• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan perkembangan pada anak ( Hockenberry dan Wilson, 2011), mencakup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan perkembangan pada anak ( Hockenberry dan Wilson, 2011), mencakup"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Nutrisi pada awal kehidupan ini berperan untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan pada anak (Hockenberry dan Wilson, 2011), mencakup perkembangan otak, perkembangan kognitif (Rosales dan Zeisel, 2008), pertumbuhan tulang, otot (Specker, 2004), berperan memproduksi hormon untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein yang akan mempengaruhi status kesehatan anak (Burn et al., 2004). Kekurangan asupan nutrisi pada anak beresiko terjadi masalah nutrisi (kekurangan vitamin, seng, yodium dan zat besi), menurunnya pertahanan tubuh seperti anak mudah terkena infeksi dan akan berdampak terjadi penyakit kronis (Tinkew et al., 2014; Alaimo et al., 2001; Black et al.,2008). Keadaan kekurangan nutrisi juga menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan, produksi tenaga, berkurangnya pembentukan struktur dan fungsi otak sehingga anak cenderung menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah cengeng dan mudah tersinggung serta apatis (Almatsier, 2009).

Masalah nutrisi di Indonesia dan di Negara Berkembang ini masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas di kota-kota besar (Supariasa et al., 2012). Data Riskesdas (2013) menggambarkan keadaan status gizi anak berdasarkan BB/TB dengan prevalensi sangat kurus secara Nasional masih tinggi sebesar 5,3 persen, prevalensi kurus sebesar 6,8 persen dan prevalensi gemuk sebesar 11,9 persen. Masalah kesehatan

(2)

masyarakat dianggap serius ketika prevalensi kurus antara 10,0-14,0 persen dan dianggap kritis bila≥ 15 persen.Kementrian Kesehatan RI (2012) mengemukakan bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda, masalah gizi kurang belum teratasi secara menyeluruh, muncul masalah gizi lebih dan kegemukan terutama di Kota-kota Besar di Indonesia termasuk wilayah Kota Tangerang. Kejadian kegemukan pada anak ini memberikan dampak terhadap stigma sosial yang negatif, dan harga diri rendah, serta beresiko terhadap peningkatan berat badan dan obesitas di usia remaja dan dewasa (Singh et al., 2008; Johannsson et al., 2006), beresiko terjadi penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, jantung koroner dan kantung empedu (Almatsier et al., 2011). Penanganan anak dengan berat badan kurang dan obesitas ini merupakan masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat karena masalah tersebut cenderung menjadi masalah kesehatan yang kronis, yang akan meningkatkan morbiditas dimasa yang akan datang (Greco et al., 1995; Freedman dan Sherry, 2009; Dietz, 1998; Brown dan McClimens, 2012).

Masalah nutrisi pada anak ini berhubungan dengan adanya kesulitan orang tua dalam pengasuhan terhadap anak-anaknya seperti kurangnya informasi tentang bagaimana cara pemberikan makanan yang bergizi pada anak (Dearden, 2009; Moore, 2006 ) termasuk pada usia toddler. Orang tua bertanggung jawab melakukan aktivitas perawatan bagi anak-anaknya dalam memenuhi kebutuhan (Orem, 2001) dan bertanggung jawab atas pengasuhan anak termasuk dalam pemberian makan sesuai dengan kebutuhan nutirisi (Hockkenberry dan Wilson, 2011).

(3)

Perilaku pemberian makan anak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mencakup asupan makanan yang tepat, sehat dan aman serta menyediakan lingkungan yang menyenangkan saat makan (Orem, 2001), tidak hanya proses pemilihan, konsumsi dan regulasi makanan, tetapi orang tua juga memotivasi, mendorong dan menikmati interaksi toddler dan orang tua ( Arndt dan Horodynski, 2004). Orem (2001) juga menjelaskan untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi ini tidak hanya kegiatan makan saja, namun bagaimana orang tua berusaha memperoleh informasi tentang makanan yang mengandung nutrisi, mengidentifikasi alternatif makanan sehat, membuat keputusan dalam pembelian atau penyediaan makanan dan perencanaan terhadap pemberian makanan yang sehat (Orem, 2001).

Pengaruh perilaku orang tua dalam pemberian makan yang tidak tepat berhubungan dengan kejadian berat badan yang kurang (Moore et al., 2006; Lutter et al., 2011) dan berhubungan dengan berat badan yang berlebihan pada anak (Tschann et al., 2013; Jansen et al., 2012). Perilaku orang tua cenderung membiarkan anak makan apa saja secara berlebihan sehingga muncul obesitas pada anak (Tinkew et al. (2014) dan sebanyak 18-33% anak tidak diberikan sayur atau buah setiap hari (Fox et al., 2004), menyediakan makanan siap saji menjadi makanan yang sering dikonsumsi anak seperti kue manis, minuman soda dan permen. Perilaku pemberian makan di Indonesia juga cenderung kurang adanya variasi makanan baik bentuk maupun rasa. Orang tua yang tidak berespon terhadap isyarat makan anak akan mengganggu perkembangan kemampuan anak dalam pemenuhan kebutuhan diri, pemilihan terhadap makanan serta asupan

(4)

makan yang dibutuhkan pada anak (Birch dan Fisher, 1998), termasuk usia toddler. engatasi hal tersebut dibutuhkan kemampuan orang tua untuk melakukan pemberian makan yang tepat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi toddler yang disebut sebagai Dependent Care Agency/DCA (Tylor et al., 2001).

Tahapan perkembangan usia 1-3 tahun (toddler) merupakan konsumer pasif, anak menerima asupan makan dari apa yang disediakan oleh ibunya (Suganti dan Prikasih, 2009) . Ciri toddler ini dalam periode memilih makanan dalam setiap makan (picky eating), makanan sering dikemut, susah makan atau rewel saat makan dan sulit untuk mengkonsumsi sayuran (Almatsier et al., 2011) merupakan tahapan perkembangan dengan stressor tersendiri dimana seharusnya anak mengkonsumsi mengandung unsur yang penting untuk pertumbuhannya (Cathey dan Gaylor, 2004 cit Hockenberry dan Wilson, 2011). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya dapat melibatkan peran perawat. Perawat dapat melakukan pengkajian tingkat kebutuhan nutrisi pada anak, tingkat pengetahuan keluarga tentang nutrisi, mengidentikasi bagaimana cara memilih, mengolah dan mengkonsumsi jenis makanan serta memastikan bahwa anak mendapatkan makanan yang adekuat (Burn et al., 2004), pemberian infomasi mengenai cara pengasuhan yang tepat dapat dilakukan oleh perawat, untuk mencapaian status gizi yang optimal dan menurunkan angka kematian pada anak (Atmatsier et al., 2011; Brown et. al., 2006; West et. al., 2006).

Penelitian tentang DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan orang tua di Indonesia, sejauh peneliti ketahui masih jarang dilakukan. Sari (2013) meneliti tentang DCA orang tua dalam pemberian makan anak toddler secara

(5)

menyeluruh , mengungkapkan bahwa orang tua perlu meningkatkan DCA untuk menghasilkan perilaku yang tepat dalam praktik pemberian makan pada anak usia toddler sehingga anak akan mendapatkan gizi yang adekuat. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan anak dengan status gizi anak yang berbeda di Kota Tangerang yang merupakan salah satu 10 besar Kota besar di Indonesia. Letak kota Tangerang sangat strategis karena berada di antara Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta. Wilayah Puskesmas Sukasari memiliki perbandingan status gizi anak yang lebih bervariasi dibanding Puskesmas lain dan terletak di tengah-tengah Kota Tangerang dengan jumlah 4.442 anak Batita (Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2013).

B. Rumusan Masalah Penelitian

Nutrisi yang adekuat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan penkembangan anak. Orang tua bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan anaknya yang masih dalam pengasuhan termasuk dalam pemenuhan nutrisi. Kemampuan orang tua dalam berperilaku (DCA) mempengaruhi ketepatan perilaku dalam pemberian makan pada anak. Faktor DCA dan perilaku pemberian makan pada anak merupakan faktor yang penting dalam menentukan status gizi pada anak.

(6)

Uraian ringkas dari latar belakang masalah diatas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

a. Adakah hubungan yang signifikan antara dependent care agency (DCA) dengan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada toddler di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang?

b. Adakah perbedaan yang signifikan antara DCA orang tua toddler dengan status gizi kurus, normal dan gemuk di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang?

c. Adakah perbedaan yang signifikan antara perilaku orang tua dalam pemberian makan toddler dengan status gizi kurus, normal dan gemuk di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan toddler berdasarkan status gizi toddler.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara dependent care agency (DCA) dengan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada toddler di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang

(7)

b. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara DCA orang tua toddler dengan status gizi kurus, normal dan gemuk di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang

c. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara perilaku orang tua dalam pemberian makan toddler dengan status gizi kurus, normal dan gemuk di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan dapat mengembangkan ilmu DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan anak toddler sehingga dapat mencapai status gizi yang normal

2. Bagi Orang tua

Diharapkan dapat sebagai upaya preventif dan promotif untuk meningkatkan DCA dan perilaku pemberian makan yang optimalt sehingga anak dapat mencapai status gizi yang baik.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan DCA dan cara perilaku pemberian makan yang tepat diberikan kepada anak toddler sehingga mampu memberikan saran untuk penelitian berikutnya.

(8)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Dependent Care Agency (DCA) dan perilaku pemberian makan orang tua pada toddler di Indonesia sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian yang mirip dan sudah pernah dilakukan adalah :

1. Sari (2013), melakukan penelitian tentang hubungan Dependent Care Agency (DCA) dengan perilaku pemberian makan orang tua pada anak dengan usia toddler di wilayah Puskesmas Depok Sleman, Yogyakarta. Hasilnya terdapat hubungan antara DCA dengan perilaku pemberian makan orang tua pada anak toddler. Persamaan penelitian ini adalah peneliti mencari hubungan variabel DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada toddler dengan pendekatan teori Orem. Perbedaannya adalah peneliti memfokuskan untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan berdasarkan status gizi anak (BB/TB).

2. Jansen et. al. (2012). Penelitian yang berjudul Children’s eating behavior, feeding practices of parents and weight problem in early childhood : results from the population –based Generation R Study. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku makan anak preschool dan praktik pemberian makan orang tua dikaitkan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang dibedakan menjadi berat badan kurang, normal, lebih dan obesitas. Penelitian ini menggunakan kuesioner Children’s Eating Behaviour Qoestionnaire (CEBQ) yang meliputi 8 aspek penilaian dan Child Feeding Qoestionnaire (CFQ) yang meliputi 3 aspek penilaian. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa aspek tingginya nilai respon anak terhadap makanan, enjoyment of food

(9)

dan parental retriction berhubungan dengan IMT diatas rata-rata anak. Aspek Emotional Undereating, Satiety Responsiveness dan Fussiness yang digunakan orang tua dalam menekan makanan mempunyai hubungan negatif dengan IMT anak. Penelitian ini menggunakan 3 variabel yaitu perilaku makan anak, perilaku orang tua dalam pemberian makan dan status gizi pada anak.. Persamaan penelitian ini peneliti mengidentifikasi perbedaan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada anak terhadap status gizi anak dengan metode cross sectional. Perbedaannya peneliti tidak mengukur perilaku makan anak, pengukuran peneliti dilakukan terhadap orang tua dengan melihat 2 aspek variabel bebas yaitu DCA dan perilaku pemberian makan anak terhadap status gizi anak berdasarkan BB/TB dengan menggunakan pendekatan teori OREM sebagai kerangka teori.

3. Rodgers et. al. (2013). Maternal feeding practices predict weight gain and abesogenic eating behaviors in young children : a prospective study. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara perilaku ibu dalam pemberian makan, perilaku makan abesogenic dan status gizi pada anak. Kesimpulannya perilaku ibu dalam pemberian makan mempunyai pengaruh dalam mningkatkan berat badan dan perilaku abesogenic pada anak dalam mencegah terjadinya obesitas. Persamaanya adalah peneliti menggunakan 2 variabel yang sama yaitu perilaku orang tua dalam pemberian makan dan status gizi pada anak. Perbedaannya peneliti bertujuan untuk mencari perbedaan 2 aspek penilaian terhadap orang tua yang meliputi DCA dan perilaku pemberian makan (variabel bebas) terhadap status gizi anak

(10)

4. Hennessy et al., 2010. Parent behaviour and child weight status among a diverse group of underserved rural families. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan diantara 3 perilaku orang tua (pola asuh, gaya makan dan perilaku makan) dengan berat badan anak dan menentukan variabel yang mempengaruhi perilaku makan dan berat badan anak. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi cross sectional, variabel independen yang digunakan yaitu perilaku makan orang tua dan variabel dependen yaitu berat badan anak. Perbedaannya peneliti menggunakan 2 variabel independen yaitu DCA dan Perilaku orang tua dalam pemberian makan yang diukur untuk menentukan perbedaan pada setiap variabel dependen yaitu status gizi anak. 5. Evans et al. (2011). Parental feeding practices and concerns related to child

underweight, picky eating and using food to calm differ according to ethnicity/race, acculturation, and income. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaaan perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap ras/etnik, penghasilan rumah tangga, tingkat pendidikan pada orang tua, dan budaya. Hasil penelitian terdapat 3 temuan yang penting, pertama praktik pemberian makan cenderung untuk menekan anak untuk makan dan dihubungkan dengan adanya picky eating, kedua terdapat perbedaan budaya akan memperngaruhi praktik pemberian makan, adanya perbedaan yang kurang signifikan terhadap data demografi. Persamaan dalam penelitian ini adalah design cross sectional dengan menggunakan variabel independen perilaku orang tua adalam pemberian makan dan metode penelitian untuk uji beda.

(11)

Perbedaanya adalah variabel dependen yaitu status gizi pada anak menurut BB/TB, beserta variabel independen lainnya yaitu dependent care agency 6. Slusher. (1999). Self Care Agency and Self Care Practice of Adolescent.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menggambarkan self -care agency, (2) menggambarkan self care practice dan mencari hubungan antara self-care agency dan self-care practice pada remaja. Hasil penelitian adalah adanya gambaran mengenai care agency dan care practice, meskipun self-care practice lebih rendah daripada self-self-care agency, namun terdapat hubungan yang positif yang signifikan pada kedua variabel tersebut. Persamaan penelitian ini adalah variabel yang digunakan yaitu self care practice yang berupa perilaku pemberian makan orang tua. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian tersebut mencari hubungan sedangkan peneliti mencari perbedaan dari variabel independen yaitu dependent care agency dan perilaku pemberian makan berdasarkan status gizi pada anak .

7. Wilson, et al.(2008). Using the teach-back and orem’s self care deficit nursing theory to increase childhood immunization communication among low-income mothers. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kecakapan kesehatan ibu (maternal haelth literacy) dan kemampuan ibu dalam memahami dan berkomunikasi terhdap informasi yang didapatkan tentang imunisasi pada anak. Studi ini menggunakan design kuantitatif dan kualitatif. Kuesioner berupa Rapid Estimate of Adult literacy (REALM) untuk mengukur tingkat literacy. Hasil studi menggambarkan banyak kemampuan ibu yang tepat dalam menjawab tentang vaksin IPV dan PCV mengenai keuntungan dan resiko,

(12)

namun banyak ibu menmberikan jawaban yang salah mengenai keamanan vaksin. Respon ibu menunjukan komunikasi yang tidak konsisten menjelasakn tentang informasi vaksin yang diketahui. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan konsep dasar teori OREM berupa Basic Conditioning Factor (BCF) sebagai faktor dasar yang mempengaruhi variabel pengganggu. Perbedaannya variabel yang digunakan dalam penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Pengadaan Jaringan Listrik SUTM dan SUTR Batu Tugu Desa Perambatan Kecamatan Abab HPS sebesar Rp.

83 Dengan adanya permasalahan tersebut guna menghemat waktu dan tenaga telah dirancang sebuah sistem yang berfungsi sebagai pengendali catu daya router-router

[r]

Gambar 4 menunjukkan bahwa waktu reaksi dapat dilakukan selama 5 menit, dikarenakan setelah menit ke 2 sampai menit ke 10 sudah tidak terjadi penurunan yang

Ujian test tulis diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 100 soal yang terdiri dari 30 butir soal untuk menguji materi hafalan juz amma, 20 butir

Data antropometri dikatakan mencukupi, bila jumlah keseluruhan data yakni sebanyak 11 data antropometri. Selanjutnya data antropometri yang diperoleh saat melakukan

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research ), yang dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan,