• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pulau di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dengan ciri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Setiap pulau di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dengan ciri"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap pulau di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dengan ciri khas masing - masing yang berbeda. Salah satu budaya yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia adalah batik. Pada masa lalu, batik digunakan golongan ningrat keraton dengan aturan yang ketat, artinya tidak sembarang orang boleh memakai batik. Setiap motif batik yang mempunyai makna khusus hanya boleh dipakai oleh golongan keluarga keraton sesuai dengan tingkatan kastanya (Wulandari, 2011:2). Sekarang batik dapat dipakai oleh semua golongan, baik golongan pria atau wanita serta golongan kelas sosial menengah keatas maupun kelas sosial menengah kebawah.

Batik mulai dikenal khalayak masyarakat dari dalam negeri maupun mancanegara. Contoh para Menteri Luar Negeri sering memakai batik dalam acara jamuan kenegaraan. Sering juga wisatawan mancanegara membawa pulang batik untuk oleh – oleh ke negara asalnya. Batik telah menjadi busana

adiluhung1 yang mencerminkan cita rasa Indonesia yang indah dan elegan (Wulandari, 2011:194).

Batik sebagai potensi daya tarik wisata dapat dikembangkan menjadi sebuah produk pariwisata. Sebagai salah satu instrumen wisata budaya, sejarah batik dapat ditemukan di museum yang menyediakan diorama sejarah batik.

(2)

Sehingga wisatawan mengetahui bentuk motif dan filosofis batik tersebut dari mana asalnya serta mengetahui batik yang biasanya digunakan oleh keluarga keraton pada tingkatan kastanya. Sebagai wisata minat khusus, batik bisa menjadi oleh – oleh dan wisatawan dapat membuat batik atau membatik dengan karyanya sendiri.

Batik memiliki keunikan dari teknik pembuatan motif dan warna yang mempunyai filosfis. Batik pada umumnya sering dijumpai di pulau Jawa, tetapi batik dengan motif dan ciri khas yang berbeda – beda dapat kita temui di luar pulau Jawa, yaitu : Pulau Sumatra, Bali, Kalimantan, dan Irian Jaya. Setiap daerah memiliki perbedaan dalam pewarnaan batik, motif batik, dan filosofis batik.

Salah satu daerah penghasil batik di Indonesia adalah Kabupaten Wonogiri. Khususnya masyarakat Wonogiri yang berada di Kecamatan Tirtomoyo memiliki keahlian dalam bidang membatik. Batik yang dibuat oleh masyarakat Tirtomoyo memiliki ciri khas motif dan filosofis tersendiri. Ibu Tien istri Presiden Soeharto pernah berkunjung ke Wonogiri dalam rangka kunjungan pameran industri dan kemudian memberi nama batik yang ada di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri dengan sebutan batik Wonogiren.2 Batik Wonogiren akhir – akhir ini kurang diminati konsumen, serta belum banyak dikenal oleh kalangan wisatawan dari dalam negeri maupun mancanegara.

(3)

Berdasarkan uraian di atas, penulis mempunyai keinginan untuk memasarkan batik asal Wonogiri seperti batik – batik di daerah lain, yaitu batik Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan yang sudah terkenal sampai mancanegara. Semoga dengan adanya penelitian tentang “Strategi Pemasaran Batik Wonogiren Kecamatan Tirtomoyo Sebagai Daya Tarik Wisata Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah”, dapat dijadikan acuan untuk pengrajin atau pemilik usaha batik serta Pemerintah dalam meningkatkan strategi pemasarannya. Dengan strategi pemasaran yang lebih baik, diharapkan dapat menarik wisatawan dari dalam negeri maupun mancanegara untuk berkunjung serta membeli batik Wonogiren sebagai oleh – oleh khas atau souvenir dari Kabupaten Wonogiri.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat disarikan rumusan – rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi ciri khas batik Wonogiren sehingga dapat menjadi daya tarik wisata tersendiri ?

2. Bagaimana strategi pemasaran batik Wonogiren ?

1.3Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses pembuataan batik serta ciri khas motif dan filosofis yang ada, sehingga dapat menunjukan kekhasan batik

(4)

2. Mengetahui strategi pemasaran yang tepat agar menjadi lebih efektif.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah dalam penelitian Ilmu Pariwisata di Indonesia mengingat kajiannya yang masih terbatas. Diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan dapat dijadikan sebagai sumber acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemasaran batik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai batik Wonogiren serta sebagai sarana pembelajaran untuk masyarakat dan wisatawan. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan pemilik usaha batik Wonogiren serta menjadi rekomendasi pengambilan kebijakan kepada pemerintah dengan upaya pemasaran untuk meningkatkan kunjungan wisata melalui peningkatan kualitas, fasilitas, dan kegiatan pariwisata budaya.

(5)

1.5Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan tinjauan pustaka sebagai berikut:

a) Skripsi yang ditulis oleh Andreas Adi Prawidana (2012), “Persepsi Konsumen Dalam Membentuk Positioning Batik Tulis Wonogiren”.

Positioning batik tulis wonogiren berdasarkan persepsi konsumen di

Kabupaten Wonogiri adalah warnanya awet dengan memakai produk batik tulis wonogiren dapat menambah eksistensi produk dan perajin. Produk dapat dikenal oleh masyarakat luas dan kompatibel untuk segala usia.

b) Penelitian yang ditulis oleh Litbang Iptek Kabupaten Wonogiri (2011), “Kajian Pengembangan Potensi Daerah Pengembangan Batik Tulis Wonogiren”. Pengembangan potensi daerah dapat menggerakkan kembali sentra batik wonogiren di Tritamoyo, diperlukan satu pola pengembangan yang terintegral dan komprehensif serta didasarkan pada pengembangan ekonomi semata, namun didasarkan juga pada keinginan untuk melestarikan warisan budaya Wonogiri berupa batik tulis wonogiren. Satu hal yang harus dijadikan dalam pengembangan sentra batik adalah perlu dibina para pengrajinnya, sementara untuk pengepul, pedagang dan seterusnya merupakan mata rantai berikutnya. Hal ini dikarenakan, bila para pengrajin ini habis, maka habis pula sejarah batik Wonogiren.

(6)

c) Tesis yang ditulis oleh Dina Christina Yuliarti (2012), “Asesmen Diri Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menegah (UMKM) Batik Semarangan”. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menganalisis aspek manajerial dalam rencana perbaikan kinerja bisnis UMKM batik semarangan melalui metode asesmen diri. Asesmen diri merupakan salah satu metode evaluasi yang digunakan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dalam konsep Total Quality Management (TQM). Hasil asesmen diri menunjukan bahwa variabel masyarakat regulasi, kepemimpinan, serta kemitraan dan sumber daya menempati urutan pertama, kedua, dan ketiga dalam prioritas perbaikan. Sebagian besar responden belum memperhatikan aspek eksternal, terutama lingkungan, masyarakat, dan regulasi. Hal tersebut dikarenakan masih fokusnya terhadap kegiatan bisnis sehari-hari.

d) Tesis yang ditulis oleh Ika Sekartaji (2013), “Analisis Strategi Bersaing Rumah Batik Danar Hadi Surabaya”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan analisis SWOT menunjukkan bahwa Rumah Batik Danar Hadi Surabaya mempunyai kekuatan yang tinggi dari faktor internalnya dan mempunyai peluang yang tinggi dari faktor eksternal, sehingga strategi yang cocok adalah strategi S-O

(Strength-Opportunity) perusahaan mendukung strategi agresif yaitu meraih

peluang yang ada dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya. Dalam mengantisipasi posisi perusahaan di lingkungan industri, maka alternatif strategi yang disarankan adalah strategi diferensiasi dengan

(7)

kemampuan serta sumber daya umum yang diperlukan sebagai syarat dalam menerapkan strategi bersaing generic, yang telah dimiliki oleh Rumah Batik berusaha menjadi unik dalam industrinya.

1.6Landasan Teori

1.6.1 Industri Pariwisata

Menurut Karyono (1997:24) produk maupun jasa yang dihasilkan pada suatu bidang usaha secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama perlawatannya disebut industri pariwisata.

Produk dan jasa dari industri pariwisata dapat memberikan sisi positif untuk perekonomian yang mampu dan berhasil dalam mengelola industri pariwisata. Industri pariwisata sangat luas dengan adanya keinginan serta kemampuan wisatawan untuk menilai berhasil dan tidaknya sebuah industri pariwisata, sehingga sebuah industri pariwisata mampu bertahan dalam waktu cukup lama.

1.6.2 Pemasaran Pariwisata

Dalam buku Vellas dan Becherel (2008:11-12), Lumsdon (1977) berpendapat tentang pemasaran pariwisata yang merupakan “proses manajerial yang mengantisipasi dan memuaskan keinginan pengunjung yang ada”, sehingga calon pengunjung secara efektif akan terpuaskan oleh destinasi pesaing.

(8)

Perubahan manajemen dipacu oleh laba dan manfaat bagi masyarakat atau keduanya, jalan manapun yang ditempuh sukses jangka panjang tergantung dari interaksi antara konsumen dan produsen. Menyelamatkan kebutuhan lingkungan dan masyarakat merupakan inti dari kepuasan konsumen.

Sebuah perusahaan perlu menggunakan manajemen guna melihat kondisi persaingan pasar bebas dalam menentukan pemasarannya. Berlomabanya perusahaan untuk meraih keuntungan setinggi-tingginya dan tidak lupa perusahaan memberikan kepuasan pelayananan maksimal kepada konsumen guna mendapatkan citra dan mengantisipasi hal-hal yang menyimpang dalam sebuah pemasaran yang sedang berlangsung. 1.6.3 Strategi

Menurut John Tribe dalam Vellas dan Becheler (2008:39) menganalisis definisi strategi yang beragam dan menyimpulkan bahwa “strategi adalah rencana induk yang mempunyai ciri kunci tertentu”. Strategi ini digunakan untuk jangka menengah hingga jangka panjang dan menyangkut tujuan yang mengarah pada target tertentu, perencanaan untuk masa datang yang diinginkan di rancang sesuai dengan cara yang tepat untuk merealisasikannya.

Selanjutnya, strategi merupakan unsur yang signifikan karena mampu mempengaruhi pemasaran. Dari jenis produk yang dibuat setelah itu rencana memasarkan dengan mendapatkan harga yang sesuai dan penyaluran penjualannya. Dengan menggunakan strategi perusahaan dapat

(9)

mengambil keputusan tentang biaya pemasaran dan keadaan lingkungan dalam persaingan pasar. Keberhasilan strategi dapat dilihat dari analisa dan faktor daur hidup produk, posisi persaingan perusahaan di pasar serta situasi ekonomi.

1.6.4 Segmentasi

Menurut Vellas dan Becherel (2008:87-88) teknik membagi pasar menjadi beberapa kelompok yang berbeda menurut sifat dan alasan konsumen untuk membeli agar organisasi dapat merencanakan bauran pemasaran yang berbeda disebut segmentasi. Segmentasi merupakan proses mengumpulkan dan mengintepretasikan informasi pasar dengan cara mengidentifikasi sifat khusus yang sama serta menciptakan konsumen potensial

Dalam buku Deliyanti Oentoro (2010:68), Kotler (1995) berpendapat mengenai klasifikasi jenis variabel segmentasi, yaitu : segmentasi psikografik.

“Segmentasi psikografik membagi pembeli menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan pada karakteristik status sosial (golongan menengah kebawah, menengah, dan menengah keatas), gaya hidup (modern, tradisional, hemat, dan mewah), dan kepribadian (penggemar atau pemerhati produk)”.

Segmentasi merupakan sebuah metode bagaimana memandang secara kreatif guna mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang yang muncul dalam pasar. Klasifikasi produk dengan kualitas yang mempunyai tingkatan mulai dari kualitas tinggi, sedang, dan rendah dapat membuat

(10)

perbedaan harga pasar dalam memilih konsumen untuk membeli produknya.

Segmentasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan segmentasi karakteristik status sosial kelas menengah. Dengan menggunakan segmentasi karakteristik status sosial kelas menengah membuat para pengrajin dan pengusaha Batik di Kecamatan Tirtomoyo dapat mentargetkan sasaran pangsa pasar mereka sesuai dengan perhitungan keseluruhan produksi dari dalam maupun luar.

1.6.5 Bauran Pemasaran ( Marketing Mix )

Menurut Swastha dan Irawan (1990:78) kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan disebut bauran pemasaran (marketing mix). Dalam pemasaran terdapat empat prinsip dasar yang terdiri dari 4P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Metode ini dikenal dengan bauran pemasaran (marketing mix). Untuk layanan jasa dikenal juga istilah 7P, untuk 4P pertama adalah product, price, place, dan

promotion. Untuk 3P yang selanjutnya adalah bukti fisik (physical evidence), proses (process), dan orang (people).

Dalam perkembangannya saat ini 4P dapat dimodifikasi, sehingga sesuai dengan strategi pemasaran (marketing) yang disusun untuk mencapai tujuan pemasaran (marketing) yang diinginkan. Menurut Lovelock dan Wirtz (2007) modifikasi 4P meliputi 8P: Product, Place,

(11)

Price, Promotion, Process, Physical Environment, People, dan Productivity 3.

1. Produk (Product)

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007) produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk dikonsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaannya. Produk juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawakan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan konsumen (Kotler dan Keller, 2009:4). 2. Tempat (Place)

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007) tempat adalah proses pembuatan produk dengan waktu yang ditentukan untuk mendapatkan ketepatan waktu dalam pengiriman produk kepada konsumen. Kecepatan adalah esensi dalam dunia modern, orang-orang akan menunggu untuk kualitas barang yang dipesan terlebih dahulu. Untuk penyediaan produk maka hubungan produsen dengan konsumen terdiri dari 2 interaksi yaitu, konsumen mendatangi produsen pembuat produk, produsen mendatangi konsumen atau konsumen dan produsen melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan jasa paket pengiriman dalam jarak jauh sehingga memudahkan bisnis yang dilakaukan secara timbal balik.

(12)

3. Harga (Price)

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007) harga yang rendah bukan merupakan patokan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Jika menjual kualitas maka harga harus lebih tinggi dari transaksi tawar-menawar dan harga yang terlalu rendah dapat mempengaruhi tampilan keseluruhan dari perusahaan. Menurut Kotler dan Keller (2009:67) harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja menentukan profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan proporsi nilai suatu produk. Pemasaran produk perlu memahami aspek psikologis dari informasi harga yang meliputi harga referensi (reference price), inferensi kualitas berdasarkan harga (price-quality inferences) dan petunjuk harga (price clues). Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan bagian pemasaran berhak menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga antara lain biaya, keuntungan, praktik saingan dan perubahan keinginan pasar.

4. Promosi (Promotion)

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007) promosi merupakan hal yang sangat banyak hubungannya dengan P yang pertama yaitu produk. Persaingan produk berguna untuk mengetahui keinginan para konsumen dalam menilai produk yang layak atau tidak layak untuk dikonsumsi. Sehingga konsumen berpikir untuk mendapatkan

(13)

produk yang diinginkan. Menurut Oentoro (2010:173) promosi merupakan suatu usaha dari pemasaran dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain, sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya. Dengan menggunakan metode promosi membuat sebuah produk dikenal oleh konsumen. Konsumen dapat menilai produk itu bagus ketika konsumen mensurvei seberapa banyak konsumen yang menyukai cara mempromosikan sebuah produk yang kreatif.

5. Proses (Process)

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007) proses adalah pengalaman membeli bagi konsumen. Sebagai konsumen perlu mengharapkan layanan yang baik dari produsen. Sebuah proses yang buruk akan menyebabkan pengalaman konsumen menceritakan kepada konsumen lain tentang citra yang negatif sehingga memberikan image yang buruk. Memberikan jaminan bahwa perusahaan memiliki konsumen yang berorientasi aman dan kuat adalah kunci untuk mendapatkan kepercayaan dari konsumen. Konsumen untuk mempercayai bahwa suatu produk dikatakan baik dan layak dalam pemasarannya dapat mensurvei atau mengawasi dalam pembuatan produk yang akan dijual.

(14)

6. Lingkungan Fisik (Physical Environment)

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007) lingkungan fisik harus diperluas untuk mencakup keberadaan jaringan. Bersih dan terorganisir dapat membuat lingkungan menjadi menyenangkan serta memiliki dampak yang baik pada konsumen dengan kualitas pelayanannya. Pandangan konsumen terhadap lingkungan sekitar produksi dapat menambah nilai positif apabila lingkungan produksi tersebut nyaman dengan suasana hati para konsumen yang berkunjung.

7. Orang-orang (People)

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007) orang-orang merupakan staf lini depan yang sangat berdampak pada persepsi dan pengalaman konsumen. Konsumen yang datang secara langsung bertatap muka dengan staf atau pegawai dapat membuat nilai positif apabila

hospitality dalam dunia kerja digunakan untuk memuaskan

pelayanan para konsumen. People memiliki tiga hal yaitu service

personnel, the product themselves, dan local resident. Dalam hal

ini pelatihan, pengendalian kualitas, standardisasi kualifikasi dan sertifikasi kompetensi menjadi bagian yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu pemasaran.

8. Produktivitas (Productivity)

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007) produktivitas adalah sebuah bisnis untuk meningkatkan manajemen biaya dan bagaimana

(15)

perusahaan mengetahui produktivitas ke konsumen. Produktivitas sangat erat kaitannya dengan kualitas. Perusahaan menyediakan produk dengan kualitas baik dan konsumen menggunakan produk yang baik dengan biaya terendah. Kualitas jasa produk dapat membentuk citra layanan pada konsumen. Fokus dari kualitas adalah pada kepuasan konsumen dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pemakai jasa dapat terpenuhi melalui jasa yang dikonsumsi dimana citra layanan tersebut dapat terbentuk.

1.6.6 Usaha Daya Tarik Wisata

Menurut Ismayanti (2010:148-149) usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, budaya, dan buatan atau binaan manusia disebut usaha daya tarik wisata. Kegiatannya meliputi membangun dan mengelola objek dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola objek dan daya tarik wisata yang telah ada. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam :

a) Pengusahaan daya tarik wisata alam

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungan untuk dijadikan sasaran wisata.

(16)

b) Pengusahaan daya tarik wisata budaya

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisata. c) Pengusahaan daya tarik wisata minat khusus

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan potensi seni budaya bangsa untuk menimbulkan daya tarik dan minat khusus sebagai sasaran wisata.

1.7 Metode Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui metode deskriptif kualitatif. Menurut Wardiyanta (2006:5) data yang bersifat kualitatif merupakan metode dengan menyesuaikan jenis penelitaian deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual dan akurat.

1. Bahan dan Materi Penelitian

Bahan atau materi penelitian berupa seluruh kegiatan membatik dan pemasaran baik langsung maupun tidak langsung pada industri batik Wonogiren.

Sampel adalah kegiatan membatik dan pemasaran batik Wonogiren. Sampel macam kegiatan membatik dan pemasaran, meliputi: fasilitas yang tersedia, variasi pemasaran, jumlah

(17)

pembatik, jenis produk yang ditawarkan, dan jumlah kunjungan wisatawan.

2. Alat

Alat yang dipakai untuk mengumpulkan data di lapangan adalah kamera guna dokumentasi kondisi kawasan objek wisata (rumah produksi batik), block note guna mencatat informasi terkait lainnya, komputer sebagai alat pengolah / penganalisis data, dan

voice recorder guna merekam hasil wawancara dengan

narasumber. 3. Prosedur Penelitian

Prosedur yang akan dipakai guna mendekati data di lapangan meliputi: studi pustaka, wawancara, dan observasi langsung. Studi pustaka ke perpustakaan dan browsing melalui internet, wawancara dengan pihak pengelola mengenai proses pembuatan batik, proses penjualan atau pemasaran batik, dan turut sertanya Dinas atau Koperasi terhadap kemajuan sentra batik di Kecamatan Tirtomoyo. Observasi langsung dengan cara mengamati dan mendokumentasikan setiap proses penelitian berlangsung seperti akses jalan menuju ke lokasi, tempat usahanya, proses pembuatan batik, dan proses pemasaran.

4. Analisis Hasil

(18)

deskriptif kualitatif. Selanjutnya dibuat strategi pemasaran yang lebih sesuai dan efektif, sehingga dapat diterapkan kedalam manajemen strategi rumah produksi batik.

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan hal yang sangat penting karena mempunyai fungsi untuk menjelaskan garis besar masing – masing bab agar saling berkaitan dan berurutan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam penyusunannya sehingga terhindar dari kesalahan ketika penyajian pembahasan masalah.

Skripsi ini akan terdiri dari empat bab ;

Bab Pertama, berupa pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab Kedua, berupa gambaran umum obyek penelitian berisi gambaran umum Kabupaten Wonogiri, gambaran umum Kecamatan Tirtomoyo, sejarah dan proses membuat batik Wonogiren, sentra batik Wonogiren di Kecamatan Tirtomoyo.

Bab Ketiga, berupa pembahasan strategi pemasaran batik Wonogiren sebagai daya tarik wisata.

Bab Keempat, berupa kesimpulan dan saran.

Selain itu, terdapat pula lampiran meliputi daftar gambar, daftar tabel, peta, dan daftar informan.

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi distribusi air dengan Epanet 2.0 digunakan untuk mengetahui dan membandingkan hasil dari sistem distribusi air bersih yang sudah direncanakan dengan perhitungan

Dari wawancara yang lain yang dilakukan oleh penulis kepada Bu Munawaroh, selaku perangkat Desa Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto beliau menjelaskan bahwa

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kelembagaan kemitraan yang efektif dan berkelanjutan pada model kelembagaan kemitraan usaha kebun kelapa sawit belum terwujud

Data sekunder pada penelitian antara lain adalah Peta Penggunaan Lahan, Peta dan Data Kependudukan, Peta Administrasi, Peta Pola Sungai, Peta Jaringan Jalan, Peta Ket- inggian, Peta

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aspek reproduksi ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) yang meliputi tingkat kematangan gonad, fekunditas, indeks

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan kerangka sasaran mutu peneliti dan kerangka sasaran mutu Kelompok Penelitian yang dapat digunakan sebagai

Nilai salinitas di muara > 30 ppt, hal ini diduga karena penelitian dilakukan pada musim timur menuju peralihan II, dimana pada musim ini intensitas curah hujan tergolong

Beberapa cara diantaranya dengan memenuhi anggaran dan regulasi yang mendukung eksistensi KPK khususnya dalam proses rekruitmen penyidik KPK, mendukung independensi KPK