• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - Ika Dimyati Fachriandini BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - Ika Dimyati Fachriandini BAB II"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Kehamilan

A. Definisi

Kehamilan adalah pertemuan antara sel telur (ovum) dengan

sperma yang menyebabkan amenore pada wanita usia reproduktif

disertai dengan perubahan fungsi anatomi tubuh. Kehamilan berlangsung

selama 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)

(Mochtar, 2012; h. 35).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9

bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3

trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester

ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2012; h.

(2)

B. Tanda – Tanda Kehamilan

Menurut Rustam Mochtar (2012 ; 35 ) tanda – tanda kehamilan adalah sebagai berikut :

1. Tanda – Tanda Presumtif

a. Amenorea (tidak mendapat haid).

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid

terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan

taksiran tanggal persalinan (TTP), yang dihitung dengan

menggunakan rumus dari Naegele.

b. Mual dan Muntah (nausea and vomiting).

Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi

di pagi hari, maka disebut morning sickness (sakit pagi).

Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan,

disebut hiperemesis gravidarum.

c. Mengidam (ingin makan makanan khusus).

Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman

tertentu terutama pada bulan – bulan triwulan pertama. Mereka juga tidak tahan suatu bau – bauan.

d. Pingsan

Jika berada pada tempat – tempat ramai yang sesak dan padat, seorang waniita yang sedang hamil dapat pingsan.

e. Tidak Ada Selera Makan (anoreksia).

Hanya berlangsung pada triwulan pertama

(3)

f. Lelah (fatigue)

g. Payudara Membesar, Tegang, dan Sedikit Nyeri.

Disebabkan karena pengaruh estrogen dan

progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara.

Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.

h. Sering Miksi.

Dikarenakan kandung kemih tertekan oleh rahim

yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul

kembali karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin.

i. Konstipasi/Obstipasi.

Disebabkan karena tonus otot – otot usus menurun oleh kadar hormone steroid.

j. Pigmentasi Kulit.

Hal ini terjadi karena pengaruh hormon kortikosteroid

plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola

payudara, leher, dan dinding perut (line nigra).

k. Pemekaran Vena – Vena (varises).

Dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, hal ini

umumnya dijumpai pada triwulan akhir.

2. Tanda – Tanda Kemungkinan Hamil a. Perut Membesar.

b. Uterus Membesar.

Karena terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan

(4)

c. Tanda Hegar.

Ditemukan di serviks dan isthmus uteri yang lunak

pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6

minggu.

d. Tanda Chadwick.

Perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di

porsio vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat

pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

e. Tanda Piskacek.

Pembesaran dan pelunakkan rahim ke salah satu sisi

rahim yang berdekatan dengan tuba uterine. Biasanya tanda

ini ditemukan di usia kehamilan 7 sampai 8 minggu.

f. Braxton Hicks.

Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika di rangsang. g. Teraba Ballotement.

Fenomena bandul atau pantulan balik. Hal ini dapat

dikenali dengan jalan menekan tubuh janin melalui dinding

abdomen yang kemudia terdorong melalui cairan ketuban dan

kemudian memantul balik ke dinding abdomen atau tangan

pemeriksa. Fenomena bandul jenis ini disebut ballottement in

toto. Jenis lain dari pantulan ini adalah ballottement kepala

yaitu hanya kepala hanin yang terdorong dan memantul

kembali ke dinding uterus atau tangan pemeriksa setelah

memindahkan dan menerima tekanan balik cairan ketuban di

(5)

3. Tanda Pasti Hamil

a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian – bagian janin.

b. Denyut jantung janin yang dibuktikan dengan :

1) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laennec.

2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler.

3) Dicatat dengan feto-elektrokardiogram.

4) Dilihat pada ultrasonografi.

c. Terlihat tulang –tulang janin dalam foto rontgen. C. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Perempuan Hamil.

Menurut Rustam Mochtar (2012; h. 29 - 30) perubahan anatomi

dan fisiologi pada perempuan hamil adalah sebagai berikut:

1. Sistem Reproduksi

a. Uterus

1) Ukuran, rahim membesar akibat hipertrofi dan hyperplasia otot

polos rahim, serabut - serabut kolagennya menjadi

higroskopik, endometrium menjadi desidua. Ukuran pada

kehamilan cukup bulan 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas

lebih dari 4000 cc.

2) Berat, berat uterus naik secara luar biasa dari semula yang

berbobot 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan

(40 minggu).

3) Bentuk dan konsistensi, pada bulan – bulan pertama kehamilan rahim berbentuk seperti buah alpukat, pada

(6)

kehamilan seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil kira – kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur

bebek, dan kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa. Pada

minggu pertama, isthmus rahim mengalami hipertrofi dan

bertambah panjang sehingga jika diraba terasa lebih lunak.

Hal ini disebut tanda Hegar. Pada kehamilan 5 bulan, rahim

teraba seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis

oleh karena itu bagian – bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.

b. Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih

lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan

vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,

bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada

kelenjar – kelenjar serviks (Prawirohardjo, 2010; h. 177). Hal tersebut menjadikan serviks bertambah vaskularisasinya dan

menjadi lunak yang disebut sebagai tanda Goodell. Kelenjar

endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus.

Karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, maka

endoservikal berubah warna menjadi livid atau kebiruan yang

(7)

c. Indung telur (ovarium)

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum

yang dapat ditemukan diovarium. Folikel ini akan berfungsi

maksimal selama 6 – 7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah

yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2010; h. 178).

d. Vagina dan Perineum

Prawirohardjo (2010; 178) menjelaskan bahwa selama

kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas

pada kulit dan otot – otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal sebagai

tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan

hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel – sel otot polos.

e. Kulit

Menurut Prawirohardjo (2010; h. 179) pada dinding kulit

perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam,

dan terkadang juga akan mengenai daerah payidara dan paha.

