HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT KELUARGA
DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)
PADA BALITA DI PUSKESMAS LEKSONO 1 WONOSOBO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mencapai Derajat Sarjana
Oleh :
DIMAS AKHMAD ARDIYANTO
1311020059
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
HALAMAN PERSETUJUAN
Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat Keluarga Dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
Pada Balita Di Wilayah Puskesmas
Leksono 1 Wonosobo
Dimas Akhmad Ardiyanto
1311020059
Diperiksa dan disetujui:
Pembimbing I
Drs. H. Ikhsan Mujahid, M.Si
NIP.196503091994031002
Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT KELUARGA
DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)
PADA BALITA DI PUSKESMAS LEKSONO 1 WONOSOBO
2015
Dimas Akhmad Ardiyanto
1311020059
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi
Pada hari Sabtu 28 Februari 2015
SUSUNAN PANITIA UJIAN
Ketua
Sekretaris
Penguji I
Penguji II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Ns. Jebul Suroso S. Kp., M. Kep
Drs. H. Ikhsan Mujahid, M.Si
NIP.196503091994031002
Esti Dwi W. M, Kep
NIP. 197202291998032002
Ns. Umi Solikhah, S.Pd., M.Kep
NIK. 2160188
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama
: Dimas Akhmad Ardiyanto
NIM
: 1311020059
Program Studi
: Sarjana Keperawatan
Fakultas/Universitas : Ilmu Kesehatan/Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penelitian ini adalah hasil
karya saya dan bukan hasil penjiplakan hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini, dan apabila kelak di kemudian hari terbukti ada
unsur penjiplakan, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Purwokerto, 27 februari 2015
Yang membuat pernyataan,
Dimas Akhmad Ardiyanto
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Janganlah m em int a bukt i bahw a do’am u akan di j aw ab oleh Allah
SWT, t api bukt ikanlah kesungguhan dar i do’am u
Kuper sem bahkan k ar ya seder hana ini unt uk :
1. Alm ar hum ah ibuk u, sem oga bahagia di sisi- Nya.
2. Ayahku sem oga sehat selalu
3. Kaka dan adikku yang t elah m endo’akan selam a ini.
4. Sahabat - sahabat k u yang selalu set ia m endukung set iap
usahaku.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabbarakatuh
Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kepada Allah
Subbhanahu
wataalla
, yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya serta berbagai
kenikmatan yang tidak ternilai harganya berupa iman, Islam dan kesehatan,
sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan
Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat Keluarga Dan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Leksono 1 Wonosobo”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
mencapai gelar derajat sarjana pada Program Studi Ilmu Keperawatan S1 Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari peran dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Drs.
H. Ikhsan Mujahid, M.Si dan Esti Dwi W, M.Kep yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1.
Dr. H. Syamsuhadi Irsyad, MH., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
2.
Ns. Jebul Suroso S. Kp., M. Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan keputusan
3.
Kris Linggardini, S. Kp. M. Kep., selaku Ketua Program Studi SI Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
4.
Ns. Umi Solikhah, S.Pd., M.Kep. sebagai Dosen Penguji I yang telah
memberikan kritikan dan saran-saran yang membangun guna kesempurnaan
dalam penulisan skripsi ini.
5.
Supriyadi, S.KM., M.KM. Dosen Penguji II yang telah memberikan kritikan
dan saran-saran yang membangun guna kesempurnaan dalam penulisan
skripsi ini.
6.
Staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan SI Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan bekal ilmu,
sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
7.
Kepala Puskesmas Leksono 1 Wonosobo drg. Sri Sutjiati yang sudah
memberikan izin untuk penelitian.
8.
Kepada kedua orang tua, kakak, dan adik beserta keluarga yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, semangat dan dukungan yang
sudah diberikan.
9.
Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2013 Keperawatan SI yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, tetap semangat, sukses dan tetap menjaga tali
silaturahmi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis menerims kritik dan saran yang membangun
Semoga Allah
Subbhanahu wataalla
memberikan limpahan rahmat-Nya
kepada kita semua. Aamiin.
Wassalamua’laikum warrahmatullahi wabbarakatuh.
Purwokerto, 10 Januari 2015
Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat Keluarga dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita
di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo
Tahun 2015
Dimas Akhmad Ardiyanto
1, Ikhsan Mujahid
2, Esti Dwi W
31
Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto
3Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Latar Belakang:
Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) yang rendah pada keluarga
menyebabkan mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama balita. Balita sangat
rentan terhadap berbagai penyakit seperti ISPA karena daya tahan tubuh menurun.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah kesehatan
yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold, influenza,
pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi.
Tujuan:
untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada
keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di
Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo.
Metode Penelitian:
Metode penelitian ini adalah
deskriptif asosiatif
dengan
pendekatan
cross sectional
. Populasi semua keluarga yang mempunyai balita di
wilayah puskesmas leksono 1 wonosobo. Sampel menggunakan teknik
simple
random sampling
dengan sampel sebanyak 70 responden. Analisis data
menggunakan analisis univariat dan bivariat
.
Hasil Penelitian:
Sebagian besar PHBS responden adalah cukup sebanyak 45
responden (64,3%), sebagian besar balita tidak mengalami ISPA sebanyak 47
responden (67,1%). Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku hidup
bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo
dengan nilai
p
value
adalah 0,015
Kesimpulan:
Ada hubungan antara antara perilaku hidup bersih sehat pada
keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di
Wilayah Puskesmas Leksono
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
...
i
HALAMAN PERSETUJUAN
...
ii
HALAMAN PENGESAHAN
...
iii
SURAT PERNYATAAN
...
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
...
v
KATA PENGANTAR
...
vi
ABSTRAK
...
ix
ABSTRACT
...
x
DAFTAR ISI
...
xi
BAB I
PENDAHULUAN
...
1
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Rumusan Masalah ...
4
C.
Tujuan Penelitian ...
5
D.
Manfaat Penelitian ...
6
E.
Keaslian Penelitian ...
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
...
11
A.
Balita ...
11
B.
Penyakit infeksi saluran pernafasan atas...
13
C.
Perilaku hidup bersih sehat ... ...
21
D.
Kerangka teori ...
36
E.
Kerangka Konsep Penelitian ...
37
BAB III METODE PENELITIAN
...
39
A.
Desain Penelitian ...
39
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ...
39
C.
Populasi dan Sampel ...
39
D.
Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ...
42
E.
Instrumen penelitian ...
45
F.
Teknik pengumpulan data ...
48
G.
Pengolahan Data dan Analisa Data ...
49
H.
Etika Penelitian ...
53
BAB IV HASIL PENELITIAN
...
55
A.
Hasil Penelitian ...
55
B.
Pembahasan ...
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
...
66
A.
Kesimpulan ...
66
B.
Saran ...
66
DAFTAR PUSTAKA
...
68
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 :
Tabel Definisi Operasional ...
44
Tabel 4.1 : Karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan
pekerjaan ...
55
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Perilaku Hidup Bersih Sehat keluarga .
56
Tabel 4.3 :
Distribusi Frekuensi Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) pada Balita ...
56
Tabel 4.4 : Tabulasi Silang Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat
Pada Keluarga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
: Kerangka Teori………..……….. 36
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Pembimbing 1
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2
Lampiran 3 : Surat permohonan izin penelitian
Lampiran 4 : laporan hasil penelitian
Lampiran 5 : Analisis Hasil
Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga dengan Kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita
di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo
Tahun 2014
Latar Belakang:
Perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah pada keluarga
menyebabkan mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama balita. Balita sangat
rentan terhadap berbagai penyakit seperti ISPA karena daya tahan tubuh menurun.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah kesehatan
yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold, influenza,
pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi.
Tujuan:
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup bersih
sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada
balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo.
Metode Penelitian:
Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif asosiatif
dengan
pendekatan
cross sectional
. Sampel yang digunakan adalah
simple random
sampling,
sampel penelitian ini adalah semua balita di Wilayah Puskesmas
Leksono Wonosobo sebanyak 70 responden. Analisa data menggunakan analisa
univariat dan bivariat
.
Hasil Penelitian:
Sebagian besar PHBS responden adalah cukup sebanyak 45
responden (64,3%), sebagian besar balita tidak mengalami ISPA sebanyak 47
responden (67,1%). Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku hidup
bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo
dengan nilai
p
value
adalah 0,015
Kesimpulan:
Ada hubungan antara antara perilaku hidup bersih sehat pada
keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di
Wilayah Puskesmas Leksono
Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti;
sinusitis, common cold, influenza,
pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40% - 60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan terjadi pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat (Rasmaliah, 2004).
ISPA merupakan 10 penyakit utama dan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara yang sedang berkembang. Infeksi saluran pernapasan akut ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun setiap tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada bayi. Penyakit ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan anak balita. Proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30%. Proporsi kematian bayi dan balita karena ISPA di dunia sebesar 19% sampai 26% (Elly, 2012).
Menurut hasil Riskesdas (2013), ISPA merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Sejak tahun 2007 sampai 2013, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27,71%. Selama kurun waktu tersebut cakupan penemuan ISPA tidak pernah mencapai target nasional, termasuk target tahun 2013 yang sebesar 80%.
Pada tahun 2013 tidak ada satupun provinsi yang mencapai target program penemuan ISPA pada balita. Provinsi dengan cakupan penemuan ISPA pada balita tertinggi berturut-turut yaitu Provinsi DKI Jakarta sebesar 73,35%, Nusa Tenggara
Barat sebesar 59,24%, dan Jawa Barat sebesar 43,16%. Tiga provinsi dengan cakupan terendah yaitu Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,75%, Aceh sebesar 3,84%, dan Sulawesi Utara sebesar 4,19%. Adapun Jawa Tengah cakupan penemuan ISPA pada balita sebesar 23,50% (Kemenkes RI, 2013).
Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit. Pengetahuan tentang PHBS diperlukan bagi keluarga
dalam upaya untuk mengajak dan
mendorong kemandirian keluarga untuk berperilaku hidup bersih sehat (Nadesul, 2008 dalam Yuliana, 2009). Perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah pada keluarga menyebabkan mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama balita. Balita sangat rentan terhadap berbagai penyakit seperti ISPA karena daya tahan tubuh menurun (Sumarmo et al, 2008).
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).
PHBS dikembangkan melalui lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan fasilitas kesehatan. Terdapat 10 indikator PHBS di keluarga terdiri dari persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban
sehat, memberantas jentik nyamuk,
mengonsumsi buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah (Kemenkes RI, 2011)
perdesaan (22,8%). Terdapat 20 dari 33 provinsi yang masih memiliki keluarga PHBS baik di bawah proporsi nasional.
Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Leksono tahun 2014, ISPA masuk dalam daftar umum sepuluh besar penyakit dan menempati urutan pertama. Jumlah penderita ISPA tercatat mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 1023 kasus dan tahun 2014 sebanyak 1215 kasus.
Hasil survei di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo terhadap 20 rumah warga dengan menggunakan indikator PHBS diketahui bahwa 40% rumah warga masih masuk kategori PHBS I, 30% masih masuk katergori PHBS II, 20% masuk kategori PHBS III dan hanya 10% rumah warga yang masuk kategori PHBS IV.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang ”Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo Tahun 2014”.
Rumusan Masalah
Perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah pada keluarga menyebabkan mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama balita. Balita sangat rentan terhadap berbagai penyakit seperti ISPA karena daya tahan tubuh menurun. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold, influenza, pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo?
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tentang hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga
dengan kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di
Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo
b. Mengetahui perilaku hidup bersih sehat pada keluarga di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo. c. Mengetahui kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo.
d. Menganalisis hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo.
Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran secara nyata, memperkuat dan mengembangkan teori yang ada serta menambah wawasan ilmu pengetahuan berkenaan dengan pelaksanaan PHBS dan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita. 2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang metode penelitian serta dapat memberikan informasi yang cukup jelas bagi peneliti mengenai hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada keluarga dengan kejadian ISPA pada balita dan pengalaman khususnya dalam mengadakan penelitian ilmiah.
b. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi keluarga untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai cara untuk mencegah timbulnya penyakit terutama ISPA.
c. Bagi Puskesmas
bahan informasi dalam mengoptimalkan program-program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. d. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak referensi tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
e. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan pada keluarga tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya untuk pencegahan penyakit dan diharapkan perawat menjadi change agent dalam masyarakat untuk merubah paradigma sakit menjadi paradigma sehat
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif
asosiatif
dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel yang digunakan adalahsimple random sampling
, sampel penelitian ini adalah semua keluargayang memiliki balita di Wilayah
Puskesmas Leksono Wonosobo
sebanyak 70 responden. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariatHasil Penelitian
Setelah dilakukan pengolahan data didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo b. Bekerja Tidak Tetap
18 15
25,7 22,4
c. Tidak Bekerja 37 52,9
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar umur responden adalah 20-30 tahun sebanyak 31 responden (44,3%), sebagian besar pendidikan responden adalah < SMP dan SMA-PT sebanyak 31 responden (44,3%) dan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 37 responden (52,9%).
b. Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga disajikan dalam tabel 4.2 dibawah ini:
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar PHBS responden adalah cukup sebanyak 45 responden (64,3%) dan sebagian kecil adalah kurang sebanyak 12 responden (17,1%). c. Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan
Atas (ISPA) disajikan dalam tabel 4.3 di bawah ini:
ISPA (f) (%)
ISPA 23 32,9
Tidak ISPA 47 67,1
Total 70 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar balita tidak mengalami ISPA sebanyak 47 responden (67,1%) dan sebagian kecil mengalami ISPA sebanyak 23 responden (32,9%). 2. Analisis Bivariat
Kurang 8 66,7 4 33,3 Total 23 47
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden dengan PHBS baik sebagian besar tidak mengalami ISPA pada balita sebanyak 11 responden (84,6%), responden dengan PHBS cukup sebagian besar tidak mengalami ISPA pada balita sebanyak 32 responden (71,1%) dan responden dengan PHBS kurang sebagian besar mengalami ISPA pada balita sebanyak 8 responden (66,7%). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai p value adalah 0,015, yang artinya p value< α (0,015 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar umur
responden adalah 20-30 tahun
sebanyak 31 responden (44,3%), sebagian besar pendidikan responden adalah < SMP dan SMA-PT sebanyak 31 responden (44,3%) dan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 37 responden (52,9%).
Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar umur responden adalah 20-30 tahun
(44,3%). Bertambahnya umur
seseorang akan terjadi perubahan perilaku dan dengan bertambahnya umur seseorang akan sulit menerima informasi, mereka kurang aktif, mudah terserang penyakit dan cederung mengabaikan PHBS. Menurut Suryanto dalam Wantiyah (2004) mengatakan bahwa usia muda lebih mudah menerima informasi dan lebih bersifat dinamis dibandingkan usia tua sehingga lebih mudah menerima perubahan perilaku. Disamping itu pada usia dewasa muda apabila dilihat dari perkembangan kongnifnya maka kebiasaan berfikir rasional mereka meningkat, juga biasannya mereka
cukup aktif dan jarang menerima penyakit yang berat.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Harwinta (2004) yang menyebutkan bahwa ada pengaruh variabel umur terhadap tingkat PHBS. Dan ada interaksi signifikan antara variabel tindakan dengan umur. Responden yang umurnya < 40 tahun memiliki probabilitas peningkatan tingkat PHBS tatanan rumah tangga sebesar 55,9%. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Yuningsih dalam Wantiyah (2004) menyatakan bahwa ada hubungan yang negatif bermakna antara umur dan perilaku, yaitu semakin muda umur seseorang maka makin baik perilakunya.
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar pendidikan respondena dalah < SMP dan SMA-PT (44,3%). Pendidikan merupakan salah satu usaha pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku sehat keluarga dengan tingkat pendidikan yang kurang mendukung akan menyebabkan rendahnya kesadaran lingkungan, semakin baik tingkat pendidikan formal sehingga akan mematangkan pemahaman tentang pengetahuan kesehatan lingkungan dan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip - prinsip PHBS.
hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Hasil penelitian Amalia (2009) menyebutkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pendidikan dengan PHBS
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden adalah tidak bekerja (52,9%), hal ini mempengaruhi perilaku ibu dalam melakukan PHBS karena di dalam lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh informasi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku Hidup Bersih dan sehat keluarga tidak hanya diukur dari aspek fisik dan mental saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi sehingga diharapkan dapat lebih mendorong atau memfasilitasi keluarga untuk PHBS.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Zaahara dalam Kusumawati, et. al (2008) yang menjelaskan jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dalam keluarga. Makin tinggi status sosial ekonomi yang meliputi jenis pekerjaan, maka makin tinggi pula semakin baik perilaku hidup bersih dan sehat dalam keluarga, dan sebaliknya semakin rendah makin buruk perilaku hidup sehatnya.
b. Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar PHBS responden adalah cukup sebanyak 45 responden (64,3%) dan sebagian kecil adalah kurang sebanyak 12 responden (17,1%).
Hasil penelitian terdapat responden yang memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat cukup dan baik. Hal ini menunjukkan tindakan responden yang baik terhadap kebersihan diharapkan dapat mengurangi atau bahkan mencegah kejadian ISPA. Hal ini menunjukkan
responden mempunyai perhatian khusus pada penggunaan air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, penggunaan jamban sehat seperti jamban tidak bau, mudah dibersihkan, ada ventilasi dan selalu cuci tangan sebelum makan dan sesudah dari WC.
Menurut Depkes (2007) perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya menggunakan air bersih adalah air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah air bersih, agar tidak terkena atau terhindar dari penyakit dan menggunakan jamban sehat adalah setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir serta cuci tangan pakai sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari dengan sabun dapat menghilangkan bakteri yang tidak tampak, minyak/ lemak/ kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh setelah menggunakan sabun.
kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Napu (2012), tentang Gambaran Perilaku Kepala Keluarga tentang PHBS di Desa Tunggulo Selatan Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolango yaitu kurangnya praktik /tindakan responden melakukan PHBS, dimana hanya 12,5% responden dari 100% responden yang melakukan 10 indikator PHBS
c. Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar balita tidak mengalami ISPA sebanyak 47 responden (67,1%) dan sebagian kecil mengalami ISPA sebanyak 23 responden (32,9%).
Penyakit ISPA ini termasuk penyakit menular dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pencemaran udara dalam rumah, kepadatan hunian dan keadaan rumah. Dengan perilaku hidup bersih dan sehat akan menjadikan rumah yang bersih dan menyehatkan pula sehingga penyakit ISPA dapat dicegah (Umbul, 2004).
Keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini ISPA dan kapan mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan agar penyakit anak balitanya tidak menjadi lebih berat. Praktik penanganan ISPA pada tingkat keluarga yang kurang baik akan berpengaruh pada perjalanan penyakit dari ringan menjadi bertambah berat.
Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada balita dalam hal ini adalah praktik penanganan ISPA di keluarga baik dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya (Prabu, 2009)
2. Analisis Bivariat
Dari hasil analisis bivariate tentang hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sebagaimana pada tabel 4.4 diketahui bahwa responden dengan PHBS baik sebagian besar tidak mengalami ISPA pada balita sebanyak 11 responden (84,6%), responden dengan PHBS cukup sebagian besar tidak mengalami ISPA pada balita sebanyak 32 responden (71,1%) dan responden dengan PHBS kurang sebagian besar mengalami ISPA pada balita sebanyak 8 responden (66,7%).
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin baik PHBS responden akan dapat menurunkan persentase kejadian ISPA pada balita. Hal ini didukung dengan teori oleh Umrahwati (2013) bahwa PHBS merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA berulang pada balita. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan mengurangi kemungkinan anak menderita ISPA yang berulang. Dengan gaya hidup bersih dan sehat, berarti kita telah mencegah sedikit terhadap pertumbuhan dan pencegahan kuman yang ada disekitar kita sehingga mengurangi terjadinya resiko infeksi terutama penyakit ISPA pada balita yang sistem kekebalan pada tubuhnya masih kurang
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui nilai p value adalah 0,015, yang artinya p value< α (0,015 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai p value adalah 0,015, yang artinya p value< α (0,015 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara PHBS dengan kejadian ISPA pada balita.
umumnya adalah polusi udara, tercemarnya tanah dan air karena limbah dan kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan berkembangbiaknya vektor. Selain itu, perilaku manusia seringkali menimbulkan masalah dalam hubungannya dengan lingkungan.
Penyakit ISPA ini termasuk penyakit menular dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pencemaran udara dalam rumah, kepadatan hunian dan keadaan rumah. Dengan perilaku hidup bersih dan sehat akan menjadikan rumah yang bersih dan menyehatkan pula sehingga penyakit ISPA dapat dicegah.
Selain itu, Yamin (2007) juga berpendapat bahwa hasil penelitian yang dilakukan yang terkait masalah perilaku hidup bersih sehat untuk mendukung terciptanya rumah tangga yang sehat menyebutkan bahwa kebiasaan ibu dalam pencegahan primer penyakit ISPA dengan menciptakan rumah tangga yang sehat setengahnya responden (50,57%) memiliki kategori tidak baik. Hal ini juga didukung oleh Radhyallah (2009) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara PHBS dengan kejadian ISPA berulang pada Balita di Puskesmas Salotungo Kabupaten Soppeng diperoleh nilai p=0,009.
Hubungan antara PHBS dengan kejadian ISPA dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa semakin baik PBHS maka kejadian ispa dapat diminimalisir atau berkurang. Hal ini dibuktikan pada tabulasi silang dari tabel 4.4 bahwa bahwa responden dengan PHBS baik sebagian besar tidak mengalami ISPA pada balita sebanyak 11 responden (84,6%), responden dengan PHBS cukup sebagian besar tidak mengalami ISPA pada balita sebanyak 32 responden (71,1%) dan responden dengan PHBS kurang sebagian besar mengalami ISPA pada balita sebanyak 8 responden (66,7%)
SIMPULAN
1. Karakteristik responden berdasarkan umur sebanyak 44,3% berumur 20-30 tahun, berdasarkan pendidikan sebanyak 44,3% memiliki pendidikan< SMP dan
SMA-PT dan berdasarkan pekerjaan sebanyak 52,9% tidak bekerja.
2. Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo, sebagian besar PHBS responden adalah cukup sebanyak 45 responden (64,3%) dan sebagian kecil adalah kurang sebanyak 12 responden (17,1%).
3. Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Wilayah
Puskesmas Leksono Wonosobo,
sebagian besar balita tidak mengalami ISPA sebanyak 47 responden (67,1%) dan sebagian kecil mengalami ISPA sebanyak 23 responden (32,9%).
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo dengan nilai p value adalah 0,015.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas saran peneliti sebagai berikut :
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Perawat diharapkan untuk dapat
mengajarkan kepada keluarga tentang cara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga akan dapat mengurangi tingkat kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang akhirnya juga dapat meningkatkan kesehatan anak dan keluarga.
2. Bagi Responden
Diharapkan agar dapat meningkatkan perilaku keluarga untuk melakukan PHBS dan berperan aktif dalam kegiatan PHBS dilingkungan masyarakat. 3. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan materi dalam pembelajaran khususnya dalam pemberian materi tentang hubungan PHBS dengan kejadian ISPA.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya