i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN MELALUI METODE “INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE” PADA SISWA KELAS IV MI MIFTAHUT THULAB
BRAMBANG KECAMATAN KARANGAWEN KABUPATEN DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
SITI SHOLECHAH NIM: 115-13-012
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi MOTTO
ٍرَدَقِب ُهاَنْقَلَخ ٍءْيَش َّلُك اَّنِإ
(
94
)
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
(QS Al-Qamar : 49)
Sumber : Kemenag, 2013 : 530
اوُداَدْزاَو َنيِنِس ٍةَئاِم َث َلََث ْمِهِفْهَك يِف اىُثِبَلَو
اًعْسِت
(
52
)
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).”
(QS. Al Kahfi : 25)
Sumber : Kemenag, 2013 : 296
Sukses bukanlah akhir, kegagalan tidaklah fatal :
itu adalah keberanian untuk melanjutkan perhitungan
(Winston Churchill)
Hidup itu bagaikan nilai mutlak.
vii
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak (Sukarli) dan Ibu (Juminem) atas do’a dan kasih sayangnya selama
ini, semoga Allah selalu memberi ridhlo-Nya kepada beliau berdua.
2. Kakak-kakakku Edi Purnomo beserta anak dan istri (Yanti) dan Agus
Sudarwanto beserta anak dan istri (Nur).
3. Saudara-saudara saya dari Desa Kemetul (Ibnu, Amin, Yasin) dan dari Desa
Sombron (Rudik, Anik, Dedik).
4. Ibu Dra. Hj. Siti Farikhah, M. Pd, selaku pembimbing skripsi. Dan semua
dosen saya yang telah memberikan ilmu.
5. Almamater IAIN Salatiga.
6. Teman-teman PGMI seperjuangan periode 2013.
7. Semua sahabat-sahabat terdekat saya (Iwan Hariyono, Faridatun Nisa’,
Nelvi Indriana, Firmanto, Sumarsih, Ahmad Dumiati, Oza).
8. Keluarga Besar D’Emmerick Hotel Salatiga (Sutrisna, Indra, Nastangin,
Jodi, Likin, Wibi, Liss, Akit, Agung, Ridwan, Anjani, Ipul) khususnya
sahabat FBS yang selalu memberi dukungan.
9. Keluarga besar TPQ/Madin Al-Hidayah Jurang Gunting Salatiga.
10. Keluarga besar Remaja Masjid Al-Hidayah Jurang Gunting Salatiga.
11. Sahabat Efek Senja Band yang selalu memberi dukungan.
12. Anak LICOS (Lighting Communitty Salatiga) dan HOBBIT’S Salatiga.
13. Keluarga Besar IPSI TRISAKA Salatiga.
14. Alumni Bahasa MAN Salatiga yang selalu memberi semangat.
viii
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا الله مسب
Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Melalui
Metode “Inside Outside Circle” (IOC) Pada Siswa Kelas IV MI Miftahut Thulab
Brambang, Karangawen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2017/2018 bisa
selesai.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Agung Muhammad SAW semoga beliau selalu dirahmati Allah.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis
sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Hj. Siti Farikhah, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, memberikan saran, motivasi, arahan, dan meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf karyawan IAIN Salatiga yang telah
ix
6. Bapak Hudallah, S.Pd. selaku MI Miftahut Thulab Desa Brambang
Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian.
7. Bapak Rofik Mansur A, S.Pd.I. selaku guru kelas IV MI Miftahut Thulab
yang telah berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian
dapat berlangsung.
8. Siswa siswi kelas IV MI Miftahut Thulab yang sudah berkenan menjadi
subjek penelitian dan mengikiuti jalannya penelitian dengan
sungguh-sungguh.
9. Teman-teman PGMI angkatan 2013 yang telah berjuang bersama-sama.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan bagi kesempurnaan penulisan
di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 5 September 2017
x ABSTRAK
Sholechah, Siti. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Metode “Inside Outside Circle” (IOC) Pada Siswa Kelas IV MI Miftahut Thulab Brambang, Karangawen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika dan Metode “Inside Outside Circle” (IOC)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika materi operasi hitung campuran melalui metode “Inside Outside
Circle” (IOC) pada siswa kelas IV MI Miftahut Thulab Brambang, Karangawen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MI Miftahut Thulab Desa Brambang Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak yang berjumlah 30 siswa meliputi 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pengumpulan data menggunakan tes dan metode observasi (pengamatan). Instrumen berupa tes dan lembar observasi. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar, dan lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR LOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 8
G. Metode Penelitian ... 11
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Definisi Hasil Belajar ... 18
2. Macam-macam Hasil Belajar ... 20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 23
B. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika ... 31
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 32
3. Operasi Hitung Campuran ... 35
4. Metode Cooperatif Learning “Inside Outside Circle” ... 39
5. Kaitan Antara Pembelajaran Matematika dengan Metode “Inside Outside Circle” ... 44
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Miftahut Thulab 1. Profil MI Miftahut Thulab ... 47
2. Sejarah MI Miftahut Thulab Desa Brambang Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak ... 47
3. Letak Geografis ... 48
4. Visi dan Misi MI Miftahut Thulab ... 49
5. Struktur Organisasi MI Miftahut Thulab ... 49
6. Sarana dan Prasarana ... 50
7. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa MI Miftahut Thulab .... 52
8. Waktu Penelitian ... 55
xiii
B. Deskripsi Pelaksanaan Persiklus
1. Rancangan Penelitian Siklus I ... 57
2. Rancangan Penelitian Siklus II ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Persiklus 1. Deskripsi Prasiklus ... 66
2. Deskripsi Siklus I ... 70
3. Deskripsi Siklus II ... 77
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
xiv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Gambar 1.1. Model Tahapan-tahapan PTK ... 11
Gambar 4.1 Diagram Evaluasi Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 83
Tabel 1.1. Jumlah Subyek Penelitian ... 12
Tabel 3.1. Struktur Organisasi MI Miftahut Thulab ... 50
Tabel 3.2. Sarana PrasaranaMI Miftahut Thulab ... 51
Tabel 3.3. Data Guru dan Karyawan MI Miftahut Thulab ... 52
Tabel 3.4. Data Siswa MI Miftahut Thulab Tahun Ajaran 2017/2018 ... 53
Tabel 3.5. Nama-nama Siswa Kelas IV MI Miftahut Thulab ... 53
Tabel 4.1. Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan ... 67
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif pada Sikus I ... 70
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 91
Lampiran 2 Soal Evaluasi Siklus I ... 97
Lampiran 3 Hasil Observasi Guru Pelaksanaan Siklus I ... 99
Lampiran 4 Hasil Observasi Siswa Pelaksanaan Siklus I ... 102
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 105
Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus II ... 111
Lampiran 7 Hasil Observasi Guru Pelaksanaan Siklus II ... 113
Lampiran 8 Hasil Observasi Siswa Pelaksanaan Siklus II ... 116
Lampiran 9 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 119
Lampiran 10 Nilai SKK Mahasiswa ... 125
Lampiran 11 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 130
Lampiran 12 Lembar Konsultasi ... 131
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian ... 132
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah bagian ilmu pengetahuan yang bersifat pasti
(eksakta). Istilah matematika berasal dari istilah latin yaitu mathematica
yang artinya berkaitan dengan hubungan pengetahuan (Haryono, 2014 : 6).
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar
kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa
memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari
(Muhsetyo, 2015 : 1.26).
Dari penjelasan di atas matematika itu adalah pengetahuan untuk
melatih siswa berfikir secara logis. Sebagian besar siswa menganggap
bahwa matematika itu pembelajaran yang sangat sulit, membosankan,
serta menakutkan. Karena dalam perkembangan masa kini banyak
perkembangan teknologi yang membuat anak malas untuk belajar.Ini
membuat anak tidak ingin berfikir dengan logikanya. Dari perkembangan
teknologi anak lebih menggampangkan pelajaran. Dalam hal ini
pembelajaran kurang optimal, maka pendidik diharapkan mampu
menerapkan metode pembelajaran yang efektif.
Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan
rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan matematika. Hal ini bisa
dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami kesalahan dalam
2
belajar, padahal guru juga memberikan tugas baik itu di sekolah maupun
di rumah.
Rendahnya hasil belajar siswa ini dapat diartikan karena kurang
efektifnya pembelajaran. Ini bisa disebabkan karena minat belajar siswa
yang kurang, guru yang kurang bisa menguasai kelas, serta sarana dan
prasarana yang kurang memadai. Sekarang ini sistem pembelajaran harus
sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Jadi pendidikan tidak
hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan
psikomotorik.
Kegiatan Pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar
bergairah bagi siswa. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang
dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan progam
pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu usaha yang tidak pernah
guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai
salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan
pembelajaran. Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman
tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai
strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan (Bahri, 2006 :
72).
Metode pembelajaran yang kurang efektif menyebabkan tidak
seimbangnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk
3
meningkatkan metode pembelajaran yang melibatkan siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran.
Survey di sekolah menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran
matematika siswa terlihat kurang semangat dalam pembelajaran. Metode
pembelajaran yang masih banyak digunakan oleh pendidik adalah
ceramah. Kondisi ini juga terjadi pada siswa kelas IV MI Miftahut Thulab,
dimana pada pembelajaran matematika pendidik lebih banyak
menggunakan ceramah sehingga hanya sebagian kecil siswa yang
memperoleh nilai belajar optimal. Hal ini mempengaruhi hasil belajar
siswa yang masih rendah yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang sudah ditentukan yaitu ≥ 60. Hasil belajar
matematika siswa yang mencapai KKM ≥ 60 sebesar 56,7 % dari 30
siswa, sekitar 17 siswa yang telah mencapai KKM dan 13 siswa belum
mencapai KKM, karena itu perlu diterapkan metode yang tepat dalam
proses pembelajaran sehingga siswa lebih semangat dan aktif untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Para siswa masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan
soal-soal cerita hitung campuran. Dari hasil pengamatan terhadap lembar
jawaban siswa terlihat bahwa ada beberapa penyebab hal ini bisa
memungkinkan terjadi, yaitu: kemampuan siswa dalam memahami soal
hitung campuran masih kurang, siswa belum dapat menentukan mana dulu
yang harus dikerjakan, apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, serta
kemampuan siswa dalam menentukan metode matematika yang digunakan
4
Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan maka
pendidik perlu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai atau tepat.
Diantaranya metode inside-outside-circle yaitu metode yang
memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang
bersamaan. Salah satu keunggulan metode ini adalah adanya struktur yang
jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi dengan
singkat dan teratur (Huda, 2014 : 247). Bila diterapkan di sekolah, metode
ini bisa membuat siswa lebih aktif dan pembelajaran tidak monoton. Ini
bisa membuat anak berfikir kritis dan tidak menggampangkan
pembelajaran matematika dengan adanya perkembangan teknologi.
Penulis memilih metode pembelajaan ini untuk menekankan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Siswa memiliki banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi. Oleh karena itu peneliti berusaha mengembangkan metode
Inside Outside Circle dalam suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam
rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika.
Melalui pembelajaran dengan metode Inside Outside Circle diharapkan
lebih efektif, karena siswa akan belajar lebih aktif dalam berfikir dan
memahami materi secara berkelompok dan siswa dapat lebih mudah
menyerap materi pembelajaran, serta kematangan pemahaman terhadap
jumlah materi pelajaran.
Soal yang dibuat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga
akan mengarahkan siswa bahwa matematika bukan hanya ilmu saja tetapi
5
siswa. Pemberian pembelajaran matematika yang bermakna kepada siswa
dan tidak memisahkan belajar matematika dengan pengalaman siswa
sehari-hari, siswa akan dapat mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak cepat lupa.
Berdasarkan pada pembelajaran tindakan kelas dan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran
matematika operasi hitung campuran maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul :PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN MELALUI METODE “INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE” PADA SISWA KELAS IV MI MIFTAHUT THULAB BRAMBANG, KARANGAWEN KAB. DEMAK TAHUN PELAJARAN 2017/2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut : Apakah melalui penerapan metode “
Inside-Outside-Circle” dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran
matematika materi operasi hitung campuran siswa kelas IV MI Miftahut
6 C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar matematika materi operasi hitung campuran
melalui penerapan metode Inside-Outside-Circle pada siswa kelas IV MI
Miftahut Thulab Brambang, Karangawen Kab. Demak tahun pelajaran
2017/2018.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2006:67). Sehingga saat bukti itu terkumpul kita bisa
mengetahui bagaimana proses metode yang diterapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi hipotesis
penelitian ini adalah penerapan metode Inside-Outside-Circle dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa materi operasi hitung campuran
kelas IV MI Miftahut Thulab Brambang Kec. Karangawen Kab. Demak
tahun pelajaran 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Dalam kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil apabila indikator
yang diharapkan tercapai. Indikator keberhasilan dari penelitian
7
a. Pencapaian hasil belajar lebih efektif yaitu melebihi KKM ≥ 60,
dengan presentase minimal 75% dari jumlah siswa.
b. Secara individu membuat siswa itu aktif, inovatif dan kreatif dalam
pembelajaran, sedangkan secara kelompok membuat siswa bisa
saling berinteraksi satu sama lain.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Untuk perkembangan khasanah keilmuan terkait, pada pelajaran
matematika serta strategi pembelajarannya yang dapat digunakan
sebagai metode mengajar guru.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Guru
1) Dapat meningkatkan kreatifitas guru
2) Sebagai masukan bagi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran
b. Untuk Siswa
1) Dapat meningkatkan motivasi siswa
2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
8 F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya berbagai penafsiran yang keliru
penulis akan menegaskan istilah-istilah di dalam judul ini sebagai berikut :
1. Hasil Belajar
Hasil adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha (novianto,
2006 : 210)
Menurut Gagne belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah (Suprijono,2009:2). Dalam proses belajar di
masa pertumbuhan tersebut diharapkan untuk mendapatkan manfaat
yang kemudian disebut sebagai hasil.
Dengan demikian hasil belajar merupakan kemampuan yang
diperoleh siswasetelah melalui aktivitas pembelajaran.
2. Matematika
Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang bersifat
pasti (eksata) ternyata memiliki asal usul matematika tersendiri. Istilah
matematika berasal dari istilah Latin yaitu Mathematica yang awalnya
mengambil istilah Yunani yaitu Mathematike yang berarti relating to
learning yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan. Kata yunani
tersebut mempunyai akar kata Mathema yang berarti pengkajian,
pembelajaran, ilmu pengetahuan (knowledge) yang ruang lingkupnya
menyempit, dan arti teknisnya menjadi pengkajian matematika. Kata
9
serumpun, yaitu mathenein atau dalam bahasa perancis les
mathematiques yang berarti belajar (Haryono, 2014 :6 ).
Dengan demikian maka kata matematika berarti pengetahuan yang
diperoleh dari hasil proses belajar. Sehingga matematika merupakan
suatu pengetahuan.
3. Operasi Hitung Campuran
Operasi hitung campuran adalah operasi hitung bilangan yang lebih
dari satu macam operasi hitung (Irwan, 2009 : 36). Operasi hitung itu
ada penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Jadi, apabila operasi hitung campuran itu misalnya ; operasi hitung
perkalian dengan pembagian, operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan atau sebaliknya.
4. Metode Pembelajaran
Metode dalam bahasa inggris, method berarti cara. Apabila
dikaitkan dengan pembelajaran, metode adalah cara yang digunakan
guru dalam membelajarkan siswa. Karena metode lebih menekankan
pada peran guru, istilah metode sering digandengkan dengan kata
mengajar, yaitu metode mengajar (Anitah, 2012 : 1.24).
Dengan demikian metode pembelajaran adalah cara kerja yang
bersifat relatif umum untuk mencapai tujuan tertentu.
5. Cooperative Learning “Inside-Outside-Circle”
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah proses
pembelajaram yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil
10
dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan
pembelajaran satu sama lain (Johnson, terjemahan Narulita, 2010 : 4).
Dengan begitu usaha yang kooperatif ini akan membuat siswa
berusaha untuk saling memberikan manfaat terhadap satu sama lain
sehingga semua anggota kelompok menerima manfaat dari usaha
masing-masing anggotanya. Metode yang termasuk dalam
pembelajaran ini adalah : Inside-Outside-Circle.
Metode inside-outside-circle atau lingkaran dalam lingkaran luar
dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan. Metode ini
memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang
bersamaan. Ia dapat diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti
ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan
pelajaran yang paling cocok digunakan dengan metode ini adalah
bahan-bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi
antar siswa (Huda, 2013 : 246-24). Sehingga pembelajaran metode
inside-outside-circle ini membentuk kelompok, kelompok luar
11 G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang ditetapkan adalah Penelitian Tindakan
Kelas, pada tahap ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu
diperhatikan khusus untuk diamati. Adapun sebagai siklus atau
tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1 Model tahapan-tahapan pelaksanaan PTK
Sumber : (Suyadi, 2010 : 50)
a) Perencanaan tindakan menggambarkan hal-hal yang dilakukan
sebelum pelaksanaan tindakan, seperti penyiapan perangkat
pembelajaran berupa skenario pembelajaran, alat peraga, serta
lembar evaluasi.
b) Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang
dilakukan.
c) Pengamatan menggambarkan obyek yang diamati dan cara
pengamatannya.
d) Refleksi dengan menguraikan hasil perenungan mengenai
keberhasilan dan atau kegagalan tindakan
12 a. Lokasi Penelitian
Lokasi : MI Miftahut Thulab Kec. Karangawen
Kab. Demak
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Operasi Hitung Campuran
Kelas/Semester : IV/I
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun
ajaran 2017/2018.
c. Subyek Penelitian
Subyek yang diteliti adalah siswa kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Miftahut Thulab Brambang Kec. Karangawen Kab.
