• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar. hanya untuk menuju satu titik yaitu kebahagiaan. kini setiap orang beramai-ramai meningkatkan usaha mereka untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengantar. hanya untuk menuju satu titik yaitu kebahagiaan. kini setiap orang beramai-ramai meningkatkan usaha mereka untuk"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pengantar

Pada dasarnya setiap manusia pasti tidak ingin sengsara dan menderita. Semua ingin memperoleh kesejahteraan, kesenangan dan kebahagiaan lahir batin. Segala kegiatan yang dilakukan manusia dibelahan bumi manapun, pasti hanya untuk menuju satu titik yaitu kebahagiaan.

Hasrat kebahagiaan sebenarnya dapat tercermin dalam usaha untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, hidup yang berharga dan kepuasan hidup. Lalu banyak yang mengaitkannya dengan kecukupan materi. Dengan terpenuhi secar finansial, banyak orang yang merasa bahwa akan hidup bahagia. Maka kini setiap orang beramai-ramai meningkatkan usaha mereka untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Seperti yang terjadi di kota besar, dimana orang bekerja tanpa lelah demi mendapatkan kebahagiaan yang mereka cari.

Namun kenyatannya semakin banyak orang yang merasa hidupnya tidak bahagia. Kematian dan kehilangan orang yang dicintai seperti yang terjadi pada korban bencana alam atau kecelakaan menyebabkan beberapa orang menjadi hilang semangat hidup dan merasa tidak bahagia. Selain itu kehilangan harta benda, kegagalan mendapatkan sesuatu yang diharapkan dan tekanan hidup yang semakin besar pada akhirnya membuat banyak orang menjadi tidak bahagia.

Hal tersebut berdampak pada semakin banyaknya jumlah orang yang tidak bahagia di Indonesia dibandingkan dengan orang yang bahagia hidupnya.

(2)

Hal ini dipekuat dengan survey Indonesian happiness indeks (IHI) yang dilakukan oleh Frontier Consulitng Group (FCG) pada juni 2007 lalu, tercatat bahwa jumlah orang yang tidak bahagia di Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan jumlah orang yang berbahagia. Selain itu, tingkat ketidakbahagiaan banyak ditemukan di kota besar seperti Jakarta.

Rasa ketidakbahagiaan dapat tercermin dari tingkat stress dan depresi masyarakat yang semakin tinggi akhir-akhir ini. Hal tersebut ditandai dengan munculnya berbagai kasus bunuh diri yang marak terjadi belakangan ini. Menurut Guru Besar FK Usakti, A. Prayitno, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi. Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindakan bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri perharinya (http://pikas.bkkbn.go.id/article_ detail.php?aid =887)

Banyaknya kasus yang terjadi dilatarbelakangi oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya ialah karena adanya perasaan tidak bahagia dengan hidup yang dijalani, karena kebanyakan kasus dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi, seperti tingkat pengangguran, tuntutan hidup yang semakin besar, kehilangan sanak saudara, kesenjangan kaya dan miskin dan masih banyak lagi yang memicu rasa tidak bahagia.

Mungkin ada sebagian orang yang merasa bahagia dengan tingkat pendidikan ataupun status sosial ekonomi yang dimiliki. Semakin tinggi sosial

(3)

ekonomi dan pendidikan memberikan peluang seseorang menjadi lebih bahagia. Namun, ternyata masih ada faktor lain, yaitu religiusitas. orang yang memiliki iman merasa dekat dengan Tuhan rata-rata hidupnya bahagia. Senada dengan hal tersebut, hasil penelitian Khavari (2007) membuktikan bahwa faktor terpenting dari kebahagiaan adalah diri batiniah. Diri batiniah yang digambarkan merupakan nilai spiritualitas yang memungkinkan manusia merasa bahagia bagaimanapun keadaannya. Dalam situasi berat dan penuh tekanan, spiritulaitas akan meminimalisir efek-efek buruk dan memberi kekuatan untuk bertahan dan melanjutkan hidup (Khavari, 2007).

Salah satu bagian dari religiusitas yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang adalah adanya rasa bersyukur. Dengan bersyukur seseorang akan lebih menghargai segala hal yang terjadi dalam hidupnya. Bersyukur membuat seseorang menjadi tidak ambisius terhadap sesuatu.

Bersyukur atas segala nikmat dari Allah akan membuat seseorang menjalani hidup tanpa beban. Karena sesungguhnya segala bentuk kejadian yang menimpa manusia merupakan alat Allah untuk menguji keimanan hambanya. Seperti firman Allah berikut:

“Mangapa Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman?” (an-Nisa’ (4): 147)

Dalam ayat tersebut Allah menjanjikan kecukupan bagi hamba-hambanya yang bersyukur. Hal tersebut tidak hanya mencakupi hal-hal yang bersifat materi saja, melainkan hal yang bersifat internal seperti kebahagiaan. Allah

(4)

akan melapangkan hati hamba yang bersyukur dan meliputinya dengan kebahagiaan. Hal ini dapat terjadi melalui ketenangan hati yang tidak berambisi terhadap sesuatu karena selalu merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya.

Rasa syukur yang tidak putus akan membuat Allah menambah nikmatNya yang tiada akan berkurang. Seperti yang termaktub dalam surah Ali ‘Imran (3); 144

“Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” Oleh karena hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh apakah terdapat hubungan antara rasa syukur dengan kebahagiaan?

Metode Penelitian Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia yang berusia 18-23 tahun.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala. Terdapat dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

(5)

1. Skala Happiness yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Seligman (Seligman, 2005), yaitu mengingat lebih banyak hal-hal menyenangkan, suasana hati positif, produktif, kehidupan sosial yang menyenangkan, dan hidup yang bermakna. Aitem pada skala ini memuat 18 aitem bersifat favorable dan 24 aitem unfavorable serta mengunakan metode Likert yang terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu: (SS) Sangat sesuai, (S) Sesuai, (N) Netral, (TS) Tidak sesuai, dan (STS) Sangat tidak sesuai.

2. Skala kebersyukuran yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Al-jauziyyah yaitu mengakui nikmat Allah, menyadari diri lemah mengucap syukur, memuji Allah atas nikmat. Terdapat 22 aitem yang terdiri dari 9 aitem favorable dan 13 aitem unfavorable dengan lima pilihan alternative jawaban, yaitu: (SS) Sangat sesuai, (S) Sesuai, (N) Netral, (TS) Tidak sesuai, dan (STS) Sangat tidak sesuai.

Sebelum dipergunakan, skala ini diuji terlebih dahulu kepada beberapa subyek untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Pada setiap skala terdapat lima alternatif jawaban. Masing-masing jawaban memiliki nilai-nilai yang berbeda. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka semakin mengarah pada objek sikap. Pemberian nilai jawaban subyek dibedakan berdasarkan kategori aitem. Penilaian untuk jawaban dari aitem favorable bergerak dari 5-1 berurut dari pernyataan sangat setuju (SS) hingga sangat tidak

(6)

setuju (STS). Sementara itu penilaian jawaban dari aitem yang bersifat unfavorable bergerak dari skor 1-5.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan untuk menguji hipotesis penelitian ini, yaitu mengetahui hubungan antara kebersyukuran dengan happiness, maka digunakan teknik statistik korelasional product moment dari Pearson. Untuk menjaga keakuratan data dan kemudahan pengolahan data digunakan teknik pengolahan data dari program SPSS 11.0 for Windows

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh subjek sebanyak 103 orang yang berusia antara 18-23 tahun. Gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel deskripsi dibawah ini :

Tabel 1

Deskripsi subjek penelitian

Keterangan Subjek Jawaban Frekuensi

Laki-laki Perempuan 32 71 Jenis Kelamin Total 103 18 19 20 21 22 23 5 11 16 22 31 18 Usia Total 103

(7)

Setelah membagi kategori skala pada subjek, didapati lima kategori skor pada setiap skala kebersyukuran dan happiness yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2

Kriteria Skor Happiness

Kategori Skor Frekuensi Persentase (%)

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi X = 54,9 54,9 < X = 85,8 85,8 < X = 112,2 112,2 < X = 138,6 X > 138,6 0 1 11 68 23 0 1 10,9 65,7 22,4 Jumlah 103 100 Tabel 3

Kriteria Skor Kebersyukuran

Kategori Skor Frekuensi Persentase (%)

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi X = 30,6006 30,6006 < X = 44,2002 44,2002 < X = 57,7998 57,7998 < X = 71,3994 X > 71,3994 0 0 2 53 48 0 0 2 51,5 46,6 Jumlah 103 100,1

Berdasarkan kategori skor skala Happiness diatas (tabel 2), maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian yang mempunyai mean sebesar 127,97 memiliki tingkat Happiness atau kebahagiaan yang tinggi. Sedangkan subjek penelitian yang mempunyai mean sebesar 71,16 memiliki tingkat Kebersyukuran pada kategori tinggi (tabel 3).

(8)

Uji Asumsi Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas ini menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test, yang menghasilkan taraf signifikansi yang lebih dari 0,05 atau p>0,05. Pada variabel Kebersyukuran signifikansi .769 sedangkan variabel Happiness signifikansinya .865 karena p>0,05 maka distribusi tes normal.

Uji Linearitas

Hasil uji asumsi linearitasdiperoleh nilai F sebesar 36.150 dengan p = 0.000 (p< 0.05). Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel Kebersyukuran dan Happiness memenuhi asumsi linearitas. Sehingga, semakin tinggi Kebersyukuran, maka akan semakin tinggi pula Happiness atau kebahagiaan pada mahasiswa.

Uji Hipotesis

Hasil uji korelasi product moment pearson pada tabel 12 (lampiran) menujukkan korelasi r = 0.510 dengan nilai p = 0.000 (p < 0.01). hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kebersyukuran dengan happiness atau kebahagiaan pada mahasiswa, sehingga hipotesis penelitian diterima.

(9)

Analisis Tambahan

Analisis tambahan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat kebahagiaan berdasarkan jenis kelamin. Hasil analisis data pada tabel 13 (lampiran) dengan menggunakan uji beda menghasilkan nilai t = 1.123 dengan nilai p = 0.264 (p < 0.01). hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kebersyukuran dengan happiness atau kebahagiaan yang ditunjukkan dengan hasil uji korelasi r = 0.510 dengan nilai p = 0.000 (p < 0.01).

Kebersyukuran ditunjukkan dengan pengakuan subjek terhadap nikmat Allah (Al-jauziyah, 2006). Pengakuan akan nikmat tersebut akan sangat bermacam-macam, dimulai dari nikmat kesehatan, nikmat kehidupan, keluarga yang utuh, saudara dan teman-teman yang dicintai bahkan kebersyukuran seorang hamba dapat tercipta dalam cobaan atau situasi tersulit sekalipun. Dengan mengakui nimat Allah, maka manusia akan menyadari bahwa mereka hanyalah hamba Allah yang tidak memiliki daya dan kekuatan atas apapun. Mengakui nikmat yang semata-mata datang hanya dari Allah membuat manusia menjadi orang yang berserah diri dan tawakal. Mereka sudah memahami bahwa sesungguhnya segala hal yang terjadi dalam hidup mereka adalah pemberian dari Allah yang meliputi segala hal baik dan buruk. Dan Allah pun memberikan

(10)

balasan, rizki ataupun karunia yang tidak terbatas sebagai imbalan terhadap orang yang bersyukur. Seperti firman Allah dalam QS Ali’ Imran:

“… Dan Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali’ Imran 144)

Salah satu bentuk dari balasan Allah ialah dengan mencukupkan kebutuhan hambaNya. Hati manusia yang senantiasa bersyukur akan selalu merasa cukup dan tidak berambisi atas segala hal yang bersifat duniawi. Sikap hidup tersebut kemudian melahirkan hati yang tenang dan hati yang tenang akan lebih melahirkan perasaan bahagia.

Selain mengakui nikmat Allah, kebersyukuran dapat ditunjukkan pula dengan memuji Allah atas nikmat. Ketika seseorang memuji Allah atas nikmat yang telah diraihnya, berarti secara tidak langsung ia mengakui kebesaran Tuhannya. Ketika memuji Tuhan, ia akan teringat atas segala kekuasaan Tuhan akan alam semesta beserta isinya, yang membuatnya semakin merasa sangat kecil atas segala yang ada dibumi. Dengan begitu seseorang telah memasuki tahap dimana ia merasa perlu menghambakan diri seutuhnya kepada Allah. Perasaan menghambakan diri ini kemudian membawa manusia menjadi berpasrah diri dan menyerahkan segala-galanya pada Allah. Seseorang pun menjadi yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya merupakan hal terbaik yang diberikan oleh Tuhan, dan menyadari bahwa terdapat hikmah dibalik setiap jengkal peristiwa dalam kehidupannya. Seseorang pun akan mampu berpikir positif terhadap Tuhannya, hal itu menyebabkan ia menjadi

(11)

tidak khawatir dan was-was yang kemudian membuat hatinya semakin tenang. Sementara hati yang tenang itu akan lebih condong kepada perasaan bahagia.

Emmons (2006) mengungkapkan bahwa mengekspresikan syukur merupakan hal dasar dan aspek yang ingin diraih oleh kepribadian manusia dan kehidupan sosial. Contohnya ketika seseorang mendapati dirinya berterimakasih kepada orang yang telah memberikan bantuan, hal ini dapat terjadi karena syukur merupakan respon emosi yang positif (Emmons, 2006). Emosi positif ini kemudian memberikan pengaruh dan dampak positif terhadap apa yang dirasakan seseorang ketika ia memuji atau mengucapkan terimakasih kepada Allah. Perasaan syukur kemudian menjadi daya tarik akan hadirnya beberapa perasaan positif seperti kepuasan, kebahagiaan dan harapan (Emmons, 2006).

Setelah mengakui bahwa nikmat dan segala kebaikan datang dari-Nya serta memuji Allah karenanya, maka perilaku lain yang mencerminkan kebersyukuran adalah dengan menjadikan nikmat tersebut sebagai sarana untuk meraih ridho Allah. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meraih ridho Allah. Sebagaimana tujuan penciptaan manusia untuk menyembah Allah, maka beribadah merupakan salah satu bentuk dari merealisasikan hasrat manusia untuk bersyukur kepada Tuhannya. McCullough dkk (2002) menguatkan hal ini dengan menyimpulkan bahwa orang yang bersyukur memiliki kecenderungan spiritualitas. Dengan beribadah secara ikhlas karena mengharap ridho Allah, maka seseorang akan dekat dengan Allah. Perasaan dekat ini kemudian

(12)

memberikan ketenangan pada jiwa dan hati manusia. Seseorang pun akan terhidar dari perasaan iri yang merupakan emosi negatif yang merupakan salah satu penyebab ketidakbahagiaan

Hal lain yang dapat dilakukan untuk meraih ridho Allah berdasarkan nikmat yang telah didapat adalah dengan cara memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk menciptakan sebuah kebaikan dan manfaat bagi dirinya dan orang lain. McCullough dkk (2002) menunjukkan bahwa orang yang bersyukur menjadi tidak materialistik dan memiliki perasaan iri lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang kurang bersyukur. Selain itu, orang yang bersyukur akan menunjukkan sikap prososial (Emmons, 2006; Wood dkk, 2007; McCullough dkk, 2002), sehingga dilaporkan menjadi lebih ingin membagi miliknya, lebih murah hati, jarang merasa iri atas kekayaan orang lain, bahkan tidak yakin atas ide bahwa kesejahteraan material akan memberikan kebahagiaan.

