• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEMELIHARAAN ORGAN REPRODUKSI DENGAN RISIKO KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 1 WONOSARI KABUPATEN

KLATEN

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh

HILDA RUKMAWATI FITRIANINGSIH J410 070 044

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

(2)

HUBU PEM KEPU KLAT Disus NIM Skripsi den UNGAN A ELIHARAA UTIHAN PA TEN sun Oleh Telah kam Kesehatan Pembimbin Yuli Kusum NIK. PE ngan judul : ANTARA T AN ORGA ADA SISWI : Hilda Ruk : J 410 070 mi setujui untu n Masyarakat F ng I mawati SKM 863 ERSETUJU TINGKAT P AN REPR KELAS X kmawati Fitria 044 uk dipertahan Fakultas Ilmu M, M.Kes (Epi UAN PUBLI PENGETAH ODUKSI DI SMA NE aningsih nkan di hadap u Kesehatan U S d) IKASI HUAN, SIK DENGAN EGERI 1 W

pan Tim Pen Universitas M Surakarta, M Pemb Farid Sety N KAP DAN RISIKO ONOSARI K nguji Skripsi Muhammadiya Maret 2012 bimbing II yo Nugroho,S NIK. PERILAK KEJADIA KABUPATE Program Stu ah Surakarta. SKM KU AN EN udi

(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEMELIHARAAN ORGAN REPRODUKSI DENGAN RISIKO KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMA N 1 WONOSARI KABUPATEN KLATEN

Hilda Rukmawati Fitrianingsih, Yuli Kusumawati, Farid Setyo Nugroho

Progdi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Univ. Muhammadiyah Surakarta Keputihan merupakan cairan atau lendir yang dikeluarkan oleh vagina yang berwarna putih seperti susu basi atau kuning kehijauan, bahkan sampai berbau (amis busuk), tanpa rasa gatal atau disertai rasa gatal, dapat pula disertai rasa nyeri seperti terbakar. Keputihan biasa terjadi pada remaja putri, bisa juga disebabkan oleh bakteri, parasit, virus dan jamur. Selain itu faktor psikologis juga bisa mempengaruhi remaja mengalami keputihan.Populasi pada penelitian ini 197 orang siswi kelas X. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Sample Random Sampling dengan jumlah sampel 117 orang. Analisis data yang dilakukan menggunakan uji hipotesis Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,000), sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,000), dan perilaku tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,010) dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 1 Wonosari Kabupaten Klaten.

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku pemeliharaan organ reproduksi, keputihan.  

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu seseorang telah jatuh sakit. Kesehatan yang dimiliki manusia merupakan hak dasar untuk menentukan kualitas sumber daya manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia agar sumber daya manusia berkualitas serta produktif diantaranya adalah faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan (Irianto at.al, 2004).

Kesehatan reproduksi merupakan unsur yang paling penting dalam kesehatan umum baik wanita maupun pria. Proses reproduksi dilakukan untuk mendapatkan

keturunan yang menjadi tanggung jawab bersama antara pria dan wanita (Emilia, 2008). Pada masa sekarang perilaku seksual yang positif dan negatif tidak bisa dihindari oleh setiap makluk hidup apalagi sangat berkaitan erat dengan awal perkembangan masa remaja. Setiap remaja harus dibekali ilmu serta pemberian informasi yang benar dan tepat tentang aspek kesehatan reproduksi yang meliputi cara memelihara kesehatan organ reproduksi serta dapat mempraktekkan perilaku reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab agar terhindar dari penyakit-penyakit yang mungkin bisa menyerang organ reproduksinya. Maka dari itu permasalahan reproduksi selalu menjadi salah satu topik yang menarik untuk didiskusikan.

(4)

Masalah rendahnya pengetahuan mengenai reproduksi menjadi urutan yang pertama. Kurangnya pengetahuan remaja di Indonesia tentang kesehatan reproduksi serta cara melindungi diri terhadap risiko kesehatan reproduksi mengakibatkan KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan), Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dan lain-lain. Semakin banyak persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi sangat dibutuhkan sedini mungkin (Husni, 2005).

Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organ seksual, termasuk vagina. Vagina merupakan salah satu organ reproduksi wanita yang sangat rentan terkena penyakit infeksi, salah satunya adalah keputihan. Penyakit infeksi yang dijumpai pada alat genital merupakan masalah penting. Keputihan sungguh mengganggu aktifitas sehari-hari apalagi terkadang disertai dengan adanya rasa gatal. Keputihan dapat disebabkan virus, bakteri, parasit dan jamur. Kelainan dapat berupa keluhan yang sangat ringan sampai tanpa gejala sama sekali sehingga penderita mengabaikannya, tetapi dapat pula kelainan menjadi sangat hebat disertai dengan komplikasi yang dapat mengkhawatirkan penderita bahkan sampai terjadi kematian. Penyakit venerik atau yang sering disebut dengan penyakit yang menyerang alat kelamin pada manusia meliputi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, kanker rahim, kanker servik, keputihan, dan lainnya.

Masalah keputihan merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena akibat dari keputihan yang berlanjut bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan. Keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian bila tidak segera mendapat penanganan.

Di dunia, setiap tahun terdapat kurang lebih 400.000 kasus baru kanker serviks, sebanyak 80% terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Di Asia Pasifik ditemukan sekitar 266.000 kasus kanker serviks setiap tahunnya dan 143.000 di antaranya meninggal dunia pada usia produktif. Sedangkan di Indonesia, terdapat 40-45 kasus baru kanker serviks setiap hari dan menyebabkan kira-kira 20-25 kematian per hari (Hidayati, 2010). Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia antara 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun ( Febriana, 2012).

Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia, jenis kanker tertinggi di rumah sakit seluruh Indonesia pasien rawat inap tahun 2008 adalah kanker payudara (18,4%) dan disusul dengan kanker leher rahim atau serviks (10,3%). Sedangkan menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI) tahun 2006 berdasarkan patologi di 13 center, kanker serviks menempati urutan pertama dengan angka 16%, yang kemudian disusul dengan kanker payudara (15%). Artinya, perempuan Indonesia lebih

(5)

berisiko terkena kanker (Raurel, 2012). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sembilan puluh persen dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada sauran servikal yang menuju ke dalam rahim. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks diantaranya adalah hubungan seksual usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, personal hygiene yang tidak baik yaitu salah satu pasangan menggunakan pembersih vagina dalam jangka waktu yang lama (Abidin, 2007).

Hasil penelitian Husni (2005) menunjukkan bahwa survei yang dilakukan di Semarang, remaja yang memiliki pengetahuan rendah tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 43,22%, remaja yang memiliki pengetahuan cukup tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 37,28%, sedangkan remaja yang memiliki pengetahuan memadai termasuk kurangnya pengetahuan mengenai cara-cara merawat organ reproduksi dan penyakit yang timbul pada reproduksi 19,50%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti et.al, (2008) tentang hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas X di SMU Negeri 2 Ungaran Semarang diperoleh hasil sebagian besar remaja tidak mengalami keputihan yaitu 65 responden (65%) dan 35 responden (35%) telah mengalami keputihan karena perilaku dalam merawat organ kewanitaan kurang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik perilaku vulva hygiene maka risiko terjadinya keputihan akan semakin kecil. Hasil penelitian yang dilakukan Prasetyowati, et.al (2009) tentang

hubungan personal hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi SMU Muhammadiyah Metro tahun 2009 menunjukkan 75% siswi SMU tersebut memiliki personal hygiene yang buruk sehingga mengalami keputihan.

Hasil penelitian Kustriyani (2009) menunjukkan peningkatan jumlah responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan sebesar 70,20% dan terdapat peningkatan jumlah responden yang memiliki sikap baik sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan sebesar 26,30%. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan kepada siswi SMU Negeri 4 Semarang dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat merubah sikap.

Studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di daerah Wonosari dan sekitarnya, di SMA Pembangunan Delanggu tidak ditemukan kasus keputihan dan pada siswi SMK Muhammadiyah Delanggu dan SMA Muhammadiyah Delanggu tidak ditemukan banyak kasus yang serupa, siswi-siswi di sekolah tersebut pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi oleh lembaga-lembaga kesehatan serta sudah mendapat pendidikan kesehatan yang dimasukkan dalam mata pelajaran biologi.

Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Wonosari didapatkan 14 dari 25 siswi di SMA Negeri 1 Wonosari yang telah diwawancarai belum banyak yang mengetahui keputihan dan cara perawatan organ reproduksi terutama pada bagian vagina secara benar, selain itu terdapat beberapa siswi yang pernah mengalami keluhan keputihan dengan ciri-ciri adanya cairan berwarna putih yang keluar dari vagina sehingga terasa tidak

(6)

nyaman saat beraktifitas, rasa gatal pada sekitar vagina, ada juga yang mendapat keluhan bau anyir pada vagina. Kurangnya pemeliharaan pada sanitasi yang berada disekolah yang memberi gambaran tentang penggunaan sanitasi yang buruk seperti kamar kecil dengan sanitasi yang kurang baik bisa memicu terjadinya keputihan. Dari hasil studi pendahuluan memberikan gambaran bahwa pengetahuan mengenai keputihan serta cara perawatan organ reproduksi sangat diperlukan supaya dapat menentukan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 1 Wonosari Kabupaten Klaten.

METODOLOGI PENEITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Observasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan antara variabel bebas yang meliputi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pemeliharaan organ reproduksi dengan variabel terikat yaitu kejadian keputihan (Machfoedz, 2007).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari yang memenuhi kriteria inkusi dan eksklusi sebanyak 197 orang.

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Simpel Random Sampling. Pengambilan sampel diambil dengan cara pengundian pada nomor urut siswi pada buku absensi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 117 siswi kelas X.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner terstruktur. Alternatif jawaban pada kuesioner untuk mengukur variabe tingkat pengetahuan adalah benar dan salah. Untuk mengukur variabel sikap menggunakan kategori setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Untuk mengukur variabel perilaku adalah sering, kadang, tidak pernah.

Uji Validitas untuk menguji kuesioner pada penelitian ini digunakan Correlation Product Moment Pearson (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini semua butir soal sudah dilakukan uji validitas dan semua item soal dinyatakan valid (≥ 0,396), sedangkan untuk uji reliabilitas diakukan dengan Alfa Cronbach. Hasilnya untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai 0,482 (r hitung ≥0,396), variabel sikap diperoleh nilai 0,475 (r hitung ≥0,396), variabel perilaku diperoleh nilai 0,741 (r hitung ≥0,396) sehingga semua variabel dinyatakan reliabilitas. Hasil selengkapnya disajikan di lampiran.

Uji reliabilitas instrumen (Sugiono, 2010) dilakukan menggunakan dua rumus yaitu Rumus KR 20 (Kuder Richardson). Pada uji Reliabilitas diketahui tiap variabel yaitu tingkat pengetahuan remaja memiliki nilai Critical Value 0,482, sikap remaja memiliki nilai Critical Value 0,475, perilaku remaja memiliki nilai Critical Value 0,741. Bila nilai ri ≥ konstanta r tabel (0,396) maka pertanyaan reliabel. Bila nilai ri < konstanta (0,396) maka pertanyaan tidak reliabel (Machfoedz, 2005).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Chi Square.

(7)

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2012 di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten.

Tabel 1.Karateristik responden berdasarkan umur pada siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten

Umur(th) Jumlah(org) Prsentase

14 2 1.7 15 16 17 51 63 1 43.6 53.8 0.9 Berdasarkankarateristik responden, diketahui proporsi umur dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswi kelas X yang berumur 16 tahun sebanyak 63 orang (53,8%), hal ini lebih banyak daripada yang berumur 15 tahun yaitu sebanyak 51 orang (43,6%).

Tabel 2. Pengetahuan Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten mengenai pemeliharaan organ reproduksi Pngtahuan Jumlah (orang) Persentase (%) Baik 58 49.6 Tidak Baik 59 50.4 Total 117 100,0 Tabel 2 diketahui siswi kelas X di

SMA Negeri 1 Wonosari Klaten memiliki pengetahuan yang tidak baik mengenai pemeliharaan organ reproduksi terdapat 59 orang (50,4%) lebih banyak daripada siswi yang memiliki pengetahuan baik terdapat 58 orang (49,6%).

Tabel 3. Sikap Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten mengenai pemeliharaan organ reproduksi Sikap Jumlah (orang) Persentase (%) Baik 58 49.6 Tidak Baik 59 50.4 Total 117 100.0

Tabel 3 diketahui bahwa responden memiliki sikap tidak baik dalam pemeliharaan organ reproduksi yaitu 59 responden (50,4%) dan responden yang

memiliki sikap baik dalam pemeliharaan organ reproduksi terdapat 58 responden (49,6%).

Tabel 4. Perilaku Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten mengenai pemeliharaan organ reproduksi Perilaku Jumlah (orang) Persentase (%) Baik 66 56.4 idak Baik 51 43.6 Total 117 100,0 Tabel 4 menunjukkan bahwa siswi

yang memiliki perilaku tentang pemeliharaan organ reproduksi baik sebanyak 66 orang (56,4%) lebih banyak daripada siswi yang memiliki perilaku yang tidak baik 51 orang (43,6%).

Tabel 5. Kejadian Keputihan Pada Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten kelas X Kejadian keputihan Jumlah (orang) Persentase (%) Ya 81 69,2 Tidak 36 30,8 Total 117 100.0

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar siswi SMA Negeri 1 Wonosari mengalami keputihan yaitu sebanyak 81 responden (69,3%) sedangkan yang tidak mengalami keputihan tersebut sebanyak 36 responden (30,8%). Dalam penelitian didapatkan data hanya mengarah pada keputihan fisiologis yaitu keputihan yang normal terjadi pada wanita saat ovulasi, menjelang dan beberapa hari sesudah haid. Dari 81 responden, sebesar 69,2% yang mengalami keputihan menyatakan cairan keputihan yang keluar tidak berwarna atau bening, lendir encer, kadang gatal, dan tidak berbau.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku siswi di SMA Negeri 1 Wonosari tidak bisa memelihara kesehatan organ reproduksi dengan baik dan benar, hal tersebut bisa disebabkan kurangnya pemberian

(8)

informasi tentang kesehatan reproduksi oleh guru, teman sebaya atau orang tua. Perilaku pemeliharaan kesehatan organ reproduksi dalam kehidupan sehari-hari yang baik dan benar merupakan faktor paling penting pada perilaku remaja dalam kehidupan reproduksinya.

Tabel 6. Hubungan pengetahuan pemeliharaan organ reproduksi terhadap kejadian keputihan pada Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten

Menunjukkan bahwa remaja yang mempunyai pengetahuan tentang pemeliharaan organ reproduksi yang tidak baik dan mengalami keputihan sebanyak 52 orang (88,1%), lebih tinggi dari pada responden yang tidak mengalami keputihan sebanyak 7 orang (11,9%). Dari tabel 10 diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik memiliki kecenderungan sama dengan responden yang mengalami keputihan dengan responden yang tidak mengalami keputihan (50,0%) terdapat 29 orang. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai statistik p = 0,000 (≤ 0,05). Berarti Ha diterima, sehingga ada hubungan antara pengetahuan tentang pemeliharaan alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada Siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten.

Tabel 7. Hubungan sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi terhadap kejadian keputihan pada Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten Sikap Keputihan responden Keputihan % Tidak keputihan P 0,000 Baik 6 10,3% 52 89,7% Tidak baik 30 50,8% 29 49,2%

Tabel 7 Menunjukkan bahwa remaja yang memiliki sikap baik tentang pemeliharaan organ reproduksi dan tidak mengalami keputihan sebanyak 52 orang (89,7%), hal ini cenderung lebih tinggi daripada responden dengan sikap baik dan mengalami keputihan sebanyak 6 orang (10,3%). Remaja yang memiliki sikap tidak baik dan mengalami keputihan sebanyak 30 orang (50,8%) dan sebagian lagi tidak mengalami keputihan sebanyak 29 orang (49,2%). Hasil analisis diperoleh nilai statistik p=0,000 ≤ 0,05. Berarti Ha diterima, artinya ada hubungan antara sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada Siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten.

Tabel 8. Hubungan perilaku pemeliharaan organ reproduksi terhadap kejadian keputihan pada Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten periaku Keputihan responden Keputihan % Tidak keputihan % p Baik 14 21,2% 52 78,8% 0,010 Tidak baik 22 43,1% 29 56,9%

Tabel 8 menunjukkan bahwa responden dengan perilaku baik tentang pemeliharaan kesehatan organ reproduksi cenderung lebih banyak yang tidak mengalami keputihan yaitu sebanyak 52 orang (78,8%) , sedangkan responden dengan perilaku yang tidak baik tentang pemeliharaan kesehatan organ reproduksi yang mengalami keputihan terdapat 22 Penget ahuan Keputihan responden Keputihan % Tidak keputihan % p Baik 29 50% 29 50% 0,000 Tidak baik 52 88,1% 7 11,9%

(9)

orang (43,1%) sedikit lebih rendah dari pada yang tidak mengalami keputihan terdapat 29 orang (56,9%).

Hasil analisis diperoleh nilai statistik p ≤ 0,05 adalah 0,010. Berarti Ha diterima, artinya ada hubungan antara perilaku pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten.

 

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari , dengan nilai p = 0,000.

2. Ada hubungan antara sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari, dengan nilai p = 0,000.

3. Ada hubungan antara perilaku tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari, dengan nilai p = 0,010.

Saran

1. Bagi Siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari

Siswi kelas X perlu mencari informasi tentang bagaimana cara pemeliharaan organ reproduksi yang baik dan benar. Hal itu diperlukan agar masalah-masalah kesehatan reproduksi bisa cepat diketahui dan cepat pula dalam proses penanganannya.

2. Bagi Institusi Sekolah

Pihak sekolah juga perlu memberikan dorongan kepada anak didiknya untuk secara aktif mencari tahu informasi mengenai kesehatan reproduksi. Selain itu diperlukan penambahan pendidikan kesehatan reproduksi dalam mata pelajaran biologi.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini masih bisa untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya dengan faktor-faktor lain yang masih berhubungan dengan tingkat pengetahuan dalam pemeliharaan organ reproduksi terhadap kejadian keputihan. Faktor yang dapat dikembangkan antara lain faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, macam-macam informasi yang didapat responden untuk meningkatkan tingkat kesehatan reproduksi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P Marti. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Organ Reproduksi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri II Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun 2010. [Skripsi]. Yogyakarta : STIKES Alma Ata. Astuti, W, dkk. 2008. Hubungan Perilaku

Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas X di SMU Negeri 2 Ungaran Semarang. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Volume 4, Nomor 2 , Desember 2008. Halaman 59 – 65.

Afriani, F.2005.Hubungan Beberapa Faktor Remaja Putri Terhadap Kejadian Keputihan di SMA 1 Salatiga Mei 2005.[skripsi]

Arikunto,S.2006.Prosedur enelitian.Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

(10)

Arikunto, S.2009.Manajemen Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Admin .2008. Situasi Kesehatan Reproduksi dan Seksual Remaja di Bali http://remajabali.wordpress.com diakses pada tanggal 18 Oktober 2011 pukul 10.20 WIB.

Agustina, F. 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol.3 ,No.3 Desember 2008.

Budiman, N. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Wanita Pekerja Seks (Wps) Jalanan Dalam Upaya Pencegahan Ims dan Hiv/Aids di Sekitar Alun-Alun dan Candi

Prambanan Kabupaten Klaten (Thesis). Semarang : UNDIP. 

http://eprints.undip.ac.id/18461/ 

BKKBN. 2008. Modul Pelatihan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya. Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak- Hak Reproduksi. BKKBN. 2012. Kesehatan Reproduksi

Remaja.http://belajarpsikologi.com/kese

hatan‐reproduksi‐remaja/ diakses pada

tanggal 16 Februari 2012 pukul 08.00 WIB

Clayton, C.1995.Keputihan dan Infeksi Jamur Kandida Lain.Alih bahasa Adja Dharma dan F.X.Budiyanto. Jakarta :Arcan.

Dahlan, M.2009.Besar Sampel dan Cara Pengembalian Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta:Salemba Medika.

Depkes, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat, Kabupaten dan Kota Sehat. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Dinkes, 2003. Profil kesehatan propinsi Jawa Tengah 2003.

http://www.dinkesjatengprov.go.id/do

kumen/profil/2003/bab4.htm diakses

pada tanggal 23 januari 2012 pukul 15.00 WIB.

Emilia, O. 2008. Promosi Kesehatan Dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi. Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran UGM.

Endarto, dkk. Parmadi Sigit. 2000. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Beresiko pada Remaja Di SMK Negeri 4 Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta.

Febriana, K. 2012. KESEHATAN: Kanker Serviks Perlu Dideteksi Sejak Dini. 

http://www.solopos.com/2012/lifestyle/k esehatan/kesehatan‐kanker‐serviks‐

perlu‐dideteksi‐sejak‐dini‐182893      

Hacker, N.et.al. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Ed. 2. Jakarta: Hipokrates.

Hidayati, 2010. Kanker servik ancam kualitas hidup perempuan.

http://jurnalmedika.com/edisi‐tahun‐ 2010/edisi‐no‐03‐vol‐xxxvi‐2010/172‐ kegiatan/213‐kanker‐serviks‐ancam‐

kualitas‐hidup‐perempuan  diakses  pada 

tanggal 24 april 2012 pukul 10.20 WIB. Huriah, dkk. 2008. Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Reproduksi oleh Kelompok Sebaya (Peer Group) terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta. Mutiara Medika. Vol. 8 No.2 :89-96. Juli 2008

Husni,F. 2005. Kesehatan Reproduksi Remaja. Maret 2005.

http://www.suaramerdeka.com/harian/050

3/14/opi04.htm di akses pada tanggal

28 April 2012 pukul 10.20 WIB. Harahap. 2011. Referensi Kesehatan.

http://creasoft.wordpress.com diakses

pada tanggal 25 Oktober 2011 pukul 20.15 WIB.

(11)

Indarsita, D. 2006. Hubungan Faktor Eksternal dengan Perilaku Remaja Dalam Hal Kesehatan Reproduksi di SLTPN Medan Tahun 2002. Jurnal Ilmiah PANNMED. Vol.1, No.1,Juli 2006. Ibrahim, Z. 2002. Psikologi Wanita.

Bandung : Pustaka Hidayah.

Irianto, K, dkk.2004.Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Trama Widya.

Iswati, E. 2010. Awas Bahaya Penyakit Kelamin. Jogjakarta : Diva Press. Kustriyani, M. 2009. Perbedaan

Pengetahuan dan Sikap Siswi Sebelum dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang Keputihan Di SMU Negeri 4 Semarang.[Skripsi]. Semarang : Fakultas Kedokteran, UNDIP.

Kognisi. 1997. Anak Remaja dan Keluarga. Majalah Ilmiah Fakultas Psikologi UMS.

Marwanti, S. 2004. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Praktek Perawatan Organ Reproduksi Eksternal Pada Siswi di SLTP Negeri 27 Kota Semarang. [Skripsi]

Maryanti, D, dkk. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi “Teori dan Praktek”. Yogyakarta : Nuha Medika. Miqdad, A.A.A.,2001. Pendidikan Seks

Bagi Remja Menurut Hukum Islam.Yogyakarta : Mitra Pusaka.

MDGs, 2011. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Milennium Indonesia

http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004 /BI/IndonesiaMDG_BI_Goal5.pdf

diakses pada tanggal 9 Desember 2011 pukul 13.30 WIB.

Machfoedz, I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Machfoedz, I, dkk. 2005.Tehnik Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan. Yogyakarta : Fitramaya. Murti, 2010. Desain dan Ukuran Sampel

Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatis di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : PT.Asdi Mahasatya.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Asdi Mahasatya.

Notoatmodjo, S. 2011. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Nadesul, H. 2008. “Cara Sehat Menjadi

Perempuan”. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara.

Nanda, 2008. Millenium Development Goals 2015 in Indonesia. http.//www.skyscrapercity.com/archiv e/index.php/t-565841.html diakses pada tanggal 30 Desember 2010 pukul 19.00 WIB.

Nadesul, H. 2009. “Resep Mudah Tetap Sehat, Cerdas Menaklukkan Semua Penyakit Orang Sekarang. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara.

Outlook. 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun Perubahan yang bermakna. Vol.6.Jakarta : UNFPA

Okanegara, 2007. Dunia Remaja Indonesia.

http://duniaremajaindonesia.blogspot.

com/2007/09/kondisi-remaja-indonesia-saat-ini.html diakses pada

tanggal 8 Desember 2011 pukul 08.30 WIB.

Prasetyowati, Y, dkk.2009. Hubungan personal hygiene dengan kejadian

(12)

keputihan pada siswa smu muhammadiyah 1 metro. Jurnal kesehatan “Metro Sai Wawai”. Vol.II, No.2 Edisi Desember 2009,ISSN: 19779-469X:45-51.

Pudiastuti, R. 2010. Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan.Jakarta : PT. Indeks.

Prihatiningsih, D, dkk.2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Volume 4, Nomor 1. Juli 2008. Hal 16-23. Raurel, R. 2012. Setiap 1 jam wanita

meninggal karena kanker servik. 

http://adajendeladunia.blogspot.com/20 12/04/setiap‐jam‐1‐wanita‐indonesia‐ meninggal.html

Saryono, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jogjakarta:Mitra Cendikia Press.

Sarwono, S.2008. Psikologi Remaja. Edisi revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soetjiningsih.2004.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Siswosudarmo, dkk. 2008. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi .Fakultas Kedokteran UGM. Jogjakarta: Pustaka Cendekia Press.

Suryoputro, dkk. 2006. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah : Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Jurnal Kesehatan , Makara. Vol.10, No. 1. Juli 2006: 29- 40.

Sugiyono.2010.Statistik Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta.

Sastroasmoro, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:Sagung Seto.

Smeltzer, S.C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah .Brunner & Suddarth/ editor, alih bahasa agung waluyo. Jakarta : EGC. Syaifuddin.2009. Fisiologi Tubuh Manusia

Untuk Mahasiswa. Jakarta : Salemba Medika.

Sarjadi. 1995. Patologi Ginekologik. Jakarta : Hipokrates.

Uyun, Z.1997.Remaja dan Kesehatan Reproduksi.Kognisi : Majalah Ilmiah Fakultas Psikologi UMS

Wulandari, A. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika.

Widyastuti, dkk.2009.Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Fitramaya. Yuliarti, N. 2009. A-Z Women Health &

Beauty, Paduan Sehat dan Cantik bagi Wanita.Ed .I. Jogjakarta: Andi.

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Perbedaan Abnormal Return Saham Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Right Issue, Dividen Tunai, Dan Stock Split Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa

Kurikulum dijadikan sebagai satu objektif kerana kurikulum merupakan panduan yang digunakan untuk melaksanakan pengajaran dan pembelajaran Objektif pendidikan dalam kurikulum

Luka tembak Dituduh polisi menyerang petugas dengan senpi dan bom (22/1) 10 Sudarsono 22 Thn Kelurahan Gebang Rejo, Poso Kota - Dibukit sekitar Jl.

Dalam kasus ini, terjadi pergeseran luas pemilikan tanah dari yang berkategori sedang menjadi luas karena tanah yang sebelumnya dimiliki (di luar tanah HGU)

Dalam kehidupan masyarakat Kampung Adat Dukuh, spesies yang ditemukan sebagai tumbuhan obat dari hasil penelitian berjumlah 150 spesies yang termasuk ke dalam 52

Kepercayaan diri yang dimiliki pendamping Simantri selama proses difusi inovasi teknologi trichoderma termasuk dalam kategori sangat baik dengan pencapaian skor

Muhammadiyah Kampung Parang kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa ditemukan adanya perbedaan pola penanaman nilai akhlak yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik

Tujuan penelitian untuk mengetahui adakah hubungan antara sikap, ketersediaan fasilitas APD, pemberian hukuman dan penghargaan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri