajaran yang dibantu oleh komputer CAI (Computer Assisted

Instruction).

Dalam proses pembelajaran yang diantu oleh komputer (CAI) para siswa

berinteraksi secara langsung dengan komputer yang menyimpan materi

pembelajaran.

b. Pembelajaran yang dikelola oleh CMI (Computer Managed Instruction).

Dalam pembelajaran yang ditata atau dikelola oleh komputer (CMI),

komputer membantu guru dalam masalah pengurusan atau penataan dan

bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa tidak langsung

berhubungan dengan komputer, dan materi pembelajaran tidak tersimpan

(39)

b. Kelebihan atau keuntungan komputer

1). Bekerja dengan komputer sebagai sesuatu yang baru bagi siswa, dapat

menimbulkan motivasi bagi mereka untuk lebih menekuni materi yang

disajikan.

2). Dengan adanya warna, musik, dan grafik yang dianimasi dapat menambahkan

realisme, dan merangsang untuk mengadakan latihan-latihan kerja, simulasi,

dan sebagainya.

3). Kecepatannya dalam menanggapi respon siswa.

c. Kekurangan atau kelemahan komputer

1). Proses pembelajaran dengan komputer relatif lebih mahal dari media lain.

2). Merancang program untuk kepentingan proses pembelajaran dengan komputer

mempunyai konsekuensi biaya, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit.

3). Komputer dapat memadamkan daya kreatifitas siswa.

B.9. Simulasi Komputer

Simulasi komputer adalah suatu program yang menyajikan khayalan akan

suatu kenyataan. Simulasi yang berhubungan dengan pendidikan ini memungkinkan

untuk membawa sebuah kenyataan yang sebenarnya ke dalam ruang kelas, meskipun

dalam bentuk yang jauh lebih rumit dari apa yang digambarkan. Simulasi adalah cara

lain yang efektif untuk memberikan bahan ajar tertentu. Untuk target group

(40)

memahami bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran, maka dengan cara

simulasi hal tersebut dapat diatasi (Soekartawi, 1995:21).

Menampilkan simulasi dengan komputer memungkinkan siswa untuk

berperan serta dalam kejadian-kejadian yang lebih dekat atau mirip dengan kehidupan

yang nyata, yang sengaja dibuat agar siswa dapat mengambil keputusan. Dalam hal

ini komputer dapat bereaksi terhadap keputusan yang diambil, dan segera

memberitahukan hasilnya, yang kemudian dapat dianalisis (Latuheru, 1988: 120).

Menurut Suparno (2000) dalam artikelnya yang berjudul “Teori Perubahan

Konsep dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Fisika” banyak penelitian yang

menemukan bahwa simulasi komputer dapat membantu siswa untuk menghilangkan

miskonsepsi dan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada suatu konsep. Dalam

simulasi itu siswa dapat memanipulasi data, mencari data, mengumpulkan,

menganalisis, dan mengambil kesimpulan. Hasil simulasi yang berlawanan dengan

gagasan awal siswa, bila diulang berkali-kali akhirnya akan menghasilkan perubahan

konsep dalam diri siswa.

Menurut Suparno (2005:105) penggunaan simulasi komputer sangat

menguntungkan, karena siswa dapat melakukannya sendiri berkali-kali tanpa harus

ditunggui guru seperti pelajaran dalam kelas, oleh sebab itu siswa akan lebih cepat

mengubah gagasannya yang tidak benar. Dengan demikian siswa lebih cepat mengerti

(41)

Hasibuan & Moedjono (1985:28) mengatakan kebaikan metode simulasi komputer

adalah sebagai berikut :

a. Menyenangkan, sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi.

b. Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktifitas simulasi komputer.

c. Memvisualisasikan hal-hal yang abstrak.

d. Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap, dan

kurang motivasi.

e. Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses.

Menurut Suparno (1998) dalam artikelnya yang berjudul “Penggunaan

Komputer Dalam Proses Belajar Mengajar Fisika di Sekolah Menengah” meski

media komputer sangat membantu siswa belajar, terlebih belajar sendiri, kiranya juga

dimengerti bahwa cara belajar lain tetap ada gunanya dalam percaturan belajar

mengajar fisika. Hal ini disebabkan karena setiap siswa dapat mempunyai cara belajar

tersendiri yang cocok, sehingga tidak ada satu metode belajar yang cocok untuk

semua siswa. Meski banyak hal dapat diganti dengan komputer, tetapi guru masih

tetap penting dalam pendidikan fisika, karena tidak semua hal dan bahan dapat

diganti dengan komputer.

Guru perlu mencari dan menemukan peranan yang baru, yang akan memajukan

proses belajar siswa. Beberapa peran guru yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Guru lebih sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk dapat belajar

(42)

b. Guru dapat berkeliling untuk bertanya kepada siswa tentang bahan yang

ditekuni dalam komputer.

c. Guru lebih menantang agar siswa sungguh aktif dalam meneliti, mencari

sendiri, dan merumuskan apa yang dipelajarinya dalam komputer.

d. Guru perlu menguasai bagaimana menggunakan komputer dan membantu bila

program siswa tidak jalan.

e. Ada baiknya guru sering membuat penelitian apakah siswa memang terbantu

dengan komputer.

f. Guru diharapkan dapat mengusulkan program-program komputer yang sesuai

dengan bahan yang mau dipelajari siswa (Suparno, 1998:236).

B.10 . Flash MX 2004

Flash MX 2004 atau flash versi 7.0 merupakan program flash versi terbaru

yang mempunyai fasilitas melebihi flash versi-versi sebelumnya. Macromedia flash

MX 2004 adalah salah satu program animasi grafis yang banyak digunakan para

designer untuk menghasilkan karya-karya profesional, khususnya dibidang animasi.

Program ini cukup fleksibel untuk keperluan pembuatan animasi. Flash MX 2004

memiliki kemampuan dapat membuat animasi grafis yang rumit secara cepat dan

mudah (Nn, 2004).

Flash MX 2004 merupakan program pembuat animasi dan web yang canggih.

(43)

pembuatan animasi interaktif maupun non interaktif, seperti animasi kartun,

presentasi, gamen dan beberapa animasi lainnya (Nn, 2004).

Nn (2004) menyebutkan beberapa kelebihan yang dimiliki flash MX 2004,

diantaranya adalah sebagai berikut:

ƒ Mampu membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau obyek yang

lain.

ƒ Mampu membuat perubahan transparansi warna dalam movie.

ƒ Mampu membuat peruahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.

ƒ Mampu membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah

ditetapkan

ƒ Dapat dikonversi dan dipublikasikan (publish)ke dalam beberap tipe di

antaranya adalah : .swf, .html, .gif, .jpg, .png, .exe, .mov.

ƒ Mempunyai kemudahan dalam melakukan import video clip dalam banyak

pilihan format file.

ƒ Dapat dibuka, disimpan, dan dijalankan ke dalam format program flash

versi sebelumnya, flash MX.

ƒ Mempunyai fasilitas yang lengkap dan fleksibel untuk menunjang para

designer web membuat karyanya.

ƒ Waktu akses animasi atau gambar lebih cepat dibandingkan dengan program

(44)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang peneliti merumuskan beberapa masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik sebelum

pembelajaran dengan simulasi komputer ?

2. Bagaimana pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik sesudah

pembelajaran dengan simulasi komputer ?

3. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi terhadap pemahaman siswa

mengenai konsep arus listrik ?

4. Apakah pembelajaran dengan simulasi komputer dapat meningkatkan

pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik ?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang konsep arus listrik

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa tentang konsep arus

(45)

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat diantaranya :

1. Sebagai media bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan pemahaman

konsep yang dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran disekolah.

2. Sebagai pengetahuan baru bagi guru dan calon guru dalam memberikan

pengajaran yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak.

3. Sebagai media bagi guru untuk mengembangkan kemampuan eksplorasi

(46)

BAB II

METODOLOGI

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif,

karena penelitian ini bertujuan mengungkap perubahan pemahaman siswa mengenai

konsep arus listrik melalui simulasi komputer dan melaporkan hasil eksplorasi

tersebut.

B. Subyek Penelitian (Partisipan)

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1 SMAK Sang Timur,

Yogyakarta. Yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas X1. Kelas

X1 dipilih berdasarkan persetujuan antara peneliti dengan guru fisika yang

bersangkutan. Peneliti memilih kelas 1 SMA karena siswa kelas 1 SMA sudah

mengenal konsep dasar arus listrik saat duduk dibangku SMP.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 13 Oktober-18 November 2005 di Sekolah

SMAK Sang Timur, Jl. Batikan, no 7 Yogyakarta.

(47)

D. Desain Penelitian

Penelitian ini mencakup lima tahap, yang terdiri dari: pembuatan instrumen,

mengerjakan soal pretes, wawancara digabungkan dengan pembuatan peta konsep,

pembelajaran dengan simulasi komputer dan mengerjakan soal postes.

Desain Penelitian

Pembelajaran dengan Simulasi Komputer Wawancara

Peta Konsep

Mengerjakan Soal Postes Mengerjakan Soal Pretes Pembuatan Instrumen

Partisipan dipilih

(48)

1. Pembuatan Instrumen

a. Membuat Soal

Soal tertulis yang dibuat dalam bentuk esai berjumlah 13 pertanyaan yang

mencakup empat konsep pokok yang berhubungan dengan arus listrik. Dalam

membuat soal peneliti menyesuaikan dengan analisis makna, yaitu konsep arus

listrik yang dapat dilihat pada lampiran 1, halaman 95-103. Soal-soal yang

diberikan lebih menekankan pada konsep dasar arus listrik, lebih jelasnya dapat

dilihat pada bagian E (mengenai instrumen).

b. Membuat Simulasi Komputer

Simulasi dirancang oleh peneliti dibawah bimbingan dosen dengan menggunakan

program makro media flash MX 2004 (versi 7.0). Pembuatan simulasi

disesuaikan dengan soal-soal yang diberikan terhadap siswa, sehingga simulasi

yang dibuat selalu berhubungan dengan soal-soal yang diberikan.

Tayangan simulasi komputer dibuat bersifat semi interaktif:

Setiap slide simulasi dilengkapi beberapa fasilitas, sehingga siswa dapat

membuka simulasi dan dapat menjalankan beberapa simulasi yang dilengkapi

dengan tombol-tombol bantuan.

2. Mengerjakan Soal Pretes

Pretes diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran dengan simulasi

komputer. Soal pretes berjumlah 13 pertanyaan dalam bentuk esai yang terdiri

(49)

untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep arus listrik sebelum

partisipan menerima proses pembelajaran dengan simulasi komputer.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti 12 hari setelah pretes diberikan kepada

subyek penelitian. Hal ini disebabkan satu minggu setelah pretes siswa sibuk

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sehingga rencana wawancara pada minggu

pertama setelah pretes tidak dapat dilakukan. Subyek penelitian yang akan

melakukan wawancara dipilih berdasarkan hasil pretes, yakni jawaban yang

banyak mengalami miskonsepsi. Wawancara yang diberikan lebih bersifat

terstruktur, artinya pertanyaan sudah disiapkan oleh peneliti dan urutannya pun

secara garis besar sudah disusun. Wawancara terstruktur ini dilakukan dengan

tujuan supaya peneliti dapat secara sistematis bertanya dan mengorek pemikiran

ataupun gagasan siswa. Selama wawancara berlangsung peneliti menyiapkan

tape-recorder untuk merekam proses berlangsungnya wawancara supaya peneliti

tidak kehilangan data yang diperlukan.

Peta konsep

Peta konsep dapat mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan

menekankan gagasan-gagasan pokok. Dalam wawancara, siswa diminta

menyebutkan konsep-konsep dan mengungkapkan hubungan berarti antara

konsep-konsep, yaitu dengan cara memberi ilustrasi yang berhubugan dengan

(50)

berhubungan dengan “sepak bola”. Siswa diminta untuk menyebutkan hal-hal

yang berhubungan dengan sepak bola, kemudian diminta mengungkapkan

hubungannya. Setelah itu, peneliti membawa siswa pada permasalahan yang

berkaitan dengan konsep arus listrik. Berhubung siswa belum pernah

mempelajari peta konsep, maka pada saat melakukan wawancara, siswa

dibimbing oleh peneliti dengan suatu pertanyaan yang mengarah pada hubungan

berarti antara konsep-konsep yang diketahui sejauh kemampuan siswa dalam

memahami konsep arus listrik. Apabila siswa dapat membuat hubungan berarti

antara konsep-konsep dengan benar, maka siswa dianggap memahami konsep

arus listrik. Sebaliknya, apabila siswa tidak dapat membuat hubungan berarti

antara konsep-konsep dengan benar, maka siswa dianggap tidak memahami

konsep arus listrik.

4. Pembelajaran dengan Simulasi Komputer

Pembelajaran dengan simulasi komputer ini dilaksanakan di LAB komputer.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini dibimbing oleh peneliti yang berperan

sebagai fasilitator. Pembelajaran dengan simulasi komputer dibagi menjadi dua

kegiatan, yaitu:

ƒ Setiap siswa memberikan idenya dengan melihat setiap tayangan simulasi.

ƒ Peneliti menjelaskan setiap tayangan simulasi yang ditampilkan disertai

(51)

a. Cara membuka file dalam komputer dan mengoperasikan simulasi

komputer dalam bentuk CD (Compact Disk).

ƒ Membuka file simulasi komputer dalam bentuk CD.

Langkah untuk membuka file simulasi komputer dalam bentuk CD jika anda

menggunakan Windows XP, adalah sebagai berikut:

Tekan tombol: Start My Computer CD-ROM

Skrip_simulation Passwaord ketik oma

Klik Log In.

ƒ Mengoperasikan simulasi komputer.

Bagian depan slide simulasi terdapat MENU yang terletak pada pojok kiri

atas, jika MENU diklik maka akan muncul pilihan MATERI,

RANGKAIAN, dan CLOSE.

Secara garis besar diagram tayangan simulasi, adalah sebagai berikut:

Bagan 2: Urutan slide simulasi komputer secara garis besar.

Mat1-1,Mat1-2,Mat1-3,Mat1-4,Mat1-5,Mat1-6,Mat1-7

R1-1,R1-2,R1-3,R1-4,R1-5

Keluar dari program CLOSE

RANGKAIAN MATERI

(52)

9 Apabila diklik MATERI, maka siswa akan menemukan slide simulasi secara

berturut-turut: Mat 1-1, Mat 1-2, Mat 1-3, Mat 1-4, Mat 1-5, Mat 1-6, dan Mat

1-7.

9 Apabila diklik RANGKAIAN, maka siswa akan menemukan slide simulasi

secara berturut-turut: R 1-1, R 1-2, R 1-3, R 1-4, dan R 1-5.

9 Apabila diklik CLOSE, maka siswa akan keluar dari MENU (keluar dari

program).

9 Setiap slide simulasi diberi fasilitas “prev” dan “next” yang terletak pada

pojok bawah kiri dan kanan. Diklik “prev” untuk kembali pada slide

sebelumnya, diklik “next” untuk menuju slide berikutnya.

9 Simulasi Mat 1-1, Mat 1-6, Mat 1-7, R 1-3, R1-4, dan R 1-5 dilengkapi

dengan fasilitas tombol bantuan (saklar dapat dibuka atau ditutup).

9 Tayangan setiap slide dibuat secara berurut, artinya untuk membuka slide R

1-5 partisipan harus mulai dari slide R 1-1, R 1-2, R 1-3, dan R 1-4. Dengan

kata lain untuk membuka salah satu slide harus membuka slide didepannya

terlebih dahulu.

9 Pada setiap slide MENU selalu ada, sehingga partisipan dapat memilih

MATERI, RANGKAIAN, dan CLOSE walaupun siswa sedang menjalankan

simulasi.

