LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN INTERNAL TAHAP 1 (70 %)
DOSEN PEMBINA
ANALISIS KAJIAN GEOGRAFIS
POTENSI PARIWISATA AIR TERJUN
DI KABUPATEN TASIKMALAYA
TIM PENGUSUL
Ketua Tim : Dr. H. Nandang Hendriawan, M.Pd. /0027065402 Anggota : 1. Dr. Rachmat H. Sujana /0015066101
UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA JULI 2017
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian : Analisis Kajian Potensi Pariwisata Air Terjun Di Kabupaten Tasikmalaya
2. Tim Peneliti
No. Nama Jabatan Bidang
keahlian Instansi Asal Alokasi Waktu (jam/ Minggu) 1 Dr. H. Nandang Hendriawan, M. Pd. Lektor Kepala Pendidikan Geografi Universitas siliwangi 6 Bulan 2 Dr. Rachmat H. Sujana, M. Pd Lektor Pendidikan Geografi Universitas siliwangi 4 Jam/ Minggu
3. Objek Penelitian : Geografi Pariwisata 4. Masa Pelaksanaan Penelitian :
Mulai : April 2017 Berakhir : Nopember 2017
5. Usulan Biaya DPRM Ditjen Penguatan Risbang : Rp. 13. 000.000,- 6. Lokasi Penelitian : Kabupaten Tasikmalaya
7. Instansi lain yang terkait : Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya 8. Temuan yang ditargetkan : Analisis Potensi Pariwisata Air Terjun di
Kabupaten Tasikmalaya
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu : Aplikasi Matakuliah Geografi Pariwisata
10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran :
Jurnal Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jurnal Geografi UNESA
11. Rencana luaran HAKI, buku, purwarupa, atau luaran lain yang ditargetkan: Analisis Potensi Pariwisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM ... iii
DAFTAR ISI ... iv
RINGKASAN ... v
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis ... 3 a. Konsep Pariwisata ... 3 b. Objek Wisata ... 4 c. Air Terjun ... 5 d. Geografi Pariwisata ... 6 e. Sapta Pesona ... 7 f. Destinasi Pariwisata ... 8 g. Pariwisata ... 10
h. Potensi Objek wisata ... 11
i. Analisis SWOT ... 13
2.2 Studi Pendahuluan yang sudah dilaksanakan ... . 15
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT 3.1 Tujuan Penelitian ... 16
3.2 Urgensi Penelitian ... 16
3.3 Penerapan HasilPenelitian ... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian ... 17
4.2 Populasi dan sampel ... 17
4.3 Teknik Analisis Data ... 17
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI 5.1 Deskripsi Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 19
5.2 Karakteristik Responden ... 22
5.3 Profil Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya ... 23
5.4 Sebaran Objek Wisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya ... 46
5.5 Analisis SWOT dan Arah Pengembangan ... 52
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ... 58
7.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60 Lampiran-Lampiran
RINGKASAN
Nandang Hendriawan. 2017 ”Analisis Kajian Geografis Potensi Pariwisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya”. Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Siliwangi.
Kabupaten Tasikmalaya mempunyai banyak wisata air terjun yang dapat dijadikan potensi khusus bagi Kabupaten Tasikmalaya dengan lokasi wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya tersebar luas di setiap penjuru daerah. Ini merupakan potensi alami yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya dengan dijuluki sebagai jantungnya Priangan Timur. Wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan air terjun yang lainnya. Namun disisi lain untuk mendapatkan informasi tentang lokasi air terjun tersebut seringkali sukar untuk didapatkan karena memang sebagian lokasi air terjun masih kurangnya media publikasi.
Mengingat suatu potensi wisata air terjun merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tasikmalaya untuk terus memberikan identitas khas wilayah ini yang membedakan dengan wilayah yang lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendukung kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya tersebut adalah melakukan penataan terhadap daya tarik wisata yang potensial untuk dikembangkan melalui perencanaan dan perancangan yang baik, salahsatunya dengan mengkaji potensi yang dimiliki oleh objek wisata air terjun yang nantinya dapat mengembangkan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya dan dapat memberikan peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga lokal, baik langsung maupun tidak langsung.
Permasalahan yang dibahas adalah “Bagaimanakah potensi pariwisata air terjun (curug) berdasarkan kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh setiap lokasi air terjun berbasis kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya.
Persebaran objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya ialah sesuai dengan ketentuan yang telah dilakukan yaitu bergerombol. Wisata alam Air Terjun tersebar disetiap penjuru daerah Kabupaten Tasikmalaya. Wisata Air Terjun berada dibeberapa kecamatan yang diantaranya terletak di Kecamatan Salopa, Kecamatan Pageurageung, Kecamatan Cisayong, Kecamatan Cikatomas, Kecamatan Jatiwaras, Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Cigalontang, Kecamatan Padakembang, Kecamatan Gunungtanjung, dan Kecamatan Pancatengah. Kecamatan-kecamatan tersebut memiliki aksesibilitas yang didalamnya kondisi jalan, rute jalan, jarak tempuh, dan kondisi jalan yang berbeda, kuhususnya akses jalan pedesaan yang masih kurang memadai. Kondisi jalan pedesaan pada umumnya sangat labil dan sulit untuk diprediksi, terkadang jalan yang akan dilalui yaitu jalanan aspal kasar, jalanan aspal berbatu, jalanan aspal berlubang, dan jalanan berbatu. Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan dapat disimpulkan air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki keunikan masing-masing dimulai dari toponimi, letak, serta kondisi fisik masing-masing air terjun, Beberapa objek wisata air terjun dengan Kondisi jalan yang rusak, berlubang dan berbatu, Kondisi warung dan toilet/ruang ganti yang masih kurang memadai, dan Tempat ibadah yang kurang luas, belum tersedia wartel, kondisi parkir yang kurang rapi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: Survey Lapangan (Field Study), Wawancara (Interview), Studi Dokumentasi, Studi Literatur. Teknik analisis untuk memperoleh analisis kajian geografis potensi wisata air terjun di kabupaten Tasikmalaya adalah dengan analisis SWOT.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepariwisataan Kabupaten Tasikmalaya memiliki peranan yang penting dalam kepariwisataan Jawa Barat maupun dalam pembangunan wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Dalam kepariwisataan Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu destinasi pariwisata yang diunggulkan. Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi pariwisata yang beragam, mulai dari peninggalan sejarah, keanekaragaman budaya, keanekaragaman kuliner, dan berbagai potensi wisata lainnya. Peran penting kepariwisataan Kabupaten Tasikmalaya di tingkat daerah maupun regional/provinsi tidak terlepas dari potensi alam dan budaya yang dimilikinya.
Kabupaten Tasikmalaya mempunyai banyak wisata air terjun yang dapat dijadikan potensi khusus bagi Kabupaten Tasikmalaya dengan lokasi wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya tersebar luas di setiap penjuru daerah. Ini merupakan potensi alami yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya dengan dijuluki sebagai jantungnya Priangan Timur. Wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan air terjun yang lainnya. Wisata air terjun merupakan daya tarik wisata alam, Darsoprajitno (2013: 162) berpendapat bahwa dalam tata alam terpadu berbagai bentukan alam non hayati dan hayati serta satu dengan yang lainnya terjalin dalam satu ekosistem hingga membentuk daya dukung lingkungan yang mantap. Namun disisi lain untuk mendapatkan informasi tentang lokasi air terjun tersebut seringkali sukar untuk didapatkan karena memang sebagian lokasi air terjun masih kurangnya media publikasi.
Mengingat suatu potensi wisata air terjun merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tasikmalaya untuk terus memberikan identitas khas wilayah ini yang membedakan dengan wilayah yang lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendukung kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya tersebut adalah melakukan penataan terhadap daya tarik wisata yang potensial untuk dikembangkan melalui perencanaan dan perancangan yang baik, salahsatunya dengan mengkaji potensi yang dimiliki oleh objek wisata air terjun yang nantinya dapat mengembangkan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya dan dapat memberikan
peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga lokal, baik langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kajian Geografis Potensi Pariwisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya.
1.2 Rumusan Masalah
Kabupaten Tasikmalaya mempunyai banyak wisata air terjun yang dapat dijadikan potensi khusus bagi Kabupaten Tasikmalaya dengan lokasi wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya tersebar luas di setiap penjuru daerah. Ini merupakan potensi alami yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya dengan dijuluki sebagai jantungnya Priangan Timur. Wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan air terjun yang lainnya.
Terdapat 15 titik lokasi curug tersebar dibeberapa kecamatan. 11 curug sedang dikelola oleh masyarakat desa setempat ataupun ada keterlibatan dari pihak-pihak terkait, sedangkan 4 curug merupakan potensi yang dapat dijadikan objek wisata dan masih belum dikelola oleh masyarakat desa setempat. Mengingat suatu potensi wisata air terjun merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tasikmalaya untuk terus memberikan identitas khas wilayah ini yang membedakan dengan wilayah yang lainnya. Pada banyak kasus wisata air terjun ini lokasinya tersebar dan pada satu wilayah memiliki beberapa lokasi wisata air terjun atau potensi yang dapat dijadikan objek wisata air terjun. Di satu sisi wisata air terjun ini menjadi wisata yang diunggulkan namun disisi lain, pengelolaannya yang masih kurang optimal dan tidak ada progam jangka panjang untuk mengembangkan wisata air terjun ataupun potensi yang dimiliki oleh lokasi air terjun tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah potensi pariwisata air terjun (curug) berdasarkan kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya?”
BAB 2 STUDI PUSTAKA
2.1 State of The Arts 2.1.1 Konsep Pariwisata a. Definisi Pariwisata
Happy Marpaung (2002), pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Konsep dan batasan lain tentang pengertian pariwisata beberapa ahli berhasil dihimpun oleh Pitana (2005: 45 – 46) sebagai berikut:
a. Murphy (1985) mendefinisikan bahwa pariwisata adalah keseluruhan elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen.
b. Matheison dan Wall (1982) mengatakan bahwa pariwisata mencakup tiga elemen utama, yaitu: (a) a dynamic element yaitu perjalanan ke suatu destinasi wisata; (b) a static element yaitu singgah ke daerah tujuan; dan (c) a consequential element sebagai akibat dari dua hal di atas (khususnya pada masyarakat lokal) yang meliputi dampak ekonomi, sosial dan fisik dari adanya kontak dan interaksi dengan wisatawan.
Spillane (1994: 30) mengelompokkan aktor utama pelaku pariwisata dalam tiga kelompok berikut:
a. Manusia yang mencari kepuasan/kesejahteraan lewat perjalanannya sebagai wisatawan/ tamu (guests).
b. Manusia yang tinggal dan berdomisili dalam masyarakat yang menjadi alat pariwisata yaitu tuan rumah/penduduk setempat (hosts).
c. Manusia yang mempromosikan dan menjadi perantaranya yaitu bisnis pariwisata/perantara (brokers).
Lebih lanjut Spillane (1994: 30) juga mengkategorikan lima bidang dalam industri pariwisata antara lain: a) Hotel dan restoran, b)Tour & travel, c) Transportasi, d) Pusat wisata dan sovenir, e) Bidang pendidikan kepariwisataan.
Suatu lokasi dijadikan obyek pariwisata (destinasi) menurut Spillane (1994: 63) karena memiliki lima unsur penting yaitu: Atraksi, Fasilitas, Infrastruktur, Transportasi, Keramahan masyarakat. Lebih lanjut menurut Kusudianto Hadinoto (1996:21), sebagai produk yang di jual di Pasar Wisata, pariwisata merupakan suatu campuran dari tiga komponen utama, yaitu;
a. atraksi dan destinasi b. fasilitas di destinasi c. aksesibilitas dari destinasi 1) Jenis - Jenis Pariwisata
James J. Spillane (1985:28) mengemukakan jenis-jenis pariwisata diantaranya sebagai berikut: Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism), Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourism), Pariwisata Untuk Kebudayaan (Cultural Tourism), Pariwisata Untuk Olah Raga (Sport Tourism).
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pariwisata a. Lokasi
b. Sarana dan Prasarana Penunjang c. Partisipasi Masyarakat
d. Pengunjung (Wisatawan)
e. Promosi dan Informasi Pariwisata
b. Objek Wisata
Objek wisata merupakan tempat yang ramai dikunjungi oleh kebanyakan orang, didalamnya tersedia fasilitas, sarana dan prasarana, serta infrastruktur yang memadai. Pengertian lebih lengkap tentang objek wisata dikemukakan oleh Yoeti, O (1996: 172) yang menjelaskan pengertian objek wisata biasanya lebih digunakan istilah “tourist attractions” yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi daerah tersebut. Dari arti tersebut, berarti objek wisata tidak lepas dari apa yang ditawarkan suatu tujuan wisata dan pariwisata akan sangat tergantung dengan daya tarik wisata.
Objek wisata sedianya harus mempunyai syarat-syarat untuk dapat dijadikan objek wisata, menurut Maryani (1991: 11) dengan penjelasannya, bahwa suatu objek wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-syarat dalam pengembangan daerahnya, diantaranya:
1. What to see
Di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain, daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi buidaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam, kegiatan kesenian, dan atraksi wisata.
2. What to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dipilih dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan nyaman tinggal lama di tempat itu.
3. What to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh guna dibawa pulang ke tempat asal. 4. What to arrived
Didalamnya termasuk aksesibilitas, bagaimana kita mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan, dan berapa lama sampai ke tempat tujuan wisata tersebut.
5. What to stay
Bagaimana wisatawan akan tinggal sementara selama dia berlibur di wisata itu. Diperlukan penginapan-penginapan baik hotel berbintang dan sebagainya.
c. Air Terjun
1) Definisi Air Terjun
Air terjun atau dalam bahasa sundanya “curug” mempunyai definisi yang beragam, air terjun dapat dikatakan pola aliran sungai berumpak-umpak seperti tangga yang dipengaruhi oleh kondisi topografi suatu wilayah. Air terjun merupakan aliran sungai yang jatuh dari ketinggian dan dibawahnya akan membentuk kolam yang sangat dalam akibat dari tergerusnya dasar kolam oleh tenaga jatuhan air tersebut secara terus menerus. Air terjun diketahui merupakan aliran air yang jatuh dari ketinggian suatu lembah dengan kecepatan tertentu.
Terbentuknya air terjun tidak terlepas oleh faktor alam dan kondisi geografi disetiap wilayah. Wood (1995: 4) menjelaskan bagaimana air terjun itu terbentuk, air terjun terjadi dimana ada lapisan batuan keras diatas lapisan batuan lunak dan batuan lunak tersebut mengalami erosi (terkikis) meninggalkan tebing batuan keras.
2) Macam-macam Air Terjun
Macam-macam air terjun ditentukan oleh jumlah air yang mengalir serta bentukan dari air terjun tersebut, berikut macam-macam air terjun:
1. Kaskada
Adalah kata yang menggambarkan air terjun dengan jumlah air yang tidak banyak atau serangkaian air terjun yang berturut-turut. Kaskada pula menggambarkan bentukan dari air terjun yang bertingkat-tingkat atau berumpak-umpak dengan jumlah air yang rendah sampai normal.
2. Katarak
Air terjun dengan jumlah air yang banyak dikenal dengan nama katarak, katarak digambarkan bentukan air terjun yang sangat rendah namun dengan jumlah air yang banyak.
3. Jeram
Tempat-tempat dimana dasar sungai menurun dengan curam atau menyempit, air mengalir lebih cepat daripada biasanya dan arusnya sangat deras.
d. Geografi Pariwisata
Santoso dalam Rachman (2013: 39) memberikan penjelasan bahwa geografi mempelajari aneka macam gejala di muka bumi dari sudut pandang kelingkungan, kewilayahan, atau keruangan. Karena itu lingkup kajian geografi pariwisata atau kajian geografi tentang kepariwisataan menyangkut tinjauan dari salah satu sudut pandang tersebut atau kombinasinya, sekalipun tinjauan keruangan merupakan kajian pokok utamanya. Lebih jauh Santoso (2006) dalam Rachman (2013:40) menyatakan bahwa geografi yang menggunakan pendekatan analisis keruangan dapat menjelaskan lokasi sebaran (distribusi) karena antara lokasi dan sebaran dapat memberi informasi kondisi keruangan.
Burton (1995) dalam Rachman (2013: 37) menyebutkan 4 macam tipe wisatawan, diantaranya:
1. Wisatawan asing adalah seseorang yang mengunjungi sebuah negara (bukan tempat tinggal orang tersebut) untuk periode lebih dari 24 jam.
2. Ekskursionis adalah seseorang yang melakukan perjalanan untuk bersenang-senang dalam kurang dari 24 jam.
3. Pengunjung adalah seseorang yang mengunjungi sebuah negara (bukan tempat tinggal negara orang tersebut) untuk alasan apapun selain melakukan pekerjaan dalam negara yang dikunjungi (definisi OECD) mencakup orang yang melakukan perjalanan untuk bersenang-senang, bisnis, tujuan pendidikan dan religius.
4. Wisatawan domestik adalah seseorang yang melakukan perjalanan jauh dari rumah dengan jarak sekurang-kurangnya 75 km (searah) untuk bisnis, bersenang-senang, urusan pribadi atau tujuan lain kecuali perjalanan untuk bekerja, walaupun menetap bermalam atau kembali pada hari yang sama.
e. Sapta Pesona
Sapta pesona merupakan tujuh unsur pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif dan ideal bagi berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung, (Rahim, 2012: 5). Rahim melanjutkan bahwa sapta pesona sebagai unsur penting dalam mendukung pengembangan destinasi pariwisata tentu tidak dapat terwujud secara otomatis tanpa adanya langkah dan upaya-upaya untuk merintis, menumbuhkan, mengembangkan, dan melaksanakan secara konsisten di destinasi pariwisata. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan pesan serta masyarakat secara aktif dalam mengembangkan sadar wisata dan sapta pesona bersama-bersama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Sapta pesona adalah kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau Negara kita, agar wisatawan memperpanjang masa tinggal (length of stay) disuatu daerah serta memperoleh kepuasan atas kunjungannya. Sapta pesona merupakan sebutan bagi 7 unsur pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata di indonesia. Sapta Pesona terdiri dari:
1. Aman.
Tujuan: menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya.
2. Tertib
Tujuan: Menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu nenberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan.
3. Bersih
Tujuan: Menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan. 4. Sejuk
Tujuan: menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa ”betah” bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan lebih panjang.
5. Indah
Tujuan: Menciptakan Lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan/pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang.
6. Ramah
Tujuan: Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah sendiri” bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas. 7. Kenangan
Tujuan: menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan menumbuhkan motivasi untuk berkunjung ulang. f. Destinasi Pariwisata
Menurut Richardson dan Fluker (2004: 48) mendefinisikan destinasi pariwisata sebagai ”A significant place visited on a trip, with some form of actual or perceived boundary. The basic geographic unit for the production of tourism statistic.”
Sementara itu, menurut Kusdianto (1996: 8) dalam Prasiasa (2013: 19) destinasi pariwisata dapat digolongkan berdasarkan ciri-ciri destinasi tersebut, yaitu sebagai berikut:
a. Destinasi sumber daya alam, seperti iklim, pantai, dan hutan.
b. Destinasi sumber daya budaya, seperti tempat bersejarah, museum, teater, dan masyarakat lokal.
c. Fasilitas rekreasi seperti taman hiburan.
d. Event, seperti pesta kesenian Bali, pesta Danau Toba, dan pasar malam. e. Aktivitas spesifik, seperti kasino di Genting Highland Malaysia.
f. Daya tarik psikologis, seperti petualangan, perjalanan romantis, dan keterpencilan.
Dalam suatu destinasi perlu adanya daya dukung untuk menarik para wisatawan untuk dapat berkunjung ke destinasi tersebut. Daya dukung tersebut ialah komponen-komponen pelayanan di destinasi pariwisata seperti yang dikemukakan oleh Prasiasa (2013: 23) yaitu sebagai berikut:
a. Atraksi destinasi
Atraksi pada suatu destinasi dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu aktraksi alam, atraksi budaya, dan atraksi buatan manusia. Atraksi alam berupa laut, pantai, gunung, danau, sungai, fauna langka, flora langka, kawasan lindung, cagar alam, dan pemandangan alam. Atraksi budaya dapat berupa upacara kelahiran, tari-tarian tradisional, musik tradisional, festival budaya, adat istiadat lokal, dan museum. Atraksi buatan manusia dapat berupa sarana dan fasilitas olahraga, permainan layangan, ketangkasan, taman rekreasi, dan pusat-pusat perbelanjaan.
b. Fasilitas destinasi
Fasilitas destinasi merupakan komponen dari destinasi yang dapat membuat wisatawan memutuskan untuk tinggal di destinasi. Komponen tersebut dapat berupa akomodasi, restoran, serta pelayanan informasi.
c. Aksesibilitas
Salah satu komponen penting dari destinasi adalah aksesibilitas atau kelancaran perpindahan seseorang dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Perpindahan tersebut bisa dalam jarak dekat, menengah, dan jauh.
d. Citra
Citra atau image terbentuk sedemikian rupa, sehingga dapat menjadi faktor pendorong bagi wisatawan untuk berwisata ke destinasi pariwisata. Untuk memperkuat citra sebuah destinasi pariwisata, perlu memperhatikan daya dukung seperti fisik, sosial budaya, ekonomi, dan prasarana.
e. Harga
Harga merupakan jumlah akumulatif biaya yang dibayar karena menikmati berbagai produk wisata selama perjalanan wisata. Harga yang dibayar bergantung pada kualitas produk wisata yang dikonsumsi selama berwisata ke destinasi pariwisata.
g. Pariwisata
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya mendefinisikan:
“Istilah pariwisata berasal dari bahasa sangsekerta terdiri dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain”.
Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa pariwisata adalah: “Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerindah daerah”.
Pariwisata secara luas dapat didefinisikan (UU No. 10 Tahun 2009, Tentang Kepariwisataan; Ps. 1), mendefinisikan pariwisata adalah :
a) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara.
b) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
c) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
d) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegitan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi dan multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat, sesame wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.
e) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
f) Daerah tujuan pariwisata (destinasi) adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrative yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fisilitas pariwisata, aksessibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
g) Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
h) Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan pariwisata.
i) Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka mengahasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
j) Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.
Dengan demikian bahwa pariwisata merupakan segala bentuk dan macam jenis wisata dengan jumlah yang banyak dan didalamnya ada kegiatan segala aktifitas dari para wisatawan serta didukung oleh fasilitias sarana dan prasarana. h. Potensi Obyek Wisata
Pariwisata adalah perpindahan sementara orang-orang ke daerah tujuan di luar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-harinya, kegiatan yang telah dilakukannya dan fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Fandeli (1995: 47).
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan sosial maupun kebudayaan. Pada umumnya tujuan utama wisatawan untuk berpariwisata adalah mendapat kesenangan, namun wisatawan moderen akhir-akhir ini selama perjalanan berpariwisata ingin memperoleh beberapa manfaat. Ada 2 (dua) faktor penting yang menetukan kepergian untuk berwisata yaitu:
1) Faktor pendorong
Faktor yang mendorong seseorang untuk berpariwisata adalah ingin terlepas (meskipun untuk sementara) dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas, dan kesibukan kota.
2) faktor penarik
Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat tujuan wisata. Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan obyek, tempat-tempat yang banyak diperbincangkan orang, serta sedang menjadi berita. Dorongan berkunjung ke tempat teman atau keluarga atau ingin menyaksikan kesenian serta pertandingan olahraga yang sedang berlangsung juga menjadi daya tarik di daerah tujuan wisata (Fandeli, 1995: 40).
Wahab dalam Musanef (1996: 10) mengemukakan bahwa pariwisata terdiri dari 3 unsur yaitu:
1. Manusia (man), adalah orang yang melakukan perjalanan wisata.
2. Ruang (space), adalah daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.
3. Waktu (time), adalah waktu yang digunakan selama perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.
Yoeti (1996: 172) mengemukakan bahwa: “obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa obyek wisata adalah potensi dari suatu daerah yang merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Dengan kata lain obyek wisata merupakan tempat yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan berpariwisata untuk mendapat kepuasan.
Suwantoro (1997: 18) menyebutkan bahwa obyek wisata itu antara lain: a. Keindahan alam (obyek wisata alam)
Obyek wisata alam ini mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.
b. Ciptaan manusia (obyek wisata budaya)
Yang termasuk obyek wisata ini antara lain: candi, monument, art gallery dan lain-lain. Obyek wisata ini mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian dan nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. Namun pendapat lain
menyebutkan bahwa obyek wisata dikelompokkan menjadi 3 jenis (Sammeng, 2001: 31), antara lain:
1. obyek wisata alam, misalnya: laut, pantai, gunung (berapi), flora -fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan lain-lain.
2. obyek wisata budaya, misalnya: cagar budaya, bangunan bersejarah, musik tradisional, peninggalan tradisional, festival budaya dan lain-lain.
3. obyek wisata buatan, misalnya: sarana dan prasarana olahraga, hiburan, taman rekreasi, taman nasional dan lain-lain.
Daerah atau tempat dapat menjadi obyek wisata bila mempunyai potensi yang dapat menarik pengunjung, baik potensi alam maupun potensi yang dibuat oleh manusia. Sujali (1989: 11), mengungkapkan bahwa potensi obyek wisata terjadi karena proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun proses budidaya manusia. Potensi alam yang dimiliki obyek wisata merupakan kekuatan yang paling besar untuk menarik wisatawan, kemudian dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang ada pada obyek wisata tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa potensi wisata adalah kemampuan dari obyek wisata yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, potensi yang dapat dikembangkan dapat berupa daya tarik tertentu atau sesuatu yang menarik untuk dikunjungi. Semua obyek wisata mempunyai keunggulan masin-masing sesuai dengan situasi dan kondisinya. Keunggulan inilah yang menarik wisatawan mengunjungi obyek wisata yang ditawarkan.
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salahsatu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang beragam, mulai dari peninggalan sejarah, keanekaragaman budaya, keanekaragaman kuliner, dan berbagai potensi wisata lainnya termasuk diantaranya potensi wisata air terjun/ curug. Wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan air terjun yang lainnya i. Analisis SWOT dan Pengembangan Pariwisata
Analisis SWOT dalam skenario pengembangan pariwisata digunakan untuk mengetahui dan menginventarisasi faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strength)
Dengan mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah maka akan dapat dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing
untuk pengembangan selanjutnya. Dalam hal ini kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang.
2. Kelemahan (Weaknesses)
Yaitu segala fator yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata. Pada umumnya kelemahan-kelemahan yang dapat diidentifikasi adalah kurangnya promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya pelaksana pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke obyek wisata, dan lain-lain. Dalam hal ini kelemahan dapat dimanfaatkan untuk meraih peluang. 3. Kesempatan (Oportunity)
Yaitu semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku, atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap dapat member peluang bagi kegiatan pariwisata.
4. Ancaman (Threats)
Dalam hal ini ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata, seperti peraturan yang tidak memberikan kemudahan dalam berusaha, rusaknya lingkungan, dan lain sebagainya.
Pada hakekatnya pengembangan adalah suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan suatu yang sudah ada. Musanef (1996: 1), pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang terencana untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan. Musanef juga menyebutkan manfaat pengembangan pariwisata, antara lain :
1. memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. 2. meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.
3. mendorong pelestarian budaya, peninggalan sejarah serta lingkungan hidup.
Pengusahaan pengembangan obyek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola obyek wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola obyek dan dayatarik wisata yang sudah ada.
Pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada:
1. Memajukan tingkat kehidupan masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal.
2. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal.
3. Berorientasi pada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berpotensi pada teknologi komparatif.
4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak dampak negatif seminimal mungkin.
2.2 Studi Pendahuluan yang sudah dilaksanakan 2.2.1 Road Map Penelitian
Gambar 2.1 Road Map Penelitian 2.2.2 Tahapan yang Sudah Dilakukan
Tahapan yang sudah dilaksanakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pembuatan Pedoman Observasi
2. Pembuatan Instrumen Penelitian
3. Deskripsi/ pengolahan data hasil observasi dan penelitian lapangan POTENSI OBJEK WISATA Keunikan Aksesibilitas Fasilitas Dasar Fasilitas Pendukung ANALISIS SWOT SEBARAN POTENSI
OBJEK WISATA AIR TERJUN DI KABUPATEN TASIKMALAYA ANALISIS TETANGGA TERDEKAT TAHUN 2017
ANALISIS KAJIAN GEOGRAFIS POTENSI PARIWISATA
AIR TERJUN
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui potensi pariwisata air terjun (curug) berdasarkan kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya (Suatu Kajian Geografis pada Mata Kuliah Geografi Transportasi dan Pariwisata).
3.2 Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Urgensi penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pariwisata air terjun (curug) berdasarkan kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya (Suatu Kajian Geografis pada Mata Kuliah Geografi Transportasi dan Pariwisata) dengan luaran penelitian diantaranya:
1. Sebaran pariwisata Air terjun di Kabupaten Tasikmalaya dan memperoleh data dan informasi tentang fasilitas dan pelayanan wisata air terjun yang ada di Kabupaten Tasikmalaya
2. Menghasilkan Jurnal ilmiah yang akan diterbitkan di salah satu Jurnal ber ISSN. 3. Menghasilkan draft rancangan materi ajar pada mata kuliah Geografi Transportasi
dan Pariwisata.
4. Akan disampaikan pada Seminar Nasional forum nasional Ikatan Geograf Indonesia (IGI)
3.3 Target Inovasi
Target inovasi yang ingin dihasilkan adalah :
1. Membuat Bahan ajar pada mata kuliah Geografi Transportasi dan Pariwisata. 2. Mengembangkan potensi air terjun di Kabupaten Tasikmalaya supaya di ketahui
oleh umum.
3.4 Penerapan Hasil Penelitian
Penerapan hasil penelitian ini diharapkan dapat diterima oleh seluruh pihak dan terutama oleh para pengambil kebijakan untuk mengupayakan pengembangkan potensi air terjun di Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah referensi dalam pembelajaran pada mata kuliah Geografi Transportasi dan Pariwisata.
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Kualitatif dengan cara mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikan data, kemudian dianalisis. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Survey Lapangan (Field Study) b. Wawancara (Interview)
c. Studi Dokumentasi d. Studi Literatur
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah lokasi air terjun serta pengunjung atau responden, populasi mencakup semua lokasi air terjun sedangkan sampel penelitiannya yaitu tiga orang responden dari setiap lokasi air terjun. Populasi dan sampel sedianya mempunyai definisi, populasi adalah keseluruhan subjek dan objek penelitian, sedangkan sampel yaitu sebagian atau yang mewakili dari populasi yang respresentatif, (Nasution, 2009: 86).
Populasinya wilayahnya yaitu lokasi air terjun yang terdiri dari 11 titik lokasi, sedangkan yang menjadi sampelnya yaitu 3 orang responden yang akan diberikan masing-masing kuesioner disetiap titik lokasi air terjun yang berjumlah 33 orang responden. Setiap sampel yang tersedia merupakan perwakilan untuk mendapatkan informasi dan data lokasi tersebut.
Tahapan dalam pengambilan sampel yang dimulai dari sampel daerah, sampel random acak sederhana, dan sampel aksidental. Pengambilan sampel untuk pengunjung dan masyarakat sekitar menggunakan Simple Random Sampling (Random Acak Sederhana) sedangkan untuk pengelola obyek wisata menggunakan Sampel Aksidental.
4.3 Teknik Analisis Data 4.3.1 Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dalam dua tahap yaitu:
a. Tahap 1 merupakan tahap persiapan, hal-hal yang dilakukan adalah : (1) Membuat instrumen dan validasinya
b. Tahap 2 merupakan tahap implementasi, hal yang dilakukan adalah : (1) Mengumpulkan data dan menyajikan data
(2) Melakukan analisa data
(3) Menentukan hasil dan pembahasan (4) Membuat kesimpulan dan laporan 4.3.2 Tahapan dan Alur Penelitian
PENGKAJIAN
- BAHAN AJAR
- PUBLIKASI
5. Publikasi/Seminar Hasil Penelitian
4. Penyusunan Bahan Ajar
2. Survey Lapangan
3. Pengolahan Data 1. Pembentukan Team work
BAB 5
HASIL YANG DICAPAI
5.1 Deskripsi Kondisi Geografis Wilayah Penelitian 1) Letak dan Luas Daerah Penelitian
Gambar 5.1
Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak diantara 7°02’29” dan 7°49’08” LS serta 107°54’10” dan 108°25’42” BT yang berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Tasikmalaya di sebelah utara, Kabupaten Ciamis di sebelah timur, Samudera Indonesia di sebelah selatan, dan Kabupaten Garut di sebelah barat. Wilayah Kabupaten Tasikmalaya dengan luas wilayah ± 2.712,52 km² atau 271.251,71 ha adalah wilayah yang sangat luas sebanding dengan luas wilayah satu provinsi di Indonesia yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta. Letak astronomis mempunyai pengertian, seperti yang dikemukakan oleh Banowati, E (2012: 1) dalam bukunya yang berjudul “Geografi Indonesia” yaitu letak suatu tempat menurut garis lintang (paralel) dan garis bujur (meridian), garis lintang adalah garis khayal yang melingkari permukaan bumi secara horisontal, sedangkan garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan.
2) Morfologi dan Tofografi
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki ketinggian berkisar antara 0 – 2.500 mdpl. Secara umum wilayah tersebut dapat dibedakan menurut ketinggiannya, yaitu bagian utara merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian berkisar 1.000 – 2.500 mdpl dan bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 – 100 mdpl.
Sebaran ketinggian di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada table 5.1: Tabel 5.1
Sebaran Ketinggian Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014 No. Ketinggian
(mdpl)
Sebaran (Kecamatan)
1. 0-500
Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong, Cigalontang, Cikalong, Cikatomas,
Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras, Kadipaten,
Karangjaya, Karangnunggal, Leuwisari, Mangunreja, Manonjaya, Padakembang, Pageurageung, Pancatengah, Puspahiang, Rajapolah,
Salopa, Sariwangi, Singaparna, Sodonghilir, Sukahening, Sukaraja, Sukarame, Sukaresik, dan
Taraju.
2. 500-1.000
Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong, Cigalontang, Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras, Kadipaten, Karangjaya, Mangunreja, Padakembang,
Pageurageung, Parungponteng, Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa, Sariwangi, Sodonghilir,
3. 1.000-1.500
Ciawi, Cigalontang, Cineam, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari, Pageurageung, Puspahiang, Salawu,
Salopa, Sariwangi, Sukahening, dan Sukaratu.
4. 1.500-2.000
Ciawi, Cigalontang, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari, Pageurageung, Sariwangi, Sukahening,
dan Sukaratu.
5. 2.000-2.500 Cigalontang, Cisayong, Sariwangi, dan Sukahening, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2016
Kondisi kemiringan lereng di Kabupaten Tasikmalaya berturut-turut yaitu sangat curam (> 40 %) sebesar 1,39 % dari luas Kabupaten Tasikmalaya, agak curam (15 % - 40 %) sebesar 25,35 %, curam (5 % - 15 %) sebesar 27,11 %, landai (2 % - 5 %) sebesar 13,27 %, dan datar (0% - 2 %) sebesar 32,87 % dari luas Kabupaten Tasikmalaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Kemiringan Lereng Kabupaten Tasikmalaya
No. Lereng Kemiringan (%) Persentase (%)
1. Datar 0-2 32.87 2. Landai 2-5 13.27 3. Agak curam 5-15 27.11 4. Curam 15-40 25.35 5. Sangat curam >40 1.39 Jumlah 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2015
Dari Tabel 5.2. data kemiringan lereng terlihat bahwa sebagian besar bentang alam Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh bentuk permukaan datar sampai dengan agak curam, dengan kondisi kemiringan lereng tersebut kurang menguntungkan untuk pengembangan prasarana dan sarana wilayah.
3) Cuaca dan Iklim
Kabupaten Tasikmalaya pada umumnya beriklim tropis dengan temperatur 34° C pada wilayah dataran rendah dengan kelembaban 50%. Sedangkan pada daerah dataran tinggi mempunyai temperatur 18°-22° C dengan kelembaban udara berkisar antara 61%-73%. Curah hujan rata-rata per tahun 2.171,95 mm dengan jumlah hari hujan efektif selama satu tahun sebanyak 84 hari. Pengelompokan daerah hujan berdasarkan ketinggian curah hujan pada masing-masing wilayah di Kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut:
a) Wilayah dengan curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun meliputi Kecamatan Sukaraja, Cibalong, Salopa, Pagerageung, Ciawi, dan Jamanis.
b) Wilayah dengan curah hujan antara 3.000-3.500 mm/thn meliputi: Kecamatan Cipatujah, Bantarkalong, Karangnunggal, Salopa, Sodonghilir, Cineam, dan Manonjaya.
c) Wilayah dengan curah hujan antara 3.500-4.000 mm/thn meliputi Kecamatan Bojonggambir, Sodonghilir, Singaparna, Cisayong, Rajapolah, Cikalong, Pancatengah, Cikatomas, sebagian Pagerageung.
d) Wilayah dengan curah hujan di atas 4.000 mm/thn meliputi Kecamatan Taraju, Salawu, Cigalontang, Leuwisari, dan Cisayong.
4) Hidrologi
Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari daerah aliran sungai besar dan sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem drainase yang dipengaruhi oleh kondisi topografi dan struktur fisiografinya. Di Kabupaten Tasikmalaya terdapat 6 daerah aliran sungai besar atau sungai utama, yaitu Sungai Ci Langla, Ci Medang, Ci Sanggiri, Ci Patujah, Ci Tanduy, dan Ci Wulan. Pola daerah aliran sungai umumnya berpola radial, karena lebih dipengaruhi dominansi vulkanik. Pada daerah tektonik pola aliran berubah menjadi tidak teratur (irregular), tergantung pada bentuk dan arah proses tektonik yang terjadi.
5) Penggunaan Lahan
Luas tanah Kabupaten Tasikmalaya setelah pemekaran dengan Kota Tasikmalaya adalah sebesar 270.882 ha, dimana 245.412 ha dipergunakan sebagai lahan pertanian dan 25.470 ha merupakan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan eksisting di wilayah Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari hutan, kebun, ladang, tegalan, pantai, pemukiman, persawahan, semak belukar, tambak, kolam, dan tubuh air.
Penggunaan lahan yang paling luas yaitu lahan perkebunan seluas 79.905,43 ha dengan persentase 29.50%, sedangkan lahan yang paling kecil yaitu lahan pantai yaitu seluas 29,61 ha dengan persentase 0.10%.
5.2 Karakteristik Responden
Usia responden menggambarkan kematangan setiap responden dalam cara berpikir dan memberikan sudut pandang yang berbeda terhadap suatu penilaian. Responden dengan usia lebih dewasa dibanding dengan responden dengan usia remaja, tentunya berbeda dari caranya berpikir. Usia responden pula mempengaruhi
produktifitas dan ruang geraknya, usia remaja sampai dewasa lebih memiliki produktivitas lebih dan ruang gerak yang luas karena didukung oleh daya tahan fisik yang masih normal dibandingkan dengan responden yang berusia lanjut. Dalam hasil yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan, usia responden diawali pada usia 14 tahun sampai lebih dari 64 tahun. Usia responden yang paling banyak yaitu berusia 19-23 tahun dengan jumlah 13 orang responden.
5.3 Profil Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya
Dari data yang telah dihimpun terdapat 11 objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya. Masing-masing air terjun tersebut memiliki perbedaan kondisi fisiknya, baik itu letak, koordinat, ketinggian air terjun dan ketinggian lokasinya serta yang paling unik yaitu toponimi atau asal-usul penamaan air terjun tersebut. Disisi lain, terdapat pula fasilitas dari tiap objek wisata air terjun, fasilitas utama yaitu tiket masuk, tempat parkir, warung, tempat ibadah, toilet, dan penunjuk arah serta fasilitas pendukung lainnya. Dari masing-masing objek wisata air terjun masih belum didukung oleh fasilitas yang memadai dan sedang dalam tahap pengelolaan dari pemerintah serta dari penduduk setempat. Sebaran lokasi air terjun berada di setiap kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Tasikmalaya, yang paling mendominasi yaitu Kecamatan Cisayong dengan objek wisata Air Terjun Batu Blek, Objek Wisata Air Terjun Badak, Objek Wisata Air Terjun Putih, dan Objek Wisata Air Terjun Gado Bangkong.. Melihat pada teori Yoeti, O yang menjelaskan syarat-syarat objek wisata, maka objek wisata air terjun pada penelitian ini belum dapat memenuhi kriteria sebagai objek wisata. Namun fasilitas yang dasar untuk menunjang menjadi objek wisata sudah mulai dijalankan.
Berikut Toponimi beserta profil lengkap dari masing-masing objek wisata air terjun yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya sesuai dengan data yang telah dihimpun:
Tabel 5.3
Profil Objek Wisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya
NAMA CURUG& TOPONIMI PROFIL
1.
BATU BLEK
Kata “Blek” bukan dari bahasa asing atau inggris “Black” dalam penyebutannya, yang berarti hitam dengan artian disambungkan menjadi batu hitam, akan tetapi maksud dari “blek” yang sebenarnya yaitu bongkahan batuan yang berbentuk blek atau seperti kaleng, persegi empat, dan cenderung berkotak-kotak. Asal mula penam aan “Batu Blek” oleh masyarakat sekitar dikarenakan sekitar air terjun tersebut terdapat batu yang berbentuk blek dengan jumlah yang banyak, maka dari itu masyarakat menamakannya dengan Curug Batu Blek yang dalam bahasa Indonesianya ialah Air Terjun Batu Blek
Desa Santanamekar
Kecamatan Cisayong
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.23736°S, 108.09967°E Koordinat desimal 7º15’10”LS - 108º7’23”BT Ketinggian air terjun 6 meter
Ketinggian lokasi 988 mdpl
Kedalaman 10 meter
Aliran sungai Ci Loseh
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
2.
CURUG DENGDENG
Menurut seorang penanggungjawab pengelolaan objek wisata air terjun Dengdeng yang bercerita bahwa di masa yang lalu ada nenek yang kehilangan anaknya, anak dari nenek tersebut diketahui tersambar petir di Air Terjun Dengdeng dan menyatu dengan bebatuan di sekitaran air terjun tersebut. Dinamakan Dengdeng karena proses tersambarnya anak tersebut dan terbelahnya batuan sehingga sekarang menjadi Air Terjun Dengdeng
Desa Cikawunggading
Kecamatan Cipatujah
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.74705°S, 108.01483°E Koordinat decimal 7º44’50”LS - 108º0’54”BT Ketinggian air terjun 13 meter
Ketinggian lokasi 12 mdpl
Kedalaman 8 meter
Aliran sungai Ci Kembang
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
3.
GADO BANGKONG
Dua kata dari “gado” dan “bangkong” mempunyai arti berbeda yaitu “gado” ialah dagu dan “bangkong” ialah kodok. Dinamakan “gado bangkong” karena di masa dahulu sekitaran air terjun ini dihuni oleh kodok yang berukuran sangat besar dan dari kodok-kodok tersebut ada satu kodok yang paling besar ukurannya, lalu kodok yang paling besar tersebut dimakan oleh sekumpulan kodok-kodok yang lain sampai hanya menyisakan dagunya saja.
Desa Santanamekar
Kecamatan Cisayong
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.24889°S, 108.11233°E Koordinat desimal 7º14’57”LS - 108º6’45”BT Ketinggian air terjun 17 meter
Ketinggian lokasi 795 mdpl
Kedalaman 1 meter
Aliran sungai Ci Loseh
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
4.
