• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. Partisipasi perempuan dalam pers dan politik di kota Medan. dimulai pada awal abad ke-20. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. Partisipasi perempuan dalam pers dan politik di kota Medan. dimulai pada awal abad ke-20. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah

Partisipasi perempuan dalam pers dan politik di kota Medan dimulai pada awal abad ke-20. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari pemberlakuan politik etis oleh pemerintah kolonial, terutama bidang pendidikan. Terbukanya akses pendidikan bagi perempuan kemudian berdampak pada peningkatan aktivitas perempuan dalam bidang pers, sosial dan politik.

Dalam bidang pers, perempuan hadir melalui surat kabar Perempuan Bergerak yang terbit pada 1919. Surat kabar ini menjadi surat kabar perempuan pertama di Kota Medan1,

meskipun pemimpin redaksi pada terbitan awalnya bukanlah perempuan.2 Setelah itu muncul surat kabar-surat kabar

1 Moh. Said, Sejarah Pers Sumatera Utara Dengan Masyarakat

yang Dicerminkannya 1885 – Maret – 1942. (Medan : Waspada

Press, 1976), hlm. 97

2 Parada Harahap adalah pemimpin redaksi dalam terbitan

pertama surat kabar Perempoean Bergerak pada 1919. Namun pada 1920, surat kabar tersebut dipimpin oleh Siti Roehana, yang lebih dikenal dengan nama Rohana Koedoes.

www.melayuonline.com tanggal akses 18 April 2013. Nama lain

yang juga pernah menjadi anggota dewan redaksi surat kabar ini adalah Setiaman, yang merupakan istri dari Parada Harahap. Moh. Said, Ibid.

(2)

2

perempuan lainnya di berbagai daerah di wilayah Sumatera Timur.3

Melalui pers, kaum perempuan menyalurkan ide-ide, pemikiran dan perasaannya yang selama ini tertekan oleh sistem adat dan budaya patriarki. Perempuan mulai memperdulikan keberadaan sistem sosial-budaya, mereka mulai sadar dan menuntut kemerdekaan dan keluwesan dalam melaksanakan aktivitas. Kaum perempuan mulai melakukan perlawanan atas sistem adat dan budaya yang dianggap diskriminatif.4

Selain surat kabar perempuan, surat kabar berbahasa Melayu lebih dulu terbit dan bertambah banyak pada periode 1930-an.5 Banyaknya surat kabar yang terbit menarik beberapa

perempuan untuk menjadi jurnalis dan menulis di surat kabar. Mereka adalah Ommoe Shoebaidah (Pandji Islam), Puan Gumarnia

3 Surat kabar tersebut adalah

Parsaoelian Ni Soripada (1927),

Soera Iboe (1932), Beta (1933), Keoetamaan Isteri (1937-1941),

Menara Poetri (1937) dan Boroe Tapanoeli (1940). Wannofri Samry.

Suara Perempuan Sumatera : Pers Perempuan di Sumatera Utara pada Zaman Kolonial 1919-1942, makalah dalam Seminar UPI, 2013

, hlm. 5

4 ibid

5 Surat kabar adalah alat yang digunakan para intelektual

Indonesia untuk menyebarkan paham kebangsaan secara luas kepada rakyat Indonesia, sehingga dengan adanya banyak surat kabar di suatu daerah, terutama surat kabar dengan bahasa Melayu yang menjadi bahasa persatuan pada saat itu, paham kebangsaan akan dapat menyebar dengan cepat. Anthony Reid menyebut medan sebagai salah satu kota yang bersifat Anthony Reid. Perjuangan Rakyat, Revolusi Dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1987), hlm. 109

(3)

3

Al Matsir (K.I.), Rangkayo L. Roesli (K.I.), Roswita Cavalinnie (Abad 20), Siti Norma (Pedoman Masjarakat), Rangkayo Rasoena Said (Menara Poetri), Rohana Djamil (P.I., editor), Puan Dt Temenggoeng (K. I.), Ani Idrus (Seruan Kita), Moenar (Keoetamaan Isteri), Fatimah Das (K.I.), Herawati Latif (P.I), Siti Awan (K. I.) dan S. K. Trimurti (penulis bebas).6 Beberapa dari mereka adalah jurnalis di

Kota Medan dan yang lainnya merupakan jurnalis dari berbagai daerah yang menulis untuk surat kabar dan majalah yang ada di Medan dan Sumatera Timur.

Kehadiran perempuan dalam dunia pers dengan tulisan-tulisannya memberi warna yang berbeda dalam beberapa terbitan surat kabar di Kota Medan. Pemikiran mereka yang tertuang dalam tulisan-tulisan mereka menjadi gambaran yang nyata tentang bagaimana perempuan menunjukkan dirinya saat itu. Hal tersebut sangat menarik, mengingat tidak banyak perempuan yang aktif menulis pada periode tersebut. Perempuan mulai memikirkan tentang sistem adat dan budaya yang diskriminatif terhadap diri mereka, sehingga mereka kemudian melakukan perlawanan atas sistem tersebut.7

Hal-hal yang mereka kritisi melalui tulisannya tidak hanya persoalan adat dan budaya yang diskriminatif, mereka juga

6 Wannofri Samry. op.cit, hlm. 14 7 ibid, hlm. 5

(4)

4

mengkritisi kebijakan-kebijakan politik dan perlakuan pegawai pemerintah Kolonial Belanda. Saat melakukan hal tersebut, mereka tentu saja tidak menggunakan nama asli mereka, karena bisa berujung pada kurungan penjara, seperti yang terjadi pada Parada Harahap.8 Ia tidak menggunakan nama samaran saat

menyampaikan keburukan-keburukan kontrolir Belanda yang ada di Padang Sidempuan melalui beberapa tulisannya. Oleh karena itu, ia ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Kasus tersebut menjadi pelajaran bagi jurnalis lain untuk lebih hati-hati, sehingga penggunaan nama samaran menjadi pilihan yang tepat bagi mereka.9 Ani Idrus yang juga jurnalis pada masa tersebut

melakukan hal yang sama dengan jurnalis lainnya. Ia menggunakan nama samaran saat mengirimkan tulisannya di surat kabar, nama yang ia gunakan adalah Lady Andy.10

8 Parada Harahap mendapatkan julukan Raja Persdelik.

Selama di Padang Sidempuan, ia sudah menghadapi 12 kali persdelik, dan karena itu ia harus keluar masuk penjara selama 7 bulan. Moh. Said, op.cit, hlm. 98-99

9 Penggunaan nama samaran dalam surat kabar kerap

dilakukan oleh jurnalis-jurnalis pada masa pergerakan. Hal tersebut adalah cara mereka melindungi diri mereka. Salah satu di antara jurnalis terkenal di kota Medan saat itu yang menggunakan nama samaran adalah Hasbullah Parinduri, ia menggunakan nama samaran Matu Mona. Beberapa tulisannya cukup radikal dalam mengkritisi apa yang dilakukan pemerintah colonial terhadap rakyat Indonesia.

10 Nama Lady Andy digunakan Ani Idrus saat ia menjadi

penulis di surat kabar Sinar Deli. Beberapa tulisan Ani Idrus dengan nama tersebut banyak ditemukan sepanjang tahun 1938.

(5)

5

Tidak cukup hanya aktif dalam dunia pers, beberapa dari jurnalis-jurnalis perempuan tersebut juga melibatkan diri mereka ke dunia politik. Mereka bergabung dalam organisasi-organisasi seperti Aisyiah, Al Washliyah, Soeara Iboe, Koetamaan Isteri, Pagoeyoeban Warga Soenda dan juga Boedi Oetomo.11 Selain

organisasi tersebut, ada juga organisasi Indonesia Muda, Partai Indonesia (Partindo) dan juga Gerakan Indonesia Raya (Gerindo).

Dari beberapa jurnalis perempuan yang aktif dalam pers dan politik pada tahun 1930-an tersebut, Ani Idrus menjadi satu-satunya yang masih tetap aktif dalam dunia pers dan politik di Kota Medan sampai tahun 1970-an. Ia aktif menulis di surat kabar pada tahun 1930-an dan menerbitkan surat kabar dan majalah perempuan pada tahun 1940-an. Pada periode yang sama ia juga aktif dalam partai politik, menjadi ketua PWI pada periode 1950-an dan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat – Gotong Royong di Medan pada tahun 1960-1970-an. Dalam waktu yang panjang tersebut, apa saja yang dilakukan Ani Idrus dengan pemikirannya dalam perjalanan sejarah pers dan politik di kota Medan?

11 Wannofri Samry, Penerbitan Akhbar dan Majalah di

Sumatera Utara 1902-1942: Proses Perjuangan Identiti dan Kebangsaan, disertasi Ph.D, Program Sejarah, Fakulti Sain Sosial dan Kemanusiaan, Universiti Kebangsaan Malaysia. 2013. hlm. 269

(6)

6

Kehadiran serta eksistensi Ani Idrus dalam dunia pers dan politik di Kota Medan sejak 1930-an sampai 1970-an menjadi salah satu bukti nyata bahwa perempuan juga hadir dalam peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi. Untuk itu, perempuan perlu dihadirkan dalam historiografi Indonesia dengan tujuan untuk menemukan makna yang mereka hadirkan dan bagaimana mereka berfungsi untuk mempertahankan keteraturan sosial atau perubahan-perubahan disekelilingnya.12 Oleh karena itu

perempuan harus ditulis sebagai fokus pertanyaan, subyek dari cerita, dan suatu agen naratif- apakah naratif tersebut adalah kronik kejadian politik, pergerakan politik atau proses berskala besar dari suatu perubahan sosial.13

