Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016
Kapasitas Antioksidan dan Flavonoid
Bubuk Simplisia Daun Pegagan (Centella asiatica (L) Urban)
IDPK Pratiwi dan AA Sri Wiadnyani
Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana
Abstrak
Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) merupakan salah satu tanaman herbal yang berdasarkan pengujian pra klinik menunjukkan bahwa ekstrak air memiliki aktivitas untuk meningkatkan kecerdasan melalui mekanisme antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan blanching dan metode pengeringan terhadap kadar fenol, flavonoid, dan aktivitas abtioksidan dari daun pegagan. Daun pegagan diperlakukan dengan 2 faktor yaitu perlakuan pendahuluan (blanching, non blanching) dan pengeringan (oven, sinar matahari) sehingga diperoleh daun pegagan kering yang selanjutnya dihaluskan menggunakan ayakan 80 mesh. Hasil dari penelitian bubuk simplisia daun pegagan memiliki nilai kadar fenol berkisar antara 124,98-219,45 mg GAE/100g, kadar flavonoid berkisar antara 131,67-196,74 mgEK/100g, dan aktivitas antioksidan berkisar antara 138,72-310,72,72 mgGAEAC/100g. Perlakuan blanching pada suhu 80oC selama 60 detik dan pengeringan dengan oven
pada suhu 50oC selama 3 jam memberikan nilai kapasitas antioksidan tertinggi dengan 310,72
mgGAEAC/100g, kadar fenol 219,45 mg GAE/100g, kadar flavonoid 196,74 mgQE/100g. Kata kunci : Daun Pegagan, blanching, metode pengeringan, kapasitas antioksidan, flavonoid
Abstract
Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) is an herbal plant which is based on preclinical testing showed has an activity to increase intelligence through an antioxidant mechanism. The purpose of this research were to determine the effect of treatment blanching and drying methods on antioxidant activity, total phenolic content, total flavonoid content of Pegagan leaves. Pegagan leaf treatment consist of 2 factors, pretreatment (blanching, non blanching) and drying (oven, sunlight). The results of the study simplisia pegagan leaf powder has a value of total phenolic content from 124.98 to 219.45 mg GAE / 100g, total flavonoids content from 131.67 to 196.74 mgEK / 100g, and the antioxidant activity from 138.72 to 310.72 mgGAEAC / 100g. Blanching treatment at a temperature of 80°C for 60 seconds and drying in an oven at 50°C for 3 hours provides the highest antioxidant capacity value 310.72 mgGAEAC / 100g, total phenolic content 219.45 mg GAE / 100g, totak flavonoid content 196.74 mgQE / 100g.
Keywords : Pegagan leaf, blanching, drying methods, antioxidant activity, flavonoid. 1. PENDAHULUAN
Tanaman herbal mengandung senyawa fitokimia seperti polifenol, flavonoid, dan tannin yang merupakan senyawa antioksidan alami hasil metabolit sekunder. Terdapatnya senyawa antioksidan dalam diet sehari-hari dapat menghambat aktivitas senyawa radikal bebas yang dapat memicu berbagai penyakit dan menunjukkan berbagai efek biologis seperti antiaging, antimutagen, dan mencegah pengaruh dari oxidative stress (Rao, et al., 1996). Daun Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) salah satu tanaman obat yang diduga dapat meningkatkan daya ingat dan kemampuan otak. Pegagan memperkuat fungsi otak dengan cara mengefektifkan konduksi kejutan saraf, meningkatkan kecerdasan dan daya ingat (Rao et al, 2005). Hasil pengujian pra klinik mendukung klaim empiris adalah pada pemberian ekstrak air, ekstrak metanol, dan ekstrak klorofom pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak air memiliki aktivitas untuk meningkatkan kecerdasan melalui mekanisme antioksidan (Kumar dan Gupta, 2002).
Pengembangan pegagan sebagai produk antioksidan alami memerlukan ketersediaan bahan baku secara terus menerus, bahan baku segar memiliki potensi menghasilkan antioksidan tinggi namun kontinuitas ketersediaan bahan secara terus menerus sulit terjamin. Selain itu, bahan baku dalam bentuk segar memiliki umur simpan yang lebih rendah dibandingkan bentuk keringnya.
2
Penyediaan simplisia pegagan dalam bentuk bubuk sangat baik diupayakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, selain dapat meningkatkan kontinuitas ketersediaan pegagan, produk bubuk simplisia pegagan lebih mudah diaplikasikan pada produk pangan seperti minuman, sirup, biskuit, es krim, dan roti baik sebagai bahan pewarna alami maupun sebagai sumber antioksidan.
Pegagan sebagai bahan pangan sumber antioksidan bersifat sensitif terhadap cahaya dan panas, oleh karena itu proses pengolahan pegagan menjadi bubuk simplisia harus dihindarkan dari berbagai faktor yang dapat menurunkan aktivitasnya. Metode pengeringan secara sederhana dibagi menjadi 2 yaitu pengeringan dengan sinar matahari dan pengeringan dengan oven, kedua metode tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan, namun metode pengeringan yang dapat menjaga kualitas antioksidan dari produk bubuk simplisia perlu diupayakan lebih lanjut.
Perlakuan pendahuluan (blanching) dilakukan sebelum proses pengeringan tanaman herbal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya reaksi pencoklatan akibat adanya aktivitas enzim oksidase dalam jaringan yang hancur (Desrosier, 1988). Secara umum tahap proses blanching bertujuan untuk mengnonaktifkan enzim polifenoloksidase. Perlakuan blanching terhadap kunir putih memberikan kolerasi yang positif terhadap peningkatan aktivitas antioksidan, kadar total fenol total, flavonoid dan kadar tannin terkondensasi (Pujimulyani, et al 2010). Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dan perlakuan blanching terhadap kadar flavonoid dan aktivitas antioksidan bubuk simplisia pegagan. 2. METODE PENELITIAN
Penelitian proses pembuatan bubuk simplisia daun pegagan, terdiri dari 2 perlakuan yaitu perlakuan pendahuluan (blanching dan non blanching) dan metode pengeringan (pengovenan suhu 50OC dan pengeringan sinar matahari). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan
acak kelompok pola faktorial dengan faktor pertama yaitu perlakuan pendahuluan (2 level) dan faktor kedua metode pengeringan (2 level), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 12 unit percobaan. Data dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan perangkat SPSS 1.70.
Alat
Alat yang digunakan yaitu loyang, ayakan 60 mesh (Retsch), blender (Philips), aluminium foil (Klin Pack), lumpang, pipet volume (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), mikro pipet (Socorex), oven (Cole
Parmer) spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10S UV-Vis), kertas saring, corong kaca (Pyrex),
timbangan analitik (Shimadzu), vortex (Maxi Mix II Type 367000), cawan aluminium, gelas beker (Pyrex), thermometer dan kertas quisioner.
Bahan
Bahan Baku yang digunakan adalah daun pegagan segar yang diperoleh di Blah Batuh-Gianyar. Bahan kimia Natrium bikarbonat (Na2CO3) (Merck), Folin ciocealteu (Merck),
1.1-diphenyl-2-picryl hydrazyl (DPPH) (Sigma-aldrich), methanol (Merck), etanol (Merck), air, aquades, asam
galat (Merck), KIO3 (Merck), I2 (Merck), 2,6-dikhlrofenol indofenol (Merck), HPO3 (Merck).
Prosedur Penelitian
Daun pegagan dicuci bersih, kemudian diperlakukan blanching suhu 85oC selama 2 menit dan tidak diblanching. Selanjutnya dikeringkan pada suhu 50oC selama 4 jam, dihaluskan dan diayak dengan menggunakan ayakan 60 mesh. Pada perlakuan pengeringan dengan sinar matahari simplisia daun dikeringkan dibawah sinar matahari selama 4 hari. Bubuk simplisia daun yang diperoleh akan dianalisis kandungan total fenol (Metode Folin-Ciaocalteu (Makkar et al, 2007)), total flavonoid (Meda et al, 2005), aktivitas antioksidan (metode DPPH (Shim dan Lim, 2009)).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil
Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai rata-rata kadar air (Tabel 1), perlakuan pengeringan dan blanching menghasilkan bubuk simplisia daun pegagan antara 12,82% sampai dengan 14,76%. Perlakuan pengeringan sinar matahari, non blanching menghasilkan nilai kadar air
3
tertinggi yaitu 14,76%. Perlakuan pengeringan sinar matahari, non blanching menghasilkan nilai kadar air tertinggi yaitu 14,76%. Perlakuan pengovenan, non blanching menghasilkan nilai kadar air terendah yaitu 12,82%. Hasil analisis terhadap nilai rata-rata kadar fenol bubuk simplisia daun pegagan berkisar antara 124,98 mgGAE/100g sampai 219,45 mg GAE/100g. Perlakuan pengovenan, blanching memberikan nilai total fenol tertinggi yaitu 219, 45 mgGAE/100g (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh perlakuan blanching dan metode pengeringan terhadap nilai rata-rata kadar air
dan kadar fenol bubuk simplisia daun pegagan.
