Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
v
131 PEMBELAJARAN PERKALIAN PECAHAN MENGGUNAKAN PLASTIK MIKA DI KELAS V
Oleh : Helni Indrayati1, Ratu Ilma Indra Putri2, Somakim3 ……… 139
PENGEMBANGAN SOAL OPEN-ENDED PADA POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN
DAN VOLUME BALOK
Oleh : Henry Kurniawan1, Ratu Ilma Indra Putri2, Yusuf Hartono2 ……….. 145 PENGGUNAAN LENGHT MODELSDAN METODE BALANCING PADA PEMBELAJARAN
PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL
Oleh: Hermaini1 Ratu Ilma 2, Darmawijoyo3 ... 152 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO UNTUK
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS MAHASISWA
Oleh: Ika Wahyu Anita ... 161 PENGARUH VISUAL BASIC APPLICATION FOR EXCEL TERHADAP KEMAMPUAN
KREATIF MAHASISWA TENTANG DEFINISI DAN TEOREMA MATEMATIKA
Oleh: Martin Bernard... 167 ANALISA TERHADAP KECEMASAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA
Oleh: Masta Hutajulu... 176 PENERAPAN PENDEKATAN INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA
Oleh: Maya Siti Rohmah ... 183 PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN
PERSONALIZED SYSTEM OF INSTRUCTION
Oleh: Ratni Purwasih ... 187 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER UNTUK MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN PEMAHAMAN OPERASI PERKALIANSISWA SEKOLAH DASAR
Oleh: Siti Chotimah... 197
OPTIMALISASI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY
REPETITION (AIR)
Oleh: Sukasno, Drajat Friansah, & Intiana Hijrah Yumanif ... 202
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOMETRI RUANG MELALUIPROBLEM BASED
LERNING (PBL) BERBANTUAN GEOGEBRA 5.0 UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
VISUAL-SPATIAL THINKING MAHASISWA
Oleh: Sumarni 1), Anggar Titis Prayitno2) ... 210 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA
MATERI VOLUME KUBUS UNTUK SISWA SMP
Oleh: Tarsudin1, Zulkardi2, Darmawijoyo2 ... 221 OPTIMALISASI PENGGUNAAN VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Oleh: Usman Aripin ... 225 PENERAPAN METODE CONNECTING ORGANIZING REFLECTING EXTENDING
TERHADAP DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP
Oleh: Wahyu Setiawan ... 232
PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
REFLEKTIF MATEMATIS SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DISERTAI
STRATEGI WHAT IF
Oleh : Harry Dwi Putra ...
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 131
Pengembangan Instrumen untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Reflektif Matematis Siswa SMA dengan Pendekatan
Harry Dwi Putra
Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi
harrydp.mpd@gmail.com
ABSTRAK
1.
Pendahuluan
1.1.
Latar belakang
Kemampuan berpikir matematis menjadi fokus dalam pembelajaran matematika di sekolah. Guru mestinya memfasilitasi siswa agar dapat melatih kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa, salah satunya adalah kemampuan berpikir reflektif matematis. Garrison, et al (2004) menyatakan bahwa apabila kemampuan berpikir reflektif dikembangkan pada siswa, mereka akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir terbuka, toleran terhadap ide-ide baru, dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan berpikir secara mandiri.
Namun, hasil penelitian Nindiasari (2011) pada siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa hampir 60% siswa belum memberikan hasil memuaskan dalam mengerjakan soal-soal yang memuat indikator proses berpikir reflektif matematis. Ini menunjukkan bahwa tes kemampuan berpikir reflektif matematis jarang
Scientific
Disertai Strategi
What If Not
Kemampuan berpikir reflektif matematis merupakan salah satu kompetensi berpikir tingkat tinggi yang juga sangat penting dikembangkan pada siswa, karena mereka akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru, dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, serta dapat berpikir kritis secara mandiri. Pendekatan scientific merupakan pendekatan yang memfasilitasi siswa agar memperoleh pengetahuan dan keterampilan berdasarkan metode ilmiah, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring (menyimpulkan, menyajikan, serta mengkomunikasikan). Melalui strategi what if not terjadi proses berpikir siswa dalam menganalisis masalah, mempertentangkan kondisi pada masalah, dan memeriksa kebenaran penyelesaian. Oleh karena itu, diperlukan instrumen untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis melalui pendekatan scientific
disertai strategi what if not. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang akan menghasilkan produk berupa instrumen. Metode penelitian terdiri dari tahap-tahap, yaitu: pendahuluan (studi pustaka, observasi, dan wawancara), pengembangan produk (instrumen), validitas dari tim ahli, dan uji coba terbatas pada siswa kelas XI di SMA Negeri Cimahi dengan kriteria sekolah tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa instrumen yang dikembangkan meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan tes kemampuan berpikir reflektif matematis. Silabus mengenai materi aturan pencacahan. RPP disusun sesuai dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not. Tes disusun sesuai dengan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis. Setelah dilakukan uji coba terbatas, diperoleh instrumen yang valid.
KataKunci: Instrumen,Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis, Pendekatan
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
132 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
dilatihkan guru pada siswa. Menurut Herman (2012) bahwa tugas matematika yang diberikan kepada siswa harus dapat membuat siswa melakukan aktivitas mengamati dan mengeksplorasi fenomena-fenomena matematika sehingga menuntut siswa berpikir secara optimal sesuai kemampuannya.
Dalam kurikulum 2013 yang diterapkan saat ini menekankan guru menggunakan pendekatan scientific dalam pembelajaran. Dalam pendekatan scientific terdapat aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan menyimpulkan (Kemdikbud, 2013). Berdasarkan wawancara dengan tiga guru di SMAN Cimahi, siswa kesulitan dalam mengajukan pertanyaan terhadap permasalahan yang dihadapi. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan strategi what if not dengan cara mengubah informasi atau data, menambah informasi pada data, mengubah nilai data yang ada dengan pertanyaan yang sama, dan mengubah pertanyaan dengan data yang sama.
Melalui strategi ini siswa dapat membuat pertanyaan berdasarkan permasalahan yang mereka hadapi dan melakukan refleksi untuk memeriksa kebenaran dari jawaban atas pertanyaan tersebut. Mengingat begitu pentingnya kemampuan berpikir reflektif untuk dilatihkan pada siswa, perlu disusun instrumen untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa SMA melalui pendekatan scientific disertai strategi whatifnot.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan instrumen kemampuan berpikir reflektif matematis pada siswa SMA dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not?
1.4.
Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan pihak yang terkait untuk menggunakan instrumen ini dalam mengukur kemampuan berpikir reflektif matematis siswa sekolah menengah pada materi aturan pencacahan. Selain itu, siswa menjadi berkembang kemampuan berpikir matematis tingkat tingginya dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir reflektif matematis.
2.
Metode Penelitian
2.1.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan instrumen untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Instrumen yang disusun divalidasi oleh tim ahli. Instrumen yang telah valid diujicobakan di tiga sekolah menengah dengan peringkat tinggi, sedang, dan rendah, yaitu SMAN 2, 3, dan 4 Cimahi.
2.2.
Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah dua orang tim ahli yang akan memvalidasi instrumen, tiga guru yang mengajar matematika di masing-masing sekolah menengah untuk diwawancara, dan sepuluh siswa kelas XII yang telah mempelajari materi aturan pencacahan untuk uji coba instrumen.
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan tersusunnya instrumen kemampuan berpikir reflektif matematis siswa SMA dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not.
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 133
2.3.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan instrumen, serta uji ahli dan terbatas. Studi pendahuluan bertujuan untuk menelaah teori tentang kemampuan berpikir reflektif matematis, pendekatan scientific, dan strategi what if not. Pada tahap pengembangan tersusun instrumen yang sesuai dengan kajian teori yang dirujuk.
2.4.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang dihasilkan dari penelitian ini terdiri dari silabus mengenai materi aturan pencacahan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not, dan tes kemampuan berpikir reflektif matematis. Untuk memperoleh seperangkat instrumen yang valid digunakan pedoman wawancara, catatan lapangan, dan lembar penilaian. Pedoman wawancara untuk mewawancarai guru dalam memperoleh masukan terhadap instrumen. Catatan lapangan untuk mencatat masukan dari guru dan siswa terhadap instrumen yang digunakan. Lembar penilaian untuk memperoleh nilai dari dua orang tim ahli sebagai validator terhadap layak atau tidaknya instrumen yang dipakai. Tes digunakan untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dari kelima butir soal.
100% k N Nk
2
2 2 2 xy N XY X Y r N X X N Y Y Keterangan:X : Nilai rata-rata soal-soal tes pertama perorangan ΣX : Jumlah nilai-nilai X
ΣX² : Jumlah kuadrat nilai-nilai X
Y : Nilai rata-rata soal-soal tes kedua perorangan 2.5.Teknik Analisis Data
2.5.1. Data Pedoman Wawancara dan Catatan Lapangan.
Dianalisis dengan memisahkan data yang penting dan tidak penting serta menyusun data untuk diinterpretasikan sebagai pedoman melakukan perbaikan instrumen
2.5.2. Lembar penilaian.
Dianalisis dengan mengklasifikasi pilihan kedua validator pada masing-masing butir penilaian untuk melihat layak atau tidaknya instrumen. Rumus yang digunakan untuk menentukan kelayakan instrumen (Purwanto, 2010), yaitu:
Keterangan:
N : Persentase aspek k : Jumlah nilai dari aspek
Nk : Jumlahnilai yang harus dicapai Kriteria kelayakan ditetapkan, sebagai berikut: Sangat layak : 83,5% - 100%
Layak : 64% - 83% Cukup layak : 44,5% - 63% Tidak layak : 25% - 44%
2.5.3. Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis.
Tes yang telah diujicobakan pada siswa dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran denganrumus (Ruseffendi, 2005). Untuk menentukan validitas butir soal digunakan rumus, sebagai berikut:
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
134 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
r Sedang : 0, 40rxy 0, 70 Rendah : 0, 20 rxy 0, 40 2 2 2 1 j i p j DB DB b r x b DB dengan 2 2 2 i i i X X DB N N dan 2 2 2 j Y Y DB N N Keterangan:
: Koefisien reliabilitas tes b :
Variansi skor seluruh soal menurut skor siswa perorangan : Variansi skor soal tertentu (soal ke-i)
∑ : Jumlah variansi skor seluruh soal menurut skor soal tertentu
r Sedang : 0, 40 rp 0, 70 Rendah : 0, 20 rp 0, 40 A B p A JB JB D JS SMI Keterangan:
Dp : Indeks daya pembeda : Jumlah skor kelas atas : Jumlah skor kelas bawah
Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus, sebagai berikut:
Banyaksoal : Tinggi : 0, 70 rxy 0,90 Sangatrendah : 0, 00 rxy 0, 20 ΣY : Jumlah nilai-nilaiY
ΣY² : Jumlah kuadrat nilai-nilai Y
XY : Perkalian nilai-nilai X dan Y perorangan ΣXY : Jumlah perkalian nilai X dan Y
N : Banyaknya pasangan nilai
Kriteria validitas butir soal ditetapkan, sebagai berikut: Sangattinggi : 0,90 xy 1, 00
Tinggi : 0, 70 rp 0,90 Kriteria reliabilitas tes ditetapkan, sebagai berikut: Sangattinggi : 0,90 p 1, 00
Untuk menentukan daya pembeda butir soal digunakan rumus, sebagai berikut:
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 135
Sedang : 0, 20 Dp 0, 40
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran
: Banyaknya jawaban benar kelompok atas : Banyaknya jawaban benar kelompok bawah
JSA : Jumlah skor kelas atas atau bawah(25% dari jumlah seluruh peserta tes) SMI :
Sukar : 0, 00Ik 0, 30 Sedang : 0, 30Ik 0, 70 Mudah : 0, 70 Ik 1, 00
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1. Hasil Penelitian
Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan. 3.1.1. Studi Pustaka.
Pada kegiatan ini, dilakukan kajian teori mengenai penyusunan silabus dan RPP berdasarkan Kurikulum 2013 pada materi aturan pencacahan menggunakan pendekatan scientific disertai strategi what if not. Menentukan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis yang diadaptasi dari indikator berpikir kritis (Sumarmo, 2010). Indikator dari kemampuan berpikir reflektif matematis yang telah ditetapkan, yaitu membedakan data relevan dan tidak relevan mengenai aturan perkalian; menganalisis dan mengklarifikasi jawaban mengenai aturan perkalian; menggeneralisasi dan menganalisis generalisasi mengenai permutasi dan kombinasi; menginterpretasikan suatu kasus berdasarkan konsep peluang; memeriksa kebenaran suatu argumen mengenai peluang; serta menarik analogi dari dua kasus peluang yang serupa.
3.1.2. Observasi ke Lapangan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru di SMAN 2, 3, dan 4 Cimahi, diperoleh bahwa soal tes kemampuan berpikir reflektif matematis masih jarang dilatihkan
Baik : 0, 40 Dp 0, 70
JSA : Jumlah skor kelas atas atau bawah(25% dari jumlah seluruh peserta tes) SMI : Skor maksimal ideal
Kriteria daya pembeda butir soal ditetapkan, sebagai berikut: Sangatbaik : 0, 70 Dp 1, 00
Tidakbaik : Dp 0, 00
Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus, sebagai berikut:
Kurangbaik : 0, 00 Dp 0, 40
Skor maksimal ideal
Kriteria tingkat kesukaran butir soal ditetapkan, sebagai berikut: Terlalu sukar : Ik 0, 00
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
136 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
kepada siswa. Guru biasanya menggunakan soal-soal pada buku pegangan siswa sebagai latihan. Soal yang terdapat pada buku tersebut hanya bersifat soal pemecahan masalah biasa, belum melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir reflektif mereka.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru di tiga sekolah tersebut telah menerapkan pendekatan scientific meliputi aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan menyimpulkan. Pada aktivitas menanya, siswa sedikit yang aktif mengemukakan pendapatnya. Mereka bingung dalam menyusun pertanyaan. Untuk mengatasi ini, pada aktivitas menanya dapat menggunakan strategi what if not dengan merubah data, menambah data, mengubah data tetapi pertanyaan sama, atau mengubah pertanyaan dengan data yang sama.
3.1.3. Penyusunan Instrumen.
Berdasarkan studi pustaka dan hasil wawancara selanjutnya dapat disusun silabus, RPP, dan kisi-kisi tes kemampuan berpikir reflektif. Silabus berkenaan dengan materi aturan pencacahan, terdiri dari aturan perkalian, faktorial, permutasi, kombinasi, binomial newton, dan peluang. RPP disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan scientific disertai dengan strategi what if not. Penyusunan kisi-kisi dan tes berdasarkan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis yang terdiri dari 5 butir soal.
Kriteria Kelayakan Soal (%)
1 2 3 4 5
1. Validator 1 62,50 60,42 56,25 62,40 58,33 2. Validator 2 58,33 56,25 64,58 62,50 56,25 Rerata 60,42 58,33 62,50 61,46 57,29
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rerata persentase kelayakan soal berada di antara
3.1.5. Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis.
Pada Tabel 2 di bawah ini disajikan rekapitulasi hasil uji coba terbatas tes kemampuan berpikir reflektif matematis yang diberikan kepada 10 siswa kelas XII yang telah memahami materi aturan pencacahan. Tes terdiri dari 5 soal dengan skor maksmimum ideal adalah 14.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Soal Validitas Kriteria Reliabilitas Kriteria DP Kriteria IK Kriteria
1. 0.53 Sedang
0.54 Sedang
0.22 Cukup 0.44 Sedang
2. 0.45 Sedang 0.33 Cukup 0.50 Sedang
3. 1.07 Sangat Tinggi 0.67 Baik 0.67 Sedang
4. 0.64 Sedang 0.67 Baik 0.67 Sedang
5. 0.97 Sangat Tinggi 0.33 Cukup 0.61 Sedang
Skor maksimum ideal dari kelima soal kemampuan berpikir reflektif matematis adalah 14. Apabila siswa menjawab dengan benar pada soal pertama bernilai 2, soal kedua bernilai 2, soal ketiga bernilai 2, soal keempat bernilai 4, dan soal kelima bernilai 4. Pada soal pertama, sebanyak 40% siswa memperoleh skor 2 dan sebanyak 60% siswa memperoleh skor 1. Pada
Tabel 1. Hasil Uji Kelayakan Instrumen Tes Berpikir ReflektifMatematis No. Ahli
3.1.4. Validasi Tim Ahli.
Berikut ini disajikan hasil validasi dari dua dosen pembimbing mengenai soal tes kemampuan berpikir reflektif matematis yang telah disusun.Kriteria penilaian butir soal terdiri dari isi, penyajian, dan kebahasaan.
44,50%
83,00%
berarti bahwa tes kemampuan berpikir reflektif cukup layak (valid) untuk diujicobakan pada siswa.Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 137
soal kedua, sebanyak 50% siswa memperoleh skor 2, sebanyak 40% siswa memperoleh skor 1, dan sebanyak 10% siswa memperoleh skor 0 karena tidak memberikan jawaban.
Pada soal ketiga, sebanyak 50% siswa memperoleh skor 2, sebanyak 40% siswa memperoleh skor 1, dan sebanyak 10% siswa memperoleh skor 0 karena jawaban yang diberikan salah. Pada soal keempat, sebanyak 30% siswa memperoleh skor 3, sebanyak 30% siswa memperoleh skor 2, sebanyak 30% siswa memperoleh skor 1, dan sebanyak 10% siswa memperoleh skor 0 karena jawaban yang diberikan salah. Pada soal kelima, sebanyak 10% siswa memperoleh skor 3, sebanyak 80% siswa memperoleh skor 2, sebanyak 10% siswa memperoleh skor 0 karena jawaban yang diberikan salah.
Pada Tabel 2 di atas, terlihat bahwa soal nomor 3 dan 5 memiliki validitas sangat tinggi, sedangkan soal nomor 1, 2, dan 4 memiliki validitas sedang. Kelima soal tersebut memiliki reliabilitas sedang. Daya pembeda pada dua soal (nomor 3 dan 4) sudah baik, sedangkan tiga soal (nomor 1, 2, dan 5) memiliki daya pembeda cukup baik. Tingkat kesukaran soal adalah sedang. Dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan berpikir reflektif matematis sudah valid dan dapat digunakan pada siswa kelas XI di SMA Negeri 2, 3, dan 4 Cimahi untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis mereka sebelum dan setelah pembelajaran. Pada Tabel 3 berikut ini disajikan data pretest, posttest, dan peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa.
XI MIPA 2 SMA 2 31 4,83 11.15 0,69 Sedang XI MIPA 1 SMA 3 35 4,73 10,68 0,64 Sedang XI MIPA 4 SMA 4 37 4,76 10,51 0,62 Sedang
Pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa peningkatan kemampuan berpikir reflektif siswa berada pada
0,30 0,70
yang berarti peningkatan kemampuan berpikir reflektif siswa berada pada kriteria sedang. Siswa belum terbiasa menjawab soal yang berkaitan dengan memeriksa data relevan atau tidak terhadap informasi dari soal, memeriksa kebenaran pernyataan berkaitan dengan soal, serta menganalisis generalisasi dan analogi dari suatu permasalahan yang diberikan.3.2.
Pembahasan
Instrumen yang telah disusun diberikan kepada tim ahli untuk memberikan masukan terhadap perbaikan instrumen. Menurut tim ahli, silabus mengenai aturan pencacahan sudah sesuai dengan panduan kurikulum 2013. Dalam RPP sudah memuat langkah-langkah pendekatan scientific dengan strategi what if not pada aktivitas menanya. Pada aktivitas pembelajaran dalam RPP mesti siswa yang dominan, jangan terlalu sering menuliskan aktivitas guru. Soal kemampuan berpikir reflektif yang terdiri dari 5 soal sudah memenuhi indikator yang ditetapkan.
Kalimat pada soal ada yang mesti diperbaiki agar tidak membuat siswa bingung dalam memahami informasi dari soal. Misalnya: kalimat pada soal “Dari kota Padalarang ke kota Cimahi dilalui 4 jenis angkot”. Bagi siswa yang tidak pernah ke Padalarang dan Cimahi akan membuat mereka menjadi bingung. Untuk itu nama kota disimbolkan saja dengan Kota P dan Kota C, sehingga soal diperbaiki menjadi “Dari kota P ke kota C dilalui oleh 4 jenis angkot”.
Penilaian dari reviewer menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan berpikir reflektif matematis cukup layak digunakan. Dalam membuat soal berpikir reflektif matematis memang tidak mudah. Indikator dalam kemampuan berpikir ini mengharuskan untuk membuat soal mengenai memeriksa data relevan atau tidak, memeriksa kebenaran, serta
Tabel 3. Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
138 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
menganalisis generalisasi dan analogi dari suatu permasalahan. Soal dengan indikator ini dapat melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikir reflektif.
Peningkatan kemampuan berpikir reflektif siswa berada pada kriteria sedang. Siswa yang berada pada sekolah dengan peringkat tinggi memiliki peningkatan kemampuan yang lebih besar daripada siswa dengan peringkat sekolah sedang. Begitu pula, siswa dengan peringkat sekolah sedang juga memiliki peningkatan kemampuan yang lebih besar daripada siswa dengan peringkat sekolah rendah. Ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pemahaman konsep yang baik memiliki kemampuan berpikir reflektif matematis yang juga baik. Instrumen yang telah disusun dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan cukup baik.
4.
Simpulan dan Saran
4.1.
Simpulan
Instrumen yang dikembangkan meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Tes. Silabus mengenai materi aturan pencacahan. RPP disusun sesuai dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not. Tes disusun sesuai dengan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis. Setelah dilakukan uji coba terbatas, diperoleh instrumen yang valid.
4.2.
Saran
Dalam menyusun instrumen berupa tes mesti memenuhi indikator yang telah ditentukan. Soal-soal pada tes mesti dapat mengembangkan kemampuan yang diinginkan, sehingga ketika diujicobakan tes tersebut memiliki validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran yang baik, yaitu diantara sedang dan tinggi. Selain itu, perlu dikembangkan instrumen berpikir reflektif untuk materi lain dan tingkat sekolah yang lain agar kemampuan berpikir reflektif siswa dapat terus ditingkatkan.
Referensi
Garrison, D. R., Anderson, T., dan Archer, W. (2004). Critical Thinking, Cognitive Presence, Computer Conferencing in Distance Learning. [Online]. Tersedia di: http://communityofinquiry.com/files/CogPres_Final.pdf. Diakses 23 Maret 2015. Herman, T. (2012). Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. [Online]. Tersedia di: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1962101119101 1-TATANG-HERMAN/Artikel. Diakses 2 November 2014.
Kemdikbud. (2013). Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik.
Nindiasari, H. (2011). Pengembangan Bahan Ajar dan Instrumen untuk Meningkatkan Berpikir Reflektif Matematis Berbasis Pendekatan Metakognitif pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam: Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY. Yogyakarta, UNY Press: 251-263.
Purwanto (2010). Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sumarmo, U. (2010). Pengembangan Berpikir dan Disposisi Krititis, Kreatif pada Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika. (Makalah). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.