Penulisan biografi, khususnya tentang tokoh perempuan adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menghadirkan perempuan dalam historiografi Indonesia, baik sebagai subjek dan objek sejarah. Namun penulisan biografi yang dimunculkan harus merupakan bentuk dari penulisan sejarah kritis. Konsep persoonlijkheid dalam penulisan biografi harus diutamakan karena dapat memberikan penjelasan tentang proses dan struktur dari perkembagan yang menyejarah dari tokoh yang dijadikan

12 Joan Wallach Scott, Gender and Politics of History (New

York : Columbia Universty 1988), hlm 29. Lihat juga dalam Bambang Purwanto. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?! (Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2006). hlm. 29-36

(7)

7

fokus tulisan.14 Dengan begitu kajian biografi yang dihasilkan

dapat menunjukkan seseorang, baik laki-laki ataupun perempuan dalam proses dan jalan sejarah yang ada secara total. Karena masa lalu adalah masa lalu perempuan dan laki-laki bersama.15

Dalam historiografi Indonesia, kajian biografi perempuan memang sudah mendapat perhatian 16, namun kuantitasnya jauh

di bawah kajian biografi laki-laki, seperti biografi Soekarno17, Moh.

Hatta18, Sutan Sjahrir19, Soedjatmoko20, Tan Malaka21 dan

Soeharto22 yang sudah banyak ditulis.

14 Bambang Purwanto. Biografi dalam Historiografi Indonesia.

(Yogyakarta : Fak. Sastra UGM, 1987), hlm. 8

15 Kuntowijoyo, Metodologi sejarah. (Yogyakarta : Tiara

Wacana, 2003), hlm. 15

16 Beberapa biografi tentang perempuan yang sudah ditulis

diantaranya R.A Kartini, Cut Nyak Dhien, Roehanna Kudus, Siti Soendari, dan SK. Trimurti.

17 Cindy Adams. Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat.

(Jakarta : Yayasan Bung Karno – Media Pressindo, 2007)

18 Deliar Noer. Moh. Hatta : Biografi Politik. (Jakarta : LP3ES,

1990)

19 Rudolf Mrazek, Sutan Sjahrir : Politik dan Pengasingan di

Indonesia. (Jakarta, Yayasn Obor Indonesia, 1996)

20 M. Nursam, Pergumulan Seorang Intelektual : Biografi

Soedjatmoko. (Jakarta: Gramedia, 2002)

21 Harry A. Pooze melalui beberapa bukunya menuliskan

perjalanan hidup Tan Malaka, diantaranya adalah buku Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia yang terbit dalam empat jilid dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia.

22 R.E. Elson. Suharto : Sebuah Biografi Politik. (Jakarta :

(8)

8

Menghadirkan biografi Ani Idrus beserta pemikirannya dapat mendeskripsikan proses hadirnya perempuan secara utuh, tidak hanya sekedar pelengkap namun dapat menunjukkan bahwa perempuan dengan pemikirannya juga ada dalam deretan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di Sumatera Utara. Biografi Ani Idrus dengan pemikirannya yang dituliskan ini menjadi pelengkap dari penulisan biografi yang sudah ada.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Pokok permasalahan dalam studi ini adalah tentang kehidupan Ani Idrus dalam dunia pers dan politik sejak 1930an-1970an. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari permasalahan tersebut diuraikan sebagai berikut; Bagaimana keadaan lingkungan sosial dan budaya tempat tinggal Ani Idrus yang membentuk kepribadian dan pemikirannya? Apa yang menjadi alasan Ani Idrus memutuskan untuk berpartisipasi dalam pers dan politik? Sejak kapan ia aktif dalam pers dan politik? Hal apa saja yang ia lakukan saat berpartisipasi dalam pers dan politik? dan Mengapa ia melakukan hal tersebut?

Subjek dalam kajian ini adalah Ani Idrus, seorang tokoh jurnalis perempuan dan politisi di Kota Medan yang memulai karirnya sejak tahun 1930-an. Inilah yang menjadi alasan pemilihan periode 1930-an sebagai batasan awal penulisan kajian

(9)

9

ini. Pada tahun 1949, ia menerbitkan majalah Dunia Wanita dan aktif menulis di majalah tersebut sampai tahun 1960-an. Tetapi periode tersebut tidak dijadikan sebagai batasan akhir kajian ini. Batasan akhir kajian ini adalah tahun 1970-an, saat Ia berhenti menjadi anggota DPR-GR. Meskipun setelah periode tersebut ia tidak lagi menulis dan berpolitik, namun Ani Idrus tetap memberi perhatiannya serta kepeduliannya terhadap masalah-masalah dalam bidang pers, politik dan perempuan yang sedang aktual. Ani Idrus juga memberi perhatian yang besar dalam bidang pendidikan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, ada beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian ini. Pertama, mendeskripsikan pengaruh lingkungan sosial dan budaya dalam pembentukan pemikiran Ani Idrus. Kedua, menjelaskan cara perempuan memikiran tentang perempuan, dalam kajian ini diwakili oleh Ani Idrus. Melalui pemikiran Ani Idrus tentang perempuan dapat diketahui fakta-fakta sejarah mengenai kehidupan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan di Kota Medan pada periode 1930-an sampai 1970-an. Ketiga, menjelaskan proses kehadiran perempuan dalam dunia politik dan pers di Kota Medan.

(10)

10

Penulisan biografi tokoh yang sudah ada di Medan masih terbatas pada penulisan biografi laki-laki dan dengan tujuan tertentu pula. Hal tersebut misalnya, Biografi Guru Patimpus, William Iskandar, Jamin Ginting, dan beberapa biografi orang yang pernah menjabat sebagai gubernur Sumatera Utara seperti SM. Amin. Penulisan biografi tersebut dilakukan dengan tujuan menjadikan tokoh biografi yang ditulis sebagai pahlawan nasional atau sebagai bentuk legitimasi politik. Penulisan biografi tentang Ani Idrus sudah dilakukan, namun kajian ini yang fokus pada masalah pemikiran Ani Idrus adalah yang pertama, sehingga kajian ini bermanfaat untuk melengkapi kajian biografi Ani Idrus yang sudah ada sebelumnya.

D. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa pustaka yang cukup berkaitan dengan penulisan studi ini. Pustaka-pustaka tersebut diantaranya adalah buku-buku biografi tokoh dalam penulisan ini. Ketika seseorang menulis biografi yang tokoh utama tulisan tersebut masih hidup, akan dihasilkan tulisan yang dalam beberapa hal mendapat pengaruh dari tokoh yang dituliskan. Hal ini lah yang terjadi ketika Tridah Bangun menulis buku Hajjah Ani Idrus: Tokoh

(11)

11

Wartawati Indonesia23 pada tahun 1990. Penulis buku tersebut

menuliskan perjalanan hidup Ani Idrus, berdasarkan hasil wawancara langsungnya dengan Ani Idrus. Cukup berdasar jika tingkat subjektifitasnya dalam tulisannya cukup tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan deskripsi-deskripsi hal positif yang dimunculkankan. Namun, ada hal yang malah menjadi kekuatan dari tulisan tersebut, karena ada beberapa detil-detil peristiwa yang hanya bisa dituliskan ketika tokoh tersebut masih hidup. Penulis buku tersebut lebih memfokuskan pada sepak terjang Ani Idrus dalam dunia jurnalistik namun tidak sampai pada tahap menganalisis dan menafsirkan hasil-hasil tulisan Ani Idrus selama menjadi jurnalis.

Buku biografi dan otobiografi lainnya tentang Ani Idrus adalah buku yang ditulis oleh Soebagio I.N yang berjudul Ani Idrus : Wartawan, Usahawan dan Sosiawan24. Hampir sama dengan

buku sebelumnya, dalam buku ini dinarasikan sosok Ani Idrus sebagai pribadi yang menekuni dunia surat kabar dan menjadikannya sebagai tempat usaha dan tempat berinteraksi dengan masyarakat. Dan memiliki kelemahan yang sama bahwa deskripsi-deskripsi yang disampaikan hanya pada hal yang “plus”, sedikit sekali mendeskripsikan hal “minus” tokohnya.

23 Tridah Bangun. Hajjah Ani Idrus : Tokoh Wartawati

Indonesia. (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1990)

24 Subagio I.N. Ani Idrus : Wartawan, Usahawan dan

(12)

12

Perbedaannya dengan buku sebelumnya adalah bahwa dalam buku ini penulis menarasikan sosok Ani Idrus tidak hanya sebagai jurnalis, tetapi juga seorang usahawan, disini maksudnya adalah Ani Idrus dianggap sebagai usahawan melalui penerbitan surat kabar Waspada dan percetakan PT. Prakarsa Abadi Press yang ia jalankan. Ani Idrus juga menjadi sosok sosiawan yang dengan empati dan kepeduliannya terhadap keadaan-keadaan sosial di Kota Medan.

Hajjah Ani Idrus 80 Tahun25, merupakan buku yang disusun

oleh Prabudi Said, dan Sakhyan Asmara untuk memperingati ulang tahun Ani Idrus yang ke-80 pada tahun 1998. Buku ini berisi tulisan-tulisan mengenai kesan pesan dari rekan-rekan jurnalisnya, pejabat daerah, politisi, kerabat, cendekiawan, tokoh masyarakat, kalangan wanita, dan juga para mahasiswa yang pernah mengenal dan berinteraksi dengan Ani Idrus. Testimoni-testimoni dari beberapa orang dalam buku tersebut menggambarkan karakter Ani Idrus dan perjalanan karirnya.

Sekilas Pengalaman dalam Pers dan Organisasi PWI di Sumatera Utara26 adalah bunga rampai karir jurnalistik Ani Idrus.

Buku tersebut berisi pengalaman pribadi Ani Idrus selama ia

25 Prabudi Said, dkk. Hajjah Ani Idrus 80 Tahun. (Medan : Pt.

Prakarsa Abadi Press. 1998)

26 Ani Idrus. Sekilas Pengalaman dalam Pers dan Organisasi

(13)

13

menjadi wartawati sampai buku tersebut terbit pada tahun 1985. Dalam buku tersebut, perkembangan pers di Sumatera Timur cukup tergambarkan. Selain itu, buku Sejarah Pers Sumatera Utara Dengan Masyarakat yang Dicerminkannya 1885 – Maret – 194227, yang ditulis oleh Mohammad Said juga menjelaskan

perkembangan pers di Sumatera Utara. Buku tersebut berisi tentang perkembangan pers di daerah-daerah di wilayah Sumatera Utara mulai tahun 1885 sampai 1942. Ada beberapa surat kabar pada masa tersebut, diantaranya Deli Courant, De Oostkust, De Sumatra Post, Pertja Timor, De Planter, Pewarta Deli, Andalas, Benih Merdeka, Poestaha, Tapian Na Oeli, Hindia Sepakat, Sinar Merdeka, Soeara Batak, Sama Rata, Sinar Zaman, Oetoesan Sumatera, Warta Timoer, Tjin Po, Sinar Deli dan beberapa surat kabar lainnya. Dengan deskripsi-deskripsi dalam buku tersebut dapat dilihat bagaimana pemikiran Ani Idrus mengikuti perkembangan wacana-wacana dan realita-realita yang terjadi dalam masyarakat di Sumatera Utara.

Disertasi Wannofri Samry, Penerbitan Akhbar dan Majalah di Sumatera Utara 1902-1942: Proses Perjuangan Identiti dan Kebangsaan menjadi pustaka yang cocok untuk mengetahui keadaan sosial, kultural, politik dan ekonomi di Sumatera Utara

27 Moh. Said. Sejarah Pers Sumatera Utara Dengan

Masyarakat yang Dicerminkannya 1885 – Maret – 1942. (Medan :

(14)

14

melalui wacana-wacana yang ada dalam surat kabar-surat kabar yang terbit selama masa tersebut. Ada bab tersendiri dalam disertasi tersebut yang khusus membahas tentang pers perempuan di Sumatera Timur. Pers perempuan menjadi tempat dan sekaligus senjata bagi perempuan dalam melakukan pergerakan.

Berita Peristiwa 60 Tahun Waspada28, berisi tentang

peristiwa-peristiwa penting yang menjadi headline tiap terbitan Waspada sejak pertama kali terbit sampai tahun 2006. Buku ini lebih mirip seperti bunga rampai surat Kabar Waspada, yang berisi sejarah berdirinya Waspada, peristiwa-peristiwa penting yang dialaminya, profil tokoh pendirinya dan testimoni-testimoni dari beberapa tokoh tentang Waspada. Ani Idrus menjadi salah satu pendiri surat kabar Waspada, ia memberikan kontribusi yang sangat besar dalam keberlangsungan Waspada sampai ia tutup usia. Dalam beberapa testimoni yang diberikan beberapa tokoh pers tergambarkan peran serta Ani idrus dalam sejarah pers di kota Medan bersama Waspada.

Beberapa kajian yang dibahas tersebut menghadirkan Ani Idrus dalam historiografi tidak secara utuh. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis menghadirkan Ani Idrus secara utuh bersama dengan pemikirannya. Hal tersebut dilakukan dengan

28 Prabudi Said. Berita Peristiwa 60 Tahun Waspada.

(15)

15

menganalisis tulisan-tulisan Ani Idrus yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

E. Kerangka Konsep dan Pendekatan

Biografi adalah bagian dari penulisan sejarah (historiografi). Ada berbagai bentuk biografi yang sudah banyak dituliskan oleh sejarawan, seperti biografi politik, biografi intelektual/pemikiran dan juga biografi kolektif (prosopography).29

Ada empat hal yang harus ada dalam setiap penulisan biografi, yaitu (1) kepribadian tokoh, (2) kekuatan sosial yang mendukung, (3) lukisan sejarah zamannya, dan (4) keberuntungan dan kesempatan yang datang. Keempat hal itulah dasar dalam pengembangan narasi-narasi dalam penulisan biografi.30

Sebuah biografi harus mampu menghidupkan kembali seorang tokoh dengan cara menceritakan kepribadiannya, kehidupannya, percakapannya, kesenangannya dan perasaan-perasaannya. Ini berarti bahwa sebuah biografi bukan hanya sekedar what man is, tetapi juga why-nya. Biografi juga harus mampu menghidupkan tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman orang yang dibiografikan. Kedua hal tersebut menjadi syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menulis biografi, namun

29 Kuntowijoyo, Metodologi sejarah. (Yogyakarta : Tiara

Wacana, 2003), hlm. 203-212

(16)

16

yang paling penting adalah bahwa penulis biografi harus mampu menempatkan tokohnya dalam kerangka sejarah, his/her position and his/her significance in the broad stream of events.31

Dalam studi ini bentuk biografi yang dituliskan bisa dikatakan sebagai biografi pemikiran. Karena selain menarasikan kehidupan, aktifitas tokoh, studi ini juga berisi analisis pemikirannya. Biografi pemikiran adalah bagian dari sejarah pemikiran/sejarah intelektual.32 Menurut Roland N. Stromber,

sejarah pemikiran adalah history of idea atau intellectual history yang merupakan studi tentang peranan ide-ide dalam peristiwa dan proses sejarah33. Ide, alam pikiran manusia pada masa lalu

adalah perhatian utama sejarah intelektual. Alam pikiran itu mempunyai struktur-struktur yang dapat bertahan lebih lama dan mempunyai pengaruh langsung terhadap perbuatan manusia. 34.

Pemikiran manusia itu sendiri bisa mengenai politik, agama,

31 R.Z. Lerissa, Biografi, dalam Pemikiran Biografi,

Kepahlawanan dan Kesejarahan. (Jakarta : Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981), hlm. 41

32 Untuk menghindari kesalahpahaman konsep, istilah

sejarah pemikiran dan sejarah intelektual dalam tesis ini disamakan, sehingga dalam beberapa bagian akan disebutkan sebagai sejarah pemikiran dan di bagian yang lain disebutkan sebagai sejarah intelektual.

33 Roland N. Stamberg. European Intellectual Since 1789

dalam Kuntowijoyo, op.cit, hlm. 189

34 Helius Sjamsuddin. Metodologi Penelitian Sejarah.

(17)

17

ekonomi, sosial, hukum, budaya, filsafat dan sebagainya yang merupakan bentuk pemikiran teoritis.35

Biografi pemikiran tentang tokoh tertentu akan memfokuskan pada karya dari tokoh tersebut, baik dalam bentuk fiksi (karya sastra) ataupun bentuk non-fiksi (artikel-artikel, jurnal ataupun buku non fiksi). Selain itu juga, aktualisasi diri tokoh juga menjadi bagian penting dalam menarasikan biografi pemikiran seseorang.

Dalam sejarah pemikiran ada tiga macam pendekatan yang digunakan, yaitu kajian teks, kajian konteks dan kajian hubungan antara teks dan masyarakatnya. Kajian teks menjelaskan dan mencakup mengenai genesis pemikiran, konsistensi pemikiran, evolusi pemikiran, sistematika pemikiran, perkembangan dan perubahan, varian pemikiran, komunikasi pemikiran, dan internal dialectics dan kesinambungan pemikiran serta intertekstualitas. Dalam kajian konteks, sejarah pemikiran harus mencakup mengenai konteks sejarah, konteks politik, konteks budaya dan juga konteks sosial. Terakhir adalah mengenai kajian hubungan antara teks dan masyarakatnya, meskipun ada sedikit kesulitan menjelaskan masalah hubungan tersebut, ada beberapa hal yang

(18)

18

dapat menjelaskannya yaitu masalah pengaruh, implementasi, diseminasi dan sosialisasi pemikiran.36

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa penulisan biografi dalam studi ini adalah penulisan biografi pemikiran dan yang menjadi tokohnya adalah seorang perempuan, sehingga studi ini juga menjadi bagian dari penulisan sejarah perempuan. Pengembangan sejarah perempuan di Indonesia sudah mulai dilirik sejak tahun 1980-an. Namun pada periode tersebut kuantitas kajian dan studi mengenai perempuan baik sebagai subjek sosial, peranan perempuan dan lainnya yang dihasilkan masih terpisah-pisah.37 Untuk selanjutnya, studi yang dilakukan

harus mampu menghasilkan kajian mengenai perempuan secara utuh.

Studi tentang sejarah perempuan yang beragam, salah satunya biografi tokoh perempuan, perlu dihadirkan dalam historiografi Indonesia, karena melalui studi tersebut dapat ditunjukkan peran jenis kelamin dan simbolisme seksual dalam periode dan masyarakat yang berbeda.38

36 Kuntowijoyo, op.cit, hlm. 191-199

37 Anna Mariana dalam pengantar Etnohistori edisi

Genealogi Gerakan dan Studi Perempuan. 25 Juni 2013

38 Joan Wallach Scott, Gender and Politics of History (New

(19)

19

Penulisan biografi tentang perempuan tidak harus hanya melihat perempuan dari satu aspek saja, misalnya peran domestik, sosial atau politiknya saja. Namun juga harus dapat melihat bagaimana peran mereka dalam proses dan jalan sejarah yang ada secara total. Karena masa lalu adalah masa lalu perempuan dan laki-laki bersama.39

Joan W. Scott menawarkan dua pendekatan dalam mengkaji sejarah perempuan, pendekatan tersebut adalah pendekatan secara kronologi dan pendekatan kausal atau sebab akibat. 40

Dalam pendekatan kronologi, masalah perempuan diangkat sebagai subyek sejarah, dengan memberikan nilai pada suatu pengalaman perempuan yang telah diabaikan dan bahan tidak dinilai. Dalam studi ini, masalah-masalah perempuan yang diangkat Ani Idrus dalam tulisannya menjadi pokok pembahasan penting.

Dan dalam pendekatan kausal, yang diangkat adalah peran kausal yang dimainkan oleh perempuan dalam sejarah, dengan mencari pemahaman bagaimana dan kenapa perempuan mengambil bentuk atas beberapa tindakan yang mereka lakukan. Untuk melihat peran kausal yang diperankan oleh Ani Idrus, akan dianilisis ide, persepsi dan juga tindakannya dalam lingkungan

39 Kuntowijoyo, op.cit hal 15

(20)

20

sosio-kulturalnya. Dan juga untuk memperoleh pemahaman akan sebab akibat yang melatarbelakangi ide dan bentuk perilaku yang diekspresikan oleh Ani Idrus.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari penelitian kualitatif yang menggunakan metode sejarah. Louis Gottschalk menjelaskan bahwa metode sejarah adalah metode yang dapat dipercaya dalam proses menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang autentik.41 Kuntowijoyo

menjelaskan bahwa metode sejarah memiliki lima tahapan, yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber (heuristik), interpretasi, analisis dan sinstudi dan penulisan.42 Untuk itu, yang menjadi

koridor dalam penelitian ini adalah tahapan-tahapan tersebut Tahapan heuristik penelitian ini adalah menelusuri sumber-sumber kepustakaan primer dan sekunder dan juga wawancara. Penelusuran sumber-sumber tersebut dilakukan di berbagai tempat seperti Perpustakaan Nasional di Jakarta. Sasaran utama data di Perpustakaan Nasional adalah Surat Kabar Sinar Deli pada 1930-an, Seruan Kita, Penjedar, Waspada, serta Majalah Dunia

41 Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah.

Yogyakarta : Ar-Ruz Media, 2007.

42 Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara

(21)

21

Wanita yang terbit mulai tahun 1949. Surat kabar-surat kabar lokal di Medam, selain yang sudah disebutkan sebelumnya seperti Pelita Andalas, Perempoean Bergerak, Menara Poeteri, Suluh Merdeka, juga dijadikan sebagai sumber, karena sedikit banyak juga memuat realitas-relaitas sosial masyarakat pada masa itu.

Selanjutnya di ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) Jakarta, sumber data yang temukan disini adalah arsip-arsip tentang laporan-laporan mengenai persuratkabaran di Sumatera Timur pada 1930-an sampai periode kolonial berakhir, dan juga arsip-arsip lain tentang pergerakan perempuan di Sumatera Timur. Koran berbahasa Belanda yang memuat berita tentang Ani Idrus juga menjadi sumber data penelitian ini.

Perpustakaan surat kabar Waspada dan perpustakaan pribadi Ani Idrus di Jl. SM. Raja, Medan merupakan penyedia sumber data yang utama, karena di dua tempat ini terdapat buku-buku, yang beberapa diantaranya tidak diterbitkan untuk umum, karena hanya untuk kalangan sendiri mengenai objek kajian penelitian ini, termasuk tulisan Ani Idrus yang berjudul, Wanita : Dulu, Sekarang dan Esok. Selain itu, di perpustakaan pribadi Ani Idrus, yang juga merupakan tempat tinggal Ani Idrus sewaktu masih hidup, terdapat foto-foto koleksi pribadi Ani Idrus mulai dari masa kecil, remaja, dan juga foto-foto perjalanan dinasnya sebagai jurnalis ke berbagai tempat serta foto-foto bersama

(22)

22

keluarga besar dan rekan-rekannya dalam bidang jurnalistik yang merupakann sumber data dalam penelitian ini.

Selanjutnya adalah sumber data melalui wawancara, yang menjadi informan adalah anak-anak Ani Idrus, kerabatnya, rekan kerja, dan beberapa orang lain yang mengenal Ani Idrus secara langsung. Sedikit kesulitan dialami saat mencari rekan-rekan seperjuangan Ani Idrus yang seangkatan dengannya, karena kebanyakan dari mereka sudah meninggal. Oleh karena itu, informan yang didapatkan adalah orang yang masih menjadi jurnalis muda saat Ani Idrus memimpin organisasi PWI pada periode 1950-an.

Sumber-sumber yang telah diperoleh dan terkumpul dalam tahap heuristik kemudian dalam bentuk buku, surat kabar, artikel dan juga foto diperiksa dengan melakukan kritik sumber, baik intern dan juga ekstern. Tahapan kritik ini harus dilakukan untuk menghindari kesalahan interpretasi. Selanjutnya data tersebut diinterpretasikan hingga menghasilkan fakta-fakta yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Dan tahap akhir adalah melakukan penulisan atas fakta-fakta sejarah tersebut (historiografi).

(23)

23

G. Sistematika Penulisan

Keseluruhan studi ini terdiri dari enam bab, dengan satu bab pengantar, empat bab pembahasan dan satu bab simpulan. Bab pengantar berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah dan ruang lingkup permasalahan, tinjauan pustaka, kerangka teori dan pendekatan, metode dan sumber penelitian serta sitematika penulisan.

Pembahasan Bab Kedua Lingkungan Sosio-Kultural Ani Idrus, menarasikan keadaan-keadaan sosio-kultural Ani Idrus yang mempengaruhi pembentukan pemikirannya. Ani Idrus lahir di Sawahlunto dan besar di kota Medan, kedua kota tersebut memiliki sejarah yang menarik dan memiliki peran penting dalam proses pembentukan pemikiran Ani Idrus. Selain itu, profil dan latar belakang orang-orang yang berinteraksi dengan Ani Idrus juga menjadi bagian pembahasan dalam bab ini.

Pembahasan mengenai partisipasi, aktualisasi dan pemikiran Ani Idrus dalam bidang politik dan media, dibagi menjadi tiga bab, bab ketiga, keempat dan kelima. Bab Ketiga adalah Ani Idrus dan Pemberian Ruang Bagi Perempuan dalam Media. Dalam bab ini dinarasikan kehadiran Ani Idrus dengan tulisannya dalam surat kabar Sinar Deli, Penjedar dan Seruan Kita serta majalah Dunia Wanita yang ia terbitkan sebagai bentuk aktualisasi dirinya. Melalui majalahnya tersebut permasalahan

(24)

24

perempuan yang sebelumnya tidak diketahui jadi bisa diketahui banyak orang, tidak hanya perempuan tetapi juga laki-laki.

Ani Idrus menyadari bahwa perjuangannya untuk perempuan dan masyarakat tidak cukup hanya dengan satu hal saja, sehingga selain menulis di surat kabar dan majalah Ani Idrus juga terlibat dalam dunia politik. Partisipasi Ani Idrus dalam politik adalah tema besar kedua yang dibahas dalam bab selanjutnya, bab keempat Ani Idrus Dalam Panggung Politik di Kota Medan. Dalam bab ini dituliskan tentang pemikiran dan aktualisasi Ani Idrus dalam bidang politik. Lebih detil lagi, bab ini berisi tentang apa yang dilakukan Ani Idrus saat bergabung dalam organisasi Indonesia Muda, Gerindo, Wanita Demokrat, organisasi perempuan di bawah naungan PNI dan mejadi anggota DPRGR Sumatera Utara pada periode 1960 sampai 1970-an.

Bab kelima merupakan bab yang secara khusus memuat analisis atas pemikiran-pemikiran Ani Idrus melalui tulisannya yang ia terbitkan dalam surat kabar dan majalah sejak ia memulai karir jurnalistiknya. Pemikirannya tersebut tentang permasalahan perempuan, modernitas dan poligami. Sebagai penutup, bab keenam Simpulan hadir memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam studi

Referensi

Dokumen terkait

The estimation of cutting forces then are used to process a set of rules pre-defined for selecting main components such as linear guideways, ball screws and servo motor.. The

Mereka disekresikan oleh jaringan perifer dalam bentuk glutamin (untuk menghindari nitrogen yang dikeluarkan dari tubuh) yang diambil oleh hepatosit mana NH3 tersebut

Biomonitoring (pemantauan biologi) adl suatu metode yang digunakan untuk mempelajari kandungan bahan kimia di dalam tubuh manusia dan efek biologi dari bahan

Oleh itu, setiap rakyat Malaysia harus bertanggungjawab untuk mengekalkan keamanan negara daripada anasir yang buruk. Kehidupan yang aman dan damai merupakan teras kepada pembangunan

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, tahap pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan permasalahan yang ada, kemudian melakukan analisa dan desain

Emping jagung atau marning gepeng adalah biji jagung rebus yang di press tipis (dipipihkan) dan dikeringkan, bentuknya seperti emping dari biji melinjo [1]..

Dewan Racana Wijaya PGSD UPP Tegal Periode 2011 menerima tongkat estafet untuk pembinaan Kepramukaan di gudep ini pada tanggal 14 Maret 2011 dengan

[r]