CURUG PUTIH
Menurut aparat Desa Sukamukti asal mula penamaan Air Terjun “Putih” pada dahulunya air dari air terjun ini sangat bening dan bersih sampai dasar dari kolam air terjunnya terlihat dengan tampak batu kerikil yang berukuran kecil sampai berukuran besar. Jadi dinamakan “putih” bukan acuan dari putih seperti susu, akan tetapi maksudnya yaitu kata “putih” mempunyai makna bening dan bersih.
Desa Sukamukti
Kecamatan Cisayong
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.23808°S, 108.11031°E Koordinat desimal 7º14’14”LS - 108º6’38”BT Ketinggian air terjun 15 meter
Ketinggian lokasi 879 mdpl
Kedalaman 2 meter
Aliran sungai Ci Loseh
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
5.
CURUG BADAK
Penamaan air terjun ini, menurut masyarakat setempat bahwa konon dahulu di lokasi air terjun ini dihuni oleh badak bercula satu sekitar 200 tahun yang lalu dan seiring dengan berjalannya waktu, badak tersebut punah ditelan zaman.
Desa Santanamekar
Kecamatan Cisayong
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.2523°S, 108.11113°E Koordinat desimal 7º15’9”LS - 108º6’40”BT Ketinggian air terjun 30 meter
Ketinggian lokasi 765 mdpl
Kedalaman 2 meter
Aliran sungai Ci Loseh
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
6.
CURUG KOJA
Menurut salah satu pengelola objek wisata Air Terjun Koja asal mula dinamakan “Koja” karena di masa lalu untuk mengukur ketinggian dari air terjun ini menggunakan koja yaitu tali tas orang tua zaman dahulu yang mana tali tersebut berukuran sangat panjang serta ada pula yang menyebutkan bahwa kata “koja” diambil dari alat untuk menangkap sejumlah ikan yaitu alat tersebut bernama koja.
Desa Linggalaksana
Kecamatan Cikatomas
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.6448°S, 108.24498°E Koordinat desimal 7º38’42”LS - 108º14’24”BT Ketinggian air terjun 63 meter
Ketinggian lokasi 112 mdpl
Kedalaman 3 meter
Aliran sungai Ci Watin
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
7. CURUG CIBAKOM
Penamaan “Cibakom” karena air terjun ini terlihat seperti “baskom” terbalik yang dalam bahasa Indonesianya memiliki arti kurang lebih seperti wadah.
Desa Linggalaksana
Kecamatan Cikatomas
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.64294°S, 108.2452°E Koordinat desimal 7º38’35”LS - 108º14’43”BT Ketinggian air terjun 12 meter
Ketinggian lokasi 102 mdpl
Kedalaman 2 meter
Aliran sungai Ci Watin
Kategori Objek wisata
8. CURUG DENGDENG PANCATENGAH
Dinamakan Dengdeng karena menurut salah seorang pengelola objek wisata air terjun tersebut digambarkan bahwa dengdeng mempunyai arti bertingkat-tingkat, terlihat dari air terjun tersebut yang memang terdiri dari tiga tingkatan air terjun. Tingkat
pertama yaitu Air Terjun Dengdeng, tingkat kedua yaitu Air Terjun Kopo, dan tingkat ketiga yang paling bawah yaitu Air Terjun Widi.
Desa Tawang
Kecamatan Pancatengah
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.64192°S, 108.32347°E Koordinat desimal 7º38’30”LS - 108º19’25”BT Ketinggian air terjun 15 meter
Ketinggian lokasi 176 mdpl
Kedalaman 4 meter
Aliran sungai Ci Kembang
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
9. CURUG CIPINAHA
Cipinaha atau yang biasa disebut Curug Luhur dinamakan Cipinaha karena orang tua zaman dahulu di Desa Malatisuka beranggapan bahwa curug ini berada di ketinggian yang menamakan Curug Luhur dan kata “luhur” berarti “tinggi” sedangkan Ci Pinaha merupakan aliran sungai dari Curug Luhur. Jadi ada dua nama untuk air terjun ini yaitu Air Terjun Cipinaha dan Air Terjun Luhur.
Desa Malatisuka
Kecamatan Gunungtanjung
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.44822°S, 108.3185°E Koordinat desimal 7º26’60”LS - 108º18’56”BT Ketinggian air terjun 20 meter
Ketinggian lokasi 655 mdpl
Kedalaman 3 meter
Aliran sungai Ci Pinaha
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
10. CURUG MANINTIN
Kata “Manintin” diambil dari sejarah kejadian di air terjun ini pada masa lalu terdapat burung manintin yang selalu membersihkan lokasi air terjun tersebut darirumput, dan serabut-serabut yang lainnya. Burung manintin tersebut keberadaannya masih misteri dan konon habitatnya berada di bagian hulu sungai yang sekarang masih ada keberadaannya namun sulit untuk ditemukan. Maka dari itu air terjun ini mengambil nama dari burung tersebut yaitu “Manintin”.
Desa Tanjungsari
Kecamatan Salopa
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.50057°S, 108.32527°E Koordinat desimal 7º29’42”LS - 108º19’7”BT Ketinggian air terjun 115 meter
Ketinggian lokasi 607 mdpl
Kedalaman 2 meter
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
11.
CURUG CIPARAY
Menurut masyarakat bahwa penamaan air terjun ini berdasarkan arti kata yang dapat dipisahkan, yaitu “Ci” yang artinya air atau sungai dan “Paray” yang berarti ikan. Jadi dinamakan Ciparay karena di sekitaran air terjun tersebut terdapat banyak ikan
Desa Cidugaleun
Kecamatan Cigalontang
Kabupaten Tasikmalaya
Koordinat UTM -7.27478°S, 108.03062°E Koordinat desimal 7º16’30”LS - 108º1’51”BT Ketinggian air terjun 75 meter
Ketinggian lokasi 821 mdpl
Kedalaman 5 meter
Aliran sungai Ci Kuluwung
Kategori Objek wisata
Status Sedang dikelola
Tipe Jeram
Tabel diatas memperlihatkan informasi asal-usul/toponimi dari air terjun yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya. Dapat pula diperoleh informasi mengenai letak secara administratif, letak koordinat, kedalaman air terjun, kategori, status dan tipe dari masing-masing air terjun.
Berikut deskripsi fasilitas dari masing-masing objek wisata air terjun yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya sesuai dengan data yang telah dihimpun:
Tabel 5.4
Deskripsi Fasilitas Masing-Masing Air Terjun Di Kabupaten Tasikmalaya
NAMA CURUG JENIS FASILITAS DESKRIPSI FASILITAS
1. BATU BLEK Santana mekar
Cisayong
TIKET MASUK Untuk dapat masuk ke kawasan wisata air terjun Batu Blek dikenakan tarif Rp. 3.000,00/motor.
TEMPAT PARKIR Tempat parkir objek wisata air terjun Batu Blek sudah mulai dikembangkan oleh masyarakat dengan izin dari pemerintah desa, serta sudah tersedianya portal yang terbuat dari kayu untuk dapat membuka dan menutup area parkir. Tempat parkir dapat menampung sekitar 50 motor dengan luas lahan parkir 10x5 m².
WARUNG Sudah tersedia dua warung berlokasi di area parkir objek wisata Air Terjun Batu Blek yang menyediakan berbagai jenis makanan ringan dan minuman seperti air minum dalam kemasan dan botol, kopi seduh, dan lain-lain.
TOILET belum tersedia Toilet di lokasi objek wisata Air Terjun Batu Blek.
TEMPAT IBADAH Disamping warung terdapat tempat ibadah untuk melaksanakan shalat dan ruang ganti pakaian.
PENUNJUK ARAH Untuk penunjuk arah ke lokasi Air Terjun masih belum terdapat penunjuk arah yang pasti, namun sebagian besar pengunjung berpatokan kepada alur selokan dari Air Terjun Batu Blek.
2. DENGDENG TIKET MASUK
Cikawunggading Cipatujah
pengunjung yang mengunjungi objek wisata Air Terjun Dengdeng adalah sebesar Rp. 3.500,00/orang temasuk didalamnya asuransi kecelakaan yakni Rp. 500,00/orang. Penerapan asuransi tersebut bekerjasama dengan PT. Asuransi Amanah Githa.
TEMPAT PARKIR Area parkir di kawasan wisata ini mempunyai dua area parkir, yang pertama di halaman rumah warga yang dapat memuat sekitar 20 sepeda motor dan untuk kendaraan beroda empat. Sedangkan yang kedua, area parkir di sekitaran lokasi objek wisata air terjun yang dapat memuat 150 motor dengan luas lahan 240m². Area parkir yang kedua dikelola 4 bulan yang lalu dari inisiatif karang taruna Desa Cikawunggading
WARUNG Warung berlokasi di area parkir yang kedua dengan jumlah total ada 4 warung di kawasan wisata ini, keempat warung tersebut posisinya berjejer di sebelah kanan awal masuk area parkir. Warung-warung disini dibangun oleh masing-masing oleh pemiliknya dengan bantuan dari warga setempat.
TOILET Sarana toilet masih dalam tahap perencanaan yang saat ini belum tersedia di kawasan wisata Air Terjun Dengdeng, namun pengunjung dapat menggunakan toilet rumah milik salah satu warga di area pakir pertama. TEMPAT IBADAH Begitupun dengan tempat ibadah
masih dalam tahap perencanaan dan pengunjung dapat
menumpang shalat dirumah salah satu warga atau mendatangi masjid terdekat PENUNJUK ARAH Penunjuk arah untuk dapat ke
kawasan ini dapat ditemui disepanjang jalan Desa
Cikawunggading dengan memasang penunjuk jalan di setiap percabangan jalan.
Selain keenam fasilitas utama diatas terdapat fasilitas lainnya yaitu tempat duduk santai dibawah pohon, saung untuk berkumpul bersama keluarga
3. GADO BANGKONG
TIKET MASUK DAN
TEMPAT PARKIR Disaat waktu libur tepatnya hari Minggu atau weekend di hari Sabtu dapat masuk ke objek wisata Air Terjun Gado Bangkong dengan dikenakan tarif Rp. 5.000,00/motor di portal pertama masuk, namun biasanya untuk hari-hari biasa di portal pertama tidak dikenakan biaya masuk.
Area parkir dapat memuat sekitar 80 motor dengan luas lahan parkir 150 m², area parkir dikelola oleh masyarakat kampung tersebut. Terbagi menjadi dua bagian area yaitu dibagian bawah dan atas.
WARUNG
Berjumlah 7 warung yang terdiri 5 warung di sekitar area parkir, dan satu warung di lokasi Air Terjun Gado Bangkong.
TOILET
Terdapat 2 toilet untuk pria dan wanita dengan dikenakan tarif Rp. 2.000,00/orang serta satu toilet sedang dalam tahap pembangunan di sekitar lokasi Air Terjun Gado Bangkong.
TEMPAT IBADAH
Mushola sedang dalam tahap pembangunan yang terletak disamping wc umum.
PENUNJUK ARAH Penunjuk arah menuju lokasi ditandai dengan letak-letak posisi warung yang langsung menuju lokasi air terjun.
4. PUTIH
5. BADAK
TIKET MASUK Parkir kendaraan yang harus dibayar oleh pengunjung sebesar Rp. 5.000,00/kendaraan dan sudah termasuk tiket masuk objek wisata.
TEMPAT PARKIR Luas lahan parkir tersebut 10x20 m² dengan daya tanpung 40 sepeda motor dan 2 mobil.
WARUNG Tersedia hanya satu warung berlokasi di area parkir yang menjual gorengan, mie rebus, dan makanan serta minuman yang lainnya.
TOILET DAN TEMPAT IBADAH
Toilet yang ada di objek wisata ini menyatu dengan mesjid sekaligus tempat untuk berwudhu dengan kondisi yang
bersih. Mesjid terletak di area parkir dengan kondisi yang baik.
PENUNJUK ARAH Penunjuk arah sudah tersedia di lokasi objek wisata ini selepas dari portal masuk yang mengarah ke lokasi air terjun keduanya dengan mengikuti aliran selokan yang bersumber dari air terjun tersebut dengan jarak 1 km.
6. KOJA
TIKET MASUK DAN TEMPAT PARKIR
Yang paling menonjol ialah Air Terjun Koja, namun pengunjung dapat diantar oleh pengelola ke Air Terjun Cibakom. Tiket masuk dan tarif parkir Rp. 5.000,00/orang dan parkir motor dikenakan tarif Rp. 2.000,00/motor. Lahan parkir di tempat ini sangat sempit yang sebelumnya merupakan lahan bekas perkebunan dengan luas 3x4m².
WARUNG DAN TEMPAT IBADAH
Warung di objek wisata air terjun berjumlah 6 warung dan satu warung di area parkir, warung di lokasi ini kepemilikannya oleh masing-masing pedagang dengan membayar biaya sewa ke pemilik lahan perminggunya Rp. 3.000,00 dan perbulannya Rp. 10.000,00. Sudah tersedia tempat ibadah dengan ukuran yang kecil yang dapat memuat satu orang saja.
7. CIBAKOM
TOILET DAN PENUNJUK ARAH
Tersedia dua toilet pria dan wanita dengan membayar Rp. 2.000,00/orang. Penunjuk arah tersedia di sepanjang perjalanan.
LAINNYA Terdapat sewa ban untuk
berenang di kolam air terjun koja dengan membayar biaya sewa Rp. 5.000,00. Lalu sudah tersedia tempat sampah dari kayu yang dianyam seperti bentuk obor.
8. DENGDENG PANCATENGAH
TIKET MASUK Harga tiket untuk dapat menikmati objek wisata air terjun Dengdeng sebesar Rp. 3.000,00/orang dan parkir motor Rp. 2.000,00/kendaraan.
TEMPAT PARKIR Luas area parkir di objek wisata air terjun ini 500m² dengan daya tampung 400 kendaraan bermotor dan 10 mobil. Dengan luas lahan parkir yang cukup luas, terkadang selalu
mengadakan acara musik di area parkir tersebut yang menyatu dengan lapangan.
WARUNG Total 24 warung dengan
kepemelikan masing-masing dari pedagang dan lahannya. Dan di sekitar lokasi objek wisata air, selain 24 warung tersebut yang telah mulai beroperasi, terdapat warung-warung yang sedang dalam pembangunan yang berjumlah dua warung. TEMPAT IBADAH DAN
TOILET
Ada empat tempat ibadah yaitu mushola untuk melaksanakan shalat, masing berada disamping warung sekitar lokasi Air Terjun Dengdeng Pancatengah.
Berjumlah tiga wc umum untuk pria dan wanita yang tersedia di lokasi objek wisata ini dengan membayar sebesar Rp. 2.000,00/orang.
PENUNJUK ARAH Tersedia papan penunjuk arah dengan ukuran yang cukup besar di jalan utama Desa Tawang.
9. CIPINAHA
TIKET MASUK DAN TEMPAT PARKIR
Dikenakan tarif sebesar Rp. 2.000,00/orang.