Perlakuan Kadar Air (%) Kadar Fenol (mg GAE /100g)
Pengovenan Sinar Matahari Pengovenan Sinar Matahari
Blanching 13,41 13,28 219,45 196,72
Non Blanching 12,82 14,76 137,57 124,98
Nilai rata-rata kapasitas antioksidan dan kadar flavonoid dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan pengovenan, blanching memberikan nilai kapasitas antioksidan tertinggi yaitu 310,72 mgGAEAC/100g. Nilai rata-rata kapasitas antioksidan dari bubuk simplisia pegagan berada pada kisaran 218,30 mgGAEAC/100g sampai 310,72 mgGAEAC/100g. Nilai rata-rata kadar flavonoid dari bubuk simplia pegagan dengan perlakuan pengeringan dan blanching/non blanching berada pada kisaran 131,67 mgQE/100g sampai 196,74 mgQE/100g).
Tabel 2. Pengaruh perlakuan blanching dan metode pengeringan terhadap nilai rata-rata kapasitas antioksidan dan kadar flavonoid bubuk simplisia daun pegagan.
Perlakuan Kapasitas Antioksidan (mgGAEAC/100g)
Kadar Flavonoid (mg QE /100g)
Pengovenan Sinar Matahari Pengovenan Sinar Matahari
Blanching 310,72 218,30 196,74 157.35
Non Blanching 306,39 266,09 131,67 167.69
3.2. Pembahasan Pembahasan
Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan air dalam bubuk simplisia setelah proses pengeringan. Tinggi rendahnya kadar air suatu bahan berpengaruh terhadap lama penyimpanan dari bahan. Perlakuan pengeringan dengan sinar matahari menghasilkan kadar air relatif lebih tinggi dari pada perlakuan pengovenan dikarenakan sifat panas yang dihasilkan dengan pengeringan matahari tidak konstan dan tidak ada pengaturan kelembapan udara.
Total fenol dari bubuk simplisia daun pegagan cenderung lebih tinggi pada perlakuan pendahuluan blanching, hal ini diduga karena perlakuan blanching bertujuan untuk mengnonaktifkan enzim polifenoloksidase. Perlakuan blanching terhadap kunir putih memberikan kolerasi yang positif terhadap peningkatan aktivitas antioksidan, kadar total fenol total, flavonoid dan kadar tannin terkondensasi (Pujimulyani, et al 2010). Peningkatan kadar fenol total diduga akibat terjadi degradasi tannin menjadi senyawa fenol yang lebih sederhana (Pujimulyani, et al, 2010). Meningkatnya kadar fenol akibat proses blanching juga terjadi pada penelitian Roy et al (2009) terjadi peningkatan kadar fenol pada brokoli segar 135,66 mgEAG/100g menjadi 144,33 mg/100g setelah mengalami blanching selama 5 menit.
Peningkatan kapasitas antioksidan selama blanching diduga terjadi karena perubahan senyawa kurang aktif menjadi aktif (Pujimulyani, et al, 2010). Kadar flavonoid total bubuk simplisia daun pegagan relatif lebih tinggi pada perlakuan pengovenan, blanching yaitu 196,74 mg QE/100g. Pujimulyani, et al (2010) menyatakan terjadinya peningkatan flavonoid diduga karena flavonoid bentuk glikosida terhidrolisis menjadi aglikon. Selanjutnya peningkatan kadar flavonoid pada kunir putih setelah mengalami blanching mendukung peningkatan aktivitas antioksidan dibanding segar. Hal ini karena senyawa flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan yaitu dapat menangkap radikal bebas (Pujimulyani, et al, 2010). Perlakuan pengeringan dengan sinar matahari
4
memerlukan waktu yang lama (4 hari) sehingga menyebabkan penurunan kandungan flavonoid dan fenolase. Hal ini diduga karena terjadi penguraian senyawa fenolat oleh bantuan enzim fenolase yang terdapat pada tumbuhan.
4. KESIMPULAN
Perlakuan blanching (suhu 80oC, 60 detik) dan pengeringan dengan oven (suhu 50oC, 3 jam)
menghasilkan bubuk daun pegagan dengan nilai kapasitas antioksidan tertinggi 310,72 mgGAEAC/100g, kadar fenol 219,45 mg GAE/100g, dan kadar flavonoid 196,74 mg QE/100g. Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian, khususnya pihak LPPM-Unud dan FTP-Unud yang telah memberikan dukungan dana penelitian tahun anggaran 2016.
5. DAFTAR PUSTAKA
AOAC. (2000). Official Methods of Analysis of AOAC International. Sixteenth Edition, 5th Revision Vol2, AOAC Inc, USA.
Desrosier, N.W. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Muljohardjo. UI-Press, Jakarta.
Kumar, V. dan YK. Gupta. (2002). Effect of Different extract Centella asiatica on cognition and makers of oxidative stress in rats. J. Enthnopharmacol. 79(2): 253-260
Makkar, Harinder PS, Siddhuraju P. Becker K. (2007). Plant secondary Metabolities. New Jersey: Springer Science Business Media, LLC.
Meda A, Lamies CE, Romito M, Milogo J, Nacoulma OG. (2005). Determination of the total phenolic, flavonoid, and proline contents in Burkina Fasan honey, as well as their radical scavenging activity. J Food Chem 91: 571-577.
Pujimulyani, D., S. Raharjo, Y. Marsono, U. Santoso. (2010). Pengaruh Blanching Terhadap aktivitas Antioksidan, Kadar Fenol, Flavonoid, dan Tanin Terkondensasi Kunir Putih (Curcuma mangga Val.). Jurnal Agritech 30 (3) : 141-147
Rao Mohandas, K.G., S. Muddana Rao, S. Gurumadhva Rao. (2006). Centella asiatica L. Leaf extract treatment during the growth spurt period enhances hippocampal CA3 neuronal dendrituc arborisation in rats. Evid Based Complement. Altern. Med.3(3):349-357
Roy, M.K., Juneja, L.R., Isobe, S. dan Tsushida, T. (2009). Steam processed broccoli (Brasica olearacea) has higher antioxidant activity in chemical and cellular assay systems. Food
Chemistry 114:263-269
Shim JU dan Lim KT. (2009). Antioxidative activity of glycoprotein isolated from Geranium sibiricum Linne. Nat Prod Res 23: 375-387.
Kapasitas Antioksidan dan
Flavonoid Bubuk Simplisia Daun
Pegagan (Centella asiatica (L)
Urban)
by Idpk Pratiwi
FILE
TIME SUBMITTED 01-FEB-2017 09:08AM SUBMISSION ID 765048602
WORD COUNT 1915 CHARACTER COUNT 12039
%
18
SIMILARIT Y INDEX
%
18
INT ERNET SOURCES
%
6
PUBLICAT IONS%
10
ST UDENT PAPERS1
%
2
2
%
2
3
%
2
4
%
1
5
%
1
6
%
1
7
%
1
Kapasitas Antioksidan dan Flavonoid Bubuk Simplisia Daun
Pegagan (Centella asiatica (L) Urban)
ORIGINALITY REPORT
PRIMARY SOURCES
etheses.uin-malang.ac.id
Int ernet Source
www.omicsonline.org
Int ernet Source
www.bbp4b.litbang.kkp.go.id
Int ernet Source
dspace-unipr.cineca.it
Int ernet Source
ojs.unud.ac.id
Int ernet Source
Jaiswal, Maneesh, Arun Kumar, and Shivani
Sharma. "Nanoemulsions loaded Carbopol®
934 based gel for intranasal delivery of
neuroprotective Centella asiatica extract: in–
vitro and ex–vivo permeation study", Journal
of Pharmaceutical Investigation, 2016.
Publicat ion
www.scribd.com
Int ernet Source
8
%
1
9
%
1
10
%
1
11
%
1
12
%
1
13
%
1
14
<
%
1
15
<
%
1
16
<
%
1
17
<
%
1
St udent Paperpt.scribd.com
Int ernet Source
Submitted to Universiti Teknologi MARA
St udent Paper
es.scribd.com
Int ernet Source
jurnal.unpad.ac.id
Int ernet Sourcewww.binus.ac.id
Int ernet Source
pharmacologyonline.silae.it
Int ernet Source
heru-lalan.blogspot.com
Int ernet Source
indoslayer.wordpress.com
Int ernet Source
Jahan, Rownak; Hossain, Sophia; Seraj,
Syeda; Nasrin, Dilruba; Khatun, Zubaida;
Das, Protiva Rani; Islam, Md. Tabibul;
Ahmed, Ishtiaq and Rahmatullah,
Mohammed. "Centella asiatica (L.) Urb.:
Ethnomedicinal uses and their scientific
validations", American-Eurasian Journal of
Sustainable Agriculture, 2012.
EXCLUDE QUOTES ON EXCLUDE
BIBLIOGRAPHY
ON