• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT DAN ACCELERATION SPRINT TERHADAP LARI CEPAT 100 METER DI SMP NEGERI 1 BONGOMEME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT DAN ACCELERATION SPRINT TERHADAP LARI CEPAT 100 METER DI SMP NEGERI 1 BONGOMEME"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT DAN ACCELERATION SPRINT TERHADAP LARI CEPAT 100 METER DI SMP NEGERI 1 BONGOMEME

(Tristan A. Husain, Nurhayati Liputo, Ucok H. Refiater)

tristanhusain@yahoo.co.id Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak : Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Latihan hollow sprint dan acceleration sprint

terhadap lari cepat 100 meter pada siswa SMP Negeri 1 Bongomeme. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan pretest postest designs. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bongomeme tahun pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 20 orang diambil dari 15% dari 7 kelas yang berjumlah keseluruhan 133 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Sampling Kuota. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes lari 100 meter. Teknik analisis data dengan uji t-test dengan taraf signifikansi 5%. Penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut: (1) Ada pengaruh latihan acceleration sprint dan hollow sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bongomeme dengan thitung yang diperoleh = 4,929 > ttabel = 2,861. (2) Latihan acceleration sprit lebih baik pengaruhnya daripada latihan hollow sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bongomeme dengan thitung acceleration sprint > thitung hollow sprint yaitu thitung acceleration sprint = 18,52 > thitung hollow sprint = 10,85 dengan taraf nyata α = 0,05 atau dengan taraf kepercayaan 95%. Maka kepada para pembina dan pelatih atletik khususnya di SMP Negeri 1 Bongomeme Kabupaten Gorontalo, disarankan Latihan acceleration sprint maupun latihan hollow sprint

dapat digunakan sebagai variasi latihan untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.

PENDAHULUAN

Latihan merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya mengasah bakat tersebut untuk menjadi maksimal, oleh karena itu latihan harus dilakukan dengan intensif dan terprogram. Latihan intensif merupakan latihan yang berkesinambungan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelatihan yang benar sedangkan latihan yang terprogram dengan baik merupakan latihan yang memiliki tujuan yang jelas, materi yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraganya, waktu yang tersedia cukup, pembagian waktu

(2)

yang jelas, serta dengan strategi latihan yang sesuai dengan materi yang diberikan. Pelatihan yang disusun berdasarkan ilmu keolahragaan, memperhatikan segala aspek baik dari kondisi fisik, perkembangan fisik, psikis, adaptasi, fisiologis, dan sebagainya akan menciptakan atlet-atlet yang memiliki potensi yang tinggi untuk meraih prestasi yang maksimal. Begitu pula pada pelatihan untuk melatih kecepatan lari 100 meter. Banyak metode latihan untuk meningkatkan kecepatan lari, misalnya hollow sprint dan

acceleration sprint. Semua metode latihan tersebut memiliki kontribusi yang sangat baik terhadap peningkatan kecepatan lari, namun dari kedua metode latihan belum jelas yang mana paling efektif untuk menigkatkan kecepatan lari 100 meter. Oleh karena itu metode latihan tersebut sangat perlu untuk dikaji lagi, untuk menemukan metode mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.

Metode latihan hollowsprint,acceleration sprint dan repetition sprint merupakan tiga metode latihan untuk meningkatkan kecepatan namun dalam latihannya berbeda. Menurut Fox Bowers, dan Foss (1993:311) acceleration sprint adalah bentuk pelatihan dengan meningkatkan secara perlahan-perlahan kecepatan berlari dari jogging terus meningkat sampai lari secepat-cepatnya sedangkan hollow sprint adalah suatu bentuk pelatihan yang terdiri dari dua kali periode lari cepat yang diselingi dengan periode

jogging atau jalan dan repetition sprint merupakan bentuk pelatihan yang dilakuka diawali lari cepat dengan kecepatan maksimal berulang-ulang dengan diselingi periode pulih asal. Ketiga metode latihan ini sangat menarik untuk dikaji, walaupun sama-sama dapat digunakan untuk meningkatkan kcepatan lari dan kekuatan otot namun efektifitas untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter mungkin berbeda.

