Penyimpangan Seks Pada Remaja dan Bahaya Narkoba
atau Minuman Keras
Oleh
Nama : Wahyu Noviyanto
NIM : 11.02.8105
Kelompok : A
Program Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : D3-MI
Dosen : Drs. M. Khalis Purwanto, M.M.
TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012
ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk memberikan sebuah jawaban terhadap perilaku anak-anak remaja yang dewasa amat-sangat memprihatinkan. Makalah ini diharapkan dapat juga memeberi dasar kebenaran pada fakta-fakta yang ada saat ini. Makalah ini juga akan memperkaya sisi pengetahuan tentang bahaya pergaulan bebas dan penyalah gunaan narkoba atau obat-obatan terlarang. Berharap makalah ini juga memberi sebuah manfaat tidak hanya untuk para orang tua dan anak, tetapi juga untuk seluruh rakyat Indonesia, agar tidak terjerumus kedalam tindakan-tindakan yang merusak moral. Banyak kita siamak kejadian-kejadian dalam televise, surat kabar, maupun yang lain, banyak tindakan yang dilakuan oleh remaja-remaja yang seharusnya tidak mereka lakukan. Penanggulangan sejak dini harus kita lakukan, terutam dalam mendidik anak, member pengarahan-pengarahan yang positif terhadap anak, semua itu harus dilakukan sejak anak balita. Menurut para ilmuan, otak anak itu akan merespon 60% hal-hal yang dia pelajari dari pada usia 2-6 tahun. Oleh karena itu amat sangat penting memeberi materi-materi dan pengetahuan yang bermaanfaat pada usia tersebut. Jangan sampai penerus-bangsa Indonesia kita ini tidak jelas nasib dan tujuannya, mereka adalah cikal bakal berkembangnya dan majunya Indonesia. Tanpa mereka bangsa Indonesia ini akan lumpuh, maka jagalah dan peliharalah penerus-penerus bangsa kita ini.
DAFTAR ISI
ABSTRAK……… i
DAFTAR ISI………. ii
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH………. 1
A. Penyimpangan Seks Pada Remaja dan Penyalah Gunaan Minuman Keras atau Narkoba……… 1
BAB II RUMUSAN MASALAH……….. 2
A. MASA REMAJA………. 2
1. Dimensi Biologis……… 2
2. Dimensi Kognitif……… 2
3. Dimensi Moral……… 3
4. Dimensi Psikologis………. 3
BAB III PEMBAHASAN……… 5
A. Penyimpangan Seks Pada Remaja……… 5
B. Penyalah Gunaan Miniman Keras dan Narkoba……….. 6
C. Menangani Masalah Pada Remaja……… 7
BAB IV KESIMPULAN………. 9
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
A. Penyimpanagan Seks Pada Remaja dan Penyalah Gunaan Minuman Keras atau Narkoba.
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman
maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang
kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji, agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas dan minuman keras maupu narkoba. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang. Salah satunya adalah keingin tahuan mereka mengenai seks dan minum -minuman keras dan narkoba. Kehamilan remaja di usia dini dan banyaknya orang yang meninggal diusia muda hal ini disebabkan oleh pergaulan bebas dan penyalah gunaan narkoba atau obat-obatan terlarang lainnya. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia lebih dari 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun. Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remajalah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu diantara lain peran orang tua, peran guru, peran pemerintah dan masyarakat, peran media, hal-hal inilah yang nanti akan kita bahas lebih lanjut. Kita juga akan membahas mengenai dimensi-dimensi untuk dapat memahami remaja, disini ada empat dimensi yang nanti akan kita bahas, yaitu; dimensi biologis, dimensi kognitif, dimensi moral dan dimensi psikologis. Dimana hal-hal tersebut mampu membaca atau menganalisa perubahan-perubahan yang terjadi pada diri remaja.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
A. Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah sikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja maka diperlukan dimensi-dimensi untuk memahami hal-hal tersebut.
1. Dimensi Biologis.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, Follicle-Stimulating
Hormone (FSH); Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating
Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik.
2. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi masa depan
3. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Kemampuan berpikir mereka berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya
4. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984), menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan
hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak
memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Mereka belum biasa memperhitungkan akibat
mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negative pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol, narkoba, aktivitas sosial yang berganti-ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan liar, tawuran, dll, (Kaplan dan Sadock, 1997). Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam -macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.
