BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu individu-individu sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru berwujud bila dinyatakan dengan bahasa. Melalui bahasa, penutur dapat berkomunikasi dan mengutarakan gagasan-gagasan yang dimiliki kepada sesama anggota masyarakat. Bahasa juga digunakan untuk melakukan interaksi dengan lingkungan sosial. Dalam tuturan, ujaran sering digunakan untuk saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata.
guru menjawab lagi dengan bahasa Jawa maka secara tidak disadari percakapan tersebut menimbulkan peristiwa alih kode.
Peristiwa alih kode dan campur kode tidak hanya terjadi pada proses pembelajaran di sekolah saja tetapi peristiwa tersebut bisa terjadi pada dunia perdagangan khususnya pada saat melakukan transaksi jual beli di pasar. Dalam dunia perdagangan, bahasa merupakan hal yang sangat vital pada transaksi jual beli, seperti transaksi jual beli yang terjadi di toko Jaya Mukti Abadi yang berada di Pasar Wage Purwokerto. Pasar Wage merupakan salah satu pasar yang terletak di Purwokerto, dan merupakan pasar terbesar di Kabupaten Banyumas. Masyarakat yang berjualan maupun yang membeli di Pasar Wage berasal dari berbagai daerah. Kondisi demikian berpengaruh terhadap bahasa pada saat melakukan transaksi jual beli. Hal tersebut membuat peneliti yakin bahwa alih kode dan campur kode terjadi pada saat melakukan transaksi jual beli di pasar.
Toko Jaya Mukti Abadi merupakan salah satu toko sandang yang pemiliknya berasal dari luar daerah. Pemilik toko tersebut berasal dari daerah Kuningan Jawa Barat. Dalam melayani pembeli saat melakukan transaksi jual beli pelayan toko Jaya Mukti Abadi menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini berpengaruh pada saat
Adapun contoh tuturan alih kode pada saat transaksi jual beli sandang yaitu: Fiqih : “Mbak ana kudhung model anyar apa ora?”
‘Mbak ada kerudung model baru atau tidak?’ Penjual : “Ada, ini tinggal pilih saja di belakang!” Fiqih : “Model apa saja Mbak?”
Penjual : “Model Rumana Mbak.” (24-2-2013 : 10.30)
Pada dialog tersebut, pembeli bertanya kepada penjual dengan menggunakan bahasa Jawa. Pembeli menanyakan pada penjual mengenai model kerudung yang baru ada atau tidak. Kemudian penjual menjawab dengan bahasa Indonesia. Hal tersebut menyebabkan pembeli untuk beralih kode menggunakan bahasa Indonesia karena pembeli mengikuti bahasa yang digunakan oleh penjual.
Contoh tuturan campur kode pada saat transaksi jual beli sandang yaitu: Fiqih : ”Harganya satu kodi berapa?”
Penjual : “Pangaos satu kodi seratus dua puluh lima ribu.” (24-2-2013 : 10.30) ‘Harganya satu kodi seratus dua puluh lima ribu’
Pada cuplikan tersebut terjadi campur kode berupa penyisipan unsur kata dari bahasa Sunda berwujud kata ke dalam tuturan berbahasa Indonesia. Penjual melakukan tuturan dengan pembeli pada saat bertransaksi dengan menyelipkan bahasa Sunda. kata tersebut, yaitu “pangaos”. Dalam bahasa Indonesia “pangaos” memiliki arti yaitu harganya.
Setelah mengetahui peristiwa yang terjadi pada tuturan transaksi jual beli sandang di toko tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai peristiwa alih kode dan campur kode pada transaksi jual beli sandang di toko Jaya Mukti Abadi. Selain peristiwa alih kode dan campur kode, dalam berkomunikasi
terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud, pernyataan, pertanyaan, perintah atau yang lainnya. Penutur berharap mitra tutur memahami maksud pendengar atau lawan tutur. Penutur dan lawan tutur biasanya terbantu oleh situasi tutur.
Dipilihnya toko Jaya Mukti Abadi sebagai tempat penelitian karena toko tersebut setiap harinya ramai dikunjungi pembeli. Selain itu dalam proses transaksi, pembeli tidak mencari sendiri barang yang diinginkan, pembeli hanya menyampaikan sesuatu yang akan mereka beli lalu penjual di toko yang mencarikan. Dalam kondisi seperti itu terjadinya interaksi secara langsung dengan penjual akan menimbulkan variasi bentuk bahasa lebih banyak karena pembeli berhadapan langsung dengan penjual jika menginginkan suatu barang. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis akan melakukan analisis tentang macam alih kode dan campur kode dan faktor penyebab alih kode dan campur kode, serta jenis tindak tutur apa sajakah yang dipakai oleh penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli sandang di toko Jaya Mukti Abadi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti ungkapkan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa sajakah macam alih kode dan campur kode pada tuturan transaksi jual beli sandang di toko Jaya Mukti Abadi Pasar Wage Purwokerto?
2. Apa faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode pada tuturan transaksi jual beli sandang di toko Jaya Mukti Abadi Pasar Wage Purwokerto?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mendeskripsikan macam alih kode dan campur kode pada tuturan transaksi jual beli sandang di toko Jaya Mukti Abadi Pasar Wage Purwokerto.
2. mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode pada tuturan transaksi jual beli sandang di toko Jaya Mukti Abadi Pasar Wage Purwokerto.
3. mendeskripsikan jenis tindak tutur yang terdapat pada tuturan alih kode dan campur kode dalam transaksi jual beli sandang di toko Jaya Mukti Abadi Pasar Wage Purwokerto.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penjual dan pembeli sandang di toko Jaya Mukti Abadi Pasar Wage Purwokerto tentang kajian ilmu bahasa khususnya dalam bidang sosiolinguistik dan pragmatik. Dengan adanya penelitian mengenai alih kode dan campur kode pada transaksi jual beli sandang di toko Jaya Mukti Abadi Pasar Wage Purwokerto mampu mengetahui alih kode dan campur kode
serta tindak tutur berdasarkan pemakaiannya.
2. Manfaat Praktis