Lari merupakan salah satu keterampilan lokomotor, dan hampir setiap cabang olahraga melibatkan aktivitas lari. Disamping itu juga olahraga yang bertujuan untuk kesehatan, aktivitas lari jogging merupakan pilihan yang paling aman dan murah untuk dilaksanakan. Aktivitas lari juga digunakan suatu metode latihan untuk melatih daya tahan (endurance) tubuh pada atlet baik daya tahan aerobic maupun anaerobic. Berdasarkan hal tersebut, keterampilan lari memiliki pernana yang sangat penting dalam setiap aktivitas olahraga.

Lari cepat adalah serangkaian gerakan tolakan, melayang, dan pendaratan yang dilakukan secara otomatis dimana salah satu komponen dasarnya adalah kecepatan. Kecepatan tolakan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat terbatas pada menggerakan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

(3)

Lari Sprint 100 Meter Dalam Olahraga Atletik

Munasifah (2008 : 13) Lari sprint atau lari cepat adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh. Disebut dengan lari cepat karena jarak yang ditempuh adalah pendek atau dekat. Jadi dalam nomor lari ini yang diutamakan adalah kecepatan yang maksimal mulai dari awal lari ( start ) sampai akhir lari (finish). Mengngat dalam lari ini yang diutamakan adalah kecepatan, maka kekuatan fisik yang prima sanagt diperlukan. Kemampuan yang harus di lakukan oleh seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari sprint yang paling nyata adalah „kecepatan‟. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar dan efisien sangat dibutuhkan untuk berlari dengan kecepatan tinggi.

Adapun jarak yang ditempuh dalam lari sprint adalah 100 m, 200 m, dan 400 m.kelangsungan gerak sprint secara teknis semua sama. Kalau ada perbedaan hanyalah terletak pada penghematan penggunaan tenaga, karena perbedaan jarak yang harus ditempuh,karena kurangnya suatu program latiahan yg terarah pada saat berlatih,maka dari itu di perlukan latihan interval untuk melatih fisik seorng atlet.

Lari 100 Meter

Lari jarak pendek adalah salah satu nomor atletik dengan mengandalkan kekuatan otot kaki. Jarak dalam lari jarak pendek, antara lain 100 m, 200 m , dan 400 m. sedangkan menurut Sri Wahyuni, Sutarmin dan Pramono Lari jarak pendek disebut juga dengan istilah sprint atau lari cepat. Pelari jarak pendek disebut sprinter yang artinya pelari cepat. Lari jarak pendek adalah jenis lari yang mulai dari awal lari (start) hingga akhir lari (finish) dilakukan dengan kecepatan yang maksimal. Lari jarak pendek yang biasa diperlombakan adalah lari 100 m, 200 m, dan 400 m. Teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang pelari jarak pendek, yaitu (a) start atau pertolakan; (b) teknik gerakan berlari; dan (c) teknik memasuki garis finish. (Sri Wahyuni, Sutarmin dan Pramono,2010:60)

Sedangkan menurut Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi Lari jarak pendek (sprint) adalah suatu perlombaan lari di mana semua peserta berlari dengan kecepatan penuh untuk menempuh jarak tertentu. Nomor lari jarak pendek, meliputi 100 m, 200 m, 400 m , 4 × 100 m , 4 × 400 m, 100 m gawang, 200 m gawang, dan 400 m gawang.

(4)

Dalam perlombaan lari jarak pendek, yang menentukan keberhasilan lari adalah teknik start, teknik lari, dan teknik finish. (Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi,2010:30).

Kecepatan dalam lari cepat (sprint) adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah mejadi gerakan yang halus, lancer, dan efisien dibutuhka bagi berlari dengan kecepatan tinggi. Disamping itu juga, metode latiha yang baik untuk meningkatkan prestasi lari cepat (sprint) adalah latihan yang mampu meningkatkan biomotorik lainnya seperti kekuatan, fleksibilitas, koordinasi da daya tahan khusus yang meyumbag kesuksesan dalam lari cepat (sprint) (Suyono, 2001:22 dalam I Kayan Agus Widia Ambara, 2011:2).

Lari 100 meter pada dasarnya adalah gerak seluruh tubuh ke depan secepat mungkin yang dihasilkan oleh gerakan dari langkah-langkah kaki dalam menempuh jarak 100 meter, yang unsur pokoknya adalah panjang langkah dan kecepatan frekuensi langkah. Menurut Hay (1993:396-398 dalam I Kayan Agus Widia Ambara, 2011:22) menyatakan bahwa kecepatan lari atlet tergantung dari kedua faktor yang mempengaruhi, yaitu : 1) Panjang langkah adalah jarak yang ditempuh oleh setiap langkah yang dilakukan. Panjang setiap langkah yang dilakukan oleh seseorang pelari dapat dianggap sebagai jumlah dari ketiga jarang yang berbeda. (a) Jarak tinggal landas (take off distance) adalah jarak horizontal ketika pusat gravitasi menghadap ke ujung jari kaki yang tinggal landas pada saat kaki tersebut meninggalkan tanah, (b) Jarak terabang (flight distance) adalah jarak horizontal ketika pusat gravitasi berjalan pada saat pelari ada di udara, (c) Jarak pedaratan (landing distance) adalah jarak horizontal ketika ujung kaki yang ada di depan menghadap ke pusat gravitasi pada saat pelari mendarat; 2) Frekuensi langkah adalah jumlah langkah yang diambil pada suatu waktu tertentu (yang juga disebut sebagai irama langkah atau kecepatan langkah).

Jumlah langkah yang dilakukan oleh atlet dalam sutau waktu tertentu ditentukan oleh berapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu langkah, semakin lama waktu yang diperlukan maka semaki sedikit langkah yang dapat dilakukan oleh atlet dalam suatu waktu tertentu, dan sebaliknya. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu langkah dapat dianggap sebagai jumlah waktu ketika atlet (1) bersentuhan dengan tanah, dan (2) di udara. Ketika pelari meghabiskan sekitar 67% waktu dari setiap langkah pada sentuhan dengan tanah dalam beberapa langkah pertama, maka angka ini turun menjadi 30-40% ketika kecepatan tertinggi didekati.

(5)

Metode Latihan Hollow Sprint

Metode latihan Hollow sprint adalah lari cepat yang terdiri dari lari cepat berselang dilakukan dengan lari secepat-cepatnya (sprint) kemudian lari pelan (jogging atau jalan) dan dilanjutkan dengan lari secepat-cepatnya (sprint) dimana dilakukan dua kali periode lari cepat yang diselingi dengan periode jogging atau jalan.

Jogging atau berjalan sebagai fase recovery. Pada fase recovery memungkinkan kita untuk mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke repetisi berikutnya. Latihan

hollow sprint ini cukup baik untuk meningkatkan daya tahan, khususnya daya tahan anaerobik atau daya tahan kecepatan. Dengan peningkatan daya tahan anaerobik ini maka kemampuan pelari dalam melakukan kerja dapat meningkatkan. (Muhammad Syafaruddin,2011:58-59)

Pelatihan hollow sprint merupakan suatu bentuk latihan yang terdiri dari dua periode lari cepat yang diselingi dengan periode jogging atau jalan (Hazeldine, 1985: 102 dalam Ni Wayan Wirayuni, 2012:4). Pelatihan hollow sprint dengan lari secepatcepatnya (sprint) kemudian lari pelan (jogging atau jalan ) dan dilanjutkan dengan lari secepat-cepatnya (Kanca, I Nyoman. 1990: 47 dalam Ni Wayan Wirayuni, 2012:4). Pada latihan hollow sprint yang di tekankan adalah melatih banyaknya frekuensi langkah. Hollow sprint selain menghasilkan perubahan-perubahan positif pada kemampuan motorik juga memperbaiki secara serempak daya tahan dari tubuh, kekuatan otot, kecepatan dan kelentukan.

Pada pelatihan hollow sprint yang ditekankan adalah melatih banyaknya frekuensi langkah. Dalam usaha meningkatkan kualitas fisik pada tingkat yang lebih tinggi, perlu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang efek pelatihan terhadap organ tubuh dan perototan. Pengembangan kondisi fisik sebagai efek pelatihan tergantung dari pada bentuk pelatihan serta beban yang diberikan untuk memperoleh efek pelatihan yang maksimal, pelatihan harus spesifik sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni. I Kayan Agus Widia Ambara,(2011:63).

Seperti halnya dengan latihan aceleration sprint, latihan hollow sprint juga memiliki keuntungan dan kelemahan yang dapat di analisis sebagai berikut: . I Kayan Agus Widia Ambara,(2011:63).

1) Keuntungan

(6)

- Dapat memberikan pengaruh pada peningkatan kecepatan reaksi, terutama reaksi sederhana

- Efektif untuk mengembangkan kekuatan otot dan kecepatan reaksi.

- Recovery yang cukup untuk bisa melanjutkan ke repetisi berikutnya

2) Kelemahan

- Kurang efektif untuk mengembangkan langkah (stredlelength) pada lari cepat. - Resiko cedera yang terjadi tinggi, terutama cedera otot kaki, karena kecepatan

lari ditambah secara tidak bertahap.

Metode Latihan Acceleration Sprint

Metode acceleration sprint merupakan suatu bentuk latihan yang dimulai dari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya. Untuk mencapai kecepatan maksimum seorang pelari harus mampu mengembangkan kecepatan startnya secepat mungkin.

Acceleration mempertahankan kecepatan maksimum dan deselerasi (perlambatan)

untuk setiap pelari berbeda-beda. Menurut Fox (1984:208 dalam Pedut Hananta Putra, 2011:28) kecepatan lari, mulai dari pelan-pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya dalam jarak 50 – 120 yard pelari yang berkualitas akan mencapai kecepatan yang maksimum lebih cepat mempertahankan kecepatan maksimum pada jarak yang lebih panjang dan kecepatan maksimum menurun lebih lambat dari pada rata-rata pelari cepat yang lain atau pelari cepat yang tidak terkondisi atau tidak terlatih. Dalam kecepatan maksimum ini terjadi proses akselerasi pik up (pik up ecceleration) yaitu jarak yang diperlukan pelari sesudah tahap akselerasi startuntuk mencapai kecepatan maksimal.

Menurut Fox, Bowers, dan Foss (1993 dalam I Kayan Agus Widia Ambara,2011:61) acceleration sprint adalah bentuk pelatihan dengan peningkatan secara perlahan-lahan pada kecepatan berlari dari jogging terus meningkat sampai lari secepat-cepatnya. Acceleration sprint adalah peningkatan secara bertahap pada kecepatan lari dari lari lambat (jogging), kemudian ke langkah cepat (striding), kemudian lari cepat di dalam bagian yang berjarak 50 yard-110 yard atau 120 yard pada masing-masing bagian, serta diikuti berjalan sebagai recovery. Menurut Hazeldine (1985: 102 dalam I Kayan Agus Widia Ambara,2011:61) interval istirahal dalam

acceleration sprint bisa dilakukan dengan cara berjalan atau slow jogging untuk dapat

(7)

Bertolak dari penegertian acceleration sprint di atas terlihat ada beberapa komponen-komponen gerakan antara lain : jogging, striding, sprinting, dan walk.

Jogging merupakan gerakan berlari dengan perlahan-lahan sekali hampir tanpa tenaga,

dilakukan dengan santai, dengan langkah pendek tetapi bukan berjalan. Menurut Soekarman (1987: 80 dalam I Kayan Agus Widia Ambara,2011:61) menyatakan bahwa

jogging diartikan sebagai lari lambat dan kontinyu. Sedangkan striding pada lari dilakukan dengan gerakan melangkahkan kaki, striding yang baik adalah yang panjang, teratur dan efesien, laju ke depan tidak terlalu meloncat-loncat, kaki depan dilemparkan dan diayunkan sedikit ke depan di depan bawah lutut.

Pada pelatihan acceleration sprint yang lebih ditekankan adalah melatih panjang langkah dengan intensitas semakin lama semakin tinggi. Pendesainan sebuah program pelatihan untuk mengembangkan energi yang spesifik menjadi satu hal yang perlu diperhatikan, sebuah program pelatihan harus terseleksi bahwa akan meningkatkan kapasitas fisiologi dari sistem energi yang dirancang. (I Kayan Agus Widia Ambara,2011:62).

I Kayan Agus Widia Ambara,(2011:62-63) Menuliskan Penerapan metode latihan acceleration sprint dalam suatu unit latihan memiliki keuntungan dan kelemahan yang antara lain sebagai berikut:

1) Keuntungan

- Efektif untuk mengembangkan langkah (stredle length) pada lari cepat, frekuensi langkah pada lari cepat, dan pengembangan kekuatan otot.

- Resiko cedera yang terjadi lebih kecil, terutama cedera otot kaki, karena kecepatan lari ditambah secara bertahap.

- Efektif untuk mengembangkan akselerasi, kecepatan maksimum

- Recovery yang cukup untuk bisa melanjutkan ke repetisi berikutnya.

2) Kelemahan

Kurang memberikan pengaruh pada peningkatan kecepatan reaksi, terutama reaksi sederhana.

HASlL

Di dalam kita mengamati perbedaan pengaruh antara metode latihan

acceleration sprints, latihan hollow sprints terhadap peningkatan lari cepat 100 meter, dapat kita lihat dari kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode latihan.

(8)

Acceleration sprints sangat efektif untuk melatih frekuensi langkah, langkah panjang, dan minimalisasi resiko cedera. Langkah panjang pada lari cepat akan berpengaruh terhadap efektifitas kecepatan lari. Pada latihan hollow sprints sangat efektif untuk melatih frekuensi langkah, hal ini juga sangat berpengaruh terhadap performa lari cepat. Namun pada latihan hollow sprints tampak kurang efektif untuk mengembangkan langkah (stredle length) pada lari cepat. (I Kayan Agus Widia Ambara, 2011:70).

Dari penjelasan di atas tampak jelas bahwa metode latihan lari cepat

acceleration sprints dan hollow sprints apabila ditinjau kelebihan dan kelemahan dari kedua metode latihan lari cepat tersebut diperkirakan akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan lari, dimana dapat diperkirakan metode latihan

acceleration sprints memiliki pengaruh yang baik dibandingkan metode latihan hollow

sprints.

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini latihan yang akan dibuat dengan jarak 100 meter keseluruhannya. Untuk latihan Hollow Sprint dengan lari cepat 25 meter kemudian 25 meter joging, begitu seterusnya sampai mencapai jarak 100 meter sedangkan untuk latihan Acceleration Sprint dengan jogging 25 meter, striding 25 meter, sprinting 25 meter, dan walk 25 meter.

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis data tes awal dengan data tes akhir dengan perlakukan metode latihan hollow sprint diperoleh Harga thitung = 10,85 kemudian dikonsultasikan nilai ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = N – 1 = 20 – 1 = 19. Dari konsultasi ini diperoleh harga t-kritik = 2,093 dengan taraf nyata α = 0,05 atau dengan taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian harga ttabel yang diperoleh dari tabel tersebut lebih kecil daripada harga t hitung atau thitung > ttabel atau 10,85 > 2,093. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perbedaan antara pree-test dan post-test pada latihan hollow sprint pada taraf nyata α = 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama yang berbunyi: “latihan hollow sprintberpengaruh terhadap lari 100 mater ” terbukti dan dapat diterima.

Sedangkan pada analisis data tes awal dengan data tes akhir dengan metode latihan acceleration sprint diperoleh Harga thitung = 18,52 kemudian dikonsultasikan nilai ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = N – 1 = 20 – 1 = 19. Dari konsultasi ini diperoleh harga t-kritik = 2,093 dengan taraf nyata α = 0,05. Kedua harga ttabel yang diperoleh dari tabel tersebut lebih kecil daripada harga t hitung atau thitung > ttabel atau 18,52 > 2,093. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perbedaan antara pree-test dan

(9)

post-test pada latihan acceleration sprint pada taraf nyata α = 0,05. Dengan demikian

hipotesis kedua yang berbunyi: “latihan acceleration sprint berpengaruh terhadap lari 100 mater ” terbukti dan dapat diterima.

Selanjutnya dari hasil tes awal dan tes akhir setelah perlakuan kedua metode tersebut diperoleh Harga thitung = 15,71 kemudian dikonsultasikan nilai ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = N– 1 = 20 – 1 = 19. Dari konsultasi ini diperoleh harga t-kritik = 2,093 dengan taraf nyata α = 0,05. Kedua harga ttabel yang diperoleh dari tabel tersebut lebih kecil daripada harga t hitung atau thitung > ttabel atau 15,72 > 2,093. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang berbunyi: “Terdapat pengaruh metode latihan hollow sprint dan acceleration sprint terhadap lari 100 meter” terbukti dan dapat diterima.

Dengan demikian hipotesis ketiga pada penelitian ini yang berbunyi: “Terdapat pengaruh latihan hollow sprint dan acceleration sprint terhadap lari cepat 100 meter” diterima pada taraf nyata α = 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%, dan pada taraf nyata α = 0,005 dengan tingkat kepercayaan 99%.

Latihan acceleration sprint ternyata dapat memberikan rangsangan yang lebih baik dan efektif dalam peningkatan kecepatan lari 100 meter. Latihan acceleration

sprint meningkatkan kemampuan gerakan tubuh yang menunjang gerakan lari sprint

100 meter dengan lebih baik dibandingkan dengan gerakan latihan hollow sprint sprint. Oleh karena itulah, perlakuan latihan acceleration sprint memiliki kecepatan lari 100 meter yang lebih baik dari pada perlakuan latihan acceleration sprint walaupun demikian kedua metode latihan ini memiliki dampak positif terhadap lari 100 meter.

Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh latihan hollow sprint

danacceleration sprintpengaruhnya terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa VIII

SMP Negeri 1 Bongomeme Kabupaten Gorontalo dapat diterima kebenarannya.

SIMPULAN

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan hollow sprint dan

acceleration sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan thitung =4,929 > ttabel = 2,861 2. Latihan acceleration sprintlebih baik pengaruhnya dari pada latihan hollow sprintt

terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan thitung acceleration sprint > thitung hollow sprint yaitu

(10)

thitung acceleration sprint = 18,52 > thitung hollow sprint = 10,85 dengan taraf nyata α = 0,05 atau dengan taraf kepercayaan 95%.

3. Terdapat pengaruh metode latihan hollow sprint dan acceleration sprint terhadap lari 100 meter. Hal ini di buktikan thitung > ttabel atau 15,72 > 2,093.

SARAN

Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada para pembina dan pelatih atletik khususnya di SMP Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo, disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Latihan acceleration sprint maupun latihan hollow sprint dapat digunakan sebagai variasi latihan untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.

2. Untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter lebih baik menggunakan latihan

hollow sprint karena pengaruhnya lebih baik daripada latihan hollow sprint bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo

DAFTAR PUSTAKA

Aan Sunjata Wisahati & Teguh Santosa, 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian

Pendidikan Nasional

Budi Murtiyasa, 2008._

budimurtiyasa.files.wordpress.com/2008/09/statistik_korelasi.ppt

Djumidar (2001 ). Dasar-dasar Atletik. Jakarta: Universitas Terbuka

H. Said,2012. Peran interval sprint, akselerasi sprint, hollow, Sprint terhadap peningkatan kecepatan Siswa sekolah sepak bola gorontalo. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Jurnal Inovasi Volume 9, No.1, Maret 2012 ISSN 1693-9034

I Kayan Agus Widia Ambara, 2011. Perbandinga Pengaruh metode latihan acceleration sprint, hollow sprint dan repetition sprint terhadap peningkatan prestasi lari 100 meter di tinjau kekuatan otot tungkau. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

(11)

Muhammad Syafaruddin,2011. perbedaan pengaruh metode latihan hollow sprint dan repetition sprint terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter ditinjau dari power otot tungkai. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Ni Wayan Wirayuni,2012. Pengaruh pelatihan hollow sprint terhadap kecepatan dan kekuatan otot tungkai. Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

Pedut Hananta Putra, 2011. Perbedaan Pengaruh Latihan Acceleration Sprint dan Repetition Sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas

VIII SMP N 25 surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Surakarta : Universitas

Sebelas Maret

Priyosudibyo.2010.uns.ac.id/files/2010/.../MPKn-12-Multiple-Corr.p

Sri Wahyuni, Sutarmin dan Pramono,2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan

Kesehatan 2 untuk Kelas VII SMP dan MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Kementerian Pendidikan Nasional

Sugiyono,2013. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharno, (1993). Metodologi Pelatihan. Yogyakarta FPOK IKIP www.suharno’s blog.com

Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi,2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan

Kesehatan 2 Untuk SMP/MTs Kelas VIII. . Jakarta: Pusat Perbukuan,

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Banyuasin Tahun Anggaran 2014, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor.. 10.06/PP.I/Disbun-03/2014 Tanggal 8 Juli 2014 dan Surat Penetapan Penyedia

Sehubungan dengan hasil seleksi Sederhana Paket Pekerjaan PENGAWASAN REHABILITASI/PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI KEC2. MEMPAWAH HULU,

mengikuti Pekan Nasional petani nelayan di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, maka saya mengharapkan saudara-saudara selaku peserta, pendamping dan peninjau dapat

[r]

Pokja III Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Barito Timur mengundang Peserta yang memenuhi persyaratan kualifikasi untuk mengikuti pembuktian Kualifikasi Paket Pekerjaan :

Setelah mempelajari arsip menurut kata, asal usul dari beberapa sumber diatas, maka dapat disimpulkan bahwa arsip adalah kumpulan data/warkat/surat/naskah berupa

4.7 Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pengembangan Pendidikan Manajemen Bisnis .... x Luthfi

dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya