• Tidak ada hasil yang ditemukan

1, 1 PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1, 1 PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

PENANGKAPAN IKAN DENGAN

PURSE SEINE

(2)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Buku Pola Pembiayaan Penangkapan Ikan dengan Purse Seine ini mampu diselesaikan. Penyusunan buku ini dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama untuk menyediakan informasi baik bagi perbankan, UMKM pengusaha maupun calon pengusaha yang berminat mengembangkan usaha tersebut. Informasi pola pembiayaan disajikan juga dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (www.bi.go.id).

Buku Pola Pembiayaan Penangkapan Ikan dengan Purse Seine mengambil sampel di Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah. Penyusunan buku dilakukan melalui survei langsung ke lapangan dan in depth interview terhadap kelompok nelayan di Pusat Pendaratan Ikan (PPI), wawancara dan diskusi dengan dinas/instansi terkait serta dengan pihak perbankan.

Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dan saran dari banyak pihak antara lain PT. Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Bukopin, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank Internasional Indonesia, Bank Danamon serta narasumber yang terkait baik asosiasi maupun perorangan. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan Penangkapan Ikan dengan Purse Seine, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM - DKBU) menyampaikan terimakasih.

Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Bank Indonesia dengan alamat:

Gedung Tipikal (TP), Lt. V

Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110

Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 – 8951 Email: Bteknis_PUKM@bi.go.id

Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM.

Jakarta, Mei 2008 Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

(4)

Penangkapan Ikan dengan Purse Seine

No. Komponen Pembiayaan Keterangan

1 Jenis Usaha Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Kecil

dengan Purse Seine

2 Lokasi Usaha Kec Juwana, Kab. Pati, Jawa Tengah

3 Dana yang Diperlukan  Investasi Rp. 895.200.000,-

 Modal Kerja Rp. 74.104.000,-

 Total Rp. 969.304.000,-

4 Sumber Dana  Kredit Rp. 678.512.000,-

 Modal Sendiri Rp. 51.872.000,-

5 Plafon Kredit  Investasi Rp. 626.640.000,-

 Modal Kerja Rp. 51.872.000,-

6 Jangka Waktu Kredit Jangka waktu kredit adalah 5 tahun

kredit investasi dan 3 tahun kredit modal kerja (kredit diperbaharui setiap tahun) tanpa tenggang waktu (grace period)

7 Suku Bunga 18 % per tahun

8 Periode Pembayaran Kredit Angsuran pokok dan bunga dibayarkan

setiap hasil trip penangkapan ikan.

9 Kelayakan Usaha:

 Periode Proyek

 Produk yang Dihasilkan  Tingkat Teknologi  Pemasaran Hasil

 5 tahun

 Ikan pelgis kecil

 7 trip per tahun

 Semi modern: GPS, echo sounder

 Lelang di TPI

10 Kriteria Kelayakan Usaha

 NPV  IRR  Net B/C Ratio  Penilaian  Rp. 74.055.000,-  20.84%  1,1  Feasible

(5)

No. Komponen Pembiayaan Keterangan 11 Analisis Sensitivitas 11.1 Penurunan Pendapatan: Sebesar 2 %  NPV  IRR  Net B/C Ratio  Penilaian  Rp. 7,071  18,27  101  Feasible Penurunan Pendapatan: Sebesar 3 %  NPV  IRR  Net B/C Ratio  Penilaian  Rp. (26,421)  16.98%  0,97  Not Feasible 11.2 Peningkatan Biaya Operasional 4%  NPV  IRR  Net B/C Ratio  Assessment  Rp 1.380  18.05%  1,001  Feasible Peningkatan Biaya Operasional 5 %  NPV  IRR  Net B/C Ratio  Assessment  Rp (16,789)  17.35%  0.98  Not Feasible 11.3 Penurunan Pendapatan 1% dan Peningkatan Biaya Operasional 1 %  NPV  IRR  Net B/C Ratio  Assessment  Rp 22.394  18.86%  1.02  Feasible Penurunan Pendapatan 2% dan Peningkatan Biaya Operasional 2 %  NPV  IRR  Net B/C Ratio  Assessment  Rp (29,267)  16.87%  0.97  Not Feasible

(6)

KATA PENGANTAR ………...………...… i RINGKASAN EKSEKUTIF ……… ii DAFTAR ISI ………... iv DAFTAR TABEL ………..……. vi DAFTAR GRAFIK ………... viii DAFTAR GAMBAR ………... ix BAB I PENDAHULUAN ...……….…………... 1

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN ...

3

2.1 Profil Usaha ... 3

2.2 Pola Pembiayaan ………... 8

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN ... 11 3.1 Aspek Pasar ……….……… 11

3.1.1 Permintaan ………... 11

3.1.2 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ……….. 12

3.2 Aspek Pemasaran ………...………... 12

3.2.1 Jalur Pemasaran ………... 12

3.2.2 Harga ... 14

3.2.3 Produksi Tangkapan Ikan ... 16

3.3 Kendala Pemasaran ……… 17

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI ……….. 19

4.1 Lokasi Usaha ……….………... 19

4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ………... 19

4.3 Tenaga Kerja ... 21

4.4 Teknologi ……… 24

4.5 Proses Penangkapan ……….. 24 4.5.1 Mencari atau Menemukan Lokasi Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil

(Ikan Sasaran Penangkapan) ...

25

(7)

5.3 Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional …….. ... 31

5.3.1 Biaya Investasi ………... ... 31

5.3.2 Biaya Operasional ………... ... 31

5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi, Modal Kerja dan Kredit …….. ... 32

5.5 Proyeksi Laba Rugi dan Perhitungan Break Event Point ………. 34

5.6 Proyeksi Arus Kas …….. ... 34

5.7 Analisis Sensitivitas …….. ... 36

BAB VI ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN DAMPAK LINGKUNGAN ... 39

6.1 Aspek Sosial Ekonomi …….. ... 39

6.2 Dampak Lingkungan …….. ... 39

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 41 7.1 Kesimpulan …….. ... 41 7.2 Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 4.5.2 Teknik Operasi Menggunakan Alat Bantu Cahaya ... 26

4.5.3 Teknik Operasi dengan Mengejar Gerombolan Ikan ………... 26

4.5.4 Teknik Operasi Menggunakan Echo Sounder ……….. 27

4.6. Kendala Produksi ……… 28

BAB V ASPEK KEUANGAN ………... 29 5.1 Pola Usaha ………...………... 29

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Produksi Ikan Laut Kabupaten Pati, 2006 ... 3

Tabel 2.2 Produksi Perikanan menurut Jenis Alat Tangkap Kabupaten Pati, 2006 (Kg) 4

Tabel 2.3 Produksi Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di TPI Bajomulyo II, 2006 . 4

Tabel 2.4 Nilai Produksi Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di TPI Bajomulyo II, 2006 ...

5 Tabel 2.5 Praktek Perhitungan Bagi Hasil pada Perusahaan Obyek Studi ...

7

Tabel 3.1 Konsumsi Rata-rata per Kapita Masyarakat Indonesia per Jenis Ikan ………. 11

Tabel 3.2 Perbandingan Jumlah Kapal Purse Seine Daerah dan Luar Daerah yang Mendaratkan Ikan di PTI Bajomulyo II, 2002 - 2006 ……….

12 Tabel 3.3 Volume Ikan Dilelang, Hasil Lelang dan Harga Rata-rata di TPI Bajomulyo II,

2002 - 2006 ……….

14

Tabel 3.4 Harga Rata-rata Lelang Ikan di TPI Bajomulyo II per Bulan, 2006 ………. …. 15

Tabel 3.5 Produksi, Hasil Penjualan Lelang, Jumlah Trip dan Nilai Produksi per Trip …. 16

Tabel 4.1 Contoh Bagi Hasil dari Hasil Tangkapan ………... 22

Tabel 4.2 Hasil Lelang, Perbekalan dan Hasil Siap Dibagi Antara ABK dan Pemilik Kapal Purse Seine Sampel ...

23

Tabel 4.3 Perkembangan Biaya Perbekalan Menurut Data Trip, 2004 - 2006 ………... 28

Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter Keuangan ………... 30

(9)

Tabel 5.3 Kebutuhan Biaya Operasi Per Trip ………... 32 Tabel 5.4 Perincian Kebutuhan Dana Usaha, Jumlah Kebutuhan Kredit dan Modal

Sendiri ………...

33

Tabel 5.5 Proyeksi Pembayaran Bunga dan Pelunasan Kredit Investasi ... 33

Tabel 5.6 Proyeksi Laba dan Rugi ……… 34

Tabel 5.7 Perhitungan Arus Kas ……….. 35

Tabel 5.8 Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan purse seine ……. 35

Tabel 5.9 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha Apabila Pendapatan Turun …………. 36

Tabel 5.10 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha dengan Kenaikan Biaya Operasi ……. 37

Tabel 5.11 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha Terjadi Penurunan Pendapatan dan Biaya Operasi Meningkat ...

37

(10)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 2.1 Produksi Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di TPI Bajomulyo II

Setiap Bulan, 2006 (Kg) ……….. 6

Grafik 2.2 Nilai Produksi Ikan Yang Didaratkan Kapal Purse Seine Di TPI Bajomulyo II Setiap Bulan, 2006 (Kg) ... 6 Grafik 3.1 Gafik Perkembangan Volume Tangkapan, Nilai Lelang dan Harga

Rata-rata per kg, 2002 - 2006 ... 15 Grafik 3.2 Perkembangan Harga Lelang Rata-rata Per Kg Secara Bulanan Di TPI.