Selain memberikan kontribusi terhadap perasaan dan emosi positif, syukur merupakan salah satu coping yang baik terhadap stress dan peristiwa kronis dalam hidup (McCullough dkk, 2002). Itulah mengapa orang yang bersyukur akan dapat menghindari perasaan depresi dan ketidakbahagiaan, karena mereka mampu melihat sesuatu secara positif baik terhadap kejadian baik maupun buruk dalam hidup mereka. Mereka meyakini bahwa dibalik setiap kejadian terdapat hikmah yang dapat mereka jadikan pelajaran dan percaya bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik baginya. Pikiran-pikiran

(13)

positif yang dikembangkan tersebut akan berdampak pada tenangnya jiwa manusia, yang mengantarkannya pada perasaan bahagia.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian pada bab empat, dapat disimpulkan:

1. Terdapat korelasi yang sangat signifikan antara kebersyukuran dengan kebahagiaan (happiness), semakin tinggi kebersyukuran maka kebahagiaan akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adanya hubungan positif antara kebersyukuran dengan happiness diterima.

2. Tidak ada perbedaan yang signifikan menyangkut kebahagiaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.

Saran

Saran untuk mahasiswa

Berdasarkan hasil penenlitian didapati hasil bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi. Oleh karena itu penulis mengajak mahasiswa untuk semakin meningkatkan rasa kebersyukuran kepada Allah dengan lebih baik lagi. Hal ini perlu dilakukan mengingat akhir-akhir ini semakin banyak permasalahan yang muncul ke permukaan yang apabila tidak diantisipasi sejak dini akan

(14)

mengakibatkan tingginya tingkat stres dan tekanan hidup. Rasa syukur yag dimiliki hendaknya terus dipertahankan dan dikembangkan lagi.

Saran untuk penelitian selanjutnya

Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan topik dan pokok bahasan yang sama diharapkan:

a. Dapat mengukur tidak hanya sebatas kebahagiaan saja, melainkan juga emosi-emosi positif ataupun negatif sebagai dampak dari kebersyukuran. Misalnya mengaitkan antara kebersyukuran dengan coping stress ataupun komitmen pernikahan pada suami istri.

b. Penelitian tentang kebersyukuran dapat juga dilakukan pada subjek dengan karakteristik yang berbeda. Contohnya pada masyarakat yang sudah berkeluaga. Subjek dengan karaktersistik seperti ini menarik untuk diteliti lebih jauh karena orang yang sudah menikah memiliki permasalahan yang jauh lebih kompleks yang memicu lebih banyak stres dibandingkan mahasiswa. Menjadi menarik karena dengan perbedaan situasi yang dihadapi tentunya mengahasilkan cara-cara untuk bersyukur yang berbeda pula.

(15)

Daftar Pustaka

Buku & Jurnal :

Al-Jauziyyah, I. A. 2006. Indahnya Sabar, Bekal Sabar Agar tak Pernah Habis. Jakarta: Maghfirah pustaka.

Adz-Dzakiey, H. B. 2007. Psikologi Kenabian, Menghidupkan Potensi dan Kepribadian Kenabian Dalam Diri. Yogyakarta: Beranda Publishing. Bastaman, H. D. 2007. Logoterapi, Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup

dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

_____________. 1996. Meraih Hidup Bermakna, Kisah Pribadi Dengan Pengalaman Tragis. Jakarta: Paramadina.

Diener, E., Suh, E. O., Oishi, S. 1997. Recent Findings on Subjective Well-Being. Indian Journal of Clinical Psychology, published on March.

Diener, E. Scolon, C. 2003. Subjective Well Being is Desirable, But Not Summum Bonum. Makalah yang disampaikan pada seminar well being interdisciplinary university of Minnesota.

Diener, E. Diener, R. B. 2002. Findings on Subjective Well Being and Their Implications For Empowerment. Makalah yang disampaikan dalam seminar “measuring empowerment” yang dilangsungkan di Washington DC 4-5 februari.

Diener, E., & Seligman, M. E. P. 2004. Beyond Money: Toward an Economy Of Well-Being. Psychological Science in the Public Interest, 5, 1-31. Francis, L. J., Ziebertz, H. G., Lewis, C. A. 2003. The Relationship Between

Religion and Happiness Among German Students. Pastoral Psychology. 51, 4.

(16)

Khavari, K. A.2006. The Art Of Happiness: Mencipta Kebahagiaan Dalam Setiap Keadaan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

McCullough, M. E., Emmons, R. A., Tsang, J. 2002. The Grateful Disposition: A Conceptual and Empirical Topography. Journal of Personality and Social Psychology, 1, 112-127.

Seligman, M. E. P. 2005. Authentic Happiness, Menciptakan Kebahagiaan Dengan Psikologi Positif. Bandung: Mizan Pustaka.

Watkins, Philip, C., Woodward, Kathrane, Stone, Tamara, Kolts, Russell, L. 2003. Gratitude and Happiness: Development of a Measure of Gratitude, and Social Relationship With Subjective Well Being.

Veenhoven, Ruut. Database Of Happiness 1. 1995. Journal of Social Indicator, 34, 299-313.

Website

Adler, M. J. Aristotle’s Ethics: the Theory of Happiness II. http:// radical academy .com /adleraristotleethics2.htm.

Seputar Indonesia, 2007. urvey: Warga Semarang Paling Bahagia. http://www .seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/survei-warga-semarang-paling-bahagia. 27/10/2007

Seputar Indonesia, 2007. Stress, Ibu Muda Coba Bunuh Diri. http://www. seputar-indonesia.com /edisicetak/jawa-timur/stres-ibu-muda-coba-bunuh-diri-3.html. 09/09/2007

Bkkbn, 2007. Bunuh Diri di Indonesia Cukup Tinggi, 41% Gantung Diri. http://pikas.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=887. 08/10/2007

Migas Indonesia, 2006. Bahagia dan Sengsara. http://migas-indonesia.net/index .php?option=com_content&task=view&id=55&Itemid=35. 7/11/2006 Gunawan, A. W. 2007. The Three Sources of Life Misery. http://moneyclub.

(17)

Identitas Penulis

Nama : Nur Muthmainnah No. Mhs : 03 320 173

Alamat : Jl. Gotong Royong 135 Ampenan, Mataram. NTB No telepon : 08122 7072 300

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan perangkat LKPD dimulai dengan mentelaah materi pokok kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan dalam hal ini t elah dihasilkan perangkat

Dalam hal ini, terdapat nilai-nilai karakter yang terkandung dari budaya saprahan ini, dimana karakter merupakan salah satu hal yang penting dan tidak lepas dengan nilai

✎ Jika Anda tidak menekan F10 pada waktu yang tepat, Anda harus menghidupkan ulang komputer dan tekan kembali F10 saat lampu monitor menyala hijau untuk mengakses utilitas.

Ujung Pandang “ dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Ujung Pandang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya

Berdasarkan hasil dari uji beda rata-rata dinyatakan alih fungsi lahan memiliki dampak negative terhadap perubahan produksi padi sawah di daerah penelitian berarti

sebagai ketua SPSI tidak terpilih dalam Pemilukada Calon Baupati dan Wakil Bupati Kudus Tahun 2008, padahal selaku Ketua SPSI dan saat itu berpasangan dengan Agus

Dalam hal ini, happiness program akan diterapkan pula pada calon pekerja migran wanita untuk meningkatkan kebahagiaan atau kesejahteraan subyektif mereka, yang

berkas elektron dari suatu pesawat pemercepat linier medik harus dilakukan menggunakan dctektor ionisasi keping scjajar (plane parallel ionization chamber ), sedangkan untuk energi