• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN JUDUL PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA BAHASA INDONESIA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HALAMAN JUDUL PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA BAHASA INDONESIA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

i

HALAMAN JUDUL

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK

KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA BAHASA INDONESIA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

R. ARTIKA METALIA NIM : 081134057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Metalia, R. Artika. 2012. Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Keterampilan Menyimak Cerita Bahasa Indonesia Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode penelitian pengembangan, multimedia interaktif, modul pembelajaran, keterampilan menyimak, Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), bahasa Indonesia.

Skripsi ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian ini bertujuan menghasilkan suatu produk berupa multimedia interaktif dan modul pembelajaran. Produk multimedia interaktif dan modul pembelajaran ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta, berkenaan dengan pembelajaran keterampilan menyimak pada mata pelajaran bahasa Indonesia semester dua.

Pengembangan produk ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu: (1) mengkaji standar kompetensi dan materi pembelajaran, (2) analisis kebutuhan dan pengembangan program pembelajaran, (3) memproduksi multimedia interaktif pembelajaran menyimak, (4) validasi dan revisi produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Produk multimedia interaktif berdasarkan hasil penilaian pakar dan hasil uji coba lapangan diperoleh hasil sebagai berikut: (a) penilaian pakar pembelajaran bahasa menunjukkan bahwa kualitas media dan modul pembelajaran memperolah rata-rata skor 4,9 dengan kategori “sangat baik”, (b) penilaian pakar media pembelajaran menunjukkan bahwa aspek media dan modul pembelajaran memperoleh rata-rata skor 4,2 dengan kategori “baik”, (c) penilaian guru tahap 1 dan tahap 2 menunjukkan bahwa aspek media dan modul pembelajaran memperoleh rata-rata skor 4,8 dengan kategori “sangat baik”, (d) hasil uji lapangan menunjukkan bahwa aspek media dan modul pembelajaran memperoleh rata-rata skor keseluruhan 4,83 dengan kategori “sangat baik”.

(7)

vii

ABSTRACT

Metalia, R. Artika. 2012. An Interactive Multimedia Development for Listening Skill of Stories of the Students for the 5th Grande Elementary School of Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Program Studi of Elementary School Teacher Education, Faculty of teacher Training and Education, University of Sanata Dharma.

Key words: research and development method, interactive multimedia, learning module, listening skill, Reflectif Pedagogy Paradgm (PPR), Indonesian language,

This thesis is about Research and Development. This research has purposes to produce a product which is as multimedia interactive and learning module. The product of multimedia interactive and learning module are tended to fill the need of fifth grade students of SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta, which concern with the learning skills of reading in the Indonesian language lesson in second semester.

The developmental product was passed through four steps, i.e. (1) the researcher examines the standard competence and also the material being developed, (2) allotting the questionnaires of need analysis, (3) producing multimedia and learning module of reading, (4) validation and product revision. The instrument being used in this research was the questionnaire.

The product of multimedia interactive product based on the assessment result of the expert and the test result at the site was acquired as following: (a) the language learning assessment of the expert showed that the quality of the media and the learning module gain the average score 4,9 with the category “very good”, (b) the learning media assessment of the expert showed that media and the learning module gain the average score 4,2 with the category “good”, (c) the teacher assessment showed that the media and the learning module acquire the average score 4,8 with the

category “ very good”, (d) the test result in the site pointed out that the media aspect

and learning module obtained the average score totally 4,83 with the category “very

good”.

(8)

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat,

rahmat, dan penyertaan-Nya yang menjadi kekuatan penulis menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Keterampilan Menyimak Cerita Bahasa Indonesia Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah

bersedia membimbing dalam kelancaran skripsi.

3. Elga Andriana, S.Psi., M.Ed selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekola Dasar.

4. Rishe Purnama Dewi, M.Hum. selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas

bimbingan, dan kesabaran yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen PGSD yang penuh kesabaran dan kesetiaan mendidik dan

mendampingi penulis selama menempuh ilmu d PGSD.

6. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. selaku pakar pembelajaran bahasa.

7. F. Chosa Kastuhandani, S.Pd.,M.Hum selaku pakar media, terima kasih atas

bimbingan dan saran yang diberikan untuk kualitas produk yang dikembangkan.

8. Suwardi. S.Pd selaku kepala sekolah SD Kanisius Sorowajan yang telah

membeikan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

9. Lia Pratiwi A.Ma.Pd selaku guru kelas V SD Kanisius Sorowajan yang telah

memberikan bantuan, masukan dan saran sehingga penulis dapat melaksanakan

penelitian dengan baik.

10.Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Sorowajan tahun ajaran 2011/2012 yang telah

(9)
(10)

x

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 6

(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kebutuhan ... 27

4.1.1 Data Analisis Kebutuhan Siswa ... 27

4.1.2 Data Analisis Kebutuhan Guru ... 29

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 29

4.3 Data Validasi dan Revisi Produk ... 33

4.3.1 Deskripsi Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa ... 36

4.3.1.1 Revisi Produk ... 36

4.3.2 Deskripsi Data Validasi Pakar Media Pembelajaran ... 38

4.3.2.1 Revisi Produk ... 38

4.3.3 Deskripsi Data Validasi Guru Bahasa Indonesia ... 39

4.3.3.1 Revisi Produk ... 40

4.3.4 Deskripsi Data Validasi Lapangan ... 40

4.3.4.1 Revisi Produk Validasi Lapangan ... 42

4.4 Kajian Produk Akhir ... 42

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 44

5.3 Saran ... 44

DAFTAR REFERENSI ... 46

LAMPIRAN ... 48

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Bagan Tata Cara Pelaksanaan PPR ... 49

Lampiran 2: Bagan Literature Map ... 50

Lampiran 8: Surat Keterangan Penelitian ... 56

Lampiran 9: Silabus ... 57

Lampiran 10: RPP PPR ... 61

Lampiran 11: Storyboard ... 77

Lampiran 12: Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 96

Lampiran 13: Jawaban Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 103

Lampiran 14: Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 106

Lampiran 15: Penilaian Pakar Pembelajaran Bahasa ... 112

Lampiran 22: Dokumentasi Pelaksanaan ... 131

Lampiran 23: PowerPoint ... 135

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 26

Tabel 4.1 Konversi Kuantitatif Skala Lima ... 34

Tabel 4.2 Konversi Nilai Skala Lima ... 35

Tabel 5.1 Rekapitulasi Penilaian Tahap 1 ... 45

Tabel 5.2 Rekapitulasi Penilaian Tahap 2 ... 45

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan (1) latar belakang masalah, (2) rumusan

masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang

dikembangkan, dan (6) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman modern seperti

sekarang ini memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap

kualitas pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, oleh karena itu

perlu dilakukan upaya dalam hal meningkatkan kualitas pembelajaran yang masih

rendah. Perangkat komputer yang ada disekolah namun belum dimanfaatkan secara

maksimal untuk pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia

keterampilan menyimak. Padahal komputer memiliki kelebihan diantaranya adalah

dapat menampilkan berbagai macam objek seperti suara, gambar, grafik dan lain

sebagainya yang dapat meningkatkan motivasi dan minat peserta didik dalam

mengikuti dan memahami pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan

menyimak.