Demak. Dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 16 anak laki-laki
dan 14 anak perempuan.
Tabel 1.1 Jumlah Subjek Penelitian
Kelas Jumlah siswa
Laki-laki Perempuan
IV 16 14
3. Instrumen Penelitian
a) Lembar observasi
Lembar observasi adalah lembar yang digunakan peneliti
sebagai acuan dalam mengobservasi guru dan siswa.
13
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih
(Kemdikbud, 2014 : 106). RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa agar mencapai
Kompetensi Dasar (KD).
c) Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata
pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum SD
(Kemdikbud, 2014 : 110).
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut
meliputi sebagai berikut :
a) Pengamatan (observasi) digunakan untuk mengetahui penerapan
pembelajaran kooperatif sesuai dengan rencana yang sudah
disusun.
b) Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
pembelajaran.
c) Dokumentasi sebagai pelengkap untuk menyempurnakan data.
5. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dilakukan analisis
prestasi yang telah dicapai siswa dalam lembar observasi, dan tes
evaluasi. Data observasi penelitian diberikan dengan pemberian nilai
berupa angka yang dikategorikan dengan kurang, cukup, baik dan
14
pertemuan kemudian diberiperlakuan kegiatan yang meliputi
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Data hasil observasi meliputi penilaian afektif dan psikomotorik.
Dalam penilaian hasil belajar afektif dan psikomotorik digunakan skala
dengan rentang 1 sampai dengan 4. Dengan demikian jika dari
penelitian ada 4 aspek yang harus diamati maka skor maksimum
adalah 16 dan skor minimum adalah 4. Data hasil observasi penilaian
afektif dan psikomotorik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Persentase (%) =
x 100%
(Arikunto, 2002 : 245)
Menurut Nana Sudjana (2006:109), untuk mencari nilai rata-rata
dari keseluruhan siswa dalam satu kelas menggunakan rumus sebagai
berikut:
̅ = ∑
Keterangan
̅ = nilai rata-rata
∑ = jumlah semua nilai siswa = banyaknya siswa
Dari data hasil tes siswa pada tiap siklus akan diketahui hasil
15
diperoleh pada tiap siklus analisis secara deskriptif kualitatif dengan
menghitung persentase.
Analisis data kuantitatif terdiri atas proses analisis untuk
mengetahui tes hasil belajar siswa. Seseorang dikatakan tuntas belajar
secara individu jika telah mencapai nilai 60 (KKM). Rumus yang
digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individual
adalah sebagai berikut :
S = x 100
(Purwanto, 2000 : 112)
Keterangan :
S = Nilai ketuntasan belajar secara individual.
R = Jumlah jawaban benar tiap siswa.
N = Jumlah item soal.
Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai jika 75% dari
seluruh peserta didik dalam kelas tersebut telah mencapai nilai 60.
Untuk menghitung kriteria ketuntasan belajar secara klasikal
digunakan rumus :
P = x 100%
(Mulyasa, 2005 : 99)
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan belajar
S = Jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar
16 H. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi hasil penelitian tindakan kelas
sebagai berikut :
BAB I Berisi pendahuluan yang meliputi ; Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan
indikator keberhasilan, manfaat penelitian yang mencakup
manfaat teoritis dan manfaat praktis, definisi operasional
yang menjelaskan judul penelitian, metode penelitian,
sistematika penulisan.
BAB II Berisi kajian pustaka yang meliputi : hasil belajar yang mencakup definisi hasil belajar, macam-macam hasil
belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
pembelajaran matematika yang mencakup pengertian
matematika dan pembelajaran matematika di Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, operasi hitung campuran yang
mencakup definisi pengurangan, definisi penjumlahan,
definisi perkalian, definisi penjumlahan, serta definisi
operasi hitung campuran. Metode pembelajaran kooperatif
inside-outside-circle yang mencakup definisi metode
pembelajaran kooperatif, definisi inside outside circle, dan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif inside outside
circle. Kaitan antara metode inside outside circle dan
17
BAB III pelaksanaan penelitian yang meliputi : gambaran umum penelitian yang berisi tentang letak geografis, sejarah MI
Miftahut Thulab Brambang Kec. Karangawen Kab. Demak
dan deskripsi pelaksanaan persiklus
BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi : Data hasil persiklus dan pembahasan
18 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Definisi Hasil Belajar
Susanto (2013 : 4) mengemukakan belajar adalah suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku
yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam
bertindak. Sedangkan menurut Anitah (2012 : 1.17) belajar merupakan
proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan. Dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses suatu aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang yang terjadi di dalam interaksi dengan
lingkungan.
Menurut Dimyati dalam Sutejo (2009: 48), hasil belajar adalah
sesuatu yang diperoleh siswa dari pengalaman-pengalaman atau
latihan-latihan yang diikutinya selama pembelajaran yang berupa
keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Sutejo (2009: 48), hasil belajar
mempunyai beberapa makna dalam dunia pendidikan yaitu sebagai
berikut
19
Dengan adanya hasil belajar, maka siswa dapat mengetahui
sejauh mana dia telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan.
b. Makna Bagi Guru
1) Guru dapat mengetahui siswa yang berhak melanjutkan
pelajaran karena sudah berhasil menguasai dan siswa yang
belum berhasil menguasai pelajaran.
2) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah
tepat bagi siswa, sehingga untuk pengajaran ke depan tidak
perlu ada perubahan.
3) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan
sudah tepat atau belum.
c. Makna Bagi Sekolah
1) Hasil belajar merupakan cerminan bagi sekolah dalam hal
kesesuaian dengan harapan.
2) Sebagai pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk
masa yang akan datang.
3) Hasil belajar merupakan pedoman bagi sekolah untuk
mengetahui pencapaian suatu standar.
Dari beberapa pengertian hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar yang diperoleh merupakan suatu hasil dari
perubahan sikap, mental, dan perilaku seseorang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diukur melalui proses
20
berhasil dalam belajarnya apabila dalam dirinya terjadi perubahan
tingkah laku yang relatif menetap.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek
psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013 : 6)
diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi
atau bahan yang dipelajari.
Menurut Dorothy J. Skeel dalam Nursid Sumaatmadja
(2005: 2-3), konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam
pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi,
konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati
seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu
pengertian. Orang yang telah memliki konsep, berarti orang
tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang suatu
konsep atau citra mental tentang sesuatu. Sesuatu tersebut dapat
berupa objek konkret ataupun gagasan yang abstrak.
Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa
pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk.
Sehubungan dengan evaluasi produk ini, W.S. Winkel dalam
21
diselidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan
instruksional telah tercapai; semua tujuan itu merupakan hasil
belajar yang seharusnya diperoleh siswa. Berdasarkan
pandangan Winkel ini, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
erat hubungannya dengan tujuan instruksional (pembelajaran)
yang telah dirancang guru sebelum melaksanakan proses belajar
mengajar.
b. Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati dalam Susanto (2013 : 9)
mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan
keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan
mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar,
dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.
Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan
dikembangkan pula sikap-sikap yang dikehendaki, seperti
kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan berdisiplin
sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
Indrawati dalam Susanto (2013 : 9) merumuskan bahwa
keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan
ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang
22
atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada
sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
penemuan (falsifikasi). Dengan kata lain, keterampilan ini
digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan
konsep, prinsip, dan teori.
c. Sikap
Menurut Azwar dalam Susanto (2013 : 10), sikap tidak
hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup
pula aspek respons fisik. Selanjutnya, Azwar mengungkapkan
tentang struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif.
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercaya
oleh individu pemilik sikap; komponen efektif, yaitu perasaan
yang menyangkut emosional; dan komponen konatif merupakan
aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap
yang dimiliki seseorang.
Sementara menurut Sardiman dalam Susanto (2013: 11),
sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu
dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia
sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek
tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan
seseorang.
Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini
23
pemahaman konsep, maka domain yang sangat berperan adalah
domain kognitif.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks.
Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses
belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
(Suwardi, 2009 : 23).
Secara umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal (Susanto, 2013 : 12). Masing-masing faktor
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal
ini meliputi :
1) Intelegensi atau kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
Intelegensi merupakan salah satu aspek yang penting dan
sangat menentukan berhasil tidaknya seorang anak dalam
belajar, manakala anak memiliki intelegensi yang normal,
tetapi prestasi belajarnya sangat rendah sekali. Hal ini tentu
disebabkan oleh hal-hal yang lain, misalnya sering sakit, tidak
24
(2009 : 184) intelegensi adalah kemampuan untuk
memecahkan segala jenis masalah.
Intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai
dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya
perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang
berbeda, dari berbagai anak antara anak satu dengan anak yang
lainnya, sehingga seorang anak pada usia tertentu memiliki
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Oleh karena itu, maka jelaslah bahwa faktor
intelegensi merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menentukan hasil belajar.
2) Minat dan perhatian
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Perhatian adalah keaktifan
jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada
suatu obyek benda atau hal atau sekumpulan obyek.
Minat diartikan sebagai kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat ciri-ciri atau mengamati sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri
(Sardiman, 2005 : 76).
Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu
(Tu’u, 2004 : 79). Jadi, minat adalah sesuatu yang timbul
25
atau kecenderungan jiwa seseorang kepada sesuatu yang
biasanya disertai dengan perasaan senang.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena
tidak ada daya tarik baginya.
3) Motivasi belajar
Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong
siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang
sedang diikutinya. Sedangkan motivasi berprestasi adalah
kondisi fisiologis atau psikologis (kebutuhan untuk berprestasi)
yang terdapat dalam diri siswa yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan tertentu
(berprestasi setinggi mungkin).
Motivasi menurut Mc. Donald adalah suatu perubahan energi
di dalam pribadi seseorangyang ditandai dengan timbulnya
afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Djamarah,
2008 : 148).
Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai. Motivasi merupakan daya penggerak/pendorong
seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai suatu tujuan
sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar
kesuksesan belajarnya.
26
5) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan
sebagainya, baik positif maupun negatif. Guru dituntut untuk
selalu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dan
terhadap mata pelajaran yang menjadi kesukaannya (Slameto,
2003 : 59).
Sikap siswa di sini sangat berhubungan dengan kesiapan dan
kematangan siswa, karena kesiapan merupakan kesediaan
untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan
padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajar akan lebih
baik.
6) Kebiasaan belajar
7) Kondisi fisik dan kesehatan
b. Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu meliputi :
1) Faktor keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak merasakan
pendidikan, karena di dalam keluargalah anak tumbuh dan
berkembang dengan baik, sehingga secara langsung maupun
27
keberhasilan belajar anak (Fathurrohman, 2012 : 128). Faktor
orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Di
samping itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi
keberhasilan belajar.
Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan ukuran
kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, Negara, dan dunia. Dari
pernyataan tersebut, dapat dipahami betapa pentingnya peranan
keluarga dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik
anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya (Slameto,
2003 : 60).
Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi
sehingga anak dapat belajar dengan tekun, karena anak
memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk
belajar. Dengan interaksi antara orang tua dan anak itu
berpengaruh besar terhadap hasil belajarnya.
2) Faktor sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa,
karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong
untuk belajar yang lebih giat (Faturrohman, 2012 : 130).
Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar
28
Menurut Fathurrohman (2012 : 130) dalam lingkungan sekolah
banyak sekali faktor yang mempengaruhi terhadap belajar
siswa, yang otomatis juga berimbas pada hasil belajar, yang
mencakup ;
a) Metode mengajar
Guru diharapkan dapat memilih metode yang baik agar
siswa bersemangat dalam belajar dan otomatis juga akan
mempengaruhi hasil belajarnya.
b) Kurikulum
Kurikulum yang tepat akan menyebabkan siswa dapat
belajar dengan baik dan mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses pembelajaran akan dapat efektif jika terbina
hubungan dan komunikasi yang baik dan harmonis antara
guru dan murid.
d) Relasi siswa dengan siswa
Sebagian siswa mempengaruhi sikap dan tingkah laku
siswa lain di sekolah. Maka, hasil belajar siswa akan
meningkat bila terjadi relasi yang baik antara siswa satu
dengan siswa yang lainnya karena dengan adanya relasi
yang baik tersebut maka proses pembelajaran akan menjadi
lancar.
29
Dengan menciptakan kedisiplinan di sekolah, maka akan
tercipta kondisi pembelajaran yang kondusif, sehingga
proses belajar akan lancar dan hasil belajar juga akan ikut
terpengaruh.
f) Media pendidikan
Keberadaan media pendidikan secara tidak langsung
merupakan hal yang penting untuk memperlancar proses
pembelajaran.
g) Waktu sekolah
Memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh
positif terhadap belajar.
h) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai
dengan kemempuan siswa masing-masing. Yang terpenting
tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
i) Keadaan gedung
Suasana gedung sekolah dan juga kapasitas gedung juga
mempengaruhi keefektifan belajar.
j) Strategi belajar
Cara belajar yang dilakukan siswa sedikit banyak juga akan
mempengaruhi hasil belajarnya.
30
Diharapkan seorang guru tidak memberikan tugas rumah
yang terlalu banyak sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan lainnya di rumah.
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat membentuk kepribadian anak, karena
dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu
menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan
lingkungannya (Fathurrohman, 2012 : 134). Jika faktor
masyarakat tersebut dirinci, maka dapat dijelaskan sebagai
berikut ;
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa yang berlebihan akan berdampak negatif
dan akan mengakibatkan hasil belajar siswa menurun.
Orang tua harus mampu memberikan perhatian dan
pengarahan kepada anaknya agar anaknya tidak hanyut
dalam kegiatan tersebut secara berlebihan.
b) Mass media
Orang tua perlu memberikan control dan bimbingan kepada
anak baik dalam keluarga maupun masyarakat.
c) Teman bergaul
Orang tua harus dapat memantau anaknya dalam pergaulan
dengan teman-temannya.
31
Rata-rata titik tekan pengendalian siswa dalam keluarga
dan masyarakat diperankan oleh orang tua. Hal itu
dikarenakan siswa lebih banyak bersama orang tua. Jadi
orang tua hendaklah mampu berbuat yang paling tepat dan
paling bijak untuk keberlangsungan masa depan anaknya.
B. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada
semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar
bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Bidang studi matematika
merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam
bidang-bidang pengajaran.
Menurut Susanto (2013 : 184) kata matematika berasal dari bahasa
latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang
dipelajari”, sedang menurut Depdiknas yang dikutip oleh dalam bahasa
Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang bersifat
pasti (Haryono, 2014 :6). Sedangkan menurut Susanto (2013 : 185)
matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan
32
kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah suatu ilmu pasti yang berkaitan dengan
penalaran untuk meningkatkan kemampuan berfikir dalam
menyelesaikan masalah dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh siswa. Pembelajaran di dalamnya mengandung makna
belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar mengajar.
Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh seseorang
sebagai subyek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar
berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi
pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi
suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa,
serta antara siswa dengan siswa di dalam pembelajaran matematika
sedang berlangsung.
Susanto (2013 : 186) mengemukakan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat
meningkatkan kemempuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan
33
meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.
Sedangkan menurut Muhsetyo (2015 : 1.26) bahwa pembelajaran
matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa
melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa
memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses belajar mengajar melalui kegiatan
antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa
dengan lingkungannya di saat pembelajaran matematika berlangsung.
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa
bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila
pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif
(Susanto, 2013 : 187). Untuk mencapai tujuan pembelajaran
matematika, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan
situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk,
menemukan, dan mengembangkan pengetahuan.
Guru matematika yang professional dan kompeten mempunyai
wawasan landasan yang dapat dipakai dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran matematika. Menurut Muhsetyo (2015 :
1.19) teori-teori yang berpengaruh untuk pengembangan dan perbaikan
pembelajaran matematika.
34
Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang
memandang siswa selembar kertas putih, penerima pengetahuan
yang siap menerima pengetahuan secara pasif.Teori Thorndike
menekankan banyak memberi praktik dan latihan (drill & practice)
kepada siswa agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai
dengan baik.
b. Teori Ausubel
Teori makna (meaning theory) dari Ausubel mengemukakan
pentingnya kebermaknaan pembelajaran akan membuat
pembelajaran lebih bermanfaat dan akan lebih mudah dipahami
dan diingat oleh siswa.
c. Teori Jean Piaget
Teori ini merekomendasikan perlunya pengamatan terhadap tingkat
perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran
matematika diberikan.
d. Teori Vygotsky
Teori ini berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar
mandiri piaget menjadi belajar kelompok melalui teori ini siswa
dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang
beranekaragam dengan guru sebagai fasilitator.
e. Teori Jerome Bruner
Teori Jerome Bruner berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu
35
sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan
mulai yang nyata atau konkret ke yang abstrak.
f. Pemecahan Masalah (George Polya)
Pemecahan masalah merupakan realisasi dari keinginan
meningkatkan pembelajaran matematika sehingga siswa
mempunyai pandangan atau wawasan yang luas dan mendalam
ketika menghadapi suatu masalah.
g. Teori van Hiele
Teori ini menyatakan bahwa eksitensi dari lima tingkatan yang
berbeda tentang pemikiran geometrik, yaitu visualisasi, analisis,
informal, deduksi, dan nigor.
h. RME (Realistic Mathematics Education)
Teori ini dimaksudkan untuk memulai pembelajaran matematika
dengan cara mengaitkannya dengan situasi dunia nyata di sekitar
siswa.
i. Peta Konsep
Peta konsep merupakan kebermaknaan yang ditunjukkan dengan
bagan atau peta sehingga hubungan antar konsep menjadi jelas dan
keseluruhan konsep teridentifikasi.
C. Operasi Hitung Campuran 1. Operasi Penjumlahan
Penjumlahan adalah menggabungkan atau menyatukan dua
36
hitung. Misalnya, jumlah himpunan beranggota 3 buah apel digabung
dengan himpunan beranggota 5 buah apel adalah suatu himpunan
beranggota 8 buah apel. 3 + 5 = 8 (Rickieno, 2007 : 8).
Untuk menjumlahkan bilangan-bilangan kecil, missal kurang atau
sama dengan 10, kita dapat langsung menjumlahkannya. Apabila
bilangan itu banyak atau ratusan, kita bisa menggunakan teknik
bersusun.
Langkah-langkahnya adalah :
a. Jumlahkan satuannya dahulu, apabila dijumlahkan berbentuk
puluhan maka tulis angka yang belakang pada lajur satuan, lalu
pindahkan angka yang depan ke lajur puluhan
b. Jumlahkan puluhan, apabila dijumlahkan berbentuk puluhan maka
tulis angka yang belakang pada lajur puluhan, lalu pindahkan
angka yang depan ke lajur ratusan
c. Jumlahkan ratusan, apabila dijumlahkan berbentuk puluhan maka
tulis angka yang belakang pada lajur ratusan, lalu pindahkan angka
yang depan ke lajur ribuan
2. Operasi Pengurangan
Operasi pengurangan adalah kebalikan dari operasi penjumlahan.
Dengan menjumlahkan 4 dan 5, kita dapat 9. Dengan mengurangkan 4
dari 9, kita dapat 5.
Untuk bilangan yang besar, missal ratusan, kita pun dapat
37
pengurangan ini ada 2 jenis, ada pengurangan tanpa meminjam dan
pengurangan dengan meminjam (Rickieno, 2007 : 10).
Contoh :
pengurangan tanpa meminjam 246 6-2=4
32 4-3=1
214 2-0=2
Jadi, hasil dari 246-32 adalah 214
Pengurangan dengan meminjam
3.372
923
2.449
Langkah-langkah pengurangan dengan meminjam :
a. Kurangkan satuan terlebih dahulu (2-3 tidak bisa, maka harus
pinjam 1 puluhan dari 7, sehingga puluhannya jadi 6. Jadi, 12-3 =
9, tulis 9 pada lajur satuan)
b. Kurangkan puluhan (6-2=4, tulis 4 pada lajur puluhan)
c. Kurangkan ratusan (3-9 tidak bisa, maka harus pinjam 1 ribuan
dari 3, sehingga ribuannya jadi 2. Jadi, 13-9=4, tulis 4 pada lajur
ratusan)
d. Ribuannya tinggal angka 2. Tulis 2 pada lajur ribuan. Jadi,
3.372-923=2.449
3. Operasi Perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang.Apabila kita
38
mengalikan bilangan itu dengan 2. Apabila kita tambahkan bilangan
itu sekali lagi, berarti kita telah mengalikan bilangan itu dengan 3, dan
seterusnya (Rickieno, 2007 : 14).
Aturan perkalian ada 3, yaitu :
a. Komutatif atau pertukaran, yaitu untuk tiap bilangan bulat a dan b
berlaku rumus ;
a x b = b x a
b. Asosiatif atau pengelompokkan, yaitu untuk tiap bilangan bulat a,
b, dan c berlaku rumus ;
a x (b x c) = (a x b) x c
c. Distributif atau penyebaran, yaitu untuk tiap bilangan bulat a, b,
dan c berlaku rumus ;
a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
4. Operasi Pembagian
Operasi pembagian merupakan kebalikan operasi perkalian.
Pembagian digunakan untuk mencari suatu faktor jika hasil kali dan
faktor lain diketahui, missal 4 x n = 8. Pada contoh tersebut, 8 sebagai
hasil kali dan 4 sebagai faktor dari 8 yang diketahui. Untuk dapat
mengetahui n, kalimat tersebut dapat diubah menjadi 8 : 4 = n. Maka, n
= 2 (Rickieno, 2007 : 16).
5. Operasi Hitung Campuran
Operasi hitung campuran adalah operasi hitung bilangan yang lebih
39
campuran yaitu operasi hitungan yang melibatkan lebih dari dua
bilangan dan lebih dari satu operasi.
Menurut Anam (2009 : 21) ada beberapa aturan dalam operasi
hitung campuran, yaitu seperti berikut ;
a. Mengerjakan di dalam tanda kurung ( ) didahulukan.
b. Operasi penjumlahan dan pengurangan sama kuat, artinya operasi
yang ditulis di depan (di sebelah kiri) dikerjakan dulu.
c. Operasi perkalian dan pembagian sama kuat, artinya operasi yang
ditulis di depan (di sebelah kiri) dikerjakan dulu.
d. Operasi perkalian dan pembagian lebih kuat daripada operasi
penjumlahaan dan pengurangan. Artinya operasi perkalian dan
pembagian harus dikerjakan dulu walaupun ditulis di belakang
operasi penjumlahan dan pengurangan.
D. Metode Cooperative Learning “Inside Outside Circle” 1. Metode Pembelajaran
Metode dalam bahasa inggris, method berarti cara. Apabila
dikaitkan dengan pembelajaran, metode adalah cara yang digunakan
guru dalam membelajarkan siswa. Karena metode lebih menekankan
pada peran guru, istilah metode sering digandengkan dengan kata
mengajar, yaitu metode mengajar (Anitah, 2012 : 1.24).
Beberapa bentuk metode mengajar yang kita kenal adalah ceramah,
Tanya jawab, simulasi, pemberian tugas, kerja kelompok, demonstrasi
40
Ceramah merupakan cara yang umum sesuai untuk menyampaikan
informasi. Diskusi merupakan cara yang umum sesuai untuk menggali
berbagai gagasan atau ide dari berbagai pihak. Setiap metode
mempunyai langkah-langkah atau prosedur penggunaannya sendiri.
Dengan demikian metode pembelajaran adalah cara kerja yang
bersifat relatif umum untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Definisi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Johnson yang
diterjemahkan oleh Narulita (2010 : 4) pembelajaran kooperatif adalah
proses pembelajaran yang melibatkan penggunaan
kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja secara
bersama-sama di dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran
mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain.
Jadi, pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa dan kelompok-kelompok kecil untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Menurut Borich dalam Sutirman (2013 : 30) manfaat pembelajaran
kooperatif ;
a. Membentuk sikap dan nilai
b. Menyiapkan model tingkah laku prososial
c. Menunjukkan alternatif perspektif dan sudut pandang
41
e. Mendorong perilaku berpikir kritis, reasoning, dan memecahkan
masalah.
Agar kerja kooperatif dapat berjalan dengan baik, guru harus
menyusun secara terperinci lima komponen esensial yang terdapat di
dalam masing-masing pelajaran ;
a. Interdependensi positif akan dapat terstruktur dengan baik apabila
setiap anggota kelompok memandang bahwa mereka terhubung
antara satu sama lain.
b. Interaksi yang mendorong dengan memaksimalkan kesempatan
bagi siswa untuk saling mendorong satu sama lain untuk mencapai
sukses dengan saling membantu, mendukung, menyemangati, dan
menghargai usaha satu sama lain untuk belajar.
c. Tanggung jawab individual akan lahir ketika kinerja dari
masing-masing anggota kelompok dinilai dan hasil penilaian tersebut
kemudian dikembalikan kepada kelompok dan individu yang
bersangkutan.
d. skil-skil interpersonal dan kelompok kecil yang dibutuhkan agar
dapat berfungsi sebagai bagian dari sebuah tim (kerja tim).
e. Pemrosesan kelompok terjadi ketika anggota kelompok berdiskusi
mengenai seberapa baik mereka telah mencapai tujuan
masing-masing dan seberapa baik mereka telah memelihara hubungan
kerja yang efektif.
42
Metode inside outside circle atau lingkaran dalam lingkaran luar
dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan. Metode ini
memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang
bersamaan. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan
teknik ini adalah bahan-bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran
dan informasi antarsiswa. Salah satu keunggulan metode ini adalah
adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling
berbagi informasi dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa
memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan ketrampilan berkomunikasi (Huda, 2014 : 246).
4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Inside Outside Circle
Sintak metode (aturan suatu struktur pemograman) IOC bisa
dilakukan berdasarkan jumlah siswa dalam lingkaran : lingkaran
individu dan lingkaran kelompok.
Lingkaran individu ;
a. Separuh kelas (seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak)
berdiri membentuk lingkaran kecil ; mereka berdiri melingkar dan
menghadap keluar. Separuh kelas lagi membentuk lingkaran besar
; mereka berdiri menghadap ke dalam. Pola bentuka dari kedua
lingkaran ini adalah ; siswa-siswa dalam lingkaran kecil akan
berada di dalam lingkaran siswa-siswa yang membentuk lingkaran
besar, sehingga setiap siswa dalam lingkaran kecil nantinya akan
berhadapan dengan siswa yang berada di lingkaran besar.
43
b. Misalnya, anggap saja dalam satu ruang kelas terdapat 30 siswa.
Siswa 1-15 membentuk lingkaran dalam, sedangkan siswa 16-30
membentuk lingkaran luar. Siswa 1 akan berhadapan dengan siswa
16; siswa 2 akan berhadapan dengan siswa 17; dan begitu
seterusnya dalam bentuk lingkaran.
c. Setiap pasangan siswa dari lingkaran kecil dan besar saling berbagi
informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil (lingkaran dalam)
dipersilahkan memulai terlebih dahulu. Pertukaran informasi bisa
dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
namun tetap dengan nada bicara yang tenang (tidak terlalu keras).
Setelah itu, siswa yang berada di lingkaran besar (lingkaran luar)
dipersilahkan untuk berbagi informasi.
d. Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau
dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini,
masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk
berbagi informasi lagi dan lagi.
e. Kemudian, giliran siswa yang berada di lingkaran besar untuk
membagikan informasi. Demikian seterusnya.
Lingkaran kelompok ;
a. Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap keluar.
Kelompok lain berdiri di lingkaran besar.
b. Setiap kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang
44
bergantung pada guru : apakah mereka diminta untuk bertanya
beberapa hal penting terkait dengan hobi, cita-cita, atau hal-hal lain
yang berhubungan dengan tugas pembelajaran).
Perputaran bisa dilakukan secara variatif. Misalnya, untuk mencari
pasangan masing-masing, lingkaran besar berputar terlebih dahulu,
sementara siswa menyanyi. Di tengah-tengah lagu, guru mengatakan
“STOP”.Nyanyian dan perputaran pun dihentikan. Jadi, mereka akan
memperoleh pasangan masing-masing berdasarkan perputaran
lingkaran besar yang dikontrol oleh nyanyian bersama (Huda, 2014 :
247).
E. Kaitan Antara Pembelajaran Matematika dengan Metode “Inside Outside Circle”
Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa
disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah
laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antara siswa, pembelajaran
kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran
akademik siswa. Pembelajaran matematika adalah suatu proses
pembelajaran melalui kegiatan antara siswa dengan guru, antara siswa
dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungannya pada suatu
pembelajaran matematika berlangsung. Sedangkan metode “inside outside
circle” adalah sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa secara