Bajomulyo II, 2006... 16

Grafik 3.3 Jumlah Trip Per Tahun Untuk Satu Kapal Purse Seine ... 17

Grafik 4.1 Hasil Lelang, Pembekalan dan Hasil Siap Dibadi antara ABK dan Pemilik Kapal …...

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Areal Parkir dan Areal Pelelangan TPI.Bajomulyo II Juwana ……… 13

Gambar 3.2 Rantai Pemasaran Produk Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di Juwana Kabupaten Pati ... 14

Gambar 4.1 Kapal Purse Seine... 19

Gambar 4.2 Jaring Purse Seine ... 21

Gambar 4.3 Purse Seine dengan Rumpon Daun Kelapa ... 27 Gambar 4.4 Proses Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan Alat Bantu Echosounder ..

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai perairan laut seluas 5,8 juta km² yang terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta km² serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta km² dengan potensi lestari sumber daya ikan sebesar 6,4 juta ton/tahun. Sumber daya ikan ini pada kenyataannya tidak tersebar merata di seluruh perairan Indonesia. Hal tersebut antara lain dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan perairan dan perbedaan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di beberapa wilayah.

Purse seine (pukat cincin) digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (schooling) di permukaan laut. Ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine adalah jenis-jenis ikan pelagis kecil yang hidupnya bergerombol antara lain Layang, Selar, Lemuru, Kembung, Tongkol, dan Tembang. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong. Jenis ikan tersebut dapat ditangkap di perairan Indonesia. Daerah-daerah penangkapan yang terpenting adalah di perairan Maluku-Papua, Utara Jawa, Selat Malaka, Selat Makassar, Laut Cina Selatan (Perairan Natuna) dan Selatan Sulawesi yang total produksinya mencapai sekitar 40 - 60 % total produksi seluruh perairan.

Untuk mendalami kajian kelayakan usaha purse seine, penelitian dilakukan di Kabupaten Pati. Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Bajomulyo II di Juwana, merupakan salah satu tempat pendaratan ikan yang penting di pantai utara Jawa. Menurut laporan Pusat Pendaratan Ikan Bajomulyo II tahun 2006, produksi total di PPI Bajomulyo II pada tahun 2006 mencapai 1.536.189 kg yang meliputi jenis–jenis ikan yaitu: Tembang (16,34%), Kembung (13,74%), Layang (13,57%), Selar (12,41%), Lemuru (11,47%), Tongkol (0,66%), Tengiri (0,95%) dan lain-lain (26,86%).

Berbagai jenis ikan tersebut dijual dalam bentuk segar dan atau diawetkan yang kemudian dikonsumsi sebagai ikan segar, ikan asin atau ikan olahan (pindang dan sebagainya). Dengan demikian, ikan yang ditangkap di perairan Indonesia memainkan peranan penting sebagai sumber protein yang berkualitas tinggi untuk konsumen domestik.

Dalam lending model purse seine ini dilakukan survey di Juwana sebagai daerah penelitian karena semakin eksisnya usaha purse seine, serta banyak nelayan dari luar daerah menjual ikan di sana. Hal tersebut disebabkan lokasi Juwana yang strategis, berada di wilayah timur Jawa Tengah yang relatif dekat dengan daerah penangkapan ikan (fishing ground) nelayan pantai utara Jawa. Di

(14)

samping itu, PPI Bajomulyo II juga memiliki fasilitas dan jasa pelayanan penjualan yang relatif lebih bagus dibanding dengan tempat-tempat pendaratan ikan lainnya.

Purse seine banyak dimiliki oleh pengusaha penangkapan ikan dan menjadi tulang punggung alat penangkap ikan. Ditinjau dari jumlah alat dan kapasitas hasil tangkapan, purse seine sangat dominan posisinya. Hampir 90% ikan yang dipasok di TPI dihasilkan oleh alat tangkap ini, dengan demikian kedudukan alat tangkap ini penting dalam sistem produksi perikanan laut. Di Juwana terdapat pengusaha alat tangkap purse seine yang sukses karena mampu beradaptasi dengan kondisi perikanan di Indonesia dewasa ini. Karena perikanan laut di Kabupaten Pati memegang peranan penting dalam memajukan ekonomi daerah, maka kegiatan rantai nilai (value chain) yang berkaitan dengan perikanan laut semakin berkembang. Komoditi ikan laut yang dilelang di Juwana didistribusikan ke berbagai daerah di pulau Jawa.

(15)

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1 Profil Usaha

Kabupaten Pati memiliki 8 (delapan) tempat pendaratan ikan. Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Bajomulyo II menduduki peringkat pertama dengan jumlah 73,78 % pada tahun 2006 (lihat Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Produksi Ikan Laut Kabupaten Pati, 2006

No. Nama TPI Produksi

(Kg) Prosentase Nilai Produksi (Rp.) Prosentase 1 Bajomulyo I 3.945.894 19,50 11.939.609.000 16,71 2 Bajomulyo II 14.632.504 72,32 52.716.912.000 73,78 3 Pecangaan 17.399 0,09 194.460.000 0,27 4 Margomulyo 2.122 0,01 119.416.700 0,17 5 Sambiroto 2.384 0,01 58.688.000 0,08 6 Alasdowo 2.622 0,01 180.832.000 0,25 7 Banyutowo 1.467.601 7,25 4.914.140.000 6,88 8 Puncel 163.089 0,81 1.323.893.900 1,85 Jumlah 20.233.615 100,00 71.447.951.600 100,00

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, 2006.

Berdasarkan hasil survei di PPI Bajomulyo II, banyak kapal purse seine yang bertonase diatas 30 Gross Tonage (GT) sampai 100 Gross Tonage (GT), bahkan sebelum krisis ekonomi (1997/1998) ada yang menggunakan lebih dari 100 GT (tetapi saat ini sudah tidak beroperasi lagi karena tidak fleksibel).

(16)

Tabel 2.2 Produksi Perikanan Menurut Jenis Alat Tangkap Kabupaten Pati, 2006 (Kg)

No. Nama TPI Jenis Perahu Menurut Alat Tangkap Yang Digunakan

1 2 3 4 5 6 1 Bajomulyo I 2.204.743 1.210.534 2 Bajomulyo II 14.991.368 171.753 3 Pecangaan 16.992 407 4 Margomulyo 2.122 5 Sambiroto 2.384 6 Alasdowo 155 39 2.428 7 Banyutowo 1.001.695 4.950 224.889 236.067 8 Puncel 151.642 8.065 3.382 Jumlah 3.206.438 17.147 14.996.318 548.323 15.406 1.449.983

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Pati, 2006. Keterangan : 1 = Cantrang

2 = Dogol/Krikil

3 = Pukat Cincin/Purse Seine 4 = Jaring insang/gill net

5 = Jaring Lapis tiga/Trammel net 6 = Pancing

Berdasarkan Tabel 2.1 dan Tabel 2.2, produksi perikanan terbesar di Kabupaten Pati dihasilkan alat tangkap purse seine, dengan basis pendaratan di PPI Bajomulyo II. Jumlah kapal mini purse seine di Kabupaten Pati tahun 2006 sebanyak 160 unit (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, 2005).

Jenis-jenis ikan hasil tangkapan kapal purse seine adalah ikan tembang/jui (20%), kembung/banyar (17%), layang (16%), selar/bentong (15%), lemuru/sero (14%), tongkol (6%) dan tengiri (1%).

Tabel 2.3 Produksi Ikan Yang Didaratkan Kapal Purse Seine di TPI Bajomulyo II, 2006

No. Nama Ikan Produksi (Kg) Prosentase

1 Tembang/Jui 3.012.712 20% 2 Kembung/Banyar 2.532.343 17% 3 Layang 2.501.612 16% 4 Lemuru/Sero 2.114.414 14% 5 Selar/Bentong 2.287.551 15% 6 Tengiri 175.348 1% 7 Tongkol 858.730 6% 8 Lain-lain 1.803.069 12% Jumlah 15.285.779 100%

(17)

Dari segi nilai produksi, ikan kembung (27%) menduduki peringkat pertama, kemudian layang (22%), selar/bentong (18%), tembang/jui (11%), lemuru/sero (10%), dan terakhir tongkol (5%).

Tabel 2.4 Nilai Produksi Ikan Yang Didaratkan Kapal Purse Seine Di TPI Bajomulyo II, 2006

No. Nama Ikan Nilai Produksi (Rp) Prosentase 1 Kembung/Banyar 14.816.571.000 27% 2 Layang 11.651.655.000 22% 3 Selar/Bentong 9.723.022.000 18% 4 Tembang/Jui 5.776.214.000 11% 5 Lemuru/Sero 5.561.389.500 10% 6 Tongkol 2.791.670.000 5% 7 Tengiri 2.433.725.000 5% 8 Lain-lain 1.248.014.000 2% Jumlah 54.002.260.500 100%

Sumber: PPI Bajomulyo II, diolah.

Adapun pola pendaratan jenis ikan setiap bulannya selama satu tahun di PPI Bajomulyo dapat dilihat pada grafik 2.1. Pada grafik tersebut dapat disaksikan bahwa dalam triwulan pertama setiap tahunnya produksi ikan cenderung menurun, yang kemudian meningkat pada triwulan ke-2 dan triwulan ke-3. Sedangkan kecenderungan penurunan pendaratan ikan dimulai pada triwulan ke-4, yang berlanjut ke triwulan ke-1 tahun berikutnya.

Fluktuasi pendaratan ikan tersebut tidak terlepas dari perubahan angin muson yang mempengaruhi musim di Indonesia, yang terdiri dari musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berlangsung dari bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan berlangsung pada bulan November hingga Maret. Pada saat musim penghujan, terutama pada saat musim angin timur, banyak nelayan tidak berani melaut karena ombak di laut sangat besar sehingga mempengaruhi pendaratan ikan.

(18)

Grafik 2.1 Produksi Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di TPI Bajomulyo II Setiap Bulan, 2006 (Kg)

-100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 Janu ari Mar et Mei Juli Sep Nop Layang Kembung/Banyar Selar/Bentong Tembang/Jui Tongkol Lemuru/Sero Tengiri Sumber: PPI Bajomulyo II, diolah.

Seiring dengan pola produksi/pendaratan ikan maka terjadi pula fluktuasi pada nilai ikan yang didaratkan. Grafik 2.2 mengilustrasikan pola nilai produksi sepanjang tahun. Nilai produksi merupakan perkalian antara volume produksi dengan harganya.

Grafik 2.2 Nilai Produksi Ikan Yang Didaratkan Kapal Purse Seine Di TPI Bajomulyo II Setiap Bulan, 2006 (Kg)

-500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000 Janu ari Febr uari Mar et Apr Mei Juni Juli Agt Sep Ok t Nop Des Layang Kembung/Banyar Selar/Bentong Tembang/Jui Tongkol Lemuru/Sero Tengiri

Sumber: PPI Bajomulyo II, diolah.

Perusahaan penangkapan ikan dengan purse seine yang menjadi sampel berlokasi di Juwana. Perusahaan ini memiliki 9 kapal purse seine.

(19)

Dalam setahun rata-rata tiap purse seine melakukan 7 trip penangkapan dengan jangka waktu melaut 30-45 hari. Daerah operasi penangkapan kapal purse seine yang dimiliki adalah laut Jawa sampai dengan selat Makasar.

Sisitim pengupahan yang dilakukan oleh perusahaan yang menjadi obyek kajian adalah sistim bagi hasil. Namun demikian cara perhitungan bagi hasil yang diterapkan berbeda dengan cara yang lazim dilakukan pemilik purse seine lainnya. Perusahaan yang menjadi obyek kajian memberikan bonus dan premi tertentu kepada nahkoda, juru mudi dan motoris (juru mesin) untuk menghindari kecurangan. Juga diberikan uang lauk pauk kepada ABK dengan konsekuensi mereka tidak boleh mengambil/ membawa pulang ikan hasil tangkapan. Berikut ini disajikan sistim perhitungan bagi hasil yang ada pada perusahaan sampel.

Tabel 2.5 Praktek Perhitungan Bagi Hasil Pada Perusahaan Obyek Studi

No. Uraian Jumlah

1 Hasil Lelang 52.599.000

2 Premi

kepada pemilik (1%) 1.525.990 kepada ABK (Nahkoda) 1.525.990

Jumlah Potongan premi 3.051.980

Saldo 49.547.020

3 Lawuhan (uang lauk pauk) 5% 7.477.351

Saldo 142.069.669

4 Perbekalan (BBM, persiapan melaut, bahan makanan, es, garam)

81.997.150

Saldo 60.072.519

5

Bonus untuk ABK utama (Nahkoda,

Juru mudi dan juru mesin) 8.700.000

Saldo 51.372.519

6

Potongan untuk perbaikan kapal dan

docking (30%) 15.411.756

7 Pendapatan siap dibagikan 35.960.763

50% bagian ABK 17.980.382

50% bagian pemilik kapal 17.980.382

Sumber : data primer.

Kepada nahkoda diberikan premi khusus karena dipercaya untuk mengawasi semua yang ada dalam kapal termasuk pelelangan. Demikian juga kepada ABK utama mereka diberikan bonus khusus dengan konsekuensi apabila dijumpai kecurangan mereka akan segera diberhentikan dari kerjasama. Premi 1% kepada pemilik merupakan tabungan pemilik yang nantinya akan diberikan kepada ABK pada hari raya lebaran (THR). Potongan 30% biaya perawatan akan diberikan apabila kerusakan melebihi Rp.6.000.000,-. Kelebihan dari nilai Rp.6.000.000,- akan diberi subsidi oleh

(20)

pemilik, perbaikan Rp.6.000.000,- atau kurang merupakan biaya perbaikan rutin dan ditanggung awak kapal. Uang lawuhan (lauk pauk) diberikan kepada ABK sebagai pengganti kebiasaan ABK membawa pulang ikan sepulang dari melaut, dengan adanya uang lauk pauk maka ABK tidak boleh lagi membawa pulang ikan. Semua hasil tangkapan harus dilelang.

Tindakan khas dan cerdik untuk menjamin efisiensi biaya adalah: melakukan penjemputan hasil tangkapan di laut. Perusahaan obyek studi memiliki kapal pemasok dan penjemput hasil di laut. Dengan sistim ini kapal pencari ikan tidak perlu membuang waktu dan biaya BBM untuk kembali ke pantai dan berangkat lagi melaut. Dengan teknik ini diperoleh efisiensi biaya penangkapan.

Untuk menjamin tercapainya efisiensi biaya selain kegiatan tersebut, tindakan yang dilakukan pengusaha adalah memperkecil ukuran/tonage kapal. Kapal dengan tonage besar dianggap tidak efisien karena boros bahan bakar minyak (BBM) dan membutuhkan biaya perbekalan yang besar. Pada saat biaya operasi tinggi maka yang diperlukan adalah kelincahan operasi untuk memburu gerombolan ikan. Pada kondisi seperti ini GPS, alat komunikasi, echo sounder, dan lampu sangat berperan dalam menjamin keberhasilan penangkapan ikan,

2.2 Pola Pembiayaan

Beberapa sumber pembiayaan bagi pengusaha kapal purse seine antara lain BRI Unit di Pati, Bank BCA maupun Kospin Jasa. Bank Umum yang memberikan kredit berbentuk kredit rekening koran yang besarnya berkisar Rp400 juta sampai Rp600 juta, dengan jangka waktu 1 (satu) tahun, dengan bunga 1,6 % per bulan. Agunan berupa surat tanah.

Indonesia mempunyai perairan laut seluas 5,8 juta km² yang terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta km² serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta km² dengan potensi lestari sumber daya ikan sebesar 6,4 juta ton/tahun. Sumber daya ikan ini pada kenyataannya tidak tersebar merata di seluruh perairan Indonesia. Hal tersebut antara lain dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan perairan dan perbedaan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di beberapa wilayah.

Purse seine (pukat cincin) digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (schooling) di permukaan laut. Ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine adalah jenis-jenis ikan pelagis kecil yang hidupnya bergerombol antara lain Layang, Selar, Lemuru, Kembung, Tongkol, dan Tembang. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong. Jenis ikan tersebut dapat ditangkap

(21)

di perairan Indonesia. Daerah-daerah penangkapan yang terpenting adalah di perairan Maluku-Papua, Utara Jawa, Selat Malaka, Selat Makassar, Laut Cina Selatan (Perairan Natuna) dan Selatan Sulawesi yang total produksinya mencapai sekitar 40 - 60 % total produksi seluruh perairan.

Untuk mendalami kajian kelayakan usaha purse seine, penelitian dilakukan di Kabupaten Pati. Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Bajomulyo II di Juwana, merupakan salah satu tempat pendaratan ikan yang penting di pantai utara Jawa. Menurut laporan Pusat Pendaratan Ikan Bajomulyo II tahun 2006, produksi total di PPI Bajomulyo II pada tahun 2006 mencapai 1.536.189 kg yang meliputi jenis–jenis ikan yaitu: Tembang (16,34%), Kembung (13,74%), Layang (13,57%), Selar (12,41%), Lemuru (11,47%), Tongkol (0,66%), Tengiri (0,95%) dan lain-lain (26,86%).

Berbagai jenis ikan tersebut dijual dalam bentuk segar dan atau diawetkan yang kemudian dikonsumsi sebagai ikan segar, ikan asin atau ikan olahan (pindang dan sebagainya). Dengan demikian, ikan yang ditangkap di perairan Indonesia memainkan peranan penting sebagai sumber protein yang berkualitas tinggi untuk konsumen domestik.

Dalam lending model purse seine ini dilakukan survey di Juwana sebagai daerah penelitian karena semakin eksisnya usaha purse seine, serta banyak nelayan dari luar daerah menjual ikan di sana. Hal tersebut disebabkan lokasi Juwana yang strategis, berada di wilayah timur Jawa Tengah yang relatif dekat dengan daerah penangkapan ikan (fishing ground) nelayan pantai utara Jawa. Di samping itu, PPI Bajomulyo II juga memiliki fasilitas dan jasa pelayanan penjualan yang relatif lebih bagus dibanding dengan tempat-tempat pendaratan ikan lainnya.

Purse seine banyak dimiliki oleh pengusaha penangkapan ikan dan menjadi tulang punggung alat penangkap ikan. Ditinjau dari jumlah alat dan kapasitas hasil tangkapan, purse seine sangat dominan posisinya. Hampir 90% ikan yang dipasok di TPI dihasilkan oleh alat tangkap ini, dengan demikian kedudukan alat tangkap ini penting dalam sistem produksi perikanan laut. Di Juwana terdapat pengusaha alat tangkap purse seine yang sukses karena mampu beradaptasi dengan kondisi perikanan di Indonesia dewasa ini. Karena perikanan laut di Kabupaten Pati memegang peranan penting dalam memajukan ekonomi daerah, maka kegiatan rantai nilai (value chain) yang berkaitan dengan perikanan laut semakin berkembang. Komoditi ikan laut yang dilelang di Juwana didistribusikan ke berbagai daerah di pulau Jawa.

(22)
(23)

BAB III

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. Aspek Pasar 3.1.1. Permintaan

Penyediaan ikan untuk konsumsi dalam negeri menunjukkan peningkatan, yang pada tahun 2006 konsumsi mencapai 25,03 kg/kapita/tahun. Jika dilihat dari sisi produksi, produksi perikanan mengalami kenaikan sebesar 7,73 persen, yakni dari 6,86 juta ton pada tahun 2005 menjadi 7,39 juta ton pada tahun 2006. Pada periode 2005- 2006, produksi perikanan tangkap di laut masih mendominasi (Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2007). Terdapat perbedaan konsumsi ikan perkapita yang sangat besar di Pulau Jawa dengan luar Jawa. Konsumsi ikan per kapita per tahun di luar Jawa sekitar tiga kali lipat dari konsumsi ikan di Pulau Jawa (Bailey et al, 1987).

Konsumsi ikan per kapita di Indonesia masih tergolong rendah, seperti terlihat pada data yang disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Konsumsi Rata-rata Per Kapita Masyarakat Indonesia Per Jenis Ikan

No. Jenis Ikan Banyaknya (Kg)

1 2 3 4 1 2 3 4 Ikan Segar Tongkol Tengiri Selar Kembung Ikan Diawetkan Kembung Tengiri Tongkol Selar 2,418 0,206 0,017 0,032 0,064 0,005 0,073 0,030 Sumber: Statistik Perikanan Indonesia, 2006.

Bentuk pasar di daerah hulu yaitu di tempat pendaratan ikan dicirikan sebagai pasar oligopsoni karena jumlah pembeli/pedagang lebih sedikit daripada jumlah penjual yaitu nelayan yang mendaratkan ikannya disana, sehingga pasar tersebut merupakan pasar pembeli atau buyer’s market. Jumlah pedagang ikan yang tercatat di PPI Bajomulyo II sebanyak 31 (tiga puluh satu) orang. Transaksi harian pada bulan ramai bisa mencapai Rp. 0,5 milyar atau lebih.

(24)

Mekanisme pasar yang terjadi memang berbentuk lelang terbuka. Namun karena jumlah pembeli tidak sebanding dengan penjual, tetap saja pembeli lebih mendominasi pasar.

3.1.2 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah kapal luar daerah yang mendaratkan ikan di PPI Bajomulyo II lebih mendominasi, apalagi pada tiga tahun terakhir yaitu sebesar 78% (2004), 85% (2004) dan 73% (2006). Peneliti belum memperoleh jumlah kapal purse Kabupaten Pati yang mendaratkan ikannya di TPI di daerah lain. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat persaingan diantara perusahaan kapal purse seine sangat ketat.

Tabel 3.2 Perbandingan Jumlah Kapal Purse Seine Daerah dan Luar Daerah yang Mendaratkan Ikan di PPI Bajomulyo II, 2002 - 2006

Tahun

Jumlah Kapal Masuk Frekuensi

Pendaratan Purse Seine Daerah Daerah % Luar Daerah % Total 2002 866 46 998 54 1.864 5 2003 864 48 927 52 1.791 5 2004 637 22 2.318 78 2.955 4 2005 350 15 1.995 85 2.345 2 2006 172 27 470 73 642 1

Sumber: TPI Bajomulyo II, diolah.

Guna melengkapi informasi yang berasal dari PPI Bajomulyo II, dikemukakan data dari sebuah sampel yang diteliti. Meskipun hanya satu buah sampel namun dianggap representatif karena mewakili salah satu kapal purse seine milik seorang pengusaha kapal purse seine yang terpandang di daerah Juwana. Berdasarkan data runtut waktu selama 4 (empat) tahun, terdapat kecenderungan jumlah trip yang dilakukan oleh purse seine sampel jauh lebih banyak dibandingkan dengan data frekuensi pendaratan purse daerah di PPI Bajomulyo II.

3.2 Aspek Pemasaran 3.2.1. Jalur Pemasaran

Pemasaran ikan di TPI Bajomulyo relatif mudah karena lokasi memiliki areal parkir yang luas, juga areal pelelangan yang luas. Pembayaran dilakukan dalam periode 2 – 7 hari setelah pelelangan. Banyak pedagang lokal yang membeli ikan di pelelangan untuk dipindang dan dijual ke tampat lain sebagai ikan beku. Volume hasil tangkapan untuk jenis-jenis bahan dasar ikan pindang

(25)

dan ikan asin sangat kurang dibanding kebutuhan industri pemindangan yang ada di Juwana. Akibatnya banyak industri pemindangan di wilayah ini mendatangkan ikan beku dari daerah lain.

Gambar 3.1 Areal Parkir dan Areal Pelelangan TPI.Bajomulyo II Juwana

Sebagian besar ikan pelagis kecil yang didaratkan oleh kapal purse seine sudah diawetkan dalam bentuk ikan segar dengan menggunakan es. Sedangkan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi rendah diawetkan dengan cara diberi garam.

Para pembeli ikan terdiri dari pedagang ikan segar, pengasin, pemindang dan pedagang yang akan menjualnya ke pasar lokal. Para pembeli/pedagang ikan di PPI Bajomulyo II yang berjumlah 31 orang tersebut berasal dari dalam dan luar daerah. Salah seorang pedagang ikan yang diwawancarai mengaku bisa mengirim ikan sekitar 4 (empat) ton per hari dengan keuntungan Rp500,- per kilogram. Keuntungan bersih yang diperoleh untuk sekali kirim ke Jakarta mencapai Rp2.000.000,-.

Berikut ini disajikan rantai pemasaran produk ikan yang didaratkan oleh kapal purse seine di Juwana, Kabupaten Pati:

(26)

Gambar 3.2 Rantai Pemasaran Produk Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di Juwana Kabupaten Pati

3.2.2 Harga

Aspek pasar tidak dapat dilepaskan dari volume dan harga. Pada produk pertanian dan perikanan, faktor musim sangat berpengaruh pada hasil produksi, tinggi rendahnya volume produksi secara langsung akan mempengaruhi harga-harga produk pertanian.

Berikut ini disajikan perkembangan hasil produksi dan perkembangan nilai dan harga ikan rata-rata di TPI. Bajomulyo II.

Tabel 3.3 Volume Ikan Dilelang, Hasil Lelang dan Harga Rata-rata di TPI Bajomulyo II, 2002-2006

Tahun Voluma Ikan (kg) Hasil Lelang (Rp.000) Harga per kg (Rp.) 2002 49.097.769 159.110.007 3.240 2003 48.345.748 138.404.632 2.862 2004 45.656.169 138.145.429 3.025 2005 20.000.565 78.973.337 3.948 2006 14.991.368 54.115.551 3.609

Sumber : TPI Bajomulyo II.

Dari tabel 3.3 selanjutnya dapat disajikan trend perkembangannya dalam grafik 3.1 berikut ini,

Nelayan

PPI

Pedagang Besar

Ikan Segar Pemindangan

Pedagang Besar Pengecer Distributor Eksportir Pengasin Distributor Pengecer Perusahaan Pembekuan & Pengepakan Pedagang Besar Pengecer Konsumen

(27)

Grafik 3.1 Gafik Perkembangan Volume Tangkapan, Nilai Lelang dan Harga Rata-rata per kg, 2002 - 2006

-20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 100.000.000 120.000.000 140.000.000 160.000.000 180.000.000 2002 2003 2004 2005 2006 Voluma Ikan (kg) Hasil Lelang Harga/kg

Sumber : Data diolah.

Hasil lelang dan volume lelang tahun 2002-2007 menunjukkan trend yang menurun. Namun kondisi ini tidak dapat dijadikan tolok ukur bahwa purse seine mengalami penyusutan hasil tangkap. Purse seine boleh menjual pada berbagai lokasi PPI dan TPI yang ada di manapun, jadi penurunan volume pada satu PPI tidak berarti adanya penyusutan hasil tangkap. Banyak purse seine yang menjual langsung hasil tangkapannya di tengah laut. Dilihat dari harga dapat diketahui bahwa telah terjadi perkembangan harga ikan di TPI. Bajomulyo II.

Secara lebih rinci berikut ini disajikan harga ikan yang dijual di TPI Bajomulyo II dan trend perkembangannya.

Tabel 3.4 Harga Rata-rata Lelang Ikan di TPI Bajomulyo II Per Bulan, 2006

No. Bulan

Harga Rata-rata per kg. (Rp.) 1 Januari 6.079 2 Februari 16.153 3 Maret 9.016 4 April 8.912 5 Mei 10.169 6 Juni 8.853 7 Juli 9.321 8 Agustus 10.694 9 September 13.542 10 Oktober 13.020 11 November 20.425 12 Desember 10.311

(28)

Dari tabel 4.6, maka trend perkembangan harga lelang rata-rata bulanan dapat disajikan pada grafik berikut.

Grafik 3.2 Perkembangan Harga Lelang Rata-rata Per Kg Secara Bulanan Di TPI. Bajomulyo II, 2006

-5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Series1 Linear (Series1)

Sumber : Data diolah.

Data yang ada menunjukkan bahwa secara rata-rata terjadi kenaikan harga, namun terjadi pula fluktuasi harga yang tajam pada periode bulan Nopember sampai bulan Maret. Pada periode itu terjadi musim angin muson (angin barat) yang mengakibatkan hasil tangkapan tidak stabil. Pada periode bukan musim angin barat terlihat perkembangan harga yang tidak fluktuatif.

3.2.3 Produksi Tangkapan ikan.

Produksi ikan dapat disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.5 Produksi, Hasil Penjualan Lelang, Jumlah Trip dan Nilai Produksi Per Trip

Tahun Total Produksi (Kg) Hasil Penjualan Lelang (Rp) Jumlah Trip Produksi per Trip (Kg) Nilai Produksi per Trip Rp) 2005 20,000,565 78,973,337,000 623 32,104 126,762,981 2006 4,991,368 54,115,551,000 623 24,063 86,862,843 Sumber:TPI Bajomulyo II

Meskipun terlihat kecenderungan penurunan hasil per trip, data tersebut tidak dapat diartikan secara langsung bahwa telah terjadi penurunan hasil produksi penangkapan ikan. Hal itu disebabkan bahwa nelayan bebas menjual di TPI daerah asal perahu, menjual hasil tangkapan di

(29)

tengah laut kepada kapal pengumpul ataupun menjual ke TPI lain. Pertimbangan menjual ke kapal pengumpul atau lokasi lain adalah :

1. Jarak tempuh yang terlalu jauh dibanding posisi kapal/perahu akan memerlukan waktu dan kebutuhan BBM yang makin besar.

2. Jangka waktu kerusakan ikan; makin lama jangka waktu perjalanan ke TPI tujuan makin besar potensi kerusakan ikan dan juga biaya BBM.

3. Harga, fasilitas dan kebiasaan perdagangan. Masing-masing TPI memiliki kiat bersaing untuk menarik perahu mendarat dan lelang di lokasinya untuk mendapat fee (pendapatan jasa) lelang. Kiat TPI dan kebiasaan pedagang ikan bertransaksi (dalam hal ini jangka waktu pembayaran dan harga) sangat berpengaruh pada dipilih atau tidaknya TPI untuk disinggahi.

Pada Grafik 3.1 terlihat bahwa jumlah trip purse seine sampel dari tahun 2003 sampai dengan 2006, berturut-turut sebanyak 8, 10, 7 dan 7 kali trip dalam setahun. Makin besar angka trip per tahun makin pendek hari penangkapan. Nelayan akan pulang apabila sudah memperoleh hasil tangkapan maka makin besar angka trip dapat diartikan mereka cepat pulang dan cepat membawa hasil atau makin tinggi produktivitas penangkapan. Angka data 2006 menunjukkan bahwa rata-rata trip adalah 7 kali setahun atau 1,5 bulan sekali nelayan pulang. Ini berarti waktu penangkapan ikan di laut semakin panjang.

Grafik 3.3 Jumlah Trip Per Tahun Untuk Satu Kapal Purse Seine

0 2 4 6 8 10 12 2003 2004 2005 2006 Trip

Sumber: Data Primer diolah. 3.3 Kendala Pemasaran

Dalam periode penangkapan, kadangkala hasil yang diperoleh hanya sedikit, maka purse seine memperpanjang masa tangkapnya. Untuk menghemat es batu terpaksa memberi garam pada ikan yang sudah berhasil ditangkap. Hasil pengawetan dengan garam tidaklah sebaik

(30)

pengawetan dengan es. Akibatnya hasil perolehan lelang hanya sedikit. Makin lama kapal di laut makin banyak produk rusak atau turun kelas, sehingga makin sedikit hasil lelang.

Masalah lain yang dihadapi oleh nelayan pada umumnya adalah kemampuannya dalam menjaga atau meningkatkan mutu produk. Apabila mutu produk baik maka para nelayan juga akan mendapatkan harga yang baik pula, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka, demikian pula konsumen akan mendapatkan nilai produk yang lebih tinggi.

Rendahnya mutu ikan yang didaratkan disebabkan oleh mahalnya tekonologi pengawetan ikan, misalnya alat pendingin dengan menggunakan air laut atau Refrigerator Sea Water (RSW). Di samping itu juga disebabkan oleh cara penanganan produk yang buruk pada waktu ikan didaratkan. Pada saat ramai, sebuah kapal purse seine bisa menunggu pembongkaran sampai 2–3 hari. Untuk dapat menjual ikannya dengan segera, tidak jarang kapal purse seine baik dari dalam maupun luar daerah menjual ikan di tengah laut kepada kapal-kapal penampung yang ukurannya kecil, kemudian kapal-kapal penampung tersebut menjualnya ke PPI.

(31)

BAB IV

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.1. Lokasi Usaha

Lokasi usaha terletak di Pusat Pendaratan Ikan Bajomulyo II yang telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendaratan dan penjualan ikan dengan cara lelang terbuka.

Gambar 4.1 Kapal Purse Seine

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Fasilitas utama pada penangkapan ikan pelagis kecil dengan alat tangkap purse seine adalah :

1. Kapal ukuran (m) 17,90 x 6,35 x 2,40 (P x L x D) atau 74 GT terbuat dari kayu jati dengan jumlah tiang 1(satu) dan geladak 1 (satu).

2. Jaring purse seine dengan panjang 7 piece (640m)

3. Mesin penggerak sebanyak 1 (satu) unit dengan kekuatan 280 PK / 8 (delapan) silinder/jumlah baling-baling 1 (satu).

4. Mesin pembangkit listrik sebanyak 2 (dua) unit dengan kekuatan masing-masing 2000 Kwh. Jaring purse seine terdiri dari :

1. Sayap (wing), sayap dua bagian tepi kiri kanan berbahan dasar nilon (multi filamen) lebar mata jaring 2,5 inchi.

(32)

3. Kantong (bent), berbahan dasar multi filamen lebar mata jaring 1 inchi.

4. Pelampung (bouys), daya apung empat kali pemberat (sinker) sehingga mencegah tenggelamnya boat line ketika purse seine ditarik pada waktu operasi, bahan yang digunakan untuk pelampung pada umumnya terbuat terbuat dari bahan sintetis misalnya plastic foam. 5. Pemberat (sinker), terbuat dari timah putih).

6. Selampang (salvage), penghubung antara jaring (webbing) dengan tali ris atas/bawah sebagai penguat jaring.

7. Jaring (webbing), sebaiknya menggunakan bahan yang mempunyai serat yang panjang dan tidak terputus, misalnya nilon.

8. Tali kolor (cork line), berfungsi menarik jaring membentuk kerucut kerucut (kantong), terbuat dari poly ethelene 24mm-28mm

9. Tali ris atas/bawah (Cork line lead line), menempatkan pelampung dan lead line untuk menempatkan pemberat. Bahan yang digunakan adalah poly ethelene, dengan pertimbangan tidak banyak menyerap air, sehingga pada waktu ditarik akan ringan.

10. Tali pelampung (float line), berfungsi sebagai penahan jaring ke atas dipasang sepanjang tali ris atas.

11. Tali pemberat (sinker line), penahan jaring ke arah bawah sepanjang tali ris bawah. Selain alat utama tersebut, alat lain yang penting dan harus ada adalah :

1. Rumpon, terbuat dari tali, jangkar, bambu dan daun kelapa yang dirangkai menjadi satu. 2. Lampu merkuri/galaksi dengan jumlah sekitar 30 buah, dipasang di atas kapal untuk menyinari

(”ngobor”) pada sekitar rumpon.

3. Echo sounder, mendeteksi gerombolan ikan pada arah vertikal dan mementau kedalaman perairan.

4. Box tempat menyimpan ikan dan es 5. Tanki air dan tank BBM

(33)

Gambar 4.2 Jaring Purse Seine

Disamping itu dalam mengoperasikan kapal purse seine perlu disiapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Perbekalan terdiri dari bahan makanan, air minum dan keperluan sehari-hari (personal care) 2. Solar

3. Oli

4. Minyak tanah untuk masak 5. Garam

6. Es

7. Tendak/rumpon dari daun pohon kelapa.

4.3. Tenaga Kerja

Usaha purse seine kebanyakan berbeda antara pemilik usaha (pemilik kapal) dengan pelaksana operasi (awak kapal). Dalam sistim penangkapan ikan beberapa jenis dan jenjang pekerjaan dapat digambarkan berikut ini.

1. Jumlah tenaga kerja 30 orang terdiri dari

1) Nakhoda I 1 (satu) orang

2) Nakhoda II 1 (satu) orang

3) Motoris I 1 (satu) orang

4) Motoris II 1 (satu) orang

5) Motoris III 1 (satu) orang

(34)

Secara rinci posisi dan jumlah penerimaan masing-masing tingkat / jenjang operasi pada usaha penangkapan ikan dapat dlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Contoh Bagi Hasil dari Hasil Tangkapan

No. Nama Penerima Nilai Sistem

1 Jasa Nakhoda

Nakhoda 1 % dari hasil lelang (raman)

Langsung. Pemilik juga menerima bagian 1 % sehingga jumlah potongan sebesar 2 % 2 Lawuhan Nakhoda dan ABK 5 % dari sisa hasil lelang setelah dipotong dengan 2 % di atas.

Total 31 bagian, dimana nakhoda dan motoris, 4 (empat ) orang masing masing mendapat 2 (dua) bagian dan 27 (dua puluh tujuh) ABK masing-masing 1 (satu) bagian

3 Bonus Nakhoda dan motoris

 Bila ramai Rp. 60 jt, bonus Rp. 250.000,-

 Bila raman antara Rp. 60 – 70 jt, ditambah Rp. 500.000,-

 Bila raman Rp. 70 -80 jt, ditambah 750.000  Lebih dari Rp. 80 jt setiap

kelebihan satu juta mendapat bonus Rp. 100.000,-

4 Jasa motoris

Motoris Rp. 50.000,- Diberikan setiap pendaratan ikan

5 Jasa Kebersihan /Perawatan kapal

Pekerja Rp. 100.000,- Diberikan setiap pendaratan ikan 6 Jasa petugas lelang Petugas lelang

Rp. 50.000,- Diberikan setiap pendaratan ikan. 7 Upah perbaikan jaring Pekerja Rp. 25.000,- per hari

Pekerja yang terlibat sekitar 25 (dua puluh lima) orang. Lama hari kerja tergantung tingkat kerusakan jaring.