Menyikapi permasalahan tersebut, pelajaran bahasa Indonesia dalam

kurikulum diwujudkan dalam empat aspek keterampilan berbahasa yang meliputi

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan yang satu dengan yang

lainnya saling mendukung, saling berpengaruh, dan saling berhubungan. Dalam hal

ini, peneliti akan berfokus pada keterampilan menyimak, khususnya pada materi

menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara

(16)

2 Mengingat pentingnya kegiatan menyimak ini, pembelajaran bahasa Indonesia

di sekolah pun memberikan perhatian khusus terhadap kegiatan berbahasa ini. Hal ini

dibuktikan dengan masuknya keterampilan menyimak dalam kurikulum mata

pelajaran bahasa Indonesia (Departeman Pendidikan Nasional, 2006:261). Dengan

masuknya keterampilan menyimak dalam kurikulum mata pelajaran bahasa

Indonesia, para siswa sudah tentu diharapkan menguasai menyimak dalam segala

keterampilan terlebih dalam aspek kehidupannya. Oleh karena itu, penguasaan

konsep menyimak yang jelas akan diperoleh siswa dari para guru.

SD Kanisius Sorowajan merupakan sekolah yang sudah memiliki fasilitas

komputer yang lengkap namun belum termanfaatkan dengan baik. Sekolah ini juga

sudah menerapkan prinsip Paradigma Pedagogi Reflektif dalam kegiatan belajar

mengajarnya. Berdasarkan pengamatan langsung di kelas V SDK Sorowajan tanggal

4 Januari 2012, tampak bahwa para siswa yang sedang mengikuti proses

pembelajaran kurang tertarik dengan materi yang sedang dipelajari. Beberapa siswa

kurang tertarik untuk memperhatikan materi yang diterangkan gurunya. Guru lebih

banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menyampaikan materi

dan kurang menggunakan alat-alat bantu lainnya, sesekali guru hanya menggunakan

gambar-gambar untuk diperlihatkan kepada siswa. Media sangat berguna bagi peserta

didik terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya materi menanggapi

peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan.

Dengan demikian peneliti menawarkan solusinya yaitu dengan

mengembangkan multimedia interaktif dan modul pembelajaran bahasa Indonesia

yang menerapkan prinsip Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). PPR

mengembangkan prinsip 3C yaitu Competence (Akademik/Keterampilan),

Conscience (Hati Nurani), Compassion (Kepedulian Sosial)dalam pembelajarannya. PPR mengajak siswa untuk mengalami sendiri dan menumbuhkembangkan pola pikir

untuk membentuk pribadi akan nilai kemanusiaan serta membuat niat untuk berbuat

sesuai nilai yang dipelajari dan kemudian merefleksikannya.

Penggunaan multimedia interaktif adalah salah satu media yang menarik bagi

siswa, karena dalam pembelajaran anak tidak hanya diam dan mendengarkan ceramah

dari guru, tetapi anak akan lebih mempergunakan alat indera mereka untuk melihat

(17)

3 gambar-gambar, dan rekaman. Dengan demikian peserta didik akan lebih mudah

menyerap materi pelajaran dan akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Untuk itulah dalam penelitian ini dilakukan pengembangan multimedia interaktif

untuk pembelajaran bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1.1Bagaimana prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan

menyimak bahasa Indonesia pada kompetensi dasar menanggapi cerita

tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan kelas V

SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester genap?

1.2.1.2Bagaimana kualitas pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan

menyimak bahasa Indonesia pada kompetensi dasar menanggapi cerita

tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan kelas V

SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester genap?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan penelitian ini

adalah:

1.3.1 Memaparkan prosedur pengembangan multimedia interaktif dan modul

pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan menyimak pada kompetensi

dasar menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang

disampaikan secara lisan kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

semester genap.

1.3.2 Memaparkan kualitas pengembangan multimedia interaktif dan modul

pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan menyimak pada kompetensi

dasar menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang

disampaikan secara lisan kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

(18)

4

1.4 Manfaat Penelitian

Berikut ini yang merupakan manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan

penelitian ini adalah:

1.4.1 Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pengalaman yang baru dalam

mengembangkan multimedia interaktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

1.4.2 Bagi siswa, diharapkan siswa dapat lebih tertarik dan mudah dalam

mempelajari materi yang diberikan oleh guru pada aspek menyimak.

1.4.3 Bagi guru, diharapkan media yang dihasilkan dapat berguna bagi

pengembangan profesionalitas guru untuk meningkatkan kualitas kegiatan

belajar mengajar yang sedang berlangsung.

1.4.4 Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk

menggunakan media dan modul pembelajaran sebagai alternatif bahan

pembelajaran menyimak sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan siswa

dapat dengan mudah menerima materi yang telah disampaikan.

1.5 Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1.5.1 Komponen pada CD Interaktif terdiri dari komponen: menu utama meliputi

petunjuk, kegiatan pembelajaran, referensi, penyusun, dan keluar, petunjuk

penggunaan berisi tentang cara penggunaan CD Interaktif, kegiatan

pembelajaran terdiri dari pertemuan I dan pertemuan II. Dalam setiap

pertemuan memuat komponen yaitu indikator, permainan, materi, evaluasi

dan lagu.

1.5.2 Komponen pada modul pembelajaran terdiri dari komponen: pendahuluan

meliputi standar kompentensi, kompetensi dasar, dan indikator, materi

pembelajaran disusun sesuai kompetensi dasar menanggapi cerita tentang

peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan. Materi ini

disampaikan dengan menggunakan CD Interaktif.

1.5.3 Pengoperasian multimedia pembelajaran yang dikembangkan ini

(19)

5 animasi, hyperlink dan yang kemudian dikemas dalam bentuk CD pembelajaran. Selain itu dipergunakan dengan perangkat keras (hardware)

berupa komputer, LCD, proyektor, dan pengeras suara (speaker). Yang memiliki spesifikasi sebagai berikut: Prosesor minimal Pentium IV atau

sejenisnya, RAM minimal 512 MB, kapasitas hardisk yang dibutuhkan sebesar 2 GB, sistem operasi Windows 7/ XP/ Vista, speaker aktif.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Siswa SD adalah siswa kelas V semester 2 tahun ajaran 2011-2012 SD

Kanisius Sorowajan, Yogyakarta.

1.6.2 Multimedia Interaktif adalah media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran sebagai penyampai pesan kepada siswa, sehingga pesan atau

materi yang akan disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh siswa dalam

bentuk CD dan siswa dapat menggunakan media secara mandiri.

1.6.3 Modul adalah media atau bahan ajar yang berbentuk buku yang digunakan

untuk memudahkan kegiatan pembelajaran dengan mengikuti

langkah-langkah kegiatan yang telah tersedia di dalamnya.

1.6.4 Keterampilan menyimak adalah keterampilan siswa dalam menyimak suatu

cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan.

1.6.5 Menanggapi cerita adalah memberikan komentar atau kritikan pada sebuah

(20)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini akan dibahas landasan teori yang terdiri dari empat bagian,

yaitu (1) kajian pustaka, (2) kerangka berpikir, (3) pertanyaan penelitian, (4)

hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Relevan

2.1.1.1 Pengertian Multimedia Interaktif

Berikut ini akan dijelaskan secara rinci pengertian multimedia interaktif, serta

manfaat multimedia interaktif menurut para ahli. Multimedia interaktif berasal dari

dua kata yaitu multimedia dan interaktif.

Sutjipto (2011:78) menyebutkan bahwa multimedia merupakan ”kombinasi dari berbagai media yaitu, menggunakan audio, video, grafis dan lain sebagainya”.

Multimedia diarahkan kepada komputer yang dalam perkembangannya sangat pesat,

dan sangat membantu dalam dunia pendidikan. Kelebihan dari multimedia ini adalah

memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar secara individual maupun secara

kelompok. Selain memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi,

media komputer juga memberikan rangsangan yang cukup besar dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa.

Multimedia didefinisikan secara berbeda oleh berbagai sumber lainnya,

multimedia sebagai penggunaaan berbagai jenis media secara berurutan maupun

simultan untuk menyajikan suatu informasi (Anitah (2010:170). Helfazah (dalam

Anitah, 2010:56) mengatakan bahwa multimedia digunakan untuk mendeskripsikan

penggunaan berbagai jenis media secara terpadu dalam menyajikan atau mengajarkan

suatu topik mata pelajaran. Seels & Richey (dalam Warsita, 2008:36) mengartikan

multimedia suatu teknologi terpadu yang menjadi salah satu cara untuk

memproduksi dan menyampaikan bahan belajar dengan memadukan beberapa jenis

(21)

7 sederhana multimedia diartikan sebagai “lebih dari satu media, ia dapat berupa

kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan video”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:542), interaktif adalah sesuatu

yang bersifat saling melakukan aksi, antar-hubungan dan saling aktif. Multimedia

interaktif merupakan salah satu bagian multimedia. Daryanto (2010:51) mengartikan

multimedia interaktif sebagai suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat

pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat

memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia

interaktif adalah pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif adalah

suatu alat pembelajaran yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat

dioperasikan atau dijalankan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa

yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.

2.1.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Multimedia Interaktif

Menurut Munadi (2010:152), multimedia interaktif mempunyai beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan multimedia interaktif adalah sebagai berikut.

Pertama, interaktif yang berarti saat siswa mengaplikasikan program, siswa diajak

untuk terlibat secara auditif, visual, dan kinestetik, sehingga dengan pelibatan ini

dimungkinkan informasi atau pesannya mudah dimengerti. Kedua, memberikan iklim

yang bersifat afektif secara individual, baik bagi yang cepat maupun lambat dalam

menerima pembelajaran. Ketiga, meningkatkan motivasi belajar dan mampu

memberikan umpan balik (respon). Adapun kelemahan multimedia interaktif adalah

sebagai berikut: (1) pengembangannya memerlukan adanya tim yang profesional dan

(2) pengembangannya memerlukan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa multimedia

interaktif sangat sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan anak

dikarenakan multimedia interaktif dapat memberikan sarana belajar yang

(22)

8

2.1.2 Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian modul, kegunaan modul,

tujuan pembuatan modul.

2.1.2.1Pengertian Modul

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,

batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan

menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat

kompleksitasnya (Depdiknas, 2003:1). Modul biasanya disajikan dalam bentuk

pembelajaran mandiri (self instruction). Siswa dapat mengatur kecepatan dan intensitas belajarnya secara mandiri. Waktu belajar untuk menyelesaikan satu modul

tidak harus sama, berbeda beberapa menit sampai beberapa jam.

Soeparno (1987:25), modul sebagai suatu perangkat yang terdiri atas tujuh

komponen, yakni (1) lembaran petunjuk untuk guru, (2) lembaran petunjuk untuk

siswa, (3) lembaran kegiatan, (4) lembaran kerja, (5) lembaran kunci kerja, (6)

lembaran tes, dan (7) lembaran kunci tes. Prastowo (2011:104) mendefinisikan modul

sebagai salah satu bentuk bahan ajar cetak. Pedoman Umum Pengembangan Bahan

Ajar (dalam Prastowo, 2011:104) mendefinisikan modul sebagai sebuah buku yang

ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau

dengan bimbingan guru. Surahman juga memberikan definisi yang berbeda yaitu

bahwa modul sebagai satuan program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari

oleh peserta didik secara perorangan (self instructional); setelah peserta menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya peserta dapat melangkah maju

dan mempelajari satuan modul berikutnya Surahman (dalam Prastowo, 2011:105).

Modul sebagai satu unit program kegiatan belajar mengajar terkecil yang

secara terperinci menggariskan hal-hal sebagai berikut: tujuan-tujuan instruksional

umum yang akan ditunjung pencapaiannya, topik yang akan dijadikan pangkal proses

belajar mengajar, tujuan-tujuan instruksional khusus yang akan dicapai oleh siswa,

pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan, kedudukan dan fungsi satuan

(modul) dalam kesatuan program yang lebih luas, peranan guru di dalam proses

(23)

9 yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan, lembaran-lembaran kerja

yang harus diisi murid, dan program evaluasi yang akan dilaksanakan selama

berjalannya proses belajar ini Badan Pengembangan Pendidikan Depdikbud dalam

Prastowo, 2011:105).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian modul

adalah suatu bahan ajar yang berbentuk buku serta dapat dipergunakan oleh peserta

didik secara mandiri tanpa harus dibimbing oleh guru.

2.1.2.2 Kegunaan Modul

Modul memiliki berbagai kegunaan bagi kegiatan pembelajaran. Andriani

menjabarkan beberapa kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara lain

sebagai penyedia informasi dasar karena dalam modul disajikan berbagai materi

pokok yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut, sebagai bahan instruksi atau

petunjuk bagi peserta didik, serta sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto

yang komunikatif. Di samping itu, kegunaan lainnya adalah sebagai petunjuk

mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta

didik dalam melakukan penilaian sendiri (self assessment) (Andriani, dalam Prastowo, 2011:108-109).

2.1.2.3 Tujuan Modul

Ada dua tujuan dalam pembuatan modul pembelajaran yaitu tujuan menurut

Depdiknas dan tujuan pembuatan modul menurut Prastowo. Berikut ini tujuan

penulisan modul menurut (Depdiknas, 2003:4) adalah:

1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbal.

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta

diklat maupun guru/instruktur.

3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti berikut ini.

a) Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau peserta

diklat.

b) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi

(24)

10 c) Memungkinkan siswa atau peserta diklat belajar mandiri sesuai

kemampuan dan minatnya.

d) Menungkinkan siswa atau peserta diklat dapat mengukur atau

mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

Tujuan penyusunan atau pembuatan modul menurut Prastowo (2011:108)

antara lain:

1) Peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan

pendidik (yang minimal).

2) Peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan

pembelajaran.

3) Melatih kejujuran peserta didik.

4) Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik.

5) Ppeserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah

dipelajari.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan modul

dalam pembelajaran, peserta didik akan lebih banyak terlibat aktif dalam proses

pembelajaran sehingga peserta didik akan lebih bertanggung jawab dengan hasil

belajar yang mereka lakukan.

2.1.3 Perangkat Pembelajaran Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif 2.1.3.1Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Subagya, dkk (2008:39) Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

merupakan pola pikir (paradigma = pola pikir) dalam menumbuhkembangkan pribadi

siswa menjadi pribadi kristiani/kemanusiaan (pedagogi reflektif = pendidikan

kristiani/kemanusiaan). Dalam pembentukan kepribadian, siswa diberi pengalaman

akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar

merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan

aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. PPR

mengembangkan prinsip 3C yaitu Competence (Akademik/Keterampilan),

(25)

11

2.1.3.2Tata Cara Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Subagya, dkk (2008:41) tiga unsur PPR adalah pengalaman, refleksi,

dan aksi. Unsur yang belum disebutkan adalah konteks dan evaluasi. Gambaran

pembinaan siswa melalui PPR untuk membentuk budaya alternatif secara singkat

adalah seperti pada (lampiran 1 hal.49).

2.1.3.3Pembelajaran Berpola PPR

PPR memiliki pola dalam pembelajarannya, berikut ini yang dimaksud

pembelajaran berpola PPR menurut Subagya, dkk (2008:51) adalah pembelajaran

yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks

siswa. Sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuhkembangkan

melalui dinamika pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran ini dikawal dengan evaluasi. Triyono (dalam P3MP-LPM:19) ada sejumlah kemampuan yang mendukung proses belajar reflektif secara umum, kemampuan tersebut adalah

pemikiran metakognitif, kesadaran yang diperluas, dan hati nurani. Metakognisi

adalah pemahaman dan kesadaran mengenai cara-cara pikiran kita bekerja.

Kesadaran yang diperluas merupakan proses pemikiran yang memungkinkan kita

merenungkan perspektif masa lalu dan antisipasi masa depan. Hati nurani secara

sederhana dapat dipahami sebagai kesadaran mengenai hal yang baik dan buruk.

Menurut Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran /P3MP

(2012:10), penerapan model pembelajaran dengan pendekatan atau paradigma.

Berikut ini merupakan rumusan unsur-unsur pokok dalam penerapan model

pembelajaran dengan pendekatan atau paradigma:

1) Konteks (Context)

Pengenalan terhadap konteks akan membantu dalam menentukan bentuk dan

cara pemberian pengalaman melalui pembelajaran agar dapat menarik

makna dari pengalaman secara utuh selama belajar.

2) Pengalaman (Experience)

Melakukan setiap kegiatan yang memuat pemahaman kognitif bahan

pelajaran yang disimak yang di dalamnya juga memuat unsur psikomotorik

dan afektif yang dihayati. Melalui pengalaman dalam proses belajar

(26)

12 sudah dimilikinya dengan fakta, ide, dan masukan baru baik dari pengajar

maupun sesame teman pelajar lain.

3) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi pembelajaran, yang menjadi obyek penilaian adalah proses dan

hasil belajar. Evaluasi hasil pembelajaran menggunakan tes untuk

melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini

adalah penguasaan kompetensi oleh setiap pelajar.

4) Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan suatu proses menuju perubahan pribadi yang dapat

mempengaruhi perubahan lingkup sekitarnya. Refleksi berarti mengadakan

pertimbangan sesama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman,

imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan

yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai

hakiki yang dipelajari.

5) Tindakan/Aksi (Action)

Memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan

pengetahuannya dalam praktik kehidupan nyata. Dengan demikian

pembelajaran di sini sudah mencapai tahap pengambilan sikap, posisi batin,

atau niat untuk berbuat sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya.

Pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak hanya teoritis, melainkan terarah ke

kehidupan kongkret.

2.1.4 Keterampilan Menyimak

2.1.4.1 Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Ada beberapa definisi menyimak menurut para ahli. Menurut Tarigan

(2008:31), menyimak adalah “suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk

memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna

komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa

lisan”. Menyimak adalah ” keterampilan utama dan pertama yang dimiliki seseorang

(27)

13 (2008:1307) mendefinisikan menyimak sebagai mendengarkan (memperhatikan)

baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.

Keterampilan menyimak saat ini dipandang penting. Musfiroh, dkk (2004:5)

bahwa menyimak sebagai kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara

sungguh-sungguh, saksama, sebagai upaya untuk memahami ujaran itu sebagaimana yang

dimaksudkan untuk pembicara dengan melibatkan seluruh aspek mental kejiwaan

seperti mengidentifikasi, menginterpretasi, dan mereaksinya. Menurut Iskandarwassid

(2009:227) keterampilan menyimak sebagai satu bentuk keterampilan berbahasa yang

bersifat reseptif. Pada waktu proses pembelajaran keterampilan ini jelas mendominasi

aktivitas siswa dibanding dengan keterampilan lainnya. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa menyimak merupakan cara yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

informasi yang telah dilihat atau didengarnya, menangkap isi atau pesan yang telah

disampaikan sang pembicara dengan sungguh-sungguh dan saksama.

2.1.4.2 Menyimak Kritis

Dalam penelitian ini, media yang akan dikembangkan terbatas pada

menyimak intensif yang dikhususkan pada menyimak kritis. Menyimak intensif

dipilih dikarenakan ragam menyimak ini lebih sering dipergunakan dalam kegiatan

belajar mengajar disekolah. Selain itu, pengembangan materi dan media menyimak

intensif memerlukan perhatian lebih besar karena jenis keterampilan ini menuntut

adanya pendampingan, pengawasan/kontrol, dan arahan dari guru.

Anderson (dalam Tarigan, 2008:46) mengemukakan bahwa menyimak kritis

(critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara

dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Secara terperinci

kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis, yaitu: (1) memperhatikan

kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur

kalimatnya, (2) menetukan alasan mengapa, (3) memahami aneka makna petunjuk

konteks, (4) membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak relevan, (5)

membuat keputusan-keputusan, (6) menarik kesimpulan-kesimpulan, (7) menemukan

(28)

14 tambahan bagi suatu topik, (9) menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom,

dan bahasa yang belum umum atau belum lazim dipakai, (10) bertindak objektif dan

evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya prasangka atau

kecerobohan, kekurang telitian, serta kekeliruan. Berdasarkan pernyataan di atas,

dapat disimpulkan bahwa menyimak kritis adalah memperhatikan atau mendengarkan

dengan saksama secara terperinci semua hal yang telah dilihat atau didengar.

2.1.4.3 Menanggapi Cerita tentang Peristiwa

Ada beberapa pengertian tentang menanggapi. Menurut KBBI (2008:1397),

menanggapi adalah menyambut dan memperhatikan (ucapan, kritik, komentar, cinta

dsb dari orang lain), melayani. Menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi yang

disampaikan secara lisan dapat dilakukan dengan memberikan tanggapan dengan cara

memberikan komentar pada suatu objek yang dilihat (gambar), memberikan sebuah

kritikan pada pembicaraan atau sebuah pertunjukkan yang telah dilihat. Dari

pengertian di atas, siswa diajak untuk memberikan tanggapan pada sebuah cerita

tentang suatu bencana yang kemudian dibacakan oleh mereka di depan kelas. Materi

yang akan dibahas adalah pada kompetensi dasar menanggapi cerita tentang peristiwa

yang terjadi di sekitar, yang disampaikan secara lisan pada keterampilan menyimak

pada sebuah video “Desa Mina dan Sungainya”. Pada pokok bahasan ini, tema yang

diambil adalah gotong royong.

2.1.5 Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya

Berikut akan dijabarkan satu persatu penelitian tentang pengembangan

multimedia interaktif dan penelitian tentang pembelajaran bahasa Indonesia aspek

menyimak seperti pada (lampiran 2 hal.50).

2.1.5.1 Hasil-hasil Penelitian tentang Multimedia Interaktif

Septiantoko (2011), meneliti pengembangan multimedia interaktif pada mata

pelajaran IPS pokok bahasan keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia di

kelas V SD Negeri Tukangan Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan multimedia interaktif yang sesuai dengan mata pelajaran IPS pada

(29)

15 menghasilkan multimedia interaktif pada mata pelajaran IPS pokok bahasan

keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia yang dapat memotivasi siswa dalam

belajar dan menggunakan beberapa jenis media pembelajaran yang dibutuhkan untuk

memudahkan siswa memahami materi yang dipelajari. Hasil penilaian yang

dilakukan oleh ahli media, ahli materi, dan pengguna terhadap aspek-aspek dalam

multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik.

Gunandarini (2008) meneliti pengembangan multimedia pembelajaran sains

berbantuan komputer untuk kelas IV SD. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan

yang ingin dicapai, diantaranya bertujuan untuk mengembangkan multimedia

pembelajaran sains berbantuan komputer untuk kelas IV SD dan mengungkapkan

kualitas media pembelajaran ditinjau dari aspek isi, pembelajaran, dan media.

Kemudian didapatkan sebuah hasil yang menunjukkan bahwa multimedia

pengembangan yang dikembangkan “sangat baik”, ditunjukkan dengan rerata aspek isi 4,29, rerata aspek pembelajaran 4,56 dan rerata aspek multimedia 4,24.

Suparwati (2010) meneliti peningkatan keterlibatan siswa dengan media LKS

dalam pembelajaran Bahsa Indonesia siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta

semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan keterlibatan siswa dalam: (1) kemampuan bertanya, (2) kemampuan

menjawab pertanyaan, (3) mencatat pelajaran, (4) mengajukann usul atau saran, (5)

mengerjakan tugas secara tuntas, (6) membuat kesimpulan, (7) menyajikan hasil atau

presentasi, (8) mengajukan kritik, dan (9) ikut serta dalam diskusi kelompok pada

siswa kelas V SD Kanisius Kalasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap

indikator mengalami peningkatan. Semua indikator dalam keterlibatan siswa dalam

pembelajaran bahasa Indonesia melalui LKS rata-rata mencapai 73%. Berdasarkan

hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media LKS dapat

(30)

16

2.1.5.2 Hasil- Hasil Penelitian tentang Keterampilan Menyimak

Nanie (2006), meneliti pengembangan silabus dan materi pembelajaran

keterampilan menyimak dengan media audio-visual untuk siswa SD kelas III SD.

Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk berupa silabus dan materi

pembelajaran keterampilan menyimak dengan media audio-visual untuk siswa SD

kelas III SD Kanisius Demangan Baru. Hasil akhir dari pengembangan silabus dan

materi pembelajaran itu dikaji berdasarkan teori yang digunakan. Silabus dan materi

pembelajaran dikembangkan berdasarkan kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi

dan menggunakan pendekatan komunikatif.

Gultom (2010) meneliti efektivitas penggunaan media audiovisual dalam

pembelajaran menyimak cerita rakyat siswa kelas V SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta pada tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran

menyimak cerita rakyat siswa kelas VA dan kelas VB SD Kanisius Sengkan dalam

pembelajaran menyimak cerita rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor

rata-rata pembelajaran menyimak cerita rakyat SD Kanisius Sengkan menggunakan

media audio-visual lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata hasil pembelajaran

menyimak cerita rakyat siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan tanpa menggunakan

media audio-visual. Adanya perbedaan ini menunjukkan bahwa media audio-visual

efektif dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat siswa kelas V SD Kanisius

Sengkan tahun ajaran 2010/2011.

Aryanti (2010) meneliti pengembangan silabus dan materi pembelajaran

menyimak dengan media audio-visual dan metode kooperatif untuk siswa kelas VII

semester I SMP Negeri I Nanggulan tahun ajaran 2009/2010. Skripsi ini bertujuan

untuk menghasilkan suatu produk silabus dan materi pembelajaran keterampilan

menyimak dengan media audio-visual, melalui proses pengembangan. Produk silabus

dan materi ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kelas VII SMP Negeri

Nanggulan berkenaan dengan pembelajaran keterampilan menyimak pada semester I.

Hasilnya, melalui uji penilaian kuantitatif, produk silabus dan materi menyimak ini

dinilai telah memenuhi standar kelayakan produk dengan nilai persentasi 80% yang

(31)

17

2.2 Kerangka Berpikir

Pembelajaran menyimak merupakan salah satu pembelajaran keterampilan

berbahasa yang diajarkan oleh guru di sekolah. Namun kenyataannya keterampilan

menyimak masih kurang mendapatkan perhatian dikarenakan minimnya penyiapan

materi menyimak intensif, khususnya menyimak kritis yang terdapat dalam

kurikulum. Belum maksimalnya penggunaan media pembelajaran berbasis komputer

untuk pembelajaran menyimak mengingat banyaknya keuntungan media tersebut

serta banyaknya variasi yang bisa dilakukan dalam menyampaikan materi.

Di zaman modern seperti sekarang ini, seseorang semakin dituntut untuk

dapat mengikuti perkembangan zaman yang ada, di antaranya perkembangan

teknologi yang maju cukup pesat. Selain memudahkan dalam mencari

sumber-sumber informasi, perkembangan teknologi saat ini juga banyak dimanfaatkan untuk

lebih cepat dan mudah dalam menyelesaikan pekerjaan. Tidak hanya orang dewasa

saja yang tertarik dan mampu menggunakan teknologi modern sekarang ini, tetapi

sudah dari semua kalangan mulai anak-anak sampai dewasa yang menggunakan

teknologi-teknologi modern seperti sekarang ini.

Berdasarkan hal tersebut, para pendidik dituntut untuk menggunakan dan

menciptakan produk pembelajaran yang dapat diminati oleh peserta didik dengan

menggabungkan teknologi ke dalamnya, mengingat juga kegiatan pembelajaran saat

ini yang masih terpusat pada guru sehingga membuat peserta didik merasa jenuh dan

tidak memperhatikan saat guru menjelaskan. Hal itu membuat peserta didik kurang

bisa menerima materi dengan baik. Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan

multimedia interaktif dan modul pembelajaran yang dirancang menarik perhatian

siswa. Multimedia interaktif ini juga diharapkan dapat membantu siswa dalam

memahami keterampilan menyimak kritis khususnya cerita tentang peristiwa yang

terjadi di sekitar. Diharapkan dengan menggunakan multimedia interaktif dalam

pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD semester genap pada kompetensi dasar

menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara

(32)

18

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan

dalam penelitian ini adalah

1. Multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak bahasa Indonesia kelas V

SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dikembangkan dengan prosedur

penelitian pengembangan, yakni mulai dari tahap mengkaji standar

kompetensi dan materi pembelajaran, analisis kebutuhan dan pengembangan

program pembelajaran, memproduksi multimedia interaktif pembelajaran

menyimak, validasi dan revisi produk.

2. Multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak bahasa Indonesia kelas V

SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dikembangkan dengan kualitas sangat

baik berdasarkan validasi dari pakar pembelajaran bahasa, pakar media

pembelajaran, guru, dan siswa.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan antara lain:

2.4.1 Bagaimana prosedur penelitian pengembangan multimedia interaktif dalam

keterampilan menyimak bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar

menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan

secara lisan?

2.4.2Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan menyimak bahasa

Indonesia dengan kompetensi dasar menanggapi cerita tentang peristiwa yang

terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan menurut pakar pembelajaran

bahasa?

2.4.3 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan menyimak bahasa

Indonesia dengan kompetensi dasar menanggapi cerita tentang peristiwa yang

terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan menurut pakar media

(33)

19 2.4.4 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan menyimak bahasa

Indonesia dengan kompetensi dasar menanggapi cerita tentang peristiwa yang

terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan menurut guru bahasa

Indonesia SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta?

2.4.5 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan menyimak bahasa

Indonesia dengan kompetensi dasar menanggapi cerita tentang peristiwa yang

terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan menurut siswa kelas V SD

(34)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas 1) jenis penelitian, 2) seting penelitian, 3)

prosedur pengembangan, 4) uji coba produk, 5) instrumen penelitian, 6) teknik

pengumpulan data, dan 7) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Pengembangan ini dipergunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji validitas produk yang dihasilkan. Produk

yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah multimedia interaktif dan modul

pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia keterampilan menyimak dalam

menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara

lisan untuk siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester genap. Model

pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan yang didasari pada

langkah-langkah penelitian Sugiono (2011:297).

3.2 Seting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V semester genap SD Kanisius

Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 56 siswa.

2. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian yang akan digunakan peneliti untuk melakukan penelitian

adalah SD Kanisius Sorowajan dan beralamat di Jl. Sorowajan No. 11,

Banguntapan 55198, Bantul, Yogyakarta.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhitung mulai bulan Januari- Juli 2012. Penelitian

ini diawali dengan membagikan angket analisis kebutuhan kepada siswa kelas

(35)

21 pada pakar pembelajaran bahasa, pakar media, dan guru untuk dinilai.

Terakhir, produk yang telah direvisi diujicobakan kepada siswa kelas V SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

3.3Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan merupakan penjabaran dari proses pengembangan

yang digunakan. Prosedur pengembangan multimedia dan modul pembelajaran ini

meliputi empat tahapan. Keempat tahapan itu adalah, yakni mulai dari tahap 1) kajian

standar kompetensi dan materi pembelajaran, 2) analisis kebutuhan dan

pengembangan program pembelajaran, 3) memproduksi multimedia interaktif

pembelajaran menyimak, 4) validasi dan revisi produk.

Tahap pertama, peneliti mengkaji standar kompetensi dan materi

pembelajaran yang akan dikembangkan untuk pembuatan multimedia interaktif.

Peneliti mengambil materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas V semester genap

pada keterampilan menyimak.

Tahap kedua, dilanjutkan dengan analisis kebutuhan dan pengembangan

program pembelajaran kepada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan pada kelas VA

dan VB yang berjumlah 56 siswa. Analisis kebutuhan ini bertujuan untuk mengetahui

karakteristik siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, memudahkan peneliti

dalam membuat multimedia pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka

pada mata pelajaran bahasa Indonesia semester genap untuk keterampilan menyimak.

Tahap ketiga, memproduksi multimedia interaktif pembelajaran untuk

keterampilan menyimak yang dimulai dengan merancang desain yang sesuai dengan

kebutuhan siswa, dilanjutkan dengan mengumpulkan bahan-bahan yang akan

digunakan dalam pembuatannya, kemudian diolah dan dibuat sesuai dengan desain

yang telah dirancang sebelumnya.

Tahap keempat, adalah validasi dan revisi produk. Produk hasil

pengembangan divalidasi oleh pakar pembelajaran bahasa, pakar media

pembelajaran, dan guru untuk mendapatkan saran-saran dan komentar sebagai

perbaikan produk yang dibuat, selanjutnya dilanjutkan dengan revisi produk. Produk

yang telah divalidasi oleh para pakar dan guru kemudian direvisi oleh peneliti untuk

(36)

22 guru. Setelah itu, produk divalidasi lagi dengan melakukan uji coba lapangan.

Adapun uji coba lapangan itu di laksanakan di kelas VA SD Kanisius Sorowajan, dan

divalidasi oleh siswa. Kemudian, hasil validasi dianalisis dan direvisi lagi oleh

peneliti hingga akhirnya diperoleh produk yang baik dan sesuai dengan harapan.

Untuk memperjelas pemahaman langkah-langkah pengembangan multimedia

interaktif untuk mata pelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak ini,

disusunlah diagaram alur rangkaian proses pembuatannya tersebut dapat dilihat pada

bagan pengembangan produk berikut ini:

Bagan 3.1 Bagan Pengembangan Produk Tahap I

Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran

Tahap II

Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Program Pembelajaran

Tahap III

Memproduksi Multimedia Interaktif Pembelajaran Menyimak

Tahap IV

Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Keterampilan Menyimak Cerita Bahasa Indonesia Kelas V Semester Genap

(37)

23

3.4 Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data guna

menentukan kualitas multimedia interaktif untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.

Data yang diperoleh dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan

multimedia multimedia pembelajaran menyimak yang dihasilkan. Dengan demikian,

kualitas multimedia yang dikembangkan benar-benar tervalidasi secara dengan baik.

Sebelum dimanfaatkan secara umum, produk multimedia interaktif mata

pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas V Sekolah Dasar perlu dievaluasi terlebih

dahulu yaitu dengan diujicobakan. Uji coba ini dimaksudkan untuk memperoleh

masukan-masukan maupun koreksi tentang produk yang telah dihasilkan. Selama uji

coba dilakukan, peneliti akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Hal itu

dimaksudkan untuk melihat secara langsung kekurangan, hambatan, dan kesalahan

yang mungkin akan terjadi. Pada uji coba produk ini akan memuat desain uji coba,

subjek uji coba, dan jenis data uji coba.

3.4.1 Desain Uji Coba

Desain ujicoba merupakan tahapan penting yang perlu dilakukan agar

multimedia yang dihasilkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Pada tahap

ini multimedia yang dihasilkan akan dievaluasi melalui beberapa tahapan agar produk

media yang dihasilkan ini benar-benar valid untuk digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Untuk melakukan evaluasi tersebut, dipergunakan instrumen kuesioner

yang berisi item-item yang mencakup berbagai komponen dari indikator evaluasi

multimedia interaktif tersebut.

Tahapan evaluasi produk multimedia untuk mata pelajaran bahasa Indonesia

keterampilan menyimak ini digambarkan sebagai berikut:

a) Validasi tahap 1 olah pakar pembelajaran bahasa, pakar media

pembelajaran, dan guru.

b) Revisi produk tahap 1 sesuai dengan masukan validasi para pakar dan

guru.

c) Validasi tahap 2 oleh pakar pembelajarn bahasa, pakar media

(38)

24 d) Revisi produk tahap 2 sesuai dengan masukan validasi para pakar dan

guru.

e) Uji coba lapangan yang terdiri dari 27 siswa kelas VA SD Kanisius

Sorowajan untuk mengetahui validitas atau kelayakan produk.

f) Analisis data berdasarkan ujicoba lapangan.

g) Revisi tahap akhir berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari uji

coba lapangan

3.4.2 Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas VA

SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Jenis Data Hasil Uji Coba

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif

yang dilengkapi dengan data kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui tanggapan siswa mengenai kualitas multimedia pembelajaran yang

dipertunjukkan kepadanya. Jadi variabel yang diukur adalah kualitas multimedia

tersebut. Adapun kualitas suatu multimedia pembelajaran dapat ditinjau dari tiga

aspek, yaitu aspek pembelajaran dan aspek media, dan aspek pemahaman siswa.

Untuk keperluan ini, data yang dijaring berupa data kualitatif yang berupa

tanggapan-tanggapan pakar pembelajaran bahasa, pakar media pembelajaran, guru, dan siswa

sebagai subjek uji coba mengenai kualitas multimedia pembelajaran tersebut dengan

melihat tingkat kenaikan skor setelah uji coba. Data kuantitatif untuk menentukan

kelayakan produk diperoleh dari nilai skor hasil angket penilaian oleh pakar

pembelajaran bahasa, pakar media pembelajaran, guru, dan pembelajar. Data

(39)

25

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dikembangkan berdasarkan pokok penilaian kualitas program

multimedia pembelajaran berupa kuesioner yang meliputi: kuesioner untuk pakar

pembelajaran bahasa, pakar media pembelajaran, guru, dan pembelajar (siswa).

Seperti terlihat pada (lampiran 3 hal.51), (lampiran 4 hal.52), (lampiran 5 hal.53),

(lampiran 6 hal.54).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini diperoleh dari validasi oleh pakar

pembelajaran bahasa, pakar media pembelajaran, dan guru. Peneliti memberikan

perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, CD interaktif dan modul yang

dikembangkan kepada pakar pembelajaran bahasa, pakar media pembelajaran, guru,

dan kemudian dilanjutkan dengan uji coba di kelas V SD Kanisius Sorowajan

diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada siswa setelah proses

pembelajaran yang menggunakan multimedia dan modul pembelajaran selesai

dilakukan. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru, dan siswa akan

menggunakan multimedia berupa CD interaktif dan modul pembelajaran yang

dikembangkan oleh peneliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar yang dikemukakan oleh pakar

pembelajaran bahasa, pakar media pembelajaran, dan guru. Data kuantitatif berupa

skor. Skala penilaian terhadap media interaktif dan modul pembelajaran yang

dikembangkan yaitu sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2), sangat

kurang baik (1). Skor yang didapatkan dari validasi oleh para pakar, guru dan hasil uji

coba lapangan kemudian dikonversikan ke data kualitatif dengan skala lima, Sukardjo

(2008:101). Konversi yang dilakukan terhadap data kualitatif mengacu pada rumus

(40)

26 Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima

Keterangan:

Rerata ideal ( ) : ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Simpangan baku ideal (SBi) : 1/6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)

X : Skor aktual

Interval Kategori

X + 1,80 Sbi Sangat Baik

+ 0,60 Sbi< X ≤ + 1, 80Sbi Baik

–0,60 Sbi < X ≤ + 0,60Sbi Cukup Baik

–1,80 Sbi < X ≤ – 0,60Sbi Kurang Baik

(41)

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas (1) analisis kebutuhan, (2) deskripsi produk awal,

(3) data uji coba dan revisi produk, (4) data validasi lapangan, dan (5) kajian produk

akhir.

4.1 Analisis Kebutuhan

Penelitian ini diawali dengan melakukan analisis kebutuhan. Analisis

kebutuhan dilakukan untuk mengetahui kenyataan pembelajaran menyimak yang

selama ini terjadi selama proses belajar mengajar di kelas berlangsung. Selain itu

analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh data bahwa pengembangan media

pembelajaran menyimak perlu dikembangkan demi meningkatkan kualitas

pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan menyimak. Analisis kebutuhan

dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas VA dan VB SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta, dan guru bahasa Indonesia SD Kanisius Sorowajan

yaitu Lia Pratiwi A. Ma.Pd, hasil analisis kebutuhan tersebut nantinya yang akan

digunakan dalam pembuatan produk berupa silabus, RPP, multimedia interaktif, dan

modul pembelajaran. Berikut ini adalah penjabaran data dari keduanya.

4.1.1 Data Analisis Kebutuhan Siswa

Analisis kebutuhan siswa yang telah dilakukan oleh peneliti dilakukan guna

memperoleh informasi mengenai kebutuhan siswa-siswi kelas V SD Kanisius

Sorowajan Yogyakarta, dengan responden sebanyak 56 siswa, yang dilaksanakan

pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 10.40 WIB. Pemilihan ini dilakukan untuk

menyelaraskan tujuan pembelajaran dengan materi pembelajaran dengan pembelajar,

sehingga multimedia yang dikembangkan memiliki nilai yang tepat guna dalam

pembelajaran, selain itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran

bahasa Indonesia kelas V semester genap pada keterampilan menyimak.

Dalam analisis kebutuhan ini, peneliti mengajukan delapan pertanyaan dengan

(42)

28 pada tempat yang telah disediakan. Hasil analisis kebutuhan nantinya akan digunakan

sebagai pedoman dalam pengembangan media dan modul pembelajaran bagi siswa

kelas V SD Kanisius Sorowajan. Adapun kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat

dilihat pada (lampiran 12 hal.96)dan data analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada (lampiran 13 hal.103). Berdasarkan data analisis, diperoleh informasi bahwa siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan menyukai pembelajaran dengan memanfaatkan

komputer dalam pelaksanaan pembelajaran. Dari kuesioner yang telah diisi oleh

siswa-siswi kelas VA dan VB, diperoleh hasil sebagai berikut, 83,93% siswa

menjawab bahwa guru lebih sering menggunakan papan tulis dan hanya 19,64%

siswa menjawab bahwa guru lebih sering menggunakan komputer/multimedia untuk

mengajar bahasa Indonesia. Kemudian 69,64% siswa merasa perlu untuk memakai

LKS. Sebanyak 82,14 % siswa berpendapat bahwa guru perlu mengggunakan LKS

dan multimedia secara bersama-sama untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, dan

tema yang banyak dipilih oleh siswa-siswi kebanyakan yang memadukan unsur

lingkungan dalam pengembangan LKS dan multimedia sebanyak 51,79%.

Selanjutnya untuk unsur tampilan yang disukai siswa, 50% menyukai gambar,

44,64% menyukai teks, 55,36% menyukai video, 21,43% menyukai animasi dan

30,36% menyukai musik/narasi. Sebanyak 42,86% siswa menjawab sebaiknya

multimedia dan LKS yang akan dikembangkan digunakan untuk mempelajari

keempat keterampilan bahasa.

Selama ini guru hanya menggunakan ceramah saat kegiatan pembelajaran, hal

itu yang membuat siswa menjadi jenuh dan bosan, serta menjadi sulit menerima

pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi

SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta membutuhkan LKS dan media pembelajaran

berupa multimedia interaktif yang di dalamnya menampilkan unsur gambar, suara,

animasi, musik, dan tampilan warna-warna yang sesuai dengan karakteristik siswa

(43)

29

4.1.2 Data Analisis Kebutuhan dari Guru

Peneliti juga memberikan kuesioner kepada guru bahasa Indonesia SD

Kanisius Sorowajan guna melengkapi informasi yang diperoleh dari para siswa agar

lebih akurat sesuai dengan kenyataan yang ada di sekolah tersebut. Selain itu, peneliti

juga mengajukan sepuluh pertanyaan kepada guru serta meminta guru untuk

memberikan jawaban yang disertai dengan alasan. Kuesioner analisis kebutuhan guru

dapat dilihat pada (lampiran 14 hal.106).

Dari hasil analisis, diperoleh informasi bahwa guru tidak memiliki media

pembelajaran bahasa Indonesia untuk kelas V SD semester genap. Guru menganggap

bahwa dalam pembelajaran itu sangat memerlukan media pembelajaran yang

memadukan LKS dan multimedia untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD

semester genap. Dan alasannya adalah media pembelajaran tersebut digunakan

membantu proses pembelajaran menjadi efektif dan pengetahuan siswa dapat

mendalam, dan diperlukan semua aspek dalam proses perkembangan diri siswa.

Saran yang diberikan oleh guru adalah dalam pembuatan media yang terpenting siswa

mudah memakai media sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan hasil data dari kedua analisis kebutuhan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa siswa SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta membutuhkan media

pembelajaran yang memadukan modul pembelajaran dan multimedia interaktif untuk

pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD keterampilan menyimak dengan

kompetensi dasar menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang

disampaikan secara lisan. Karena itu, perlu adanya media pembelajaran yang

interaktif dan sesuai dengan karakteristik siswa SD dalam pembelajaran.

4.2 Deskripsi Produk Awal

Setelah analisis kebutuhan dilakukan, pelaksanaan pengembangan multimedia

dilaksanakan sesuai dengan acuan penelitian dan pengambangan. Pengembangan

multimedia interaktif ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan siswa yang berbentuk

CD interaktif dan modul pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa langkah dalam

(44)

30 4.2.1 Mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan keterampilan yang

akan dikembangkan.

Mata pelajaran yang dipilih peneliti adalah mata pelajaran bahasa Indonesia

kelas V semester dua, dengan standar kompetensi memahami cerita tentang suatu

peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan, dan kompetensi

dasar menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan

secara lisan dengan keterampilan menyimak.

4.2.2 Silabus

Merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta

penilaiannya. Silabus ini digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran

yang dituangkan ke dalam produk yang dikembangkan. Pendekatan yang digunakan

dalam silabus ini adalah pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Kelebihan

pendekatan PPR ini adalah pada indikatornya yang berbasis 3C (Competence, Conscience, dan Compassion) serta adanya refleksi dan aksi yang mengaitkan kehidupan sehari-hari siswa dengan materi pembelajaran. Silabus disusun secara

sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi

target pencapaian kompetensi dasar 5.1 yaitu menanggapi cerita tentang peristiwa

yang terjadi disekitar yang disampaikan secara lisan. Komponen yang terdapat dalam

silabus ini adalah (1) identitas yang berisi nama sekolah, mata pelajaran,

kelas/semester, dan standar kompetensi; (2) kompetensi dasar (3) materi pokok (4)

indikator (5) pengalaman belajar (6) penilaian, meliputi jenis, bentuk instrumen, dan

contoh soal penilaian (7) alokasi waktu dan (8) sumber bahan atau alat. Lihat

(lampiran 9 hal.57).

4.2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar

yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. RPP disusun

secara sistematis dengan menggunakan pendekatan PPR. Terdapat banyak komponen

dalam pembutan RPP yaitu (1) identitas RPP (2) standar kompetensi (3) kompetensi

(45)

31 pengajaran (8) nilai kemanusiaan (9) langkah-langkah kegiatan pembelajaran (10)

kecakapan hidup (11) sumber belajar dan (12) penilaian hasil belajar. RPP yang

dikembangkan untuk kompetensi dasar 5.1 menanggapi cerita tentang peristiwa yang

terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan ini terdiri dari dua pertemuan dengan

kegiatan pembelajaran yang saling berhubungan. Format RPP terdapat pada

(lampiran 10 hal.61).

4.2.4 Storyboard

Merupakan langkah pertama yang harus dibuat sebelum pembuatan software

multimedia dan juga merupakan suatu pedoman untuk membuat multimedia

pembelajaran yang dikembangkan secara lebih terperinci. Storyboard berupa rancangan tampilan per slide serta isi dari setiap slide yang dikembangkan dalam

software multimedia. Storyboard dapat dilihat pada (lampiran 11 hal.77).

Dalam pembuatan CD interaktif mengggunakan program utama Microsoft Office PowerPoint 2007 (PPt) yang didukung dengan any audio converter, audacity. CD interaktif ini nantinya dapat dijalankan di semua komputer. Pembuatan CD

interaktif ini dibuat dengan melalui beberapa tahapan, di antaranya yang pertama

adalah dengan merancang desain yang sesuai dengan kebutuhan siswa, kemudian

dilanjutkan dengan mengumpulkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam

pembuatannya (gambar-gambar, video, animasi, cerita pendek, pembuatan rekaman,

suara, dan sebagainya, kemudian bahan-bahan tersebut diolah dan dibuat sesuai

dengan desain yang telah dirancang sebelumnya. CD interaktif ini nantinya yang akan

digunakan untuk menyampaikan materi yang disesuaikan dengan modul.

4.2.1.1Multimedia Interaktif

Berikut adalah beberapa komponen yang terdapat dalam multimedia interaktif

mulai dari menu utama, petunjuk penggunaan, kegiatan pembelajaran, penyusun, dan

referensi. (1) menu utama merupakan slide awal yang akan ditemui ketika akan

mengoperasikan multimedia ini. Pada slide ini terdapat keterangan mata pelajaran

Bahasa Indonesia, keterampilan yang ditekankan, tema yang digunakan, dan sasaran

yang dituju yakni kelas V SD semester genap. Pada menu utama inilah terdapat

Gambar

Tabel 5.3 Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan ..............................................
Tabel 3.1  Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima
Tabel 4.1 Konversi Kualitatif Skala Lima
Tabel   4.2 Konversi Nilai Skala Lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seharian, rektor bersama para pembantu rektor, asisten rektor, kepala biro, direktur, mengunjungi Pesmaba dari fakultas ke fakultas, Sabtu (8/9).. Uniknya, di setiap fakultas

Ketika ada pengguna yang mengakses alamat website maka website interaktif akan merespon dengan dengan mengidentifikasi pengguna dan level pengguna selanjutnya

Keywords: social network analysis, graph theory, knowledge management, computer science, social compu

Meningkatnya peran agama dan masyarakat dalam pembangunan KELURAHAN TUGU

Berdasarkan Hasil penelitian ketidaktepatan kode diagnosa utama maka upaya yang dapat dilakukan yaitu diharapkan petugas rekam medis sebagai pemberi kode diagnosa lebih

Kemudian ke dalam larutan ini ditambahkan 3 tetes ekstrak buah naga merah dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N sampai terbentuk perubahan warna titrat dari warna merah

Kawasan Ekonomi Khusus di Pulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun.. Komite Privatisasi Perusahaan

Jika itu terjadi maka produsen akan istirahat ( sleep ), tetapi jika nilai count tidak sama dengan N, produsen akan terus menambahkan barang dan menaikkan nilai count. Sekarang