• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PADA BERBAGAI TINGKAT UMUR SEMAI1) Oleh :

Agus Sofyan2) danSyaiful Islam2)

ABSTRAK

Degradasi hutan Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dalam dekade terakhir. Degradasi hutan telah berdampak pada menurunnya keragaman hayati. Dipterocarpaceae merupakan famili tumbuhan yang mendominasi hutan tropis Indonesia. Sebagian besar jenis dari famili ini, termasuk mersawa (Anisoptera costata Korth) di antaranya mempunyai kendala dalam perbenihannya, terutama masalah fenologi atau pembungaan yang tidak teratur serta karakter benihnya yang bersifat rekalsitran. Penelitian dan penguasaan aspek silvikultur jenis ini pada tingkat pembibitan maupun tingkat lapang sangatlah diperlukan guna menunjang upaya pengembangannya. Penelitian tingkat pembibitan ini bertujuan untuk mengetahui umur sapih terbaik yang dapat memberikan pertumbuhan optimal bagi semai mersawa (Anisoptera costata Korth) pada tingkat pembibitan di persemaian. Penelitian dilakukan di persemaian Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan umur sapih yang terdiri atas enam taraf, tiga ulangan yang terdiri atas 10 unit tanaman masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur sapih memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan semai 4 bulan paska penyapihan, baik pertumbuhan diameter, pertumbuhan (pertambahan) tinggi maupun jumlah daun pada umur 4 bulan. Pertumbuhan terbaik diperoleh pada semai dengan umur penyapihan 3, 4, dan 5 minggu.

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Laju degradasi hutan Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 menurut Manurung (2003), luas kawasan hutan Indonesia diperkirakan berkurang sebesar 3,8 juta ha, sementara Bank Dunia (2002) bahkan memper-kirakan bahwa hutan Indonesia akan habis pada tahun 2005. Hal ini tentunya dapat disikapi sebagai pernyataan yang sesungguhnya merupakan salah satu bentuk keprihatinan dari berbagai pihak yang peduli terhadap kondisi hutan di Indonesia.

Melihat kenyataan tersebut, tentunya perlu dilakukan upaya untuk melestarikan sumberdaya hutan melalui kegiatan rehabilitasi misalnya pem-bangunan hutan tanaman. Salah satu program pempem-bangunan hutan tanaman yang telah berjalan saat ini adalah jenis-jenis cepat tumbuh, namun demikian telah pula dirintis dengan jenis-jenis lokal termasuk jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae.

1 Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya

Hutan. Padang, 20 September 2006

2

(2)

Jenis-jenis pohon dari famili Dipterocarpaceae merupakan salah satu jenis yang mendominasi hutan alam tropis Indonesia. Dalam beberapa dekade ini jenis-jenis Dipterocarpaceae serta jenis-jenis-jenis-jenis lainnya sedang mengalami degradasi yang berat akibat eksploitasi besar-besaran, sementara kegiatan permudaan atau penanaman kembali (reboisasi maupun rehabilitasi) masih jauh dari yang diharapkan.

Upaya mempertahankan dan mengembangkan jenis khususnya jenis-jenis Dipterocarpaceae seringkali menghadapi beberapa kendala antara lain siklus berbunga massal yang tidak teratur sehingga musim buahnya tidak setiap tahun (Schmidt, 2000), selain itu bijinya bersifat rekalsitran yaitu hanya dapat disimpan dalam waktu relatif singkat dengan viabilitas yang cepat menurun selama masa penyimpanan.

Salah satu jenis dari famili Dipterocarpaceaeyang belum banyak dikembang-kan adalah mersawa (Anisoptera costata Korth). Pengembangan jenis ini memiliki kendala sama dalam hal penyediaan benihnya. Oleh karena itu pada saat pohon berbuah harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin yaitu dengan sesegera mungkin melakukan penanganan yang baik pada buah yang tersedia untuk pembibitan.

Kegiatan pembibitan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangun-an hutpembangun-an tpembangun-anampembangun-an. Keberhasilpembangun-an kegiatpembangun-an penpembangun-anampembangun-an spembangun-angat berkaitpembangun-an dengpembangun-an keberhasilan pembibitan di persemaian. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih banyaknya jenis-jenis tanaman kehutanan yang belum diketahui dan dikuasai teknik pembibitannya dengan baik sementara potensi sumberdaya alamnya sudah sangat menurun.

Dalam pembibitan, kegiatan penyapihan merupakan salah satu faktor yang sangat penting terutama waktu penyapihan (umur semai saat disapih), mengingat pengaruhnya yang cukup besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan semai atau bibit (Daniel et al., 1987). Sehubungan dengan hal tersebut penelitian-penelitian yang mengarah pada perolehan informasi mengenai waktu sapih yang tepat bagi masing-masing jenis perlu dilakukan. Demikian halnya dengan jenis mersawa (A. costata Korth), informasi mengenai pada umur berapa semai dapat disapih dengan pertumbuhan terbaik belum diketahui. Untuk itu dalam penelitian ini telah dicoba kegiatan penelitian untuk mengetahui waktu sapih yang tepat bagi jenis mersawa (A. costata).

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu sapih yang paling tepat bagi jenis mersawa (A. costata) sehingga diperoleh pertumbuhan dan perkembangan bibit terbaik.

II. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu

(3)

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih mersawa hasil pengunduhan yang ber-asal dari Taman Nasional Bukit Barisan, Lampung Barat. Media semai yang digu-nakan adalah pasir halus sedangkan media sapih berupa topsoil dan kompos (7:3). Alat yang digunakan adalah cangkul, bak tabur, polybag, label pohon, sprayer, gembor, alat ukur tinggi dan diameter (penggaris dan kaliper), tally sheet, dan alat tulis.

C. Metode Penelitian 1. Rancangan dan Perlakuan

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan perlakuan yang diterapkan berupa faktor tunggal yaitu umur semai (U) yang terdiri atas 6 taraf dengan 3 ulangan serta masing-masing unit percobaan terdiri dari 10 bibit. Adapun perlakuannya adalah sebagai berikut :

U0 = Penyapihan pada semai umur 1 hari setelah berkecambah (kontrol) U1 = Penyapihan pada semai umur 1 minggu setelah berkecambah U2 = Penyapihan pada semai umur 2 minggu setelah berkecambah U3 = Penyapihan pada semai umur 3 minggu setelah berkecambah U4 = Penyapihan pada semai umur 4 minggu setelah berkecambah U5 = Penyapihan pada semai umur 5 minggu setelah berkecambah

Keterangan : Berkecambah = setelah terbentuknya sepasang daun

2. Peubah atau parameter yang diamati dan Analisis Data

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah persen hidup bibit, tinggi bibit, diameter bibit, dan jumlah daun. Persen hidup dihitung pada akhir pengamatan (umur 4 bulan). Pertumbuhan tinggi dan diameter serta jumlah daun bibit diukur dengan menggunakan mistar dan kaliper pada umur 4 bulan pada akhir pengamatan.

Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan sidik ragam kemudian jika perlakuan berpengaruh nyata sampai sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut. Data persen hidup bibit ditransformasi dengan cara transformasi arcsin sebelum dilakukan analisis.

Model dari analisis keragaman yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = μ + αi + Σij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Rata-rata umum

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

Σijk = Galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j D. Tahapan Penelitian

1. Persiapan benih

Benih mersawa yang digunakan diunduh pada bulan April 2005 dari tegakan alam Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung.

2. Persiapan media tabur dan media sapih

(4)

jamur. Pasir yang telah dijemur dimasukkan ke dalam bak tabur. Media sapih berupa topsoil dan kompos dengan perbandingan 9 : 1. Penggunaan kompos di-maksudkan untuk menambah tingkat kesarangan media. Media yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam polybag.

3. Penaburan benih

Benih direndam selama satu hari sebelum dilakukan penaburan. Benih mersawa ditabur ke dalam bak tabur yang telah berisi media pasir. Penaburan dilakukan dengan membuat larikan-larikan pada pasir terlebih dahulu kemudian benih ditanam hingga permukaan benih rata dengan media tabur lalu ditutup dan disiram. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai benih berkecambah.

4. Penyapihan

Benih yang telah berkecambah kemudian disapih pada media yang telah tersedia. Adapun benih yang dikategorikan berkecambah adalah setelah munculnya sepasang daun. Penyapihan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Media sapih yang telah disiapkan disiram terlebih dahulu dan dibuat lubang tanam menggunakan tugal yang sesuai ukurannya. Semai yang akan disapih juga disiram dahulu kemudian diambil dengan cara mencongkel pasir agar akarnya tidak rusak lalu ditanam pada polybag yang telah tersedia.

5. Pemasangan label perlakuan

Pemasangan label perlakuan dilakukan setelah penyapihan sesuai dengan perlakuan masing-masing. Label berupa plastik tahan air dan diberi kode perlakuan yang ditulis dengan spidol permanen. Label ditempelkan pada salah satu polybag di setiap perlakuan.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dengan menggunakan sprayer dan pembersihan gulma.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Rata-rata hasil pengukuran untuk masing-masing perlakuan terhadap para-meter yang diamati disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran masing-masing perlakuan terhadap persen hidup, tinggi (pertambahan), diameter, dan jumlah daun bibit mersawa umur 4 bulan

Umur sapih (minggu) Parameter yang diamati

Kontrol U1 U2 U3 U4 U5

Persen hidup 90 100 100 100 100 100

Tinggi (cm) 16,26 15,52 18,23 19,85 20,18 19,75

Diameter (cm) 0,20 0,21 0,22 0,23 0,23 0,23

Jumlah Daun 6,61 6,67 7,50 7,77 7,43 7,23

Keterangan : Kontrol = Penyapihan pada semai umur 1 hari setelah berkecambah

Dari Tabel 1 nampak bahwa persen hidup bibit mersawa sampai umur 4 bulan untuk semua perlakuan berkisar antara 90 %-100 % di mana pada perlakuan U1 sampai U5 mencapai 100 % dan perlakuan U0 persen hidupnya 90 %. Tinggi bibit berkisar antara 15,51-20,18 cm, tinggi bibit terendah pada perlakuan U1 dan tertinggi pada perlakuan U4. Adapun diameter berkisar antara 0,20-0,23 cm.

(5)

Tabel 2. Hasil analisis keragaman persen hidup, tinggi, diameter, dan jumlah daun bibit mersawa umur

Tinggi (pertambahan) 14,78** 4,91 3,11 5,06

Diameter 3.7615* 18,75 3,11 5,06

Jumlah Daun 5,06* 5,5 3,11 5,06

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata; * = berbeda nyata; ** = berbeda sangat nyata

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa umur semai memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan berbeda nyata terhadap pertumbuhan diameter serta jumlah daun namun tidak berbeda nyata untuk persen hidup sebagaimana terlihat pada Tabel 2.

Hasil uji lanjut pengaruh umur semai terhadap pertumbuhan bibit mersawa selengkapnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji beda nyata terkecil pertumbuhan bibit mersawa umur 4 bulan

Umur waktu penyapihan

Keterangan : huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%; kontrol = Penyapihan pada semai umur 1 hari setelah berkecambah

B. Pembahasan

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa umur semai berpengaruh sangat nyata pada parameter tinggi bibit dan berpengaruh nyata pada parameter diameter dan jumlah daun bibit sampai umur 4 bulan.

Melihat hasil secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa penyapihan semai jenis mersawa sebaiknya tidak dilakukan pada umur yang relatif masih sangat muda yaitu pada awal perkecambahan namun pada umur yang relatif lebih tua yaitu pada umur antara 3 sampai 5 minggu setelah berkecambah. Hal ini telah ditunjukkan dengan adanya perbedaan pertumbuhan yang nyata masing-masing perlakuan (umur semai).

Adanya perbedaan pertumbuhan antara U3, U4, dan U5 dengan kontrol dan U1 telah menunjukkan bahwa umur semai yang lebih tua ternyata lebih siap untuk disapih serta mampu beradaptasi dengan media sapih sehingga mempunyai pertumbuhan yang lebih baik paska penyapihan. Hasil ini menunjukkan bahwa walaupun semai dapat disapih pada umur relatif muda dengan persen hidup yang tinggi dan tidak berbeda nyata, namun kemampuan pertumbuhannya tidak sebaik semai-semai yang relatif lebih tua.

(6)

namun semai hanya akan tumbuh optimum jika semai berada dalam kondisi fisiologis yang optimum (siap disapih/ditanam).

Pada perlakuan U0, U1, dan U2 di satu sisi sesungguhnya terdapat kelebihan yaitu pada saat penyapihan semai masih menyimpan cadangan makanan yang besar (yang masih terdapat dalam cotyledon) dibanding dengan perlakuan umur semai yang lebih tua di mana cadangan makanan sudah relatif sedikit bahkan habis. Dengan cadangan makanan yang lebih besar awalnya diharapkan semai akan mampu beradaptasi dan tumbuh baik paska penyapihan namun ternyata dengan kondisi akar yang ada semai belum mampu beradaptasi dengan baik sehingga pertumbuhan semai menjadi tidak optimum.

Berbeda dengan perlakuan U0, U1, dan U2, semai-semai dengan tingkat umur yang relatif lebih tua yaitu U3, U4, dan U5 ternyata mempunyai pertumbuhan yang relatif lebih baik dan berbeda nyata. Hal ini diduga karena pada umur tersebut kondisi semai secara keseluruhan, baik kondisi fisik maupun fisiologis relatif lebih baik dan lebih siap untuk disapih ke dalam media yang baru, sehingga semai lebih mampu beradaptasi dan dapat menyerap unsur hara yang terdapat dalam media sapih. Dengan kondisi demikian semai diharapkan akan dapat melakukan proses pertumbuhannya secara optimal. Hal ini mengindikasikan bahwa guna diperoleh pertumbuhan yang optimal, maka penyapihan jenis mersawa dapat dilakukan setelah semai berumur 3 sampai 5 minggu setelah berkecambah. Adapun penyapihan pada umur semai yang lebih tua dari 5 minggu, dikhawatirkan semai akan mengalami fase stagnasi karena kebutuhannya akan unsur hara tidak cukup terpenuhi di dalam media tabur (pasir). Jika semai telah mengalami kondisi demikian maka pertumbuhan pada periode berikutnya setelah penyapihan akan mengalami hambatan, di mana semai tidak mampu tumbuh dan berkembang dengan baik dan cenderung kerdil dibanding dengan semai-semai yang secara fisik maupun fisiologis siap untuk disapih.

IV. KESIMPULAN

1. Umur semai waktu disapih memberikan pengaruh yang nyata bagi pertumbuhan bibit mersawa (A. costata Korth) di persemaian.

2. Perlakuan umur semai 3 minggu (U3), 4 minggu (U4), dan umur semai 5 minggu (U5) memberikan hasil yang lebih baik dibanding perlakuan lain. 3. Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit mersawa (A. costata Korth) yang lebih

baik selama di persemaian dan efisiensi waktu pembuatan bibit maka penyapihan sebaiknya dilakukan pada saat semai berumur 3 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, T.W., J.A. Helms, dan F.S. Baker. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Gajah Mada University Press.

Manurung, T. 2003. Laju Kerusakan Hutan Indonesia, Terparah di Planet Bumi. Majalah Gatra, Jum’at 7 Nopember 2003. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran masing-masing perlakuan terhadap persen hidup, tinggi               (pertambahan), diameter, dan jumlah daun bibit mersawa umur 4 bulan
Tabel 2.   Hasil analisis keragaman persen hidup, tinggi, diameter, dan jumlah daun bibit mersawa umur 4 bulan

Referensi

Dokumen terkait

(2) Penyalahguna narkotika bagi diri sendiri, yang dimaksud dengan “penyalahguna narkotika” adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum, menurut Pasal

Dari tabel ini dapat diketahui bahwa antara padi hibrida terdapat perbedaan yang sangat nyata pada hasil gabah, dan nyata pada umur tanaman, tinggi tanaman, jumlah

Pada bagian pertanyaan yang menanyakan apakah teknik dari sinematografi ini digunakan semaksimal mungkin saat pembuatan satu karya media, penulis menguraikannya

Berdasarkan hasil observasi didapatkan 25 dari 30 hand hygiene perawat dilakukan tidak tepat sesuai dengan five moment, 6 langkah dan waktu hand hygiene, walaupun di RS

Kami dari Panitia Paskah & Pentakosta Gereja HKBP Sudirman, 2021 akan mengadakan penggalangan Dana untuk Dana Palang Hitam gereja kita dengan cara :.. a) Pengumpulan Dana

Nilai kovarian yang positif menunjukkan nilai – nilai dari dua variabel bergerak kearah yang sama, yaitu jika satu meningkat, yang lainnya juga meningkat, dan

ii. dan telah ditetapkan, dengan alokasi digunakan untuk memaksimumkan laba perusahaan dengan kendala teknologi produksi. Poin i sampai poin iv merupakan asumsi