Perubahan ini dikenal dengan nama striea gravidarum. Pada

multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae

gravidarum sebelumnya. Selain itu, terjadi perubahan pula di garis

pertengahan perut (linea alba) yang akan berubah bertambah

(8)

f. Payudara

Payudara akan bertambah ukurannya di vena – vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan membesar,

kehitaman, dan tegak. Areola akan telbih besar dan kehitaman.

Kelenjar Montgomery akan membesar dan cenderung menonjol

keluar. Jika payudara semakin membesar, striae seperti yang

terlihat pada perut akan muncul pula di payudara (Prawirohardjo,

2010; h. 179).

2. Sistem Kardiovaskular

Pada minggu kelima cardiac output akan meningkat dan

perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik.

Selain itu, denyut jantung juga mengalami peningkatan. Antara

minggu ke-10 dan minggu ke-20 terjadi peningkatan plasma.

Peningkatan estrogen dan progesteron juga akan menyebabkan

terjadinya vasodilatasi dan penutrunan resistensi vaskular perifer.

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan

vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi

telentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah

balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload dan

cardiac output sehingga menyebabkan terjadinya hipotensi arterial

yang dikenal sebagai sindrom hipotensi supine dan pada keadaan

yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran

(9)

Penekanan pada aorta ini juga akan mengurangi aliran

darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi

telentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan

dengan posisi miring kekiri. Oleh karena itu lah mengapa ibu hamil

tidak dianjurkan dalam posisi telentang pada akhir kehamilan.

3. Sistem Respirasi

Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit peruabahan

pada kehamilan tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan

pengambilan oksigen per emnit akan bertambah secara signifikan

pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada

minggu ke-37 dan akan kembali hampir seperti semula sebelum hamil

dalam 24 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010; h. 185).

4. Traktus Digestivus

Prawirohardjo (2010; h. 185) menjelaskan perubahan yang

nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus

digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di

lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis

(heartburn) yang disebabkan oleh refkluks asam lambung ke

esophagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan

menurunnya tonus sfingter esophagus bagian bawah. Mual terjadi

karena penurunan motilitas usus besar.

5. Traktus Urinarius

Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate, dan renal

plasma flow juga akan meningkat. Pada eksresi akan ditemukan

(10)

yang lebih banyak. Glukosuria juga merupakan hal yang umum

terjadi, akan tetapi kewaspadaan terhadap penyakit diabetes mellitus

tetap harus diwaspadai. Sementara itu, proteinuria dan hematuria

merupakan suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal akan dijumpai

peningkatan creatinine cleareance lebih tinggi yaitu 30 %.

6. Sistem Endokrin

Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml

pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan

vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan

mengecil, sedangkan hormon androstenedion, testosteron,

dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat

(Prawirohardjo, 2010; h. 186).

D. Komplikasi pada Kehamilan

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 82 – 126) berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada saat kehamilan yaitu :

1. Mual dan muntah pada kehamilan

a. Definisi

Adalah mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga 16

minggu. Apabila keadaan ini semakin berat, maka dinamakan

hiperemesis gravidarum.

b. Penatalaksanaan

Bila perlu, berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10

(11)

2. Abortus

a. Definisi

Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

diluar kandungan.

b. Penatalaksanaan

1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum dan

tanda – tanda vital ibu.

2) Periksa tanda – tanda syok. Bila ibu mengalami syok, berikan penanganan awal kasus syok.

3) Bila terdapat tanda – tanda sepsis, atau abortus dengan komplikasi berikan antibiotik.

4) Segera rujuk ibu kerumah sakit.

3. Preeklampsia dan Eklampsia

a. Definisi

Preeklampsia adalah tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg pada

usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan disertai dengan

proteinurin. Sedangkan eklampsia adalah semua gejala dan tanda

– tanda preeklampsia dan disertai dengan kejang.

b. Penatalaksanaan

1) Bila terjadi kejang perhatiakan jalan napas, pernapasan, dan

sirkulasi.

2) MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan

eklampsia untuk tatalaksana kejang dan diberikan pada ibu

dengan preeklampsia berat untuk tatalaksana pencegahan

(12)

3) Berikan dosis awal MgSO4 dan rujuk ibu segera ke fasilitas

yang memadai.

4. Ketuban Pecah Dini

a. Definisi

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda – tanda inpartu. b. Penatalaksanaan

1) Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10 hari.

2) Segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai.

5. Kehamilan Lewat Waktu

a. Definisi

Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang berusia lebih

dari 42 minggu penuh terhitung sejak hari pertama haid terakhir.

b. Penatalaksanaan

1) Sedapat mungkin rujuk ibu ke fasilitas yang memadai.

2) Tawaran induksi persalinan dimulai dari usia kehamilan 41

minggu.

3) Pemeriksaan antenatal untuk mengawasi kehamilan usia 41 – 42 minggu yang meliputi non-stress test dan pemeriksaan

volume cairan ketuban.

(13)

E. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Kunjungan pemeriksaan antenatal menurut Kemenkes RI (2013; h.

22) adalah sebagai berikut :

1. Trimester I

Jumlah kunjungan minimal satu kali dengan waktu kunjungan yang

dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan sebelum minggu ke 16.

2. Trimester II

Jumlah kunjungan minimal satu kali dengan waktu kunjungan yang

dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 24 – 28 minggu. 3. Trimester III

Jumlah kunjungan minimal dua kali dengan waktu kunjungan yang

dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 30 – 32 minggu dan pada saat umur kehamilan 36 – 38 minggu.

Tabel 2.1 Rangkuman Tatalaksana Asuhan Antenatal Pertrimester.

Pemeriksaan dan tindakan I II III

Anamnesis

Riwayat medis lengkap

Catatan pada kunjungan sebelumnya Keluhan yang mungkin dialami selama hamil

V

(14)

Pemeriksaan fisik obstetrik

Vulva / perineum Pemeriksaan inspekulo Tinggi fundus

Pemeriksaan obstetri dengan manuver leopold Denyut jantung janin

Golongan darah ABO dan rhesus Kadar glukosa darah

Skrining status TT dan vaksinasi sesuai status Zat besi dan asam folat

(15)

Tabel 2.2 Klasifikasi Kehamilan

Kategori Gambaran

Kehamilan normal. Keadaan umum ibu baik. Tekanan darah < 140/90 mmHg.

Bertambahnya berat badan sesuai minimal 8 kg selama kehamilan ( 1 kg tiap bulan ) atau sesuai IMT ibu.

Edema hanya pada ekstremitas.

Denyut jantung janin 120 – 160 x / menit. Kehamilan normal. Gerakan janin dapat dirasakan setelah usia 18

– 20 minggu hingga melahirkan. Tidak ada kelainan riwayat obstetri.

Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan. Pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas normal.

Kehamilan dengan masalah khusus. Seperti masalah keluarga atau psikososial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan finansial, dan lain – lain.

Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan atau kerjasama penanganannya.

Riwayat pada kehamilan sebelumnya yaitu janin atau neonatus mati, keguguran ≥ 3 x, bayi < 2500 gram atau > 4500 gram, hipertensi, dan pembedahan pada organ reproduksi.

Kehamilan saat ini yaitu kehamilan ganda, usia ibu < 16 tahun atau > 40 tahun, Rh ( - ), hipertensi, massa pelvis, penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus, malaria, HIV, sifilis, TBC, anemia berat, penyalahgunaan obat – obatan dan alkohol, lila < 23,5 cm, tinggi badan ibu < 145 cm, kenaikan berat badan < 1 kg atau > 2kg tiap bulan atau tidak sesuai dengan IMT ibu, TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan ibu, pertumbuhan janin terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin, malposisi / malpresentasi, gangguan kejiwaan, dan kondisi – kondisi lain yang dapat memperburuk kehamilan.

Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan segera.

Perdarahan, preeklampsia, eklamsia, ketuban pecah dini, gawat janin, atau kondisi – kondisi kegawatdaruratan lain yang mengancam nyawa ibu dan bayi.

(16)

II. Persalinan

A. Definisi

Persalinan adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu

sendiri, tanpa bantuan alat – alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar, 2012; h.69).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2008; h. 672).

B. Tanda – Tanda Persalinan

Menurut Rustam Mochtar (2012, h. 70) tanda – tanda inpartu adalah sebagai berikut yaitu :

1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan

teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan – robekan kecil pada serviks.

3. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah terjadi

pembukaan.

C. Mekanisme Persalinan Normal

Rustam Mochtar (2012, h. 71) mengatakan bahwa kala satu

persalinan adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi

pembukaan lengkap 10 cm. kala dua persalinan adalah kala

pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah

dengan kekuatan untuk mengejan mendorong janin hingga keluar. Kala

(17)

plasenta, dan kala empat persalinan adalah mulai dari lahirnya uri

sampai 2 jam postpartum.

a. Kala I (kala pembukaan)

1) Fase laten

Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai

pembukaan 3 cm, yang lamanya sekitar 7 – 8 jam. 2) Fase aktif

Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi

3 sub fase yaitu :

a) Periode akselerasi

Periode ini berlangsung selama 2 jam dan

pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal

Periode ini berlangsung selama 2 jam dan

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi

Periode ini berlangsung lambat dan dalam waktu 2

jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

b. Kala II (kala pengeluaran janin)

Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul

seingga terjadi tekanan pada otot – otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengejan. Karena terdapat

tekanan pada rektum, ibu merasa seperti ingin buang air besar

dengan ditandai anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai

(18)

mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh

tubuh janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1,5 – 2 jam dan pada multi berlangsung 30 menit – 1 jam.

c. Kala III (kala pengeluaran uri)

Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat,

dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari

sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan

pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau

dengan sedikit dorongan dari atas simfisi atau fundus uteri. Seluruh

proses umumnya berlangsung 5 – 300 menit setrlah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100 – 200 cc.

d. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah

bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama

pada bahaya perdarahan postpartum.

Tabel 2.3 Lamanya Persalinan pada Primigravida dan Multigravida.

Primi Multi

Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam 30 menit

Kala III 30 menit 15 menit

Lamanya persalinan 14,5 jam 7 jam 45 menit

(19)

1. Mekanisme Persalinan (Varney, 2008; h. 754 – 755). a. Engagement

Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah

melalui pintu atas panggul.

b. Penurunan

Terjadi selama persalinan. Penurunan merupakan hasil

dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua,

dorongan yang dilakukan ibu disebabkan karena kontraksi otot – otot abdomennya.

c. Fleksi

Melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik

yang lebih kecil digantikan dengan diameter kepala janin yang

lebih besar. Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu dengan

tahanan, tahanan ini meningkat ketika terjadi penurunan dan yang

kali pertama ditemui adalah dari serviks, lalu dari sisi – sisi dinding pelvis, hingga akhirnya dari dasar pelvis.

d. Rotasi internal

Mekanisme ini menyebabkan diameter anteroposterior

kepala janin menjadi sejajar dengan diameter anteroposterior

pelvis ibu. Oksiput berotasi ke bagian anterior pelvis ibu, bi bawah

simfisis pubis. Ketika oksiput berotasi dari posisi LOP, ROP, LOT,

atau ROT, bahu juga berotasi dengan kepala sampai mencapai

posisi LOA atau ROA. Ketika oksiput melakukan rotasi 45 derajat

akhir de dalam posisi oksiput anterior, bahu bayi tidak melanjutkan

(20)

masuk ke pintu atas panggul pada salah satu diameter oblik. Oleh

karena itu, mekanisme ini memiliki efek memutar leher 45 derajat.

e. Pelahiran kepala

Berlangsung melalui ekstensi kepala untuk

mengeluarkan oksiput-anterior.ekstensi harus terjadi ketika

oksiput berada di bagian anterior karena kekuatan tahanan pada

dasar pelvis yang membentuk sumbu Carus yang mengarahkan

kepala menuju pintu bawah vulva. Dengan demikian, kepala

dilahirkan dengan ekstensi meliputi oksiput, sutura sagital,

fontanela anterior, alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu secara

berurutan muncul dari perineum.

f. Rotasi eksternal

Terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat menyebabkan

diameter bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior

pada pintu bawah panggul. Hal ini menyebabkan kepala

melakukan rotasi eksternal lain sebesar 45 derajat ke posisi LOT

atau ROT, tergantung pada arah restitusi.

g. Pelahiran bahu

Bahu anterior terlihat pada orifisium vulvovaginal yang

menyentuh di bawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian

menggembungkan perineum dan lahir dengan fleksi lateral.

Setelah bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu

Carus dan segera lahir. Sumbu Carus adalah ujung keluar paling

(21)

2. Komplikasi pada persalinan

a. Komplikasi pada kala satu dan kala dua persalinan.

Menurut Varney (2008; h. 780 – 802) adalah sebagai berikut : 1) Riwayat seksio sesaria sebelumnya.

2) Persalinan atau kelahiran prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai

pada awal usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu ke

37. Penatalaksanaan pada persalinan prematur didasarkan

pada pertama kali dengan mengidentifikasi wanita yang

beresiko mengalami komplikasi ini.

3) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda – tanda inpartu (Kemenkes RI, 2013; h.122)

a) Penatalaksaan (Kemenkes RI, 2013; h. 122).

(1) Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10 hari.

(2) Segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai.

4) Amnionitis dan korioamnionitis

Varney (2008; h. 792) mengatakan amnionitis adalah

inflamasi kantong amnion dan cairan amnion. Korioamnionitis

adalah inflamasi korion selain infeksi cairan amnion dan

kantong amnion.

a) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada kasus ini menurut Varney (2008; h.

(22)

(1) Fasilitasi kelahiran.

(2) Induksi oksitosin atau augmentasi untuk

memperpendek fase laten persalinan.

(3) Hidrasi dengan cairan intravena.

(4) Pemantauan tanda – tanda vital setiap jam. (5) Pelaporan ke dokter pediatrik.

5) Prolaps tali pusat

Tindakan berikut dilakukan jika terjadi prolaps tali

pusat menurut varney (2008; h. 795) adalah sebagai berikut :

a) Tempatkan seluruh tangan anda ke dalam vagina wanita

dan pegang bagian presentasi janin ke atas sehingga tidak

menyentuh tali pusat di pintu atas panggul.

b) Jangan mencoba mengubah letak tali pusat pada kondisi

apapun.

c) Segera panggil bantuan dan panggil dokter atau segera

rujuk ibu ke fasilitas yang memadai.

6) Disporposi sefalopelvik

Adalah disporposi antara ukuran janin dan ukuran

pelvis, yaitu ukuran pelvis tidak cukup besar untuk

mengakomodasi keluarnya janin (Varney, 2008; h. 797).

a) Indikasi kemungkinan disporposi sefalopelvik

(1) Ukuran janin besar.

(2) Tipe dan karakteristik khusus tubuh wanita secara

umum.

(23)

(4) Pelvis platipeloid.

(5) Malpresentasi atau malposisi (Varney, 2008; h. 797).

7) Disfungsi uterus

a) Disfungsi uterus hipotonik

(1) Tanda dan gejala disfungsi uterus hipotonik menurut

Varney (2008; h. 799) adalah sebagai berikut :

(a) Kontraksi saat ini tidak nyeri sekali, kemajuan

persalinan berhenti.

(b) Kontraksi uterus tidak adekuat, durasi singkat dan

intensitas ringan.

(c) Tidak ada kemajuan dilatasi serviks atau

penurunan janin.

b) Disfungsi uterus hipertonik

(1) Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik menurut

Varney (2008; h. 800) adalah sebagai berikut :

(a) Kontraksi terasa sangat nyeri selama periode

persalinan dan keparahan kontraksi saat palpasi.

(b) Kontraksi sering dan tonisisitas tidak teratur.

(c) Tidak ada kemajuan pendataran dan dilatasi

serviks.

b. Komplikasi pada kala tiga persalinan

1) Plasenta tertinggal

Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum

(24)

Manajemen untuk kasus ini adalah dengan manual plasenta

(Varney, 2008; h. 831).

2) Perdarahan kala tiga

3) Retensio plasenta

Adalah plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit

setelah bayi lahir. Manajemen untuk kasus ini adalah dengan

manual plasenta dan segera merujuk ibu ke fasilitas

kesehatan yang memadai.

4) Inversio uterus

Adalah keadaan uterus benar – benar membalik dari bagian dalam keluar sehingga bagian dalam fundus menonjol

keluar melalui orifisum serviks, turun dan masuk kedalam

introitus vagina, dan menonjol keluar melewati vulva (Varney,

2008; h. 833).

c. Komplikasi pada kala empat persalinan

1) Perdarahan postpartum

a) Definisi

Definisi perdarahan adalah kehilangan darah secara

abnormal. Rata – rata kehilangan darah selama pelahiran pervaginam tanpa komplikasi adalah lebih dari 500 ml

(Varney, 2008; h. 841).

b) Faktor predisposisi

(1) Distensi berlebihan pada uterus.

(2) Induksi oksitosin atau augmentasi.

(25)

(4) Kala satu atau kala dua yang memanjang.

(5) Grande multipara.

(6) Riwayat atonia uteri.

3. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Berikut ini adalah langkah – langkah asuhan persalinan normall menurut Kemenkes RI (2013; h. 39 – 49) :

Mengenali tanda dan gejala kala dua

1. Memeriksa tanda berikut :

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan atau vaginanya.

c. Perineum menonjol dan menipis.

d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat – obatan esensial, yaitu :

a. Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril / DTT

siap dalam wadahnya.

b. Semua pakaian, handuk, selimut, dan kain untuk bayi dalam

kondisi bersih dan hangat.

c. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan thermometer dalam

kondisi baik dan bersih.

d. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril

(26)

e. Untuk resusitasi, tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat,

3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir,

lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

f. Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu : cairan

kristaloid, set infuse.

3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu

tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.

4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan

handuk atau tisu bersih.

5. Pakai sarung tangan steril / DTT untuk pemeriksaan dalam.

6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan

oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set /

wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit.

Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik

7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan

kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila

selaput ketuban belum pecah, dengan syarat : kepala sudah

masuk dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,

(27)

rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua

tangan setelahnya.

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali / menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak

normal.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan

Meneran.

11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran.

a. Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia

merasa nyaman.

b. Anjurkan ibu untuk cukup minum.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

a. Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

b. Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 60 menit.

Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi.

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

(28)

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Membantu Lahirnya Kepala.

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering,

sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

a. Anjurkan ibu untuk meneran sambil bernapas cepat dan

dangkal.

20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal

itu terjadi.

a. Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali

pusat lewat kepala bayi.

b. Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu

gunting di antaranya.

21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

Membantu Lahirnya Bahu.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

a. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal

hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis.

b. Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu

(29)

Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai.

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah kke

arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku

sebelah bawah.

a. Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan

yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.

a. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki

dan pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya).

Penanganan Bayi Baru Lahir.

25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut

untuk menilai apakah ada asfiksia bayi :

a. Apakah kehamilan cukup bulan?

b. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap – megap? c. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir

normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.

a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya. Kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

b. Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.

c. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut

(30)

27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain

dalam uterus (hamil tunggal).

Manajemen Aktif Kala III

28. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan

oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin

10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali

pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada

asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem

penjepit dorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan lakukan

penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Potong dan ikat tali pusat.

a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit

kemudian gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil

lindungi perut bayi).

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT / steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan

lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.

c. Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.

32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan

(31)

perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang

topi pada kepala bayi.

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva.

35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan

tangan yang lain.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah dorso-kranial

secara hati – hati, untuk mencegah terjadinya inversion uteri. a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk menstimulasi puting susu.

37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan

arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros

jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat :

1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.

2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.

(32)

4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit

setelah bayi lahir.

6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau

steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian

gunakan jari – jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus

uterus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara

lembut hingga uterus berkontraksi (fundus terba keras).

a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak

berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil /

masase.

Menilai Perdarahan

40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkapndan utuh.

41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.

Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV)

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

(33)

43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak

kulit ibu – bayi (di dada ibu minimal 1 jam). 44. Setelah kontak kulit ibu – bayi dan IMD selesai :

a. Timbang dan ukur bayi.

b. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis

(tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).

c. Suntikkan vitamin K 1 mg IM dip aha kiri anterolateral bayi.

d. Pastikan suhu tubuh bayi normal.

e. Berikan gelang pengenal pada bayi.

f. Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan.

45. Satu jam setelah pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.

46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan

pervaginam.

a. Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.

d. Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia

uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.

47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi, mewaspasdai tanda bahaya pada ibu, serta kapan

harus memanggil bantuan medis.

(34)

49. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30

menit selama jam kedua pascasalin.

50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik serta suhu tubuh bayi normal.

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi.

52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.

54. Pastika ibu merasa nyaman.

55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam kelaur dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan

bersih.

58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

(35)

4. Inisiasi Menyusui Dini ( IMD )

a) Definisi

Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi

mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit

bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama satu jam

segera setelah lahir, kemudian bayi akan mencari payudara ibu

dengan sendirinya ( Sondakh, 2013; 170 ).

b) Manfaat Inisiasi Menyusui Dini ( IMD )

(1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

(a) Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi,

sehingga apabila bayi diletakkan di dada ibu segera

setelah lahir, dapat menurunkan risiko hipotermia dan

menurunkan kematian akibat kedinginan.

(b) Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan

mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusu eksklusif

dan mempertahankan menyusu daripada yang menunda

menyusu dini. Lalu, sentuhan, kuluman / emutan dan

jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang oksitosin

yang penting untuk membuat rahim berkontraksi dan

merangsang pengaliran ASI dari payudara.

(2) Keuntungan Inisiasi Menyusui untuk ibu

(a) Oksitosin

(i) Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko

(36)

(ii) Merangsang pengeluaran kolostrum dan

meningkatkan produksi ASI.

(iii) Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan

bayi.

(iv) Ibu menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran

plasenta, dan pengalihan rasa nyeri dan berbagai

prosedur pascapersalinan lainnya.

(b) Prolaktin

(i) Meningkatkan produksi ASI.

(ii) Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai

rasa kurang nyaman.

(iii) Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi

selesai menyusu.

(iv) Menunda ovulasi.

(3) Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini untuk bayi

(a) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat

kolostrum segera disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

(b) Segera mendapatkan kekebalan pasif pada bayi.

(c) Meningkatkan kecerdasan.

(d) Membantu bayi mengoordinasikan kemampuan mengisap,

menelan, dan napas.

(e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.

(f) Mencegah kehilangan panas.

(37)

5. Ketuban Pecah Dini ( KPD )

a) Definisi

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu (

Kemenkes RI, 2013; 122 ).

b) Diagnosis

Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis

didapatkan pasien merasa keluar cairan yang banyak secara tiba

– tiba. Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan

dilakukan penanganan aktif karena dapat mengurangi latensi dan

meningkatkan resiko infeksi ( Kemenkes RI, 2013; 122 ).

c) Etiologi

Manuaba ( 2012; 119 ) menyebutkan bahwa penyebab

atau etiologi dari ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

(1) Serviks inkompeten.

(2) Overdistensi uterus.

(3) Faktor keturunan ( ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,

dan kelainan genetik ).

(4) Grande multipara.

(5) Disproporsi sefalopelvik.

(38)

d) Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dimulai dengan

terjadi pembukaan prematur serviks. Ketuban yang terkait dengan

pembukaan mengalami devaskularisasi, nekrosis, dan dapat

diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga ketuban,

semakin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat

dengan infeksi yang mengeluarkan enzim ( enzim proteolitik dan

kolagenase ) ( Manuaba, 2012; 119 – 120 ). e) Faktor predisposisi

Sarwono Prawirohardjo ( 2010; 678 ) menyebutkan bahwa

faktor yang menunjang kejadian ketuban pecah dini adalah

sebagai berikut :

(1) Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.

(2) Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat

pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.

Menurut Kemenkes RI ( 2013; 123 ) faktor predisposisi

ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

(1) Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.

(2) Infeksi traktus genital.

(3) Perdarahan antepartum.

(39)

f) Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini

bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal

maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi

tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea

atau gagalnya persalinan normal ( Prawirohardjo, 2010; 678 ).

g) Tatalaksana

Menurut Kemenkes RI ( 2013; 123 )

(1) Tatalaksana umum

(a) Berikan eritromisin 4 x 250 mg selama 10 hari.

(b) Rujuk ke fasilitas yang memadai.

(2) Tatalaksana khusus

Pada rumah sakit rujukan, tatalaksana ketuban pecah dini

sesuai dengan umur kehamilan, yaitu :

(a) Usia kehamilan ≥ 34 minggu.

(i) Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila

tidak ada kontraindikasi.

(b) Usia kehamilan 24 – 33 minggu.

(i) Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan

kematian janin lakukan persalinan segera.

(ii) Berikan deksametason 6 mg IM setiap 12 jam

selama 48 jam atau betametason 12 mg IM setiap

24 jam selama 48 jam.

(iii) Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi

(40)

(iv) Bayi dilahirkan di usia 34 minggu, atau di usia

kehamilan 32 – 33 minggu bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil

menunjukkan bahwa paru sudah matang.

(c) Usia kehamilan ≤ 24 minggu.

(i) Pertimbangan dilakukan dengan melihat resiko ibu

dan janin.

(ii) Lakukan konseling pada pasien. Terminasi

kehamilan mungkin menjadi pilihan.

(iii) Jika terjadi infeksi ( korioamnionitis ) lakukan

tatalaksana sesuai kasus.

6. Induksi persalinan

a) Definisi

Induksi partus adalah suatu upaya agar persalinan mulai

berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan

dengan jelan merangsang timbulnya his ( Mochtar, 2012; 40 ).

b) Nilai pelvis ( pelvic score )

Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih

dahulu pemeriksaan dalam guna memberikan kesan tentang

keadaan serviks, bagian terbawah janin dan panggul. Hasil

pemeriksaan dicatat dan disimpulkan dalam suatu tabel nilai

(41)

Tabel 2.4 Nilai Pelvis ( pelvic score )

Sumber : Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 2.

c) Indikasi

Menurut Mochtar ( 2012; 40 ) indikasi dilakukannya induksi

persalinan adalah sebagai berikut :

(1) Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi dan

eklamsi.

(2) Postmaturitas.

(3) Ketuban pecah dini.

(4) Kematian janin dalam kandungan.

(5) Diabetes mellitus pada kehamilan 37 minggu.

(6) Antagonisme rhesus.

(7) Penyakit ginjal berat.

(8) Hiramnion yang besar ( berat ).

(9) Cacat bawaan seperti anensefalus.

(10) Keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin.

(42)

(13) Indikasi nonmedis, sosial dan ekonomi, dan sebagainya.

d) Kontraindikasi

Menurut Mochtar ( 2012; 41 ) kontra indikasi dilakukannya

induksi persalinan adalah sebagai berikut :

(1) Disproporsi sefalopelvik.

(2) Ibu menderita penyakit jantung berat.

(3) Hati – hati pada bekas operasi atau uterus yang cacat. e) Cara induksi partus

Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

(1) Cara kimiawi

(2) Cara mekanis

(3) Cara kombinasi mekanis dan kimiawi

f) Induksi persalinan dengan prostaglandin E1

Misoprostol atau cytotec adalah prostaglandin E1 sintetik

dalam dosis 100 atau 200 mcg yang berguna untuk pencegahan

ulkus peptikum. Obat ini telah digunakan secara “ off label “ untuk pematangan serviks prainduksi dan dapat diberikan per oral atau

per vagina. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa tablet

misoprostol yang dimasukkan kedalam vagina efektifitasnya sama

atau lebih baik dibandingkan dengan gel prostaglandin E1

intraserviks ( Cunningham, 2014; 525 ).

Tablet prostaglandin E1 juga efektif jika diberikan per oral.

Windrim, dkk dalam Cunningham ( 2014; 525 ) melaporkan bahwa

pemberian misoprostol per oral memiliki manfaat yang serupa

(43)

Induksi persalinan dengan prostaglandin E1 baik misoprostol oral

maupun per vagina dapat digunakan untuk pematangan serviks

atau induksi persalinan.

7. Non Stress Test ( NST )

Prawirohardjo ( 2010; 231 – 232 ) menjelaskan bahwa pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung

janin dalam hubungannya dengan gerakan / aktifitas janin. Berikut ini

adalah interpretasi NST :

a) Reaktif

(1) Terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin dalam waktu 20

menit pemeriksaan yang disertai dengan adanya akselerasi

paling sedikit 10 – 15 dpm.

(2) Frekuensi dasar denyut jantung janin di luar gerakan janin

antara 120 – 160.

(3) Variabilitas denyut jantung janin antara 6 – 25 dpm. Variabilitas denyut jantung janin adalah gambaran osilasi yang

tidak teratur, yang nampak pada rekaman denyut jantung

janin.

b) Non reaktif

(1) Tidak didapatkan gerakan janin selama 20 menit pemeriksaan

atau tidak ditemukan adanya akselerasi pada setiap gerakan

janin.

(2) Variablitias denyut jantung janin mungkin masih normal atau

(44)

c) Meragukan

(1) Terdapat gerakan janin tetapi kurang dari 2 kali selama 20

menit pemeriksaan atau terdapat akselerasi yang kurang dari

10 dpm.

(2) Frekuensi dasar denyut jantung janin normal.

(3) Variabilitas denyut jantung janin normal.

8. Partograf

a) Definisi

Prawirohardjo ( 2010; 315 ) mengatakan bahwa partograf adalah

alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama

penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan serta mendeteksi apakah proses persalinan

berjalan secara normal.

b) Halaman depan partograf

Prawirohardjo ( 2010; 316 – 317 ) menjelaskan bahwa halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai

pada fase aktif persalinan, dan menyediakan lajur serta kolom

untuk mencatat hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan

termasuk :

(1) Informasi tentang ibu.

(2) Waktu pecahnya selaput ketuban.

(3) Kondisi janin.

(4) Kemajuan persalinan.

(5) Jam dan waktu.

(45)

(7) Obat – obatan dan cairan yang di gunakan. (8) Kondisi ibu.

(9) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya.

c) Cara pengisian halaman depan partograf

(1) Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan ( tertulis

sebagai “ jam “ pada partograf ) dan perhatikan kemungkinan

ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya

pecah ketuban.

(2) Kesehatan dan kenyamanan janin

(a) Denyut jantung janin

Nilai dan catat denyut jantung janin setiap 30 menit ( lebih

sering jika ada tanda – tanda gawat janin ). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Catat

denyut jantung janin dengan memberi tanda titik pada garis

yang sesuai dengan angka yang menunjukkan denyut

jantung janin. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan

titik yang lainnya dengan garis yang tidak terputus.

(b) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam

dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah

dengan menggunakan lambang :

(i) U : ketuban utuh ( belum pecah ).

(46)

(iii) M : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium.

(iv) D : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah.

(v) K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban

( “ kering “ ).

(c) Molase ( Penyusupan Tulang Kepala Janin )

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian

keras panggul ibu. Setiap kali melakukan pemeriksaan

dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di

kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban dengan

menggunakan lambang :

(i) 0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi.

(ii) 1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

(iii) 2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi

masih dapat dipisahkan.

(iv) 3 : tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

(3) Kemajuan persalinan

(a) Pembukaan serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam ( lebih

sering dilakukan jika ada tanda – tanda penyulit ). Tanda “

(47)

besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama

kali selama masa fase aktif persalinan di garis waspada.

Hubungkan tanda “ X “ dari setiap pemeriksaan dengan

garis utuh.

(b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

Penurunan kepala janin diukur seberapa jauh dari tepi

simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori dengan simbol 5/5

sampai 0/5. Simbol 5/5 menyatakan bahwa bagian kepala

janin belum memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan

simbol 0/5 menyatakan bahwa bagian kepala janinsudah

tidak dapat lagi dipalpasi diatas simfisis pubis. Kata – kata

“ turunnya kepala “ dan garis terputus dari 0 – 5, tertera di

sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan

tanda ( O ) pada garis waktu yang sesuai.

(c) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan

berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan

terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan

selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis

waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah

kanan garis waspada ( pembukaan kurang dari 1 cm per

jam ), maka harus dipertimbangkan pula adanya tindakan

(48)

(4) Jam dan waktu

(a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

Di bagian bawah partograf ( pembukaan serviks dan

penurunan ) tertera kotak – kotak diberi angka 1 – 16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya

fase aktif persalinan.

(b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan

Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan

pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan

waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.

(5) Kontraksi uterus

Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit

dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Nyatakan

lamanya kontraksi dengan :

(a) Beri titik – titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.

(b) Beri garis – garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20 – 40 detik.

(c) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya lebih dari 40 detik.

(6) Obat – obatan dan cairan yang diberikan (a) Oksitosin

Jika tetesan ( drip ) oksitosin sudah dimulai,

(49)

yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan

tetesan per menit.

(b) Obat – obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom

waktunya.

(7) Kesehatan dan kenyamanan ibu

(a) Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh

(i) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan. Beri tanda titik pada kolom waktu

yang sesuai.

(ii) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam

selama fase aktif persalinan. Beri tanda panah

pada partograf pada kolom waktu yang sesuai ( ↕ ).

(iii) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam

dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang

sesuai.

(b) Volume urin, protein, atau aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2

jam. Jika memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan

pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.

d) Lembar belakang partograf

(50)

Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir

setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah

seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian

lembar belakang partograf seabagai berikut :

(a) Data dasar

Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan

merujuk, tempat rujukan dan pendamping saat merujuk. Isi

data tiap tempat yang telah disediakan atau dengan cara

memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang

sesuai.

(b) Kala I

Kala I terdiri atas pertanyaan – pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah – masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil

penatalaksanaan tersebut.

(c) Kala II

Kala II terdiri atas episiotomi persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan

hasilnya. Beri tanda “ √ “ pada kotak disamping jawaban

yang sesuai.

(d) Kala III

Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus,

(51)

laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah

penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada

tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di

samping jawaban yang sesuai.

(e) Bayi baru lahir

Informasi bayi baru lahir terdiri atas berat dan panjang

badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir,

pemberian ASI, masalah penyerta, tatalaksana terpilih dan

hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta

beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

(f) Kala IV

Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi

fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.

Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama

untuk menilai apakah terdapat resiko atau terjadi

perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala

IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama

setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam

(52)

III. Bayi Baru Lahir

A. Definisi

Menurut Kosim (2007) dalam Indiasari (2012) mengatakan

bahwa bayi baru lahir adalah bayi lahir dengan berat lahir antara 2500

gram sampai dengan 4000 gram, cukup bulan, lehir langsung menangis

dan tidak ada kelainan Kongenital yang berat. Sedangkan Potter dan

Perry (2005, h. 650) dalam Mitayani et al (2011) berpendapat bahwa

neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan

usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan

di dalam rahim menjadi kehidupan di luar rahim.

B. Adaptasi Bayi Baru Lahir terhadap Kehidupan Ekstrauteri

Tabel 2.5 Mekanisme Hemostatis / Adaptasi Bayi Baru Lahir.

Sistem Intrauterine Ekstrauterin

(53)

1. Sistem Pernapasan

Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas

harus melalui paru – paru bayi. Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui

jalan lahir (stimulasi mekanik), penurunan Pa O₂ dan kenaikan Pa

CO₂ merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus

(stimulasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah muka dan refleks

deflasi hering breur (Muslihatun, 2010, h. 12). Refleks deflasi hering

breur adalah refleks yang mencegah paru membesar secara

berlebihan karena volume tidal lebih dari 1 liter ( Kuntarti, 2005; 31 ).

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu

30 menit pertama sesudah lahir. Resiprasi pada neonatus biasanya

pernapasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan

dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli

akan kolaps dan paru – paru kaku sehingga terjadi atelektasis (Muslihatun, 2010, h. 12).

Tabel 2.6 Respons Pernapasan Normal dan Abnormal.

Normal Abnormal

Frekuensi rata – rata 40 kali per menit - Rentang 30 – 60 kali per menit -

Pernapasan diafragma dan abdomen Retaksi interkosta, retraksi prosesus xifoideus Harus bernapas melalui hidung Napas cuping hidung

- Suara dengkur pada saat ekspirasi

(54)

2. Perubahan Sirkulasi

Menurut Varney (2008; 880) menjelaskan bahwa kombinasi

tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik, pada sirkulasi paru

tekanan menurun akan menyebabkan perubahan tekanan aliran

darah dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi

kiri jantung menyebabkan foramen ovale menutup. Duktus arteriosus

pada saat kehidupan intrauterin bertugas mengalirkan darah plasenta

yang kaya oksigen ke otak dalam kehidupan janin kini sudah tidak lagi

berfungsi mengalirkan darah plasenta yang kaya akan oksigen ke

janin pada kehidupan ekstrauterin. Dalam 48 jam duktus arteriosus

akan mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan

hormon prostalglandin E2 yang sebelumnya disuplai oleh plasenta.

Akibat perubahan dalam tahanan sistemik dan paru, serta penutupan

duktus arteriosus juga foramen ovale mengakibatkan perubahan

radikal pada anatomi dan fisiologi jantung.

Menurut Muslihatun (2010; h. 15) fetus in utero mempunyai

sirkulasi yang jelas berlainan dari kehidupan setelah lahir. Darah yang

sudah direoksigenasikan meninggalkan plasenta melalui vena

umbilika. Vena umbilika berjalan di dalam tali pusat menuju umbilikus

dan disana terdapat vena kecil yang menuju ke porta hepatis. Hampir

tidak ada darah yang masuk kedalam hati karena vena umbilika

langsung bersambung dengan vena kava inferior melalui pembuluh

darah besar yang disebut duktus venosus. Setelah berada pada vena

(55)

Sebagian besar darah bukan masuk ke dalam ventrikel kanan seperti

orang dewasa juga tidak masuk ke dalam atrium kiri, akan tetapi

melalui lubang fetal yang hanya untuk sementara ada di dalam

septum interatrial yang disebut foramen ovale.

Setelah mencapai atrium kiri, darah masuk melalui katup

mitral ke dalam ventrikel kiri. Kontraksi ventrikel kiri mendorong darah

masuk ke dalam aorta desendens. Darisini sebagian besar darah

dialirkan ke jantung, otak, dan anggota tubuh bagian atas. Darah yang

tertinggal dalam lengkungan aorta masuk ke dalam aorta

torasika-abdominalis desendens. Setelah beredar dalam otak dan anggota

tubuh bagian atas, darah kembali ke jantung melalui vena kava

superior dan mencapai atrium kanan. Darah berjalan terus ke bawah

ke dalam atrium kanan, kemudian melalui lubang tricuspid darah

masuk ke dalam ventrikel kanan. Dari sini darah dipompa masuk ke

dalam arteri pulmonalis (Muslihatun, 2010; h. 15).

3. Termoregulasi

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat

mekanisme yaitu konveksi, konduksi, radiasi, dan evaporasi (Varney,

2008; h. 881). Menurut Saifuddin (2010; h. 367 – 368) penjelasan keempat mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah

(56)

a. Konduksi

Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir dengan

cara konduksi yaitu bayi akan kehilangan panas melalui benda – benda padat yang berkontak dengan kulit bayi. Kehilangan panas

secara konduksi jarang terjadi kecuali jika bayi diletakkan pada

alas yang dingin.

b. Konveksi

Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir dengan

cara konveksi yaitu bayi akan kehilangan panas melalui aliran

udara di sekitar bayi.

c. Evaporasi

Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir dengan

cara evaporasi yaitu bayi akan kehilangan panas melalui

penguapan air pada kulit bayi yang basah. Bayi baru lahir yang

dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat melalui

mekanisme ini. Oleh karena itu, bayi harus segera dikeringkan

seluruhnya termasuk kepala dan rambut bayi setelah dilahirkan.

Lebih baik bila menggunakan handuk hangat untuk mencegah

hilangnya panas secara konduktif.

d. Radiasi

Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir dengan

cara radiasi yaitu bayi akan kehilangan panas melalui benda – benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung

Gambar

Tabel 2.1 Rangkuman Tatalaksana Asuhan Antenatal Pertrimester.
Kategori Gambaran Kehamilan normal. Keadaan umum ibu baik.
Tabel 2.3  Lamanya Persalinan pada Primigravida dan Multigravida.
Tabel 2.4 Nilai Pelvis ( pelvic score )
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan setempat, Majelis Hakim berpendapat gambar lokasi tanah dalam surat ukur ketiga Sertipikat Hak Milik milik Penggugat tidak

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Namun keberadaan Kebun Raya Cibodas kebanyakan belum dimanfaatkan oleh guru-guru geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur sebagai sumber belajar pada mata pelajaran

Dosis pupuk urea yang efisien ditentukan oleh waktu aplikasi yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil jagung hibrida varietas

Jurusita Pajak menginventarisasi aset-aset Penanggung Pajakyang akan dilelang, meneliti dengan melihat data tunggakanbeserta pelunasan (SSP/STTS/SSB/bukti Pbk) atau

Metode Analisa dalam Pasar Uang Pasar uang yang dilakukan secara online melalui media internet, pada dasarnya adalah sebuah transaksi dagang yang membutuhkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek asam fumarat, natrium bikarbonat dan interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik sediaan granul effervescent

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja secara bersama-sama tidak berpengaruh dan tidak