Sumber: Data Primer diolah.

Data mengenai hasil lelang, biaya total per trip dan hasil siap dibagi kepada ABK dan pemilik kapal purse seine selama tahun 2007 sebanyak 7 (tujuh) trip menunjukkan tren yang bervariasi sesuai keadaan dan hasil tangkapan.

(35)

Tabel 4.2 Hasil Lelang, Perbekalan dan Hasil Siap Dibagi Antara ABK dan Pemilik Kapal Purse Seine Sampel

No. Periode Melaut 2007 Hasil lelang (Rp) Perbekalan (Rp) Hasil Siap dibagi (Rp) 1 26-Jan 157.987.000 72.019.350 85.967.650 2 22-Feb 194.578.000 43.124.800 151.453.200 3 01-Apr 94.116.000 35.895.650 58.220.350 4 29-Apr 141.409.900 36.789.350 104.620.550 5 31-Mei 89.758.000 38.660.650 51.097.350 6 25-Jun 136.949.000 43.073.900 93.875.100 7 02-Agust 119.360.000 37.569.400 81.790.600

Sumber : data primer.

Data yang ada menunjukkan bahwa terdapat fluktuasi hasil lelang, namun nilai perbekalan relatif stabil pada kisaran Rp.35.000.000,- sampai Rp.72.000.000,-. Dari tabel 4.4 selanjutnya dapat disusun grafik perkembangan hasil tangkapan dan hasil siap dibagi antara ABK dan pemilik kapal.

Grafik 4.1 Hasil Lelang, Perbekalan dan Hasil Siap Dibagi antara ABK dan Pemilik Kapal

-50.000.000 100.000.000 150.000.000 200.000.000 250.000.000 2 6 /0 1 /2 0 0 7 2 6 /0 2 /2 0 0 7 2 6 /0 3 /2 0 0 7 2 6 /0 4 /2 0 0 7 2 6 /0 5 /2 0 0 7 2 6 /0 6 /2 0 0 7 2 6 /0 7 /2 0 0 7 Hasil lelang Perbekalan Hasil Siap dibagi

Sumber : Data diolah.

Apabila volume pelelangan meningkat dan juga hasil meningkat, maka hal ini mengindikasikan makin banyaknya hasil yang dilelang. Peningkatan volume lelang ini bisa bersumber dari makin tingginya kapal nelayan yang masuk dan melelang hasil tangkapannya,

(36)

maupun karena perkembangan harga lelang yang berakibat pada kenaikan hasil pendapatan lelang yang diperoleh nelayan maupun fee lelang.

Berapa hasil siap dibagi antara ABK dan pemilik atau pendapatan kotor yang diperoleh seorang nelayan akan memproyeksikan hasil perolehan yang akan dibawa pulang. Bagi pemilik kapal, semakin besar hasil perolehan bagi hasil juga akan mendorong makin besarnya kembalian investasi kapal yang dilakukannya. Makin besar sisa hasil siap dibagi, maka dapat diharapkan akan menyebabkan makin besarnya perolehan nelayan maupun pemilik kapal. Besar kecilnya sisa hasil siap dibagi antara ABK dan pemilik kapal akan mempengaruhi minat berproduksi/melakukan aktivitas pada suatu sektor.

4.4. Teknologi

Purse seine merupakan alat tangkap yang digolongkan ke dalam jaring lingkar, yaitu jaring yang pengoperasiannya dengan jalan melingkar kemudian ditarik. Purse seine disebut juga dengan jaring cincin, yaitu jaring yang mempunyai cincin. Cincin–cincin tersebut digunakan untuk menempatkan tali kolor (purse line). Tali kolor tersebut digunakan untuk menutup bagian bawah dari jaring. Jaring purse seine tipe Jepang, yaitu yang berbentuk trapezium dan dalam mengoperasikannya digunakan hanya satu perahu.

Prinsip kerja dari purse seine adalah dengan melingkarkan jaring tersebut pada gerombolan ikan. Bagian bawah kemudian dikerucutkan sehingga ikan tersebut akan terkumpul pada bagian kantung. Setelah ikan tersebut terkumpul di dalam kantung, kemudian diangkat ke dalam kapal. Selain alat utama, yaitu jaring, terdapat juga peralatan lain yang mendukung operasi penangkapan. Alat tersebut antara lain GPS (Global Position System) yang berfungsi untuk mengetahui posisi kapal. Di samping itu ada fish finder atau echo sounder yang berfungsi untuk mengetahui gerombolan ikan (school of fish) serta kedalamannya. Bahkan ada panduan satelit yang dapat memberikan informasi tentang penyebaran gerombolan ikan.

4.5. Proses Penangkapan

Proses penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine dilakukan dengan cara-cara : memasang menebar rumpon/tendak di laut sehingga memancing ikan berkumpul di sekitar tendak. Setelah dirasakan ikan cukup banyak berdasar pengamatan dengan echo sounder maka dilakukan penjaringan dengan purse-seine. Apabila malam hari maka digunakan lampu agar memancing plankton, dengan banyaknya planton maka ikan akan datang untuk memakan plankton dan ikan kecil-kecil. Setelah diperkirakan jumlah ikan cukup banyak, dilakukan proses penjaringan dengan

(37)

purse seine. Proses menemukan/mencari lokasi gerombolan ikan merupakan langkah pertama dalam penangkapan ikan dengan purse seine.

Terdapat berbagai cara proses penangkapan ikan dengan purse seine, berikut ini berbagai cara penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse-seine.

4.5.1. Mencari atau menemukan lokasi berkumpulnya ikan pelagis kecil (ikan sasaran penangkapan).

Ciri-ciri adanya gerombolan ikan biasanya ditandai dengan :

- adanya perubahan warna air laut

- ikan melompat dekat permukaan

- adanya buih dekat permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan

- burung-burung yang menukik-nukik dan menyambar di permukaan

Proses ini dapat dilakukan secara visual pada senja atau pagi hari, di saat gerombolan ikan aktif naik ke permukaan air.

 Pada saat gerombolan ikan ditemukan, perlu diperkirakan arah pergerakan ikan,

kecepatan pergerakan/renang, kepadatan gerombolan, kedalaman perairan, dan arah kecepatan arus serta angin. Penentuan keputusan haruslah cepat mengingat ikan selalu dalam keadaan bergerak

 Setelah diketahui jumlah/kepadatan ikan, arah dan kecepatan gerak gerombolan ikan,

maka segera kapal purse seine melakukan pelingkaran jaring dengan menghadang arah renang ikan. Pada waktu melingkari gerombolan ikan, kapal dijalankan secepat mungkin agar gerombolan ikan segera terkepung.

 Pada saat prosers pelingkaran gerombolan ikan selesai dan kedua tepi jaring telah

berhasil bertemu, selanjutnya dilakukan penarikan tali karet dengan maksud untuk mencegah ikan agar ikan tidak lari ke arah bawah jaring. Sekarang ini, penarikan tali karet menggunakan roller.

 Tubuh jaring dan float line ditarik jika bagian bawah jaring telah tertutup. Proses

penjaringan selesai apabila semua pemberat telah berada di atas kapal. Segera tubuh jaring dan float line diatur kembali di atas kapal seperti semula untuk memulai proses penangkapan berikutnya.

 Ikan-ikan yang terkumpul pada bagian kantong jaring segera diserok ke atas kapal dan

dimasukkan dalam lubang penyimpanan dalam palka. 4.5.2. Teknik operasi menggunakan alat bantu cahaya:

(38)

 Pada malam hari perahu purse seine menyalakan lampu sambil melakukan labuh jangkar. Diperlukan waktu sekitar 4-5 jam, agar banyak ikan yang bergerombol. Setelah diperkirakan banyak ikan bergerombol karena tertarik sinar, maka awak kapal yang ada di perahu/kapal lampu tersebut akan memberikan kode kepada perahu/kapal jaring (kapal lain yang berfungsi sebagai penangkap) untuk menarik jangkar dan siap melakukan proses penangkapan.

 Begitu aba-aba untuk proses penjaringan diberikan, dilakukanlah identifikasi arah arus

laut dilokasi itu sehubungan dengan arah hanyutnya jaring pada saat pelingkaran.

 Proses selanjutnya adalah penurunan jaring. Pada saat penurunan jarring kecepatan

kapal lebih rendah jika dibandingkan dengan mengejar gerombolan ikan, karena posisi gerombolan ikan tetap berada di sekitar lampu. Selanjutnya sama dengan operasi dengan mengejar gerombolan ikan.

4.5.3. Teknik operasi dengan mengejar gerombolan ikan:

 Melepaskan tali rumpon yang diberi pelampung. (Bisa juga melepaskan pelepah daun

kelapa atau dalam bahasa lokal disebuk tendak). Maksud melepas rumpun berpelampung adalah memancing ikan bergerombol di sekitar rumpun dan sekaligus mengidentifikasi arah dan kecepatan arus laut dengan melihat arah gerakan rumpon.

 Setelah cukup banyak ikan berkumpul di sekitar rumpon, segera dilakukan proses

penjaringan dengan melingkari gerombolan ikan yang ada di bawah rumpon dengan jaring purse seine.

 Setelah proses pelingkaran selesai dan kedua ujungnya sudah dikaitkan, maka segera

dilakukan proses menarik tali kolor dari jaring.

 Setelah jarring sebagian di bawah telah tertutup, jaring ditarik ke atas kapal dengan

roller. Bila jaring sudah di atas kapal maka rumpon tadi dikeluarkan dari jarring dan dikembalikan ke tali pelampung seperti semula. Biasanya ada awak kapal purse seine yang khusus bertugas mengeluarkan rumpon dari jaring, mengatur ulang dan menebar rumpon di laut.

(39)

Gambar 4.3 Purse Seine dengan Rumpon Daun Kelapa 4.5.4. Teknik operasi menggunakan echo sounder

Teknik operasi penangkapan yang menggunakan alat bantu echo sounder tidaklah jauh berbeda dengan operasi yang menggunakan alat bantu lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada pencarian gerombolan ikannya. Proses penangkapan ikan besar ini selengkapnya disajikan dalam gambar berikut:

Gambar 4.4 Proses Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan Alat Bantu Echosounder

Persiapan alat Menyalakan

echo sunder Identifikasi gerombolan ikan dan kepadatannya Mendekati lokasi gerombolan ikan Pelingkaran jaring pada gerombolan ikan Menarik tali jaring agar menutup.

Menarik jaring ke atas kapal dan menyimpan hasil tangkapan

(40)

4.6. Kendala Produksi

Kendala produksi terdiri dari alam, persaingan dan biaya produksi.

1. Faktor alam yang menjadi kendala produksi antara lain cuaca buruk yang terjadi pada saat angin barat.

2. Persaingan yang menyebabkan hasil tangkapan per unit upaya (catch per unit effort/CPUE) atau produktivitas rata-rata per kapal purse seine menurun akibat berkurangnya sumberdaya ikan. Menurunnya CPUE di laut Jawa disebabkan oleh over fishing.

3. Biaya produksi. Faktor biaya produksi menjadi kendala terutama karena mahalnya bahan bakar. Pada setiap trip sebuah kapal purse seine rata-rata membelanjakan 8.000 liter solar dan 900 liter minyak tanah untuk keperluan memasak. Nilai solar adalah Rp4.315 x 8.000 liter = Rp34.520.000,- dan nilai minyak tanah Rp2.350,- x 900 liter = Rp2.115.000,-

Perkembangan nilai perbekalan karena kenaikan BBM sebesar 100% pada tahun 2005 dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Perkembangan Biaya Perbekalan Menurut Data Trip, 2004 - 2006

Tanggal/Tahun Trip Perbekalan (Rp)

12/16/04 40.749.325

10/30/05 47.763.950

12/27/06 70.581.600

Sumber : Data primer.

Data yang ada menunjukkan bahwa telah terjadi lonjakan biaya perbekalan setekah terjadi kenaikan harga BBM 2005/2006. Besarnya lonjakan ini mencapai 48,93% dari nilai tahun 2005.

(41)

BAB V

ASPEK KEUANGAN

5.1. Pola Usaha

Pola usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine dilakukan dalam periode jangka panjang (5 tahun atau lebih). Periode usaha yang panjang disebabkan investasi yang diperlukan cukup besar, untuk 1 unit kapal purse seine dibutuhkan dana untuk investasi dan modal kerja sebesar Rp1 milyar atau lebih.

Kapal purse seine beroperasi sekitar 30 – 45 hari, dengan jumlah awak kapal 28 orang. Setiap tahunnya rata-rata dilakukan 7 trip penangkapan. Untuk setiap trip penangkapan diperlukan perbekalan rata-rata senilai Rp75.000.000,- Urutan elemen biaya perbekalan menurut besarnya jumlah biaya adalah: biaya BBM, disusul biaya persiapan melaut (penyiapan/perbaikan jaring, penyediaan spare part mesin dan alat tangkap), pembelian bahan makanan dan bahan pengawet ikan di laut (es dan garam). Sistim pengupahan yang dilakukan pada usaha ini adalah sistim bagi hasil 50% untuk ABK dan 50% untuk pemilik kapal. Jumlah yang dibagi adalah hasil lelang setelah dikurangi dengan biaya perbekalan, biaya persiapan melaut dan cadangan biaya perbaikan (docking).

Sumber dana usaha purse seine ini berasal dari dana modal sendiri dan kredit bank. Modal sendiri dan kredit kredit yang diperoleh dipergunakan untuk membiaya investasi kapal dan perlengkapannya serta pembiayaan operasi melaut (modal kerja). Faktor pengalaman usaha, kerjasama antara pemilik dan ABK, keterkaitan dengan sistem penangkapan ikan (penyedia perbekalan, pembeli ikan dan stake holder lain), dan sistem pendukungan operasi yaitu radio komunikasi dan peralatan pembantu penangkapan ikan sangat berpengaruh pada keberhasilan usaha.

5.2. Asumsi dan Parameter Keuangan

Dalam kajian keuangan ini asumsi dan parameter keuangan disusun untuk kapal purse seine, jumlah awak 28 orang, operasi 30 – 45 hari per trip penangkapan.

(42)

Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter Keuangan

(43)

5.3. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional 5.3.1. Biaya Investasi

Kebutuhan dana investas diperlukan untuk membeli kapal, alat tangkap (jaring purse seine), mesin penggerak, mesin pembangkit, dan alat-alat operasi lainnya seperti kompor dan tanki air dan tanki BBM. Struktur biaya investasi ini dapat disajikan perhitungannya secara lengkap pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2 Perhitungan Kebutuhan Investasi No Keterangan Satuan Jumlah

Unit Harga per Unit (Rp.000) Jumlah Harga (Rp.000) 1 Kasko Kapal unit 1 400.000 400.000 2

Jaring purseine panjang 7 piece

@ 100 yard unit 1 275.000 275.000

3 Mesin Pendorong

3.1 Mesin Penggerak 280 PK unit 1 35.000 35.000

3.2 As unit 1 10.000 10.000

3.3 Girbox unit 1 20.000 20.000 3.3 Baling-baling unit 1 10.000 10.000 4

Mesin pembangkit listrik 2000

wat unit 2 20.000 40.000

5 Lampu unit 34 800 27.200

6 Echo sounder unit 1 8.500 8.500

7 GPS unit 1 3.000 3.000

8 Radio Komunikasi unit 1 15.000 15.000

9 Tanki air unit 2 1.250 2.500

10 Kompor unit 2 2.000 4.000

11 Perijinan lengkap paket 1 15.000 15.000 12 Perlengkapan keamanan laut* paket 1 30.000 30.000 Jumlah biaya investasi 895.200 Sumber : data primer

Keterangan:* Life Jacket, life craft, pemadam kebakaran, pompa air,parasut signal dll

5.3.2. Biaya Operasional

Untuk operasi penangkapan dibutuhkan perbekalan yang terdiri dari biaya BBM, bahan makanan dan persiapan melaut serta surat-surat ijin. Kebutuhan biaya operasi per trip itu dianggap sebagai modal kerja usaha penangkapan

(44)

Tabel 5.3 Kebutuhan Biaya Operasi Per Trip

No Keterangan satuan Jumlah Unit Harga per Unit (Rp000) Jumlah Harga (Rp000) 1 Biaya Perbekalan per trip

1.1 Pengadaan ABK

(personnel care) paket

1

2.00

0 2.000

1.2 Air minum & mandi 3

tanki @ 2.000 lt 2 100 200 1.3 BBM (solar) 8000 lt d liter 6.000 4,31 5 25.89 0 1.4 Biaya pengadaan (expedisi ) bonus/fee 5% 4,31 5 1.295 1.5 Olie unit 7 150 9.062

1.6 Minyak tanah liter 800

2,35

0 1.880

1.7 Rumpon (bahasa lokal

Tendak) pelepah 200 2 400 1.8 Es batu ton 30 190 5.700 1.9 Garam ton 20 200 4.000 1.10 Bahan makanan 1 8.52 8 8.528

Jumlah kebutuhan

bahan-bahan

58.95 4

2

Beban biaya persiapan melaut 10% (pendapatan

per trip) =10%x150juta 1

15.0 00

15.00 0 3 Biaya surat per trip 1 150 150

Jumlah

74.40 4

Modal kerja per trip

74.40 4 Sumber : data primer

Dari data yang disajikan pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa kebutuhan BBM merupakan kebutuhan perbekalan terbanyak. Demikian juga biaya untuk persiapan melaut yaitu kebutuhan perbaikan dan persiapan jaring, spare part dan alat-alat penangkap ikan membutuhkan biaya yang cukup besar.

5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi, Modal Kerja dan Kredit.

Kebutuhan dana usaha penanagkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine merupakan penjumlahan kebutuhan biaya investasi dan kebutuhan modal kerja. Kebutuhan modal investasi yang diajukan kepada bank diasumsikan 70%, dengan jangka waktu 10 tahun, bunga 18% per tahun. Dana modal kerja diasumsikan 1 X trip dilunasi dalam satu tahun dengan bunga 18% per tahun. Berikut ini disajikan rincian kebutuhan investasi, jumlah kredit dan modal sendiri.

(45)

Tabel 5.4 Perincian Kebutuhan Dana Usaha, Jumlah Kebutuhan Kredit dan Modal Sendiri

No Rincian Biaya Proyek

Total Biaya (Rp000,-) 1 Kebutuhan dana usaha purse-seine

1.1 Biaya pembelian kapal dan perlengkapan 895.200 1.2 Jumlah dana perbekalan (modal kerja) 74.104 Jumlah kebutuhan dana usaha 969.304 2 Total dana proyek yang bersumber dari a. Kredit Investasi (70% dari investasi) 626.640 b. Modal Kerja (70% dari kebutuhan) 51.872 Jumlah dana kredit diajukan kepada bank 678.512

3 Modal sendiri 290.791

Sumber : Lampiran II

Berikut ini disajikan rencana/proyeksi pembayaran bunga dan angsuran kredit investasi dan kredit modal kerja per tahun.

Tabel 5.5 Proyeksi Pembayaran Bunga dan Pelunasan Kredit Investasi (Nilai dalam Rp000,-)

Uraian Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kredit Investasi 626,640 Angsuran 125328 125328 125328 125328 125328 Saldo 626,640 501,312 375,984 250,656 125,328 - Bunga 112,795 90,236 67,677 45,118 22,559

Kredit Modak Kerja 52,082 52,082 52,082 52,082 52,082 52,082

Angsuran 52,082 52082 52082 52082 52082 Saldo 52,082 52,082 52,082 52,082 52,082 52,082 Bunga 9,375 9,375 9,375 9,375 9,375 Jumlah pembayaran bunga 122,170 99,611 77,052 54,493 31,934 Pembayaran angsuran pokok 177,410 177,410 177,410 177,410 177,410 Sumber : Lampiran II.

Angsuran per tahun dan beban bunga yang harus ditanggung oleh seorang pengusaha purse seine cukup besar yaitu mencapai Rp299.580.000,- namun beban itu menurun sejalan dengan berkurangnya beban hutang.

(46)

5.5. Proyeksi Laba Rugi dan Perhitungan Break Even Point.

Dari hasil operasi dan biayang yang ditanggung, maka selanjutnya dapat dihitung laba dan rugi usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine seperti berikut ini,

Tabel 5.6 Proyeksi Laba dan Rugi (Nilai dalam Rp000,-)

No Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 1 Rata-rata perolehan

lelang dari hasil tangkapan 1,071,000 1,071,000 1,071,000 1,071,000 1,071,000 2 Bonus 53,550 53,550 53,550 53,550 53,550 3 Saldo 1,017,450 1,017,450 1,017,450 1,017,450 1,017,450 4 Biaya Operasi > biaya SDM melaut dan uang lauk-pauk

56,000 56,000 56,000 56,000 56,000 > Perbekalan (rata-rata per trip) 525,000 525,000 525,000 525,000 525,000 5 Saldo 36,450 436,450 436,450 436,450 436,450 6 Bagian ABK 152,758 152,758 152,758 152,758 152,758 7 Pendapatan diterima pengusaha/pemilik kapal 283,693 283,693 283,693 283,693 283,693 8 Depresiasi 82,337 82,337 82,337 82,337 82,337 9 Laba sebelum bunga

dan pajak 201,356 201,356 201,356 201,356 201,356 10 Beban bunga 122,170 99,611 77,052 54,493 31,934 11 Laba sebelum pajak 79,186 101,745 124,304 146,863 169,422 12 Pajak 11,878 15,262 18,646 22,029 25,413 13 Laba bersih 67,308 86,483 105,658 124,833 144,009 BEP (Rp.000)) 972,921 944,980 917,038 889,097 861,156

Sumber : Lampiran II.

Dari usaha ini dapat diproyeksi bahwa laba yang diperoleh pada tahun 1 adalah sebesar Rp67.308.000,- dan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dari perhitungan laba rugi, maka selanjutnya dilakukan perhitungan Break Even Point (BEP). Dari data yang ada menunjukkan nilai BEP usaha ini tercapai pada hasil penjualan senilai Rp972.921.000,-. Semakin lama BEP semakin menurun.

(47)

Analisis kelayakan usaha diawali dengan menghitung arus kas, dan selanjutnya dilakukan dengan penghitungan NPV, IRR dan Net Benefit Cost Ratio. Berikut ini hasil perhitungan arus kas bersih usaha penangkapan ikan dengan purse seine dan arus kas untuk perhitungan kelayakan usaha.

Tabel 5.7 Perhitungan Arus Kas (Nilai dalam Rp.000)

Sumber : Lampiran II

Dari data arus kas kajian kelayakan usaha yang ada maka selanjutnya dihitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (BCR). Berikut ini hasil perhitungan dan evaluasi kelayakan usaha usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine.

Tabel 5.8 Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan purse seine

Kriteria kelayakan usaha Nilai Evaluasi Alasan

NPV 74,055 layak positif (>0)

IRR 20.84% layak > 18%

Net Benefit Cost Ratio 1.076 layak > 1

Sumber: Lampiran II

Hasil pengujian kelayakan usaha dengan indikator kelayakan usaha NPV, IRR, dan NB/C Ratio menunjukkan hasil bahwa usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine layak untuk di danai. Berdasarkan Tabel 5.8, dapat dilihat nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku

(48)

bunga yaitu sebesar 22,95%, NPV positif yaitu sebesar Rp 74.055,- dan nilai Net B/C Ratio lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,076.

5.7. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah usaha masih layak apabila terjadi perubahan-perubahan seperti yang diskenariokan. Dalam kajian ini terdapat 3 macam skenario yaitu: turunnya pendapatan, kenaikan biaya dan penurunan pendapatan disertai kenaikan biaya. Berikut ini disajikan hasil uji sensitivitas menurut tiga skenario tersebut.

1. Skenario pertama: terjadi penurunan pendapatan

Usaha mengalami penurunan pendapatan sedangkan biaya operasional dan komponen lain tetap. Pendapatan dapat menurun jika terjadi penurunan hasil hasil tangkapan dan permintaan konsumen atau penurunan harga jual produk. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa perubahan berupa penurunan pendapatan sebesar 3% akan menyebabkan usaha penangkapan ikan dengan purse seine tidak layak. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha ini sensitif terhadap penurunan pendapatan hingga 3 %.

Tabel 5.9 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha Apabila Pendapatan Turun

Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun 2% 3% NPV 7,071 (26,421) IRR 18.27% 16.98% Net B/C Ratio 1.01 0.97

Sumber : Lampiran II.

2. Skenario kedua: terjadi peningkatan biaya operasional.

Usaha mengalami kenaikan biaya operasional sedangkan pendapatan dan komponen lain tetap/konstan. Biaya operasional dapat meningkat jika terjadi kenaikan harga sarana produksi seperti bahan bakar, perbekalan dll. Hasil uji sensitivias menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan biaya sebesar 5%, maka usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine ini menjadi tidak layak. Hal ini menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine sangat sensitif terhadap kenaikan biaya operasional hingga5%.

(49)

Tabel 5.10 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha dengan Kenaikan Biaya Operasi

Kriteria Kelayakan

Biaya Operasi Naik

4% 5% NPV 1,380 (16,789) IRR 18.05% 17.35% Net B/C Ratio 1.001 0.98

Sumber : Lampiran II.

3. Skenario yang ketiga: terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional.

Usaha mengalami penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional secara bersama-sama, yang mungkin terjadi karena terjadi penurunan hasil tangkapan dan permintaan konsumen atau penurunan harga jual produk dan diikuti oleh kenaikan biaya operasional karena kenaikan harga sarana produksi dan perbekalan. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi penurunan pendapatan 2% dan peningkatan biaya operasi operasi sebesar 2% maka usaha menjadi tidak layak.

Tabel 5.11 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha Terjadi Penurunan Pendapatan dan Biaya Operasi Meningkat

Kriteria Kelayakan

Pendapatan Turun dan Biaya Naik 1% 2% NPV 22,394 (29,267) IRR 18.86% 16.87% Net B/C Ratio 1.02 0.97 Sumber : Lampiran II

(50)

Gambar

Tabel 2.1   Produksi Ikan Laut Kabupaten Pati, 2006  No.  Nama TPI  Produksi
Tabel 2.3  Produksi Ikan Yang Didaratkan Kapal Purse Seine   di TPI Bajomulyo II, 2006
Tabel 2.4  Nilai Produksi Ikan Yang Didaratkan Kapal Purse Seine   Di TPI Bajomulyo II, 2006
Grafik 2.1  Produksi Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine   di TPI Bajomulyo II Setiap Bulan, 2006 (Kg)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variasi bahasa slang digunakan secara rahasia dan terbatas hanya pada kalangan para tukang ojek, tetapi variasi bahasa jargon meskipun tidak diketahui oleh orang lain

 Normal : Menampilkan secara lengkap outline presentasi, isi slide dan catatan pada slide tersebut Slide Sorter : Menampilkan secara keseluruhan dari slide yang Anda buat dalam

Sasaran yang ingin dicapai STIE Prasetiya Mulya adalah menempatkan diri sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan yang didasarkan pada pemikiran bahwa tahapan

kegiatan demonstrasi, diskusi dan presentasi Tugas  Membuat desain kerja yang sesuai dengan sampel yang dibuat  Membuat sampel rok dengan ukuran standar 

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa daya ledak otot lengan merupakan kemampuan otot lengan untuk menampilkan kekuatan maksimum dan kecepatan

Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Karang Tengah.. PHBS yang

(1952), persyaratan kayu sebagai bahan baku adalah jenis kayu yang memiliki perbandingan elastisitas (kelenturan) yang tinggi terhadap masa jenis atau kerapatannya, namun

Sementara hasil penelitian Sutikno (2003) di SMK Swasta Kota Salatiga; Andreas (2011) di YPE GKI Salatiga dan Musrifah (2011) di SD Kecamatan Sidorejo Kota