Saat proses pembelajaran, siswa menjalankan simulasi komputer menurut

(53)

mengumpulkan data, memanipulasi data, menganalisa, dan menarik

kesimpulan.

b. Makna setiap slide simulasi komputer

Simulasi yang ditayangkan pada saat pembelajaran dengan simulasi komputer

berjumlah 12 slide, dimana setiap slide simulasi mengandung makna tertentu.

Tabel 1: Kisi-kisi simulasi komputer.

MENU KODE SIMULASI ISI

Mat 1-1, Mat 1-6, Mat 1-7 Arus Listrik

Mat 1-2, Mat 1-4 Atom MATERI

Mat 1-3, Mat 1-5 Elektron

RANGKAIAN R1-1, R1-2, R1-3, R1-4, R1-5 Hukum I Kirchoff

Makna setiap slide simulasi yang ditayangkan pada saat pembelajaran dengan

simulasi komputer, adalah sebagai berikut:

Tabel 2: Makna setiap slide simulasi komputer.

KODE MAKNA SIMULASI

Mat 1-1 Rangkaian listrik sederhana yang terdiri dari lampu,

saklar, baterai, dan kabel penghubung. Bila saklar ditutup

maka lampu menyala dan bila saklar dibuka maka lampu

mati. Hal ini memperlihatkan bahwa pada saat saklar

ditutup ada arus listrik yang mengalir sehingga lampu

(54)

listrik yang mengalir sehingga lampu tidak menyala.

Mat 1-2 Sepotong kawat penghantar yang terdiri atom-atom

tembaga (Cu), hal ini menunjukkan bahwa semua zat-zat

tersusun atas atom-atom.

Mat 1-3 Satu elektron yang mengelilingi inti pada atom hidrogen

yang mempunyai konfigurasi elektron 1S1, hal ini

menunjukkan bahwa elektron-elektron akan selalu

mengelilingi intinya karena adanya gaya tarik antara inti

yang memiliki muatan (+) dengan elektron yang

bermuatan (-), gaya tarik ini disebut dengan gaya likat.

Mat 1-4 Sepotong kawat penghantar yang terdiri atas atom-atom,

merupakan suatu jenis konduktor elektrik yang sangat

baik. Hal ini menunjukkan bahwa kawat sangat baik

untuk dijadikan penghantar arus listrik.

Mat 1-5 Elektron mengelilingi intinya menempati

lintasan-lintasan tertentu yang kita sebut sebagai kulit atom yang

terdiri dari kulit K, L, M, dan N. Semakin jauh dari

intinya maka gaya ikat elektron dengan intinya semakin

lemah, sehingga memungkinkan elektron tersebut untuk

berpindah ke atom yang lainnya, elektron ini di sebut

dengan elektron bebas. Bila penghantar ini dihubungkan

dengan baterai maka elektron-elektron ini akan bergerak

sehingga timbul arus listrik.

Mat 1-6 Pada saat saklar ditutup elektron-elektron akan bergerak

dari kutub negatif (-) menuju kutub positif (+) diluar

baterai. Pada saat elektron-elektron melewati filamen

lampu maka filamen lampu tersebut suhunya naik

(55)

lampu dapat menyala karena terjadinya gerakan elektron

(muatan listrik), disebabkan adanya beda potensial yang

ditimbulkan oleh baterai.

Mat 1-7 Elektron-elektron juga dapat bergerak dalam kumparan

walaupun dalam rangkaian tidak ada hambatan (lampu).

R 1-1 Prilaku elektron (muatan listrik) yang bergerak pada titik

percabangan. Muatan arus listrik yang bergerak pada

suatu titik percabangan, akan terbagi pada titik

percabangan tersebut.

R 1-2 Arus listrik mengalir dari I1 kemudian arus tersebut

terbagi menjadi I2 dan I3. Hal ini mau menunjukkan

bahwa arus masuk sama dengan arus yang keluar pada

titik percabangan, sesuai dengan prinsip hukum I

Kirchoff.

R 1-3 Intensitas cahaya kedua lampu sama terangnya pada

rangkaian seri dengan sumber arus listrik yang sama.

R 1-4 Intensitas cahaya kedua lampu sama terangnya apabila

memiliki hambatan yang sama besar pada rangkaian

pararel

R 1-5 Efek yang ditimbulkan oleh saklar pada lampu, apabila

masing-masing saklar ditutup atau dibuka. Yang

ditunjukkan pada rangkaian pararel. Hal ini menunjukkan

bahwa pada saat saklar dibuka maka rangkaian listrik

akan menjadi rangkaian terbuka sehingga tidak ada arus

listrik yang mengalir akibatnya lampu tidak akan

(56)

5. Mengerjakan Soal Postes

Postes diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan

simulasi komputer. Jumlah dan kriteria soal postes sama dengan soal pada pretes.

Tujuan dilaksanakannya postes adalah untuk mengetahui sejauh mana efek

simulasi komputer terhadap pemahaman partisipan.

E. Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pretes dan postes, berupa

soal-soal sebanyak 13 pertanyaan dalam bentuk esai yang diberikan kepada subyek

penelitian sebelum dan sesudah pembelajaran dengan simulasi komputer. Soal-soal

yang dibuat bersifat pemahaman dan tidak ada matematisnya (tidak ada menghitung).

Instrumen yang berupa soal-soal digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap konsep arus listrik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan

simulasi komputer.

Peneliti memberi beberapa pertanyaan yang menekankan konsep dasar

tentang arus listrik, seperti: rangkaian litrik sederhana.

Contohnya :

+ -

(57)

Bila saklar ditutup maka lampu akan menyala

Pertanyaan :

a) Mengapa lampu bisa menyala ?

b) Jelaskan fungsi yang dilakukan oleh baterai ?

c) Di dalam kawat-kawat penghubung dalam rangkaian pada gambar 1 mengalir

arus listrik. Apa sesungguhnya arus listrik itu ?

Tabel 3: Kisi-kisi soal pretes dan postes adalah sebagai berikut:

Nomor Soal Pemahaman Yang Diukur

1a, 1b, dan 1c Konsep 1.Arus listrik

2a Konsep 2. Elektron

3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f, dan 3g Konsep 3. Hukum I Kirchoff

1d dan 4a Konsep 4. Atom

Proses berlangsungnya penelitian, adalah sebagai berikut:

1) Hari kamis, tanggal 13 Oktober 2005 peneliti melakukan observasi terhadap

siswa yang mau dijadikan subyek penelitian. Dalam observasi peneliti

memerlukan 2 jam pelajaran fisika, yang dimulai pukul 08:10-09:30 WIB.

2) Hari senin, tanggal 17 Oktober 2005 peneliti memberikan soal pretes

terhadap siswa satu kelas, yang berjumlah 28 siswa. Dalam pretes peneliti

memberikan waktu 80 menit, yang dimulai 09:30-10:50 WIB.

3) Peneliti memilih empat orang siswa untuk menjadi subyek penelitian

(partisipan). Pemilihan empat orang siswa berdasarkan pada jawaban yang

(58)

4) Siswa yang sudah dipilih menjadi subyek penelitian, melakukan wawancara

berturut-turut pada tanggal 29, 31 Oktober dan 1 November 2005. Durasi

waktu yang diperlukan untuk wawancara masing-masing siswa dapat dilihat

pada lampiran (hasil transkrip wawancara). Wawancara berhubungan dengan:

ƒ Berhubungan dengan jawaban siswa pada saat menjawab soal pretes.

ƒ Berkaitan dengan gagasan partisipan dalam menghubungkan

konsep-konsep fisika menjadi hubungan berarti (membuat peta konsep-konsep).

5) Hari Jum’at tanggal 18 November 2005, dilakukan pembelajaran dengan

simulasi komputer mengenai konsep arus listrik yang dibimbing oleh peneliti.

Pembelajaran dengan simulasi komputer dilakukan diluar jam sekolah,

dimulai pukul 14:30-16:00 WIB. Pembelajaran dengan simulasi komputer

dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu:

ƒ Setiap siswa memberikan idenya dengan melihat setiap tayangan simulasi,

dengan durasi waktu 30 menit.

ƒ Peneliti menjelaskan setiap tayangan simulasi yang ditampilkan disertai

dengan tanya jawab antara siswa dengan peneliti, dengan durasi waktu 60

menit.

6) Setelah pembelajaran dengan simulasi komputer selesai, maka siswa diberi

postes dengan durasi waktu 40 menit, dimulai pukul 16:00-16:40 WIB. Hal

ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa sesudah pembelajaran

(59)

F. Metode Analisis Data

Data dianalisis melalui dua tahap sebagai berikut: tahap pertama adalah

mendeskripsikan jawaban pretes dan postes. Jawaban setiap soal dinyatakan dengan

skor. Interval skor untuk setiap soal adalah 0-10, tergantung pada ketepatan jawaban

siswa (skor maksimal setiap soal tidak sama tergantung tingkat kesulitan soal). Skor

persentase diperoleh dengan cara membagi jumlah skor akhir dengan skor maksimum

kemudian dikalikan dengan 100%.

% 100

x maksimum Skor

akhir skor Jumlah

Dari deskripsi ini akan diperoleh gambaran pemahaman siswa.

Tahap kedua adalah mendeteksi miskonsepsi yang terjadi pada siswa yang dapat

diketahui melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut:

a. Tes esai tertulis

Dari pemahaman siswa dalam menjawab setiap pertanyaan dalam pretes dan

postes dapat diketahui miskonsepsi yang terjadi. Dari jawaban siswa dalam

pretes miskonsepsi yang terjadi dapat diidentifikasi, setelah itu dilakukan

wawancara. Jawaban siswa dalam postes dapat diketahui apakah

(60)

b. Wawancara

Dari pemahaman siswa dalam menjawab pertanyaan pada soal pretes dapat

dilakukan wawancara mengapa mereka mempunyai gagasan seperti itu.

Siswa diajak untuk mengekspresikan gagasannya mengenai jawaban

mereka. Dari gagasan siswa dapat diidentifikasi miskonsepsi yang terjadi

pada siswa.

c. Peta konsep

Peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa. Peta

konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan

menekankan gagasan pokok yang disusun secara hirarkis, dengan jelas dapat

mengungkap miskonsepsi siswa (Suparno, 2005). Miskonsepsi siswa dapat

diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antara konsep-konsep itu

benar atau salah. Untuk melihat mengapa siswa beranggapan seperti itu,

maka pada saat memberikan peta konsep, peneliti sekaligus melakukan

(61)

BAB III

DATA DAN ANALISIS

A. Data

Data berisi mengenai pemahaman siswa tentang konsep arus listrik dalam

skor yang diperoleh masing-masing siswa untuk soal-soal yang diberikan sebelum

pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran (postes) dengan bantuan simulasi

(62)

Tabel 4: Skor pretes siswa satu kelas

No Kode

siswa

Konsep Arus listrik Elektron Hukum I Kirchoff Atom Persentase

Skor No

soal

1a 1b 1c 2a 3a 3b 3c 3d 3e 3f 3g 4a 1d

Skor Maks

Skor Maks

8 8 10 10 8 8 10 10 5 5 5 10 3 100 100%

1 Partisipan 01 3 5 0 8 5 5 10 0 5 0 5 0 2 48 48

2 Partisipan 02 8 1 1 8 5 8 0 5 0 0 0 7 0 43 43

3 Partisipan 03 4 6 3 0 8 8 10 0 0 0 0 10 2 51 51

4 Partisipan 04 5 6 5 8 5 5 0 0 0 0 2 10 1 47 47

5 Partisipan 05 5 4 2 8 8 7 8 0 5 0 5 10 0 72 72

6 Partisipan 06 1 7 2 8 8 8 0 0 5 5 0 7 3 54 54

7 Partisipan 07 5 8 2 8 8 8 0 8 5 0 0 6 0 58 58

8 Partisipan 08 8 8 1 8 8 8 10 0 5 5 5 10 1 77 77

9 Partisipan 09 3 3 4 8 0 0 0 10 5 5 5 10 3 56 56

10 Partisipan 10 8 5 4 4 6 6 0 0 5 5 5 10 0 58 58

11 Partisipan 11 8 3 1 3 7 6 0 - 5 - 5 4 - 42 42

12 Partisipan 12 8 6 1 8 8 8 10 0 5 5 5 10 3 77 77

13 Partisipan 13 8 6 3 8 6 5 0 0 5 5 5 9 0 60 60

14 Partisipan 14 4 6 3 8 8 8 10 0 5 5 5 8 1 71 71

15 Partisipan 15 3 8 3 0 8 8 10 0 5 5 5 2 2 59 59

16 Partisipan 16 5 7 1 4 0 6 - - 5 5 5 - 3 51 51

17 Partisipan 17 8 5 1 8 7 5 5 0 5 0 2 10 3 59 59

18 Partisipan 18 8 6 6 9 8 8 0 10 5 5 0 10 3 78 78

19 Partisipan 19 8 7 3 8 8 8 0 0 5 5 2 10 3 77 77

(63)

siswa Skor No

soal

1a 1b 1c 2a 3a 3b 3c 3d 3e 3f 3g 4a 1d

Maks

Skor Maks

8 8 10 10 8 8 10 10 5 5 5 10 3 100 100%

22 Partisipan 22 7 3 4 8 8 6 0 0 5 0 5 10 2 58 58

23 Partisipan 23 7 3 2 8 5 6 6 0 5 5 5 7 3 62 62

24 Partisipan 24 3 3 3 8 5 5 0 0 5 0 5 9 0 46 46

25 Partisipan 25 8 8 6 8 8 8 0 0 0 5 5 9 2 67 67

26 Partisipan 26 7 6 1 8 8 8 0 0 - 5 5 5 0 53 53

27 Partisipan 27 4 5 4 8 5 5 5 0 5 0 5 10 0 56 56

28 Partisipan 28 6 5 5 7 3 4 7 0 5 5 5 8 1 61 61

2. Hasil Postes

Tabel 5: Skor postes 4 partisipan

No Kode

siswa

Konsep Arus listrik Elektron Hukum I Kirchoff Atom Persentase

Skor No

soal

1a 1b 1c 2a 3a 3b 3c 3d 3e 3f 3g 4a 1d

Skor Maks

Skor Maks

8 8 10 10 8 8 10 10 5 5 5 10 3 100 100%

1 Partisipan 01 8 7 9 9 8 8 10 0 5 5 5 10 3 87 87

2 Partisipan 02 8 5 10 9 5 8 10 10 5 5 5 10 2 92 92

3 Partisipan 03 7 8 10 9 8 8 9 9 5 5 5 10 2 95 95

Gambar

Gambar 1.a  Jaringan listrik terbuka   A     B
Tabel 2 : Makna setiap slide simulasi komputer.
Tabel 3 :  Kisi-kisi soal pretes dan postes adalah sebagai berikut:
Tabel 4 :  Skor  pretes siswa satu kelas  No Kode
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengetahui bahwa distribusi data bersifat normal selanjutnya untuk mengetahui ada dan tidaknya korelasi antara kedisiplinan dosen dengan motivasi belajar

Untuk sumber data sekunder dituliskan nama akhir pengarang, tahun dan halaman yang diacu (pustaka tercantum dalam daftar pustaka). Penulisan rumus menggunakan equation

Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap pertumbuhan dan Beberapa Karakter Morfo-Fisiologi Tanaman Nilam.. Fisiologi Lingkungan

Dengan ini kami mengundang Saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi, Pengadaan Barang dan Jasa dengan Sistem Lelang Sederhana untuk pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunia- Nya, serta salam dan shalawat atas Nabi Muhammad SAW, sehingga Skripsi dengan judul “

Developing country (negara berkembang) merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut suatu negara yang tingkat pembangunannya berjalan lamban, standar hidup yang

Sehubungan dengan pengadaan Jasa Konsultansi paket Pengadaan Jasa Konsultasi Dokumen Study Kelayakan (FS) Rencana Pembangunan Pelabuhan Tinobu pada Dinas Perhubungan Kabupaten

Dalam konteks sosiologi, Durkheim tidak mengaitkan unsur teologi ke dalam moralitas, akan tetapi Durkheim memprioritaskan bahwa masyarakat merupakan tujuan dari