BAB III PEMBAHASAN
A. PENYIMPANGAN SEKS PADA REMAJA
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang. Salah satunya adalah keingin tahuan mereka mengenai seks. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS. Dilihat dari jumlah pengidap dan peningkatan jumlahnya dari waktu ke waktu, maka dewasa ini HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) sudah dapat dianggap sebagai ancaman hidup bagi
masyarakat Indonesia. Data dan fakta-fakta saat ini belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya, melainkan hanya merupakan "puncak gunung es", artinya, yang kelihatan atau dilaporkan hanya sedikit, sementara yang tidak kelihatan atau tidak dilaporkan jumlahnya berkali-kali lipat. Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah:
1. Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lain-lain, sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang
sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
2. Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
3. Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media cetak atau elektronik.
4. Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
5. Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat.
6. Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS.
7. Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan reproduksi dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja yang terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol.
B. PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS DAN NARKOBA
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia lebih dari 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun. Narkoba adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi sesorang. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (UndangUndang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb.
3. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti: Alkohol.
C. MENANGANI MASALAH PADA REMAJA
Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain : 1. Peran Orangtua :
Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita. Membekali anak dengan dasar moral dan agama.
Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak. Menjalin kerjasama yang baik dengan guru.
Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat.
Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak. Hindarkan anak dari NAPZA.
2. Peran Guru :
Bersahabat dengan siswa.
Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler.
Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga. Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP/BK. Meningkatkan disiplin sekolah dan sanksi yang tegas.
Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain. Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat. Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah.
Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan social.
3. Peran Pemerintah dan Masyarakat :
Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti.
Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak. Menegakkan hukum, sanksi dan disiplin yang tegas.
Memberikan keteladanan.
Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas. Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan .
4. Peran Media :
Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia). Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif).
Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja.
BAB IV KESIMPULAN
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan dan penggunaan narkoba pada remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah tersebut remaja tidak hanya membebani diri mereka masing-masing, tetapi mereka juga akan membebani keluarga mereka karena tindakan mereka, hal itu juga akan mempengaruhi pikiran meraka, karena mereka merasa rendah dihadapan masyarakat, dan orang-orang tau tindakan mereka, mereka juga membebani kesejahteraan masyarakat. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab anak remaja melakukan hal-hal seperti diatas diantaranya tidak datang dari diri mereka sendiri, tetapi bisa dari keluarga, dari pengaruh masyarakat dan pergaulan mereka. Jiaka keluarga mereka acuh tak avuh akan perbuatan anak-anaknya, maka meraka akan merasa bebas karena tidak ada yang mengingtkan tindakan mereka. Begitu juga masyarakat di sekitarnya sjika meraka memberi dampak negativ bagi para remaja, biasanya para remaja tersebut juga akan melakukan hal-hal yang negativ pula, awalnya hanya hal-hal yang sepele tetapi lama-lama mereka akan lebih berani melakukan hal-hal yang lebih extream lagi. Begitu juga sebaliknya, jika keluarga meraka baik, maka remaja-remaja tersebut akan terjangkit kebaikan yang keluarga tersebut tularkan kepada mayarakat, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang baik pula, mereka akan bisa menjaga dirinya dari tindakan negativ yang ditularkan oleh lingkungan atau teman-teman mereka. Artinya dalam hal ini peran orang tua sangatlah penting dalam mendidik dan mengayur anak mereka masing-masing, karena pengetahuan anak pertama kalididapat dari kedua orang tua mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (2001). Buku Pedoman Umum Tim Pembina, Tim
Pengarah & Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa. Direproduksi oleh Proyek Peningkatan
Kesehatan Khusus APBD 2002.
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Kozier, B (1991). Fundamental of Nursing : Concept, Process, and Practice. Fourth Edition. California : Addison-Wesley Publishing Company.
Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Stuart & Sundeen (1998). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. 6 th. Ed. Philadelphia: The C V Mosby.
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset
Kaplan dan Sadock.1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis
(Edisi ke 7, Jilid 1). Jakarta. Binarupa Aksara.
BKKBN. 2001. Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN Dep. Kesehatan RI. 1997. AIDS di Tempat Kerja. Jakarta