• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VA MINU WARU 2 SIDOARJO PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VA MINU WARU 2 SIDOARJO PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA KELAS VA MINU WARU 2 SIDOARJO

PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR SHARE

(TPS)

SKRIPSI

Oleh

Niswatun Khasanah

D54211104

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

vi

ABSTRAK

Niswatun Khasnah, 2015. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VA MINU Waru 2 Sidoarjo Pada Materi Sifat-sifat Bangun Datar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Dosen Pembimbing : Moh. Hafiyusholeh, M.Si.

Penelitian ini berawal dari pengalaman peneliti dalam mengajarkan matematika materi sifat-sifat bangun datar di MINU Waru 2. Peneliti mendapatkan permasalahan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi sifat-sifat bangun datar masih rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengorganisasian kelas, strategi belajar-mengajar yang masih berpusat pada guru, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses pembelajaran yang kurang maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VA MINU Waru 2 Sidoarjo melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yang terdiri dari empat komponen untuk setiap siklusnya yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi pada siklus tersebut akan digunakan sebagai bahan rujukan untuk pelaksanaan siklus berikutnya, sehingga proses dan hasil pelaksanaan siklus berikutnya akan lebih baik. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA MINU Waru 2 Sidoarjo yang berjumlah 18 siswa, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran yang dilakukan memberikan dampak terhadap meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa. Data hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis kategori baik sebesar 50% dari jumlah siswa yang diobservasi. Sedangkan data hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 70% dari jumlah siswa yang diobservasi, artinya meningkat 20% dibanding siklus I. .

(6)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

C. Tindakan yang Dipilih ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Lingkup Penelitian ... 9

F. Signifikansi Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Hakikat Kemampuan Berpikir Kritis ... 10

1. Kemampuan ... 10

2. Berpikir ... 10

3. Berpikir Kritis ... 16

4. Kemampuan Berpikir Kritis ... 18

B. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 21

1. Pembelajaran ... 21

(7)

x

3. Pembelajaran Kooperatif ... 23

4. Model Pembelajaran TPS ... 34

C. Bangun Datar ... 38

D. Penerapan Model Pembelajaran TPS pada Materi Sifat-sifat Bangun Datar ... 40

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 42

A. Metode Penelitian ... 42

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 42 C. Variabel yang Diselidiki ... 43

D. Rencana Tindakan ... 43

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 47

F. Indikator Kinerja ... 51

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 85

BAB V PENUTUP ... 88

A. Simpulan ... 88

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 92

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 93

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berpikir merupakan salah satu ciri manusia sebagai homo sapiens, sejak mempersepsikan diri manusia mulai berpikir dan proses ini berlanjut sampai akhir hayatnya. Kita ketahui bahwa kelebihan manusia dibandingkan hewan ditentukan oleh kekuatan pikirannya yang secara konsisten dinyatakan dengan perbuatannya melalui proses penghayatan1.

Islam mewajibkan setiap muslim untuk berpikir, sebab bila tidak mendayagunakan pikiran dengan baik maka pasti akal pikiran akan dipenuhi oleh hal-hal yang buruk dan destruktif. Seorang yang berpikir akan mendapat berbagai macam manfaat dari keutaman-keutamaan seperti sangat paham akan rahasia-rahasia ciptaan Allah, kebenaran-kebenaran kehidupan di dunia dan tentang hal yang ghaib. Ia akan yakin bahwa pentingnya untuk dicintai Allah, melaksanakan ajaran agama secara benar, menemukan sifat Allah di segala sesuatu yang dilihat. Efeknya, ia tidak akan menderita tekanan batin, stress, tidak terbawa angan-angan kosong dan tidak terseret oleh kerakusan dunia. Balasan orang yang mencari kebenaran dengan berpikir adalah kecintaan, keridhaan, kasih sayang, dan surga Allah2.

1

Ali Hamzah, Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2014), 30.

2

(9)

2

Matematika adalah satu bidang studi yang perlu dipelajari karena hakikat matematika adalah pemahaman terhadap pola perubahan yang terjadi di dalam dunia nyata dan di dalam pikiran manusia serta keterkaitan di antara pola-pola tersebut secara holistik. Walaupun matematika beroperasi berdasarkan aturan-aturan (rules) yang perlu dipelajari, tetapi kegiatan belajar ditujukan lebih dari hanya dapat melakukan operasi matematika sesuai dengan aturan-aturan matematika yang diungkapkan dalam bahasa-bahasa matematika. Tujuan belajar matematika adalah mendorong siswa untuk menjadi pemecah masalah berdasarkan proses berpikir yang kritis, logis dan rasional3.

Proses pembelajaran matematika menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif, dengan melakukan berbagai eksplorasi yang bersifat dinamis dan melibatkan disiplin ilmu yang terkait dan menghindari proses pembelajaran yang kaku, otoriter dan menutup diri pada kegiatan menghafal. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika hendaknya mampu menumbuhkembangkan pandangan siswa yang memandang matematika sebagai “science” bukan

hanya terbatas pada pola-pola penghitungan angka4.

Disamping makna matematika sebagai cara berpikir yang diungkapkan melalui bahasa, matematika merupakan alat berpikir ilmiah. Cara berpikir ilmiah merupakan alat untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Hal ini

3

Martini Jamaris, Kesulitan Belajar (Bogor:Ghalia Indonesia, 2014), 177.

4

(10)

3

disebabkan matematika merupakan bentuk tertinggi dari logika yang menghasilkan sistem pengorganisasian ilmu yang bersifat logis yang menghasilkan berbagai pernyataan dalam bentuk model matematika5.

Keberhasilan pembelajaran matematika di sekolah akan dapat mencetak generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, logis dan rasional. Keberhasilan pembelajaran matematika ini sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya yang mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam mata pelajaran matematika. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu aktif dalam seluruh kegiatan dan perilakunya untuk menghasilkan kualitas yang ideal. Secara kritis ia akan selalu mencari dan secara aktif selalu memperbaiki diri untuk memperoleh hal-hal yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya6.

Dalam kenyatannya untuk mewujudkan hasil pembelajaran yang maksimal banyak sekali ditemui permasalahan-permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Terutama dalam pembelajaran mata pelajaran matematika. Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengajarkan mata pelajaran matematika di kelas VA MINU Waru 2 Sidoarjo, di mana dalam kegiatan pembelajarannya masih belum melibatkan siswa secara aktif, dan soal-soal matematika yang diberikan masih belum memungkinkan siswa untuk

5

Martini Jamaris, Kesulitan Belajar (Bogor:Ghalia Indonesia, 2014), 179.

6

(11)

4

mengerjakan dalam berbagai cara yang sistematis. Mereka kesulitan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika mereka baik secara lisan maupun tulisan. Mereka juga tidak maksimal dalam menganalisis soal-soal matematika. Sebagai contoh dalam materi sifat-sifat bangun datar, siswa sangat kesulitan untuk menganalisis perbedaan antara sifat-sifat bangun datar yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah, sehingga hal tersebut pada akhirnya mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil Tes Standarisasi Mutu (TSM) semester ganjil 2014/2015 yang lalu, dari 18 siswa yang ada di kelas VA, hanya ada 6 siswa yang nilainya berada diatas di atas KKM yang telah ditentukan oleh MINU Waru 2 yaitu sebesar 75, sedangkan yang lainnya berada di bawah KKM.

(12)

5

kegiatan pembelajaran matematika hanya terpaku pada pengerjaan soal-soal yang ada di LKS tersebut.

Akibat dari proses kegiatan belajar yang demikian ini, siswa tampak jenuh dengan pelajaran matematika, sehingga minat belajar dari siswa tersebut semakin menurun, dan pada akhirnya berakibat pada rendahnya kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika tersebut. Dengan kenyataan semacam ini, perlu adanya perubahan dalam pengelolaan kegiatan pem-belajaran, di antaranya dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang inovatif yang dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Salah satu model pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komplek. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif7.

Tujuan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif adalah sebagai usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok,

7

(13)

6

serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembe-lajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru8.

Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan salah satu diantara sekian banyak tipe model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa9. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

Seperti namanya “thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru me-ngajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Selanjutnya “pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta

didik berpasang-pasangan. Dan memberi kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.

8

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2011), 42.

9

(14)

7

(15)

8

indikator kemampuan berpikir kritis, maka peneliti melakukan penelitian sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VA MINU Waru 2 Sidoarjo. Adapun judul penelitian yang diambil oleh peneliti adalah “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VA Minu Waru 2 Sidoarjo Pada Materi Sifat-Sifat Bangun Datar Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VA MINU Waru 2 Sidoarjo setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada materi sifat-sifat bangun datar?”.

C. Tindakan yang Dipilih

(16)

9

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VA MINU Waru 2 Sidoarjo setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada materi sifat-sifat bangun datar.

E. Lingkup Penelitian

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan lingkup penelitian. Adapun batasan lingkup dalam penelitian ini meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada Siswa Kelas VA MINU WARU 2 Sidoarjo pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.

2. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah sifat-sifat bangun datar sub pokok bahasan sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi.

F. Signifikansi Penelitian

Signifikansi penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan alternatif penyelesaian permasalahan di kelas terkait dengan kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Diharapkan memberi pengalaman bagi guru tentang bagaimana

menga-jarkan materi sifat-sifat bangun datar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

(17)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Kemampuan Berpikir Kritis

1. Kemampuan

Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu atau dapat. Kemudian mendapatkan imbuhan ke-an sehingga kata kemampuan berarti kesanggupan melakukan sesuatu hal1. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain kemampuan berarti kesanggupan atau kapasitas seseorang untuk melakukan sesuatu.

2. Berpikir

a. Pengertian berpikir

Orang dapat berpikir, tetapi itu tidak dapat diamati secara langsung. Banyak usaha telah dilakukan untuk menerangkan “berpikir”, tetapi

pengetahuan kita tentang proses itu dan demikian juga tentang bagaimana cara, meningkatkannya, masih belum lengkap2.

1

Meity Taqdir Qodratillah, dkk, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta:Pusat Bahasa, 2008), 909.

2

(18)

11

Wina Sanjaya menyebutkan bahwa berpikir (thinking) menurut Peter Reason adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending)3.

Ali Hamzah dan Muhlisrarini menyebutkan bahwa berpikir menurut Pail Mussen dan Mark R. Rossenzweig adalah yang mengacu pada banyak macam aktivitas yang melibatkan manipulasi konsep dan lambing serta penyajian objek4.

Ali Hamzah dan Muhlisrarini juga menyebutkan bahwa berpikir menurut Resnick yaitu suatu proses yang melibatkan operasi mental seperti klasifikasi, induksi, deduksi, dan penalaran. Berpikir merupakan proses yang kompleks dan non algoritmik dimulai dengan pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan5.

Dalam arti yang terbatas berpikir itu tidak dapat didefinisikan. Tiap kegiatan jiwa yang menggunakan kata-kata dan pengertian selalu mengandung hal berpikir. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan6.

Ciri-ciri yang terutama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Abstraksi dalam hal ini berarti : anggapan lepasnya kualitas atau relasi

3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2014), 230.

4

Ali Hamzah, Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2014), 37.

5

Ibid.

6

(19)

12

dari benda-benda, kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan. Dalam arti luas dapat dikatakan bahwa berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti sempit berpikir adalah meletakkan atau mencari hubungan/pertalian antara abstraksi-abstraksi.

Berpikir erat hubungannya dengan daya-daya jiwa yang lain, seperti dengan tanggapan, ingatan, pengertian, dan perasaan. Tanggapan memberikan peranan penting dalam berpikir, meskipun adakalanya dapat mengganggu jalannya berpikir. Ingatan merupakan syarat pengalaman dari pengamatan yang telah lampau. Pengertian, meskipun merupakan hasil berpikir dapat memberi bantuan yang besar pula dalam suatu proses berpikir. Perasaan selalu menyertai pula, ia merupakan dasar yang mendukung suasana hati, atau sebagai pemberi keterangan dan ketekunan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah/ persoalan7.

b. Aliran Psikologi tentang berpikir

Terdapat beberapa aliran psikologi tentang berpikir, di antaranya : 1) Psikologi Asosiasi, mengemukakan bahwa berpikir itu tidak lain dari

pada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum asosiasi. Aliran psikologi asosiasi berpendapat bahwa dalam alam kejiwaan yang penting ialah terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya

7

(20)

13

tanggapan-tanggapan. Unsur paling sederhana dan merupakan dasar bagi semua aktivitas kejiwaan adalah tanggapan-tanggapan.

2) Aliran Behaviorisme, berpendapat bahwa “berpikir” adalah gerakan -gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan “buah pikiran”. Jadi, berpikir tidak lain adalah berbicara. Unsur yang paling sederhana dan merupakan dasar bagi semua aktivitas kejiwaan adalah reflek. Refleks adalah gerakan/reaksi tak sadar yang disebabkan adanya perangsang dari luar. Semua keaktifan jiwa yang lebih tinggi seperti perasaan, kemauan dan berpikir, dikembalikan kepada reflek-reflek. 3) Psikologi Gestalt, yang memandang bahwa gestalt yang teratur

mempunyai peranan yang besar dalam berpikir. Psikologi gestalt berpendapat bahwa proses berpikirpun seperti proses gejala-gejala psikis yang lain merupakan suatu kebulatan. Penganut psikologi gestalt memandang berpikir itu merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indra. Proses berpikir ini dilukiskan sebagai berikut “ jika dalam diri

(21)

14

4) Aliran psikologi modern, yang berpendapat bahwa proses berpikir pada taraf yang tinggi pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a) Timbulnya masalah, kesulitan yang harus dipecahkan.

b) Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang dianggap ada sangkut-pautnya dengan pemecahan masalah.

c) Taraf pengolahan atau pencernaan, fakta diolah dan dicernakan. d) Taraf penemuan atau pemahaman, menemukan cara

memecahkan masalah.

e) Menilai, menyempurnakan dan mencocokkan hasil pemecahan8. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya

berpikir antara lain :

a) Bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah itu b) Situasi yang sedang dialamai seseorang

c) Situasi luar yang dihadapi

d) Pengalaman-pengalaman orang itu e) Bagaimana kecerdasan orang itu9.

c. Beberapa Macam Cara Berpikir

Dalam berpikir, orang mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya, sehingga pengalaman-pengalaman dan

8

Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010), 44-46.

9

(22)

15

huan yang tidak teratur menjadi tersusun merupakan kebulatan-kebulatan yang dapat dikuasai atau dipahami. Dalam hal ini orang dapat mendekati masalah itu melalui beberapa cara, antara lain:

1) Berpikir Induktif

Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju kepada yang umum. Tepat tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara induktif bergantung pada representatif atau tidaknya sampel yang diambil yang mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar sampel yang diambil berarti makin representatif, dan makin besar pula taraf dapat dipercaya (validitas) dari kesