• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: daun pepaya, larva, demam berdarah dengue

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: daun pepaya, larva, demam berdarah dengue"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (CARICA PAPAYA L) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK

AEDES AEGYPTI

Hingga saat ini vaksin dan obat DBD belum ada, sehingga pengendalian utama yang dapat dilakukan adalah dengan memutus rantai penularan dengan pengendalian vektornya. Mengontrol vektor dengan bahan sintetik dapat menyebabkan bahaya lingkungan diantaranya timbul resistensi pada populasi vektor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L)sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental murni dengan randomizesd post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah larva Aedes aegypti sebanyak 150 ekor. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol daun papaya, variabel terikat adalah kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Data dianalisis dengan One Way Anova yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc.

Pada konsentrasi 1% setelah pengamatan selama 24 jam, rata-rata jumlah kematian larva Aedes aegypti sebesar 100%. Uji One Way Anova memperoleh hasil p value = 0,000 (p <0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik kematian larva Aedes aegypti antara kelompok yang diteliti. Hasil analisis Post Hoc memperoleh hasil terdapat perbedaan kematian bermakna antara konsentrasi 0% dan 0,125%, 0% dan 0,25%, 0% dan 0,5%, 0% dan 1%, serta 0,0625% dan 1%, namun tidak terdapat perbedaan kematian bermakna antara konsentrasi 0,0625 dibandingkan dengan kontrol.

Semua konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L) dapat menyebabkan kematian larva nyamuk Aedes aegypti, dengan jumlah kematian tertinggi pada konsentrasi 1%. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar serta konsentrasi yang lebih bervariasi.

(2)

ABSTRACT

EFFECT OF ETHANOL EXTRACT PAPAYA LEAF

(CARICA PAPAYA L) CONCENTRATION AGAINST LARVAE AEDES

AEGYPTI DEATH

Until now dengue vaccines and drugs do not exist, so the main control that can be done is to break the chain of transmission by vector control. Vector control with synthetic materials can cause environmental hazards such resistance arises in the vector population. This study aims to determine the effectiveness of the ethanol extract of leaves of papaya (Carica papaya L) as the Aedes aegypti mosquito larvicides.

The design of this study is purely experimental with randomizesd post test only control group design. The sample used is Aedes aegypti larvae as much as 150 animals. The independent variable in this study is the concentration of the ethanol extract of papaya leaf, the dependent variable is the death of Aedes aegypti larvae. Data were analyzed by One Way Anova followed by Post Hoc test.

At a concentration of 1% after observation for 24 hours, the average number of Aedes aegypti larvae mortality is 100%. One Way Anova obtain results p value = 0.000 (p <0.05), which means that there is a statistically significant difference in mortality between groups Aedes aegypti larvae were studied. Post hoc analysis results to obtain the results are significant differences in mortality between the concentrations of 0% and 0.125%, 0% and 0.25%, 0% and 0.5%, 0% and 1%, and 0.0625% and 1%, but there is no significant difference in mortality between the concentration of 0.0625 compared with controls.

All concentrations of ethanol extract of papaya (Carica papaya L) can cause the death of larvae of Aedes aegypti, with the highest number of deaths at a concentration of 1%. Further research is needed with larger sample sizes and more varied concentrations.

(3)

iii RINGKASAN

Berdasarkan data WHO, insiden DBD meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Lebih dari 2,5 miliar orang atau lebih dari 40% populasi dunia beresiko terkena DBD. Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dengan berbagai program telah dilakukan dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87% pada tahun 2010, namun belum berhasil menurunkan angka kesakitan. Hingga saat ini vaksin dan obat DBD belum ada, sehingga pengendalian utama yang dapat dilakukan adalah dengan memutus rantai penularan dengan pengendalian vektornya. Mengontrol vektor dengan bahan sintetik dapat menyebabkan bahaya lingkungan diantaranya timbul resistensi pada populasi vektor. Aktivitas biologi dari ekstrak tumbuhan telah dilaporkan dapat berdampak baik bagi lingkungan terhadap pengendalian nyamuk. Skrining fitokimia terhadap daun pepaya menunjukkan adanya kandungan alkaloid dan flavonoid yang berpotensi sebagai biolarvasida nyamuk

Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L)sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental murni dengan randomized post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah larva Aedes aegypti sebanyak 150 ekor. Tiap wadah berisi 5 ekor larva dan masing-masing dilakukan replikasi sebanyak 5 kali. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol daun papaya dengan konsentrasi 0%, 1%, 0,5%, 0,25%. 0,125%, 0,0625%, variabel terikat adalah kematian larva nyamuk Aedes aegypti.

Dilakukan pengamatan pada menit ke-15, menit ke-30, menit ke-45, menit ke-60, setelah 24 jam dan setelah 48 jam. Data dianalisis dengan One Way Anova yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif maka diperoleh hasil jumlah kematian tertinggi adalah konsentrasi 0.0625%, 0.125%, 0.25%, 0.5% dan 1% yaitu 5 ekor larva Aedes aegypti, sedangkan jumlah kematian terendah terdapat pada konsentrasi 0 % dan 0.0625% yaitu 0 ekor larva Aedes aegypti. Dapat diketahui pula konsentrasi yang memiliki rerata jumlah kematian larva Aedes aegypti

tertinggi terdapat pada konsentrasi 1 % yaitu 5 (100%), sedangkan rerata jumlah kematian larva Aedes aegypti terendah terdapat pada konsentrasi 0% yaitu 0 (0%). Hasil rerata menunjukan bahwa peningkatan rerata kematian larva berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun papaya (Carica papaya L) yang digunakan. Kematian larva Aedes aegypti tercepat terjadi pada waktu pengamatan setelah 24 jam.

Berdasarkan analisis varian menggunakan uji One Way Anova diperoleh hasil p value = 0,000 (p <0,05) yang artinya bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik kematian larva Aedes aegypti antara kelompok yang diteliti. Hasil analisis Post Hoc yang merupakan lanjutan dari uji One Way Anova memperoleh hasil bahwa konsentrasi 0% dan 0.125% (p=0.013), 0% dan 0.25% (p=0.001), 0% dan 5% (p=0.0001), 0% dan 1% (p=0.0001), 0.0625% dan 1% (p=0.007) mempunyai nilai p < 0,05 yang artinya bahwa pasangan konsentrasi

(4)

tersebut memiliki perbedaan rata – rata kematian larva Aedes aegypti yang bermakna secara statistik.

Kematian larva Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya) disebabkan karena kandungan zat aktif dalam ekstrak tersebut. Daun pepaya memiliki banyak kandungan zat aktif, namun kandungan flavonoid dan alkaloid dalam ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L) yang diduga memiliki potensi sebagai larvasida terhadap larva nyamuk

Aedes aegypti. Flavonoid dapat menimbulkan kelayuan pada saraf, kerusakan pada sistem pernapasan sehingga mengakibatkan larva tidak dapat bernafas dan mengalami kematian dengan cara bekerja menghambat pernafasan bagi larva

Aedes aegypti yang masuk ke dalam tubuh larva melalui sistem pernapasan. Alkaloid bekerja dengan menghambat kerja enzim kolinesterase sehingga menyebabkan terhambatnya sistem pernapasan serta mempengaruhi sistem saraf larva. Akibatnya terjadi penurunan koordinasi otot serta menyebabkan kematian akibat gangguan penghantaran impuls saraf tersebut. Selain itu alkaloid juga dapat menghambat pertumbuhan serangga dengan menghambat 3 hormon utama antara lain hormone otak (brain hormone), hormon edikson, dan hormon pertumbuhan (juvenile hormone). Apabila hormone tersebut terganggu akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan larva. Cara kerja lain dari alkaloid ialah sebagai racun perut (stomach poisoning) sehingga akan mengganggu alat pencernaan larva. Disebutkan pula alkaloid karpaina memiliki sifat toksik dan jika digunakan dalam jumlah yang banyak mengakibatkan terjadinya paralisa, terhentinya sistem saraf, serta penekanan jantung.

Ekstrak etanol daun papaya dengan konsentrasi 1%, 0,5%, 0,25%, 0,125%, memiliki perbedaan rata – rata kematian larva Aedes aegypti yang bermakna secara statistik dibandingkan dengan konsentrasi 0% (kontrol), sedangkan konsentrasi 0,0625% tidak memiliki perbedaan rata – rata kematian larva Aedes aegypti yang bermakna secara statistik dibandingkan dengan kontrol. Semua konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L) dapat menyebabkan kematian larva nyamuk Aedes aegypti, dengan jumlah kematian tertinggi pada konsentrasi 1%. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar serta konsentrasi yang lebih bervariasi.

(5)

v SUMMARY

Based on WHO data, the incidence of dengue increased in recent decades. More than 2.5 billion people, or more than 40% of the world's population at risk of dengue. Prevention and eradication of dengue with a variety of programs have been carried out and managed to reduce the mortality rate of 41.3% in 1968 to 0.87% in 2010, but has not managed to reduce morbidity. Until now dengue vaccines and drugs do not exist, so the main control that can be done is to break the chain of transmission by vector control. Vector control with synthetic materials can cause environmental hazards such resistance arises in the vector population. Biological activity of plant extracts have been reported to be good for the environment to control mosquitoes. Phytochemical screening of the papaya leaf shows that it contains alkaloids and flavonoids are potentially as biolarvasida Aedes aegypti. This study aims to determine the effectiveness of the ethanol extract of leaves of papaya (Carica papaya L) as the Aedes aegypti mosquito larvicides.

The design of this study is purely experimental with randomizesd post test only control group design. The sample used is Aedes aegypti larvae as much as 150 animals. Each container contains 5 larvae and each replication is performed 5 times. The independent variable in this study is the concentration of the ethanol extract of papaya leaf with a concentration of 0%, 1%, 0.5%, 0.25%. 0.125%, 0.0625%, the dependent variable is the death of Aedes aegypti larvae. Observed in the 15th minute, 30th minute, 45th minute, 60th minute, after 24 hours and after 48 hours. Data were analyzed by One Way Anova followed by Post Hoc test.

Based on the results of the descriptive analysis of the obtained results the highest number of deaths is the concentration of 0.0625%, 0.125%, 0:25%, 0.5% and 1%, which is 5 larvae of Aedes aegypti, and the death rate was lowest for the concentrations of 0% and 0.0625%, ie 0 larvae of Aedes aegypti. That it can also have a mean concentration of Aedes aegypti larvae mortality is highest at a concentration of 1%, ie 5 (100%), while the average number of Aedes aegypti larvae mortality was lowest for the concentrations of 0%, ie 0 (0%). The results mean the increase in mean larval mortality is directly proportional to the increase in the concentration of the ethanol extract of leaves of papaya (Carica papaya L) were used. Death fastest Aedes aegypti larvae occurred at the time of observation after 24 hours.

Based on the analysis of variance using One Way Anova test results obtained p value = 0.000 (p <0.05), which means that there is a statistically significant difference in mortality between groups Aedes aegypti larvae were studied. Post hoc analysis results which is a continuation of One Way Anova obtain the result that the concentration of 0% and 0.125% (p = 0.013), 0% and 12:25% (p = 0.001), 0% and 5% (p = 0.0001), 0 % and 1% (p = 0.0001), 0.0625% and 1% (p = 0.007) has a value of p <0.05, which means that couples have different concentrations of the averages mortality of Aedes aegypti larvae were statistically significant.

Death of Aedes aegypti larvae at various concentrations of ethanol extract of papaya (Carica papaya) due to the active substance content in the extract.

(6)

Papaya leaf has many active substance content, but the content of flavonoids and alkaloids in the ethanol extract of papaya (Carica papaya L) which is thought to have potential as larvicides for Aedes aegypti larvae. Flavonoids can cause withering on the nerves, damage to the respiratory system, resulting larvae can not breathe and suffered death by inhibiting respiration work for Aedes aegypti larvae enter the body through the respiratory system.

Alkaloids work by inhibiting the action of the enzyme cholinesterase, causing inhibition of the respiratory system and affects the nervous system of larvae. The result is a decrease in muscle coordination and the cause of death due to interruption of the transmission of nerve impulses. In addition alkaloids can also inhibit the growth of insects by inhibiting 3 main hormones include hormone brain (brain hormone), edikson hormones, and growth hormones (juvenile hormone). If the disturbed hormone will cause the failure of larval growth. Another way of working is as toxic alkaloids abdominal (stomach poisoning) that would interfere with the digestive tract of larvae. It is also mentioned carpaine alkaloids have toxic properties and if used in large numbers resulting in paralysis, cessation of the nervous system, as well as the suppression of heart.

Ethanol extract of papaya leaf with a concentration of 1%, 0.5%, 0.25%, 0.125%, having a mean difference averages mortality of Aedes aegypti larvae were statistically significant compared with the concentration of 0% (control), but there is no significant difference in mortality between the concentration of 0.0625 compared with controls. All concentrations of ethanol extract of papaya (Carica papaya L) can cause the death of larvae of Aedes aegypti, with the highest number of deaths at a concentration of 1%. Further research is needed with larger sample sizes and more varied concentrations.

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RINGKASAN ... viii

SUMMARY ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ...xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue 2.1.1 Definisi ... 7

2.1.2 Etiologi ... 7

2.1.3 Penularan ... 8

2.2 Nyamuk Aedes aegypti 2.2.1 Taksonomi ... 9

2.2.2 Morfologi ... 9

2.2.3 Siklus Hidup ... 11

2.2.4 Aktifitas dan Habitat ... 15

2.3 Resistensi terhadap Temephos ... 17

2.4 Biolarvasida... 20

2.5 Daun Pepaya (Carica papaya L) 2.5.1 Taksonomi ... 22

2.5.2 Morfologi ... 22

2.5.3 Kandungan Kimia ... 23

2.5.4 Manfaat dalam Pengobatan ... 29

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Berpikir ... 31

(8)

3.3 Hipotesis Penelitian... 32

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 33

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

4.3 Subjek dan Sampel 4.3.1 Variabilitas Populasi ... 33

4.3.2 Kriteria Subjek ... 33

4.3.3 Besaran Sampel ... 34

4.3.4 Teknik Penentuan Sampel ... 34

4.4 Variabel 4.4.1 Identifikasi dan Klasifikasi ... 35

4.4.2 Definisi Operasional ... 35

4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian 4.5.1 Bahan ... 37

4.5.2 Instrumen ... 38

4.6 Protokol Penelitian ... 38

4.7 Analisis Data... 39

BAB V HASIL 1.1 Distribusi Frekuensi Kematian Larva Aedes aegypti ... 40

5.2 Persentase Rata – Rata Kematian Larva Aedes aegypti Berdasarkan Waktu Pengamatan ... 41

5.3 Uji Normalitas Data ... 43

5.4 Uji Analisis Varian (One Way Anova) ... 43

5.5 Uji Post Hoc... 43

BAB VI PEMBAHASAN ... 46

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ... 50 7.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN Lampiran 1 ... 56 Lampiran 2 ... 57 Lampiran 3 ... 59

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Analisis Fitokimia Daun Pepaya

dalam Berbagai Ekstrak ... 24 Tabel 2.2 Pemeriksaan Kandungan Kimia Daun Pepaya... 25 Tabel 2.3 Kandungan Biochemical Daun Pepaya ... 25 Tabel 5.1 Distribusi kematian larva Aedes aegypti

selama 24 jam berdasarkan konsentrasi

Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L) ... 40 Tabel 5.2 Efektivitas Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya

(Carica papaya L) Terhadap Kematian Nyamuk

Aedes aegypti setelah 24 Jam Perlakuan dengan Analisis Varians .... 43 Tabel 5.3 Hasil Uji Post Hoc Antara Konsentrasi Ekstrak

Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L) terhadap Perbedaan Rerata Kematian Larva Aedes aegypti

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Garis melengkung (Lyra)

pada Punggung Nyamuk Aedes aegypti ... 10

Gambar 2.2 Nyamuk Aedes aegypti Dewasa ... 11

Gambar 2.3 Telur Aedes aegypti ... 12

Gambar 2.4 Larva Aedes aegypti ... 14

Gambar 2.5 Pupa Aedes aegypti... 15

(11)

xi

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 5.1 Presentase kematian larva Aedes aegypti

pada tiap – tiap konsentrasi ekstrak etanol daun

(12)

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN LAMBANG n jumlah sampel t ulangan p probability α kesalahan tipe 1 % persentase SINGKATAN

DBD : Demam Berdarah Dengue KLB : Kejadian Luar Biasa WHO : Word Health Organization

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Surat Pembelian Bahan

Untuk Keperluan Penelitian ... 56 Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS ... 57 Lampiran 3. Foto-Foto Pembuatan Ekstrak Etanol

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini masih menjadi permasalahan masyarakat dunia.Berdasarkan data WHO, insiden DBD meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Lebih dari 2,5 miliar orang atau lebih dari 40% populasi dunia beresiko terkena DBD. WHO memperkirakan saat ini mungkin ada 50 juta – 100 juta infeksi dengue di seluruh dunia setiap tahunnya (WHO,2013).DBD telah menjadi penyakit endemik di 100 negara di dunia termasuk Asia, dimana penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis dan sub tropis.Kasus DBD di Indonesia pertama kali dilaporkan di kota Surabaya pada tahun 1968 dan terus menyebar ke wilayah-wilayah di Indonesia serta mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 berdasarkan data WHO di Asia Tenggara, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi (Anonim, 2010).Berdasarkan data dari Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Kementrian Kesehatan RI, penyakit BDB di beberapa kabupaten/kota di Indonesiamenjadi penyakit endemis.Dimana pada musim penghujandi beberapa daerah setiap tahunnya terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dengan berbagai program telah dilakukan dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87% pada tahun 2010, namun belum berhasil menurunkan angka kesakitan. Kasus DBD semakin meningkat, penyebarannya semakin meluas, dan dapat menyerang berbagai golongan umur baik anak-anak, dewasa, maupun golongan yang lebih

(15)

xv

tua. Dilaporkan terdapat 24.362 kasus dengan 196 kematian (CFR: 0,80%) pada awal tahun 2011 sampai bulan Agustus 2011.

Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama Demam Berdarah Dengue.Virus ditransmisikan ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi.Setelah inkubasi virus selama 4-10 hari, nyamuk yang terinfeksi mampu menularkan virus selama sisa hidupnya.Aedes aegypti berkembang biak terutama di wadah buatan manusia. Tidak seperti nyamuk lainnya, Aedes aegypti menggigit pada siang hari, dengan periode puncak pagi dan sebelum senja.Nyamuk betina dapat menggigit beberapa orang setiap periode makannya (WHO,2013).

Hingga saat ini vaksin dan obat DBD belum ada, sehingga pengendalian utama yang dapat dilakukan adalah dengan memutus rantai penularan dengan pengendalian vektornya. Pengendalian ini salah satunya dapat dilakukan dengan membunuh larva atau jentik untuk memutus rantai penularannya. Larvaciding

merupakanupaya untuk mengurangi populasi larva atau jentik Aedes Aegypti di tempat perindukan (breeding place) dengan larvasida (Utomo dkk.,2010).

Penggunaan bahan sintetik belum terlalu berhasil karena faktor teknis, operasional, ekonomi, dan yang paling penting adalah faktor lingkungan.Mengontrol vektor dengan bahan sintetik dapat menyebabkan bahaya lingkungan diantaranya timbul resistensi pada populasi vektor, akumulasi bahan kimia yang tidak dapat dihancurkan di alam, perederan biologis melalui rantai makanan yang akhirnya dapat bersifat racun bagi organisme yang bukan menjadi sasaran (Bansal dkk., 2012). Penelitian di beberapa daerah di Indonesia serta beberapa negara lain seperti Brazil, Bolivia, Argentina, Venezuela, Kuba, French Polynesia, Karibia, Malaysia, dan Thailand menunjukkan adanya toleransi hingga

(16)

resistensi larva nyamuk Aedes aegypti terhadap temephos (Ridha &Khairatun, 2011).Maka dari itu beberapa tahun terakhir penggunaan bahan sintetis mulai dibatasi.Pendekatan alternatif yang telah dilakukan oleh para peneliti ialah dengan kontrol biologis terhadap vektor sebagai pengganti bahan kimia.Selain itu alternatif lainnya adalah dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati flora sebagai metode sederhana untuk mengontrol nyamuk. Tidak seperti insektisida konvensional yang berdasarkan satu bahan aktif, insektisida yang berasal dari tumbuhan terdiri atas campuran senyawa kimia alami yang bereaksi terhadap proses perilaku dan fisiologis. Sehingga kecil kesempatan bagi vektor untuk mengembangkan resistensi terhadap zat-zat tersebut (Ghoshdkk.,2012).

Aktivitas biologi dari ekstrak tumbuhan telah dilaporkan dapat berdampak baik bagi lingkungan terhadap pengendalian nyamuk (Bansal dkk.,2012). Roarks menyatakan ada sekitar 1200 spesies tanaman yang berpotensi sebagai insektisida.Sukumar, dkk mendata dan mendiskusikan hanya 344 spesies tanaman yang memiliki aktifitas mosquitocidal.Penelitian lainnyayang membahas tentang spesies tanaman sebagai larvasida, proses ekstraksi, efek residu, efek pada organisme bukan target dan resistensi memperoleh hasil yang menjanjikan untuk kemajuan penelitian fitokimia (Ghoshdkk.,2012).

Senyawa golongan sianida, saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri, dan steroid merupakan beberapa senyawa yang diduga berfungsi sebagai insektisida yang terdapat pada tumbuhan (Alboneh dkk.,2012).Skrining fitokimia terhadap daun pepaya menunjukkan adanya kandungan alkaloid, karbohidrat, saponin, glikosida, protein & aminoacids, phytosterol, senyawa fenolik, flavonoid, terpinoids, tannin (Baskarandkk.,2012).Dalam ekstrak etanol

(17)

xvii

daun pepaya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, karbohidrat, glikoside, protein dan asam amino, phytosterol, senyawa phenol, serta terpinoids (Baskaran dkk.,2012).Flavonoid dan alkaloid inilah yang diduga memiliki potensi sebagai larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.Flavonoid bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan bagi larva Aedes aegyptiserta menghambat pertumbuhan larva (Wardani dkk.,2010 ; Sayono dkk.,2010). Alkaloid juga bekerja dengan menghambat sistem pernapasan dan pertumbuhan (Valiant dkk.,2010 ; Wardani dkk.,2010).Efek lainnya yaitu mempengaruhi sistem saraf larva dimana enzim kolinesterase dihambat. Akibatnya terjadi gangguan penghantaran impuls saraf yang menurunkan koordinasi otot serta menyebabkan kematian (Valiant dkk.,2010). Selain itu alkaloid memiliki efek sebagai racun perut (stomatch poisoning) yang dapat mengganggu sistem pencernaan larva (Wardani dkk.,2010).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Valiant dkk.(2010) yang menggunakan infusa daun pepaya dengan konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, 2,5% terhadap nyamuk Culex sp memperoleh hasil, infusa daun pepaya mempunyai efek larvasida terhadapnyamuk Culex sp dan pada konsentrasi 2% potensinya sama dengan temephos.

Larvasida dari bahan alami diharapkan akan lebih mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, aman bagi manusia dan organisme bukan target, serta tidak menimbulkan resistensi. Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini akan diteliti mengenaidosis efektif ekstrak etanoldaun papaya terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti.

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakahterdapat pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun papaya (Carica papaya L) terhadapkematian larva nyamuk Aedes aegypti?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun papaya (Carica

papaya L) terhadapkematian larva nyamuk Aedes aegypti. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui konsentrasi ekstrak etanol daun papaya yang menyebabkan kematian tertinggi dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti.

2. Mengetahui perbedaan kematian larva nyamuk Aedes aegypti terhadap ekstrak etanol daun papaya dengan konsentrasi 1% dibandingkan dengan kontrol.

3. Mengetahui perbedaan kematian larva nyamuk Aedes aegypti terhadap ekstrak etanol daun papaya dengan konsentrasi 0,5% dibandingkan dengan kontrol.

4. Mengetahui perbedaan kematian larva nyamuk Aedes aegypti terhadap ekstrak etanol daun papaya dengan konsentrasi 0,25% dibandingkan dengan kontrol. .

(19)

xix

5. Mengetahui perbedaan kematian larva nyamuk Aedes aegypti terhadap ekstrak etanol daun papaya dengan konsentrasi 0,125% dibandingkan dengan kontrol.

6. Mengetahui perbedaan kematian larva nyamuk Aedes aegypti terhadap ekstrak etanol daun papaya dengan konsentrasi 0,0625% dibandingkan dengan kontrol.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat anatara lain:

1. Dapat membantu dalam usaha pencegahan penyakit DBD dengan pengendalian terhadap vektor yaitu dengan membunuh larva nyamuk

Aedes aegypti .

2. Memberi informasi tentang manfaat daun papaya yang dapat digunakan sebagai larvasida alami Aedes aegypti.

3. Menjadi alternatif pilihan larvasida alami terhadap larva nyamuk Aedes aegypti yang dapat digunakan oleh masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Registry dalam platform sistem operasi Microsoft Windows 32-bit, merupakan sebuah basis data yang disusun secara hierarkis yang mengandung informasi mengenai konfigurasi

Wa h a i p a r a o r a n g t u a , bukankah kita akan menghargai dan bangga terhadap prestasi anak ketika itu sesuai dengan minat dan harapan kita? Bagaimana kalau

Kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah penguasaan yang dimiliki guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi kerusakan

Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 2, dapat dilihat nilai evapotranspirasi tanaman yang terbesar terdapat pada fase akhir penelitian atau usia bibit 6 bulan yaitu sebesar 0,98

1) Perancangan dan pembuatan aplikasi game merawat hewan peliharaan ini dibangun menggunakan macromedia flash 8.0. Flash merupakan suatu program aplikasi untuk

Kesimpulannya adalah dengan menggunakan metode rekayasa perangkat lunak waterfall, pada tahap analisis masalah maka diperoleh model permasalahan pada Aplikasi ini.Metode

Dari hasil percobaan menunjukan bahwa nilai stabilitas campuran AC-WC dengan tambahan LDPE cenderung menurun dengan bertambahnya kadar aspal hal ini disebabkan semakin

Sedangkan pada penelitian lainnya yang berjudul &#34;The Mediating Effect of Intellectual Capital, Management Accounting Information Systems, Internal Process Performance,