• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Keadaan Alam a. Keadaan Lokasi

Waduk Wonogiri yang terletak di hulu Bengawan Solo mempunyai daerah aliran sungai (DAS) sekitar 135.000 hektar, dimana 126.000 hektar berupa lahan dan sisanya berupa genangan (Proyek Bengawan Solo, 1999). Di dalam DAS Waduk Wonogiri mengalir Sungai Keduang, Sungai Tirtomoyo, Sungai Temon, Sungai Alang Unggahan, Sungai Wuryantoro dan Sungai Bengawan Solo Hulu (sebagai sungai utama), yang bermuara ke dalam Waduk Wonogiri, sehingga wilayah DAS Waduk Wonogiri meliputi 6 Sub-DAS, yaitu: Sub-DAS Keduang, Sub-DAS Tirtomoyo, Sub-DAS Temon, Sub-DAS Alang Unggahan, Sub-DAS Wuryantoro dan Sub-DAS Solo Hulu. Luas DAS dari tiap-tiap sungai tersebut tertera pada Tabel 8. Tabel 8. Luas DAS dari tiap-tiap sungai yang masuk Waduk Wonogiri

No. Nama Sungai Luas (Km2) Luas (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7, Sungai Keduang Sungai Wiroko Sungai Temon Sungai Solo Hulu Sungai Alang Unggahan Sungai Wuryantoro

Sungai-sungai kecil lainnya

426 206 69 200 235 73 51 33,80 16,30 5,50 15,90 18,70 5,80 4,00 Jumlah 1.260 100,00

Sumber : Proyek Bengawan Solo (1999)

Sub DAS Keduang adalah Sub DAS terbesar dalam DAS Waduk Wonogiri dengan aliran sungai dari elevasi +1.740 m menuju +139 m pada pertemuan antara Waduk Wonogiri dengan Sungai Keduang. Panjang sungai sekitar 45 km dengan kemiringan sungai rata-rata 35/1000. Muara Sungai Keduang berada di Waduk Wonogiri bagian timur laut, yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Wonogiri. Lokasi muara Sungai Keduang tersebut berada dekat dengan pintu masuk (intake) waduk, sehingga sedimentasi yang terjadi di muara Sungai Keduang sangat mengganggu operasional waduk. Peta Lokasi Sub-DAS Keduang disajikan pada Gambar 11.

(2)

Gambar 11. Peta lokasi Sub-DAS Keduang

Sub DAS Keduang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Di Kabupaten Wonogiri meliputi sembilan kecamatan, yaitu Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Jatiroto, Slogohimo, Jatisrono, Jatipurno dan Girimarto. Sub DAS Keduang yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar hanya terdiri dari 1 kecamatan, yaitu Kecamatan Jatiyoso. Peta Pembagian Wilayah Administratif Sub-DAS Keduang disajikan pada Gambar 12.

(3)

Secara geografis, Sub DAS Keduang terletak di antara 7o42’29” – 7o55’39” Lintang Selatan dan 111o11’01” – 111o24’54” Bujur Timur. Atas dasar Peta Rupa Bumi Digital Indonesia, lahan di Sub DAS Keduang mempunyai kemiringan antara 3 sampai 73 % dengan rata-rata kelerengan mencapai 34,7 %. Sub-DAS Keduang berbentuk membulat, dengan sungai utama adalah Sungai Keduang, mempunyai pola aliran berbentuk dendritik di utara dan tralis di bagian selatan.

Luas wilayah Sub-DAS Keduang menurut hasil analisis digital sekitar 42.261 ha, dengan rincian di wilayah Kabupaten Wonogiri 41.563 ha dan di wilayah Kabupaten Karanganyar 698 ha. Luas sub DAS Keduang berdasarkan wilayah administrasi disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Luas Sub-DAS Keduang berdasarkan wilayah administrasi

No. Kabupaten Kecamatan Luas

(ha) (%) 1. Wonogiri Nguntoronadi 1.398 3,33 Wonogiri 461 1,10 Ngadirojo 5.076 11,87 Sidoharjo 5.067 12,02 Jatiroto 7.307 17,34 Slogohimo 6.269 14,87 Jatisrono 5.432 12,86 Jatipurno 5.574 13,22 Girimarto 4.979 11,74 2. Karanganyar Jatiyoso 698 1,66 Jumlah 42.261 100,00

Sumber : Analisis data digital

Dari Tabel 9 diketahui bahwa secara administratif wilayah Sub DAS Keduang yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jatiroto dan Slogohimo adalah wilayah yang paling luas dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan yang lain. Hal ini karena kedua kecamatan tersebut memiliki wilayah yang luas dan semua wilayahnya termasuk kedalam Sub DAS Keduang. Berbeda dengan Kecamatan Wonogiri dan Nguntoronadi walaupun memiliki wilayah yang luas, namun yang termasuk kedalam Sub DAS Keduang relatif sempit.

Tidak semua desa di wilayah kecamatan-kecamatan tersebut masuk ke dalam wilayah Sub DAS Keduang. Desa-desa yang berada di Kabupaten

(4)

Wonogiri yang masuk ke dalam area Sub DAS Keduang secara rinci disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Rincian Desa-desa dan Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Wonogiri yang Masuk Wilayah Sub DAS Keduang

No. Kecamatan Desa

1. Nguntoronadi Pondoksari, Ngadiroyo, Ngadipiro, Semin 2. Wonogiri Pokoh Kidul

3. Ngadirojo Gemawang, Kerjokidul, Gedong, Pondok, Ngadirojo Kidul, Kerjo Lor, Mlokomanis Wetan

4. Sidoharjo Sembukan, Tempursari, Sempukerep, Kebonagung, Ngabeyan, Mojoreno, Widoro, Tremes, Kayuloko, Kedungjupit, Jatinom, Sidoharjo

5. Jatiroto Jatiroto, Durenan, Mojopuro, Pesido, Sugihan, Pengkol, Cangkring, Sanggrong, Ngelo, Pingkok, Dawungan, Guno, Boto, Brenggolo, Jatirejo

6. Slogohimo Sitren, Sokoboyo, Karang, Randusari, Gunan, Sedayo, Klunggan, Slogohimo, Seco, Bulusari, Pandan, Sambirejo, Watusongo, Pandanangin, Made, Waru 7. Jatisrono Jatisrono, Jatisari, Pandean, Warangsono, Tanjungsari,

Tanggulangin, Sambirejo, Sidorejo, Pule, Pelem, Ngemplak, Semen, Gunungsari, Gondangsari, Sumberejo, Tasikharjo, Rejosari

8. Jatipurno Jatipurno, Giriyoso, Kopen, Tawangrejo, Jatipurno, Slogoretno, Mangunharjo, Kembang, Girimulyo, Balepanpang, Jeporo

9. Girimarto Sidokarto, Girimarto, Jandi, Nungkuan, Jatirejo, Semagar duwur, Saman, Bubakan, Waleng, Selorejo, Doko, Tambakmerang, Gumawang

Sumber : Report on Socio-Economic Survey of Upper Solo Watershed Wonogiri (1989)

b. Keadaan Tanah dan Topografi

Sub DAS Keduang mempunyai jenis tanah, bentuk topografi dan tingkat kelerengan yang bervariasi. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Karanganyar Skala 1:250.000, wilayah Sub-DAS Keduang yang luasnya sekitar 42.261 ha memiliki 5 (lima) jenis tanah, yaitu : (a) Latosol Coklat Kemerahan seluas 29.612 ha (70,1%); (b) Litosol seluas 6.736 ha (15,9%); (c) Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan, dan Litosol seluas 3.107 ha (7,4%); (d) Asosiasi Mediteran Coklat Kemerahan dan Mediteran Coklat seluas 1.969 ha (4,7%); dan (e) Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat seluas 837 ha (2,0%). Luas

(5)

dan persentase jenis tanah di Sub DAS Keduang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jenis Tanah di Sub DAS Keduang

Nomor Jenis Tanah ha Luas %

1. Latosol Coklat Kemerahan 29.613 70,07

2. Litosol 6.736 15,94

3. Komplek Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan

dan Litosol 3.107 7,38

4. Asosiasi Mediteran Coklat Kemerahan dan Mediteran

Coklat 1.967 4,86

5. Asosiasi Litosol dan

Mediteran Coklat 837 1,98

Jumlah 42.261 100

Sumber: Analisis data digital

Adapun lokasi penyebaran jenis tanah di wilayah Sub-DAS Keduang disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. Peta Jenis Tanah di Wilayah Sub-DAS Keduang

Tanah Latosol (70,07 %) tersebar pada daerah dengan kemiringan sedang hingga curam di lereng Gunung Lawu. Tanah tersebut mempunyai kapasitas kohesi lemah dan mudah tererosi air. Sebagian besar kawasan

(6)

perbukitan terselimuti oleh kompleks Andosol dan Litosol. Berhubung kemiringannya curam, litosol sangat rentan terhadap erosi. Di daerah ini, erosi parit yang serius dan longsoran tebing sering terjadi. Hampir semua material halus dengan fragmen kasar terbilas ke bawah melalui anak-anak sungai yang curam menuju sungai Keduang.

Topografi merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah yang termasuk didalamnya adalah perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Gambaran kondisi topografi suatu DAS sangat penting dalam kaitannya dengan laju aliran permukaan dan erosi. Kondisi topografi Sub-DAS Keduang secara terinci disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Peta Topografi di Wilayah Sub-DAS Keduang

Berdasarkan Gambar 14 tersebut, terlihat kondisi topografi di Sub-DAS Keduang secara umum pada bagian tengah DAS (mulai dari bagian hilir sampai bagian tengah) adalah datar sampai bergelombang dengan bentuk lahan (land form) bukit-bukit kecil dan pola perbukitan, serta dibatasi oleh punggung-punggung bukit yang bergelombang; khusus di wilayah selatan dibatasi oleh punggung-punggung bukit yang agak curam atau bergunung dan curam. Untuk bagian hulu DAS mempunyai bentuk lahan mulai dari bergelombang, berbukit sampai agak curam (bergunung) dan curam.

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng di

(7)

wilayah Sub-DAS Keduang dibagi menjadi enam kelas kemiringan lereng yaitu : (1) datar (0 - 3%) seluas 10.529 ha (24,9%), (2) berombak (>3 - 8%) seluas 12.246 ha (29,0%), (3) bergelombang (>8 - 15%) seluas 5.951 ha (14,1%), (4) berbukit (>15 - 30%) seluas 2.398 ha (5,7%), (5) agak curam (>30 - 45%) seluas 5.901 ha (14,0%), dan (6) curam (>45%) seluas 5.238 ha (12,4%). Adapun penyebaran daerah kelas kemiringan lereng di wilayah Sub-DAS Keduang disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Peta kemiringan lereng di wilayah Sub-DAS Keduang Berdasarkan Gambar 15, terlihat bahwa sekitar 53,89% luas wilayah Sub-DAS Keduang merupakan daerah datar sampai berombak, yang secara umum berada pada bagian tengah DAS (mulai bagian tengah sampai hilir DAS), sekitar 19,75% luas wilayah merupakan daerah bergelombang dan berbukit, serta sekitar 26,37% luas wilayah berupa daerah yang bergunung dan curam.

c. Keadaan Iklim

Iklim berperan penting dalam ekosistem lahan pertanian. Komponen-komponen iklim yang berperan penting tersebut antara lain adalah curah hujan sebagai penyedia utama kebutuhan air tanaman dan temperatur yang berpengaruh terhadap ketersediaan air dan pertumbuhan tanaman.

(8)

Secara umum, iklim Kabupaten Wonogiri merupakan iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin munson. Silih berganti musim penghujan dan musim kemarau berdampak langsung pada kondisi penutupan lahan oleh vegetasi dan ketersediaan air yang sangat dibutuhkan untuk penghidupan. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Wonogiri 3.438,92 mm. Temperatur rata-rata daerah penelitian sebesar 26,47ºC, dengan temperatur rata-rata minimum sebesar 22,06 ºC dan maksimum sebesar 33,06. Bulan terdingin terjadi pada bulan Juni dengan suhu udara 20,46 ºC dan temperatur rata-rata bulan terpanas terjadi pada bulan September sebesar 35,26 ºC.

Keadaan iklim di daerah penelitian berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (Wuryatno, 1996) termasuk golongan C dengan kategori agak basah (Tabel 12). Perhitungan tersebut didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rata-rata bulan kering Q =

Rata-rata bulan basah Q =

7 3 Q = 0,429

Tabel 12. Tipe Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson Berdasarkan Nilai Q

Nomor Nilai Q Golongan Harkat

1 < 0,143 A Sangat basah 2 0,143 – 0,333 B Basah 3 >0,333 – 0,600 C Agak basah 4 >0,600 – 1,000 D Sedang 5 >1,000 – 1,670 E Agak kering 6 >1,670 – 3,000 F Kering 7 >3,000 – 7,000 G Sangat kering

8 > 7,000 H Luar biasa kering

Sumber: Wuryatno (1996) d. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Sub DAS Keduang terdiri dari hutan, perkebunan/kebun, sawah irigasi, sawah tadah hujan, tegalan/ladang, pemukiman/bangunan dan penggunaan lain. Data luas masing-masing penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

(9)

Tabel 13. Penggunaan Lahan di Sub DAS Keduang Tahun 2008

Nomor Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Hutan 2.725 6,4

2 Perkebunan/Kebun 6.420 15,2

3 Sawah Irigasi 8.166 19,3

4 Sawah Tadah Hujan 7.357 17,4

5 Tegalan/ladang 6.243 14,8

6 Pemukiman/Bangunan 11.180 26,5

7 Penggunaan Lain 170 0,4

Luas keseluruhan 42.261 100 Sumber: Analisis Data Digital

Tingginya erosi yang terjadi di Sub DAS Keduang sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan dan kondisi topografi di daerah tersebut. Di wilayah Sub DAS Keduang banyak terdapat pemukiman dalam kondisi wilayah tegalan dan juga pekarangan di areal pemukiman. Selain itu, banyak juga terdapat tegalan di wilayah perbukitan dengan kondisi pengolahan tanah yang kurang baik. Rata-rata areal tegalan di wilayah Sub DAS Keduang sudah dibangun teras bangku, namun masih dalam kondisi pemeliharaan yang kurang. Hal ini mendorong terjadinya erosi yang semakin besar.

e. Satuan Lahan

Peta satuan lahan dibuat berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) dari peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Berdasarkan hasil tumpang susun peta-peta tersebut, di wilayah Sub-DAS Keduang terbagi kedalam 24 satuan lahan homogen, seperti yang tercantum pada Tabel 14.

Tabel 14. Satuan lahan homogen di wilayah Sub-DAS Keduang

Satuan Lahan

Penggunaan Lahan

Jenis Tanah Kemiringan Lereng (%) Luas (ha) (%) 1 Hutan/Semak Belukar Komplek Andosol Coklat >45 1.989 4,71 2 Hutan/Semak Belukar Litosol 0-8 153 0,36 3 Hutan/Semak Belukar Litosol 15-30 36 0,09 4 Hutan/Semak Belukar Litosol 30-45 528 1,25 5 Hutan/Semak Belukar Latosol Coklat Kemerahan 8-15 19 0,04

(10)

Tabel 14. (Lanjutan)

Satuan Lahan

Penggunaan Lahan

Jenis Tanah Kemiringan Lereng (%) Luas (ha) (%) 6 Perkebunan/ Kebun Campuran Litosol >45 910 2,15 7 Perkebunan/ Kebun Campuran Latosol Coklat Kemerahan 0-8 3.361 7,95 8 Perkebunan/ Kebun Campuran Latosol Coklat Kemerahan 15-30 308 0,73 9 Perkebunan/ Kebun Campuran Litosol 30-45 921 2,18 10 Perkebunan/ Kebun Campuran Latosol Coklat Kemerahan 8-15 920 2,18 11 Sawah Irigasi Latosol Coklat Kemerahan 0-8 5.772 13,66 12 Sawah Irigasi Latosol Coklat Kemerahan 15-30 178 0,42 13 Sawah Irigasi Latosol Coklat Kemerahan 30-45 145 0,34 14 Sawah Irigasi Latosol Coklat Kemerahan 8-15 2.071 4,90 15 Sawah Tadah Hujan Litosol >45 166 0,39 16 Sawah Tadah Hujan Latosol Coklat

Kemerahan dan Asosiasi Mediteran Coklat Kemerahan dan Mediteran Coklat 0-8 4.513 10,68 17 Sawah Tadah Hujan Latosol Coklat Kemerahan 15-30 687 1,63 18 Sawah Tadah Hujan

Litosol dan Latosol Coklat Kemerahan

30-45 788 1,86 19 Sawah Tadah

Hujan Latosol Coklat Kemerahan dan Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat

8-15 1.203 2,85

20 Tegalan/Ladang Latosol Coklat

Kemerahan dan Litosol

>45 2.105 4,98 21 Tegalan/Ladang Latosol Coklat

Kemerahan

0-8 627 1,48 22 Tegalan/Ladang Latosol Coklat

Kemerahan

15-30 388 0,92 23 Tegalan/Ladang Latosol Coklat

Kemerahan dan Litosol

30-45 2.931 6,94 24 Tegalan/Ladang Latosol Coklat

Kemerahan

8-15 192 0,45

Pemukiman 11.180 26,45

Penggunaan Lain 170 0,40

Jumlah 42.261 100,00

(11)

Adapun letak dan penyebaran setiap satuan lahan di Sub-DAS Keduang tersebut, dijelaskan pada peta unit lahan pada Gambar 16.

Gambar 16. Peta unit lahan di wilayah Sub-DAS Keduang 4.2. Keadaan Penduduk

a. Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk suatu daerah disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi di daerah yang bersangkutan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri, jumlah penduduk di wilayah Sub DAS Keduang pada tahun 2008 adalah 517.485 orang yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 262.112 orang dan penduduk perempuan 255.373 orang.

Jumlah penduduk di Sub DAS Keduang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Rata-rata jumlah penduduk meningkat sebesar 2,31 % per tahun. Perkembangan jumlah penduduk tersebut lebih besar dibandingkan target pertumbuhan penduduk secara nasional sebesar 2 %. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006/2007. Hal ini diperkirakan merupakan efek dari “baby boom” tahun 1970-an. Perkembangan jumlah penduduk di Sub DAS Keduang dari tahun 2004 – 2008 dapat dilihat pada Tabel 15.

(12)

Tabel 15. Perkembangan Jumlah Penduduk di Sub DAS Keduang

Nomor Tahun Jumlah Penduduk

(orang) Perkembangan Penduduk 1 2004 472.663 -2 2005 475.458 0,59 3 2006 478.604 0,66 4 5 2007 2008 502.728 517.485 5,04 2,94 Jumlah 2.446.938 9,23 Rata-rata 489.388 2,31

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri (2009) b. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan jumlah penduduk per satuan wilayah, atau dapat ditulis dengan rumus:

Kepadatan Penduduk = Wilayah Luas Wilayah Suatu Penduduk Jumlah

Angka kepadatan penduduk di Sub DAS Keduang pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Kepadatan Penduduk di Sub DAS Keduang Tahun 2008 No Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk

(orang) (orang/kmKepadatan2)

1 Nguntoronadi 80,40 29.049 361 2 Wonogiri 82,92 93.511 1.128 3 Ngadirojo 93,26 67.539 724 4 Sidoharjo 57,20 50.380 881 5 Jatiroto 62,77 46.546 741 6 Slogohimo 64,15 59.492 927 7 Jatisrono 50,02 72.842 1.456 8 Jatipurno 55,46 44.755 807 9 Girimarto 62,36 53.371 856

Kepadatan Penduduk Rata-rata 876

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri (2009) c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk merupakan potensi dalam pembangunan, baik pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja penduduk adalah umur dan jenis kelamin. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin perlu diketahui untuk menentukan Sex Ratio, yaitu angka perbandingan jumlah penduduk laki-laki

(13)

dengan jumlah penduduk perempuan dalam persen. Komposisi penduduk di Sub DAS Keduang berdasarkan penggolongan umur dan jenis kelamin disajikan dalam Tabel 17.

Tabel 17. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Sub DAS Keduang

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri (2009)

Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa di Sub DAS Keduang jumlah penduduk laki-laki sebanyak 262.112 orang atau sebesar 50,65 % dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 255.373 orang atau sebesar 49,35 %, sehingga Sex Ratiopenduduk di Sub DAS Keduang adalah:

SR = Perempuan Penduduk Jumlah laki Laki Penduduk Jumlah  x 100 % SR = 373 . 255 112 . 262 x 100 % = 102,64 %  103 %

Dari hasil penghitungan diketahui bahwa Sex Ratio penduduk di Sub DAS Keduang adalah sebesar 103 %. Hal ini berarti dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 103 orang penduduk laki-laki.

d. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Komposisi penduduk menurut umur adalah penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui jumlah penduduk yang

Nomor Kecamatan

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) 1 Nguntoronadi 14.752 14.297 29.049 2 Wonogiri 47.054 46.457 93.511 3 Ngadirojo 34.243 33.296 67.539 4 Sidoharjo 25.541 24.839 50.380 5 Jatiroto 23.363 23.183 46.546 6 Slogohimo 30.088 29.404 59.492 7 Jatisrono 37.060 35.782 72.842 8 Jatipurno 22.873 21.882 44.755 9 Girimarto 27.138 26.233 53.371 Jumlah (orang) 262.112 255.373 517.485 Persentase (%) 50,65 49,35 100

(14)

produktif dan yang non produktif. Komposisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Sub DAS Keduang

Nomor Kecamatan Umur (tahun) Jumlah

(orang) 0-14 15-59 60+ 1 Nguntoronadi 7.069 15.367 6.613 29.049 2 Wonogiri 26.585 55.985 10.941 93.511 3 Ngadirojo 21.224 39.273 7.042 67.539 4 Sidoharjo 14.257 30.496 5.627 50.380 5 Jatiroto 14.167 27.891 4.488 46.546 6 Slogohimo 18.954 35.793 4.745 59.492 7 Jatisrono 22.344 44.393 6.105 72.842 8 Jatipurno 14.774 26.376 3.605 44.755 9 Girimarto 13.815 35.414 4.142 53.371 Jumlah (orang) 153.189 310.988 53.308 517.485 Persentase (%) 29,6 60,1 10,3 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri (2009)

Menurut BPS Kabupaten Wonogiri, golongan umur non produktif adalah golongan umur antara 0 – 14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 60 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah golongan umur 15 -59 tahun. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa persentase terbesar adalah kategori penduduk umur 15 – 59 tahun, yaitu sebesar 60,1 % dari keseluruhan jumlah penduduk di Sub DAS Keduang. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Sub DAS Keduang merupakan penduduk usia produktif. Golongan umur non produktif terbagi atas dua golongan umur, yaitu golongan umur 0 – 14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 60 tahun. Golongan umur 0 – 14 tahun di Sub DAS Keduang berjumlah 153.189 orang atau 29,6 %. Golongan umur lebih dari atau sama dengan 60 tahun berjumlah 53.308 orang atau 10,3 %.

Data di atas dapat digunakan untuk menentukan angka Dependency Ratio (rasio ketergantungan atau beban tanggungan), yaitu suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif dengan usia produktif. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

DR = produktif penduduk Jumlah produktif non penduduk Jumlah x 100

(15)

Dependency RatioSub DAS Keduang adalah: DR = 988 . 310 308 . 53 189 . 153  x 100 = 66,4  66

Dependency Ratio Sub DAS Keduang adalah sebesar 66, hal ini berarti setiap 100 orang tenaga kerja usia produktif di Sub DAS Keduang menanggung 66 orang usia non produktif.

e. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi suatu masyarakat. Hal ini selanjutnya mempengaruhi pilihan masyarakat dalam pilihan bidang usaha, teknologi dan inovasi baru yang diterapkan. Masyarakat petani tradisional sering dideskripsikan dengan tingkatan pendidikan dan pengetahuan yang rendah sehingga menyebabkan terhambatnya pengembangan sektor pertanian di daerah pedesaan. Data penduduk menurut tamatan pendidikan untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Data Penduduk Menurut Tamatan Pendidikan di Sub DAS Keduang No Kecamatan Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Perguruan Tinggi 1 Nguntoronadi 2.828 8.522 6.597 5.861 733 2 Wonogiri 5.522 22.783 24.258 14.702 5.079 3 Ngadirojo 3.914 15.714 22.375 10.375 3.525 4 Sidoharjo 4.632 15.273 10.063 8.514 1.564 5 Jatiroto 3.780 13.488 8.822 5.416 1.084 6 Slogohimo 12.424 18.563 12.933 8.661 872 7 Jatisrono 9.968 15.308 17.029 11.994 2.831 8 Jatipurno 3.412 18.023 6.573 4.359 799 9 Girimarto 4.537 25.970 6.302 6.185 400 Jumlah 51.017 153.644 114.952 76.067 16.887 Persentase (%) 12,37 37,24 27,86 18,44 4,09

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri (2009)

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Sub DAS Keduang adalah penduduk dengan pendidikan tamatan SD, yaitu sebesar 153.644 orang (37,24%), peringkat kedua adalah penduduk

(16)

yang tamat SLTP sebesar 112.952 orang (27,86%) dan tamatan terkecil adalah tamatan perguruan tinggi dengan jumlah 16.887 orang (4,09%). Angka ini menunjukkan bahwa pendidikan penduduk di Sub DAS Keduang masih kurang baik. Hal ini disebabkan masih cukup banyak penduduk yang belum dapat menamatkan pendidikan SD, yaitu sebesar 51.017 orang (12,37%).

f. Keadaan Sarana Pendidikan

Salah satu faktor yang menunjang kemajuan pendidikan suatu wilayah adalah sarana pendidikan. Keberadaan gedung sekolah sangat menunjang proses belajar-mengajar. Pada Tabel 20 disajikan jumlah sarana pendidikan di Sub DAS Keduang.

Tabel 20. Jumlah Sarana Pendidikan di Sub DAS Keduang Tahun 2008 Nomor Jenis Lembaga Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 TK 249 37,8 2 SD 326 49,5 3 SLTP 42 6,4 4 SMU 11 1,7 5 SMK 17 2,6 6 Madrasah Ibtidaiyah 5 0,8 7 Madrasah Tsanawiyah 7 1,1 8 Madrasah Aliyah 1 0,2 Jumlah 658 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri (2009) 4.3. Keadaan Perekonomian

a. Mata Pencaharian Penduduk

Kondisi ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari keadaan mata pencaharian penduduk yang ada di wilayah tersebut. Yang dimaksud dengan mata pencaharian adalah sumber penghasilan utama sebagai sumber penghasilan pokok atau mencapai 50% penghasilannya. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa 33,07 % penduduk Sub DAS Keduang bekerja sebagai petani. Persentase ini merupakan angka terbesar dibandingkan jenis mata pencaharian lain yang ditekuni oleh penduduk Sub DAS Keduang. Hal ini menunjukkan bahwa bidang pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk Sub DAS Keduang. Mata pencaharian sebagai nelayan

(17)

paling sedikit, yaitu sebesar 0,29 %. Hal ini karena nelayan hanya mencari ikan di sekitar Waduk Wonogiri saja.

Tabel 21. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Sub DAS Keduang

Nomor Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

(orang) Persentase(%) 1 Petani 71.264 33,07 2 Buruh tani 33.371 15,49 3 Pengusaha kecil 9.382 4,35 4 Buruh industri 11.711 5,43 5 Buruh bangunan 24.691 11,46 6 Pedagang 11.111 5,16 7 Pengangkutan 2.413 1,12 8 PNS/TNI/Polri 3.123 1,45 9 Nelayan 619 0,29 10 Lain-lain 47.801 22,18 Jumlah 215.486 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri (2009) b. Sarana Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di wilayah yang bersangkutan. Perkembangan perekonomian dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai.

Tabel 22. Sarana Perekonomian di Sub DAS Keduang Tahun 2008 No Kecamatan

Jenis Sarana Perekonomian Pasar umum Pasar desa Pasar hewan Toko/ Kios KUD KPN (KPRI) NON KPN 1 Nguntoronadi 1 5 0 27 1 2 15 2 Wonogiri 3 2 1 294 1 40 137 3 Ngadirojo 1 3 0 146 1 3 37 4 Sidoharjo 1 3 1 180 1 3 49 5 Jatiroto 1 3 0 46 1 1 13 6 Slogohimo 1 5 1 212 1 1 31 7 Jatisrono 1 3 1 196 1 3 59 8 Jatipurno 1 3 0 15 1 2 23 9 Girimarto 1 4 0 77 1 2 34 Jumlah 9 34 11 1.193 9 57 398

(18)

Sarana perekonomian ini dapat berupa lembaga-lembaga perekonomian baik yang disediakan oleh pemerintah, swasta, maupun swadaya masyarakat setempat. Ketersediaan lembaga perekonomian di Sub DAS Keduang disajikan pada Tabel 22.

4.4. Keadaan Pertanian

a. Penggunaan Lahan Pertanian

Sekitar 30 – 40% lahan pertanian di Sub DAS Keduang berupa sawah dengan mengandalkan pada ketersediaan air di anak-anak sungai. Kawasan dry-farm landterletak di bagian atas Gunung Lawu di Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Girimarto. Sekitar 30% lahan pertanian berupa kawasan perbukitan (upland area). Kemiringan kawasan perbukitan termasuk curam dengan kisaran 15% sampai 40%. Sebagian besar upland area berupa teras tradisional tanpa pinggiran dan saluran air yang baik. Rerumputan di pinggir teras cukup tersedia, tetapi rerumputan di bantaran sungai jarang ditemukan. Persentase rerumputan semakin berkurang dengan semakin tingginya elevasi teras dan bantaran.

Terdapat tiga masa tanam di upland area. Masa tanam pertama umumnya ditanami padi atau jagung dan ketela, yang dimulai dari pertengahan Oktober sampai pertengahan November dan panen dari pertengahan Januari sampai akhir Februari. Masa tanam kedua segera dimulai setelah panen, dengan komoditas yang ditanam adalah kedelai, kacang tanah, atau jagung. Masa tanam ketiga jarang diterapkan.

b. Produksi Pertanian

Secara umum, ketersediaan bahan pangan padi dan jagung di Kabupaten Wonogiri surplus masing-masing sebesar 58.484 ton padi dan 232.985 ton jagung. Tanaman pangan yang dibudidayakan di Sub DAS Keduang, Kabupaten Wonogiri antara lain padi sawah dan gogo, jagung, ubikayu, kacang tanah dan kedelai. Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman bahan pangan di Sub DAS Keduang dapat dilihat pada Tabel 23.

Dari Tabel 23 dapat diketahui bahwa produksi ubi kayu merupakan produksi bahan pangan terbanyak dibandingkan dengan produksi bahan

(19)

pangan yang lain di Sub DAS Keduang. Hal ini disebabkan sebagian besar lahan pertanian di Sub DAS Keduang cocok digunakan sebagai lahan tegalan, yang sebagian besar masyarakat memanfaatkannya untuk menanam ubi kayu. Bahkan, produk olahan dari ubi kayu yang berupa gaplek merupakan komoditas ekspor yang mendominasi nilai ekspor Kabupaten Wonogiri selama beberapa tahun. Produksi bahan pangan terendah adalah produksi kedelai, dengan luas panen hanya 934 ha.

Tabel 23. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Bahan Pangan di Sub DAS Keduang

Nomor Komoditas Luas Panen (ha) Produksi (kw) Produktivitas (kw/ha) 1 Padi sawah 17.212 979.000 56,88 2 Padi gogo 1.508 50.514 33,50 3 Jagung 22.990 1.427.789 62,10 4 Ubi kayu 20.777 3.074.928 148,00 5 Kacang tanah 18.523 246.417 13,03 6 Kedelai 934 9.896 10,60

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri (2009) c. Irigasi

Dalam kegiatan usahatani, faktor pengairan atau irigasi memegang peranan penting karena irigasi memerlukan penyediaan lahan sesuai dengan jenis irigasinya. Irigasi yang diterapkan di Sub DAS Keduang ada enam macam, yaitu irigasi teknis, irigasi ½ teknis, irigasi sederhana, irigasi non PU, tadah hujan dan pasang surut. Data mengenai luas penggunaan tanah sawah berdasarkan keadaan irigasi di Sub DAS Keduang disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24. Luas Lahan Berdasarkan Jenis Irigasi di Sub DAS Keduang Tahun 2008

Nomor Jenis Irigasi Luas (ha) Persentase (%)

1 Irigasi Teknis 1.718 12,05 2 Irigasi ½ Teknis 4.228 29,65 3 Irigasi Sederhana 4.996 35,03 4 Irigasi Non PU 615 4,03 5 Tadah Hujan 2.554 17,91 6 Pasang Surut 150 1,05 Luas keseluruhan 14.261 100

(20)

Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan pertanian sawah di Sub DAS Keduang masih menggunakan irigasi sederhana. Luas lahan pasang surut merupakan luas lahan terkecil. Lahan pasang surut merupakan wilayah waduk Wonogiri yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk ditanami padi pada saat air di waduk sedang surut.

Gambar

Gambar 11. Peta lokasi Sub-DAS Keduang
Tabel 9. Luas Sub-DAS Keduang berdasarkan wilayah administrasi
Tabel 10. Rincian  Desa-desa  dan  Kecamatan-kecamatan  di  Kabupaten  Wonogiri yang Masuk Wilayah Sub DAS Keduang
Gambar 13. Peta Jenis Tanah di Wilayah Sub-DAS Keduang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap performance hasil Teknologi estrus synchronization dan teknologi IB jenis boer pada kambing lokal di kabupaten

Rata-rata persepsi guru IPA SMP Kota Pekanbaru terhadap kualitas buku teks pelajaran IPA berbasis Kurikulum 2013 untuk SMP/MTs kelas VII terbitan Kemendikbud pada

Dukungan juga diterima informan dari petugas pelayanan kesehatan yang lebih banyak memberikan konseling, edukasi dan informasi tentang penyakit MDR-TB, penularan,

Terdapat 4 (empat) pola perubahan ke Identitas Banjarmasin sebagai kota sungai tergambar dari arsitektur tepian sungai dan aktivitas masyarakatnya yang masih memiliki

Penerapan metode penskalaan dalam perancangan termodinamik motor baru mensyaratkan penentuan parameter-parameter yang mempengaruhi unjuk kerja motor yang sedang dirancang,

Sesuai dengan hasil wawancara dengan ustadzah Siti Anshariyah yang menyatakan bahwa: ”.....di TPQ Wardatul Ishlah ini menggunakan metode pengajaran qiroati yang mana dalam

Pada analisis pertama, teks dibagi menjadi dua klausa. Pronomina relatif yang dianggap sebagai pemarkah karena dipahami terdapat pronominal dirinya yang mengikuti

mestinya dalam urusan akherat lebih-lebih kita tidak ingin menjadi orang rendahan. Janganlah diantara kita merasa puas dengan amalan shalih yang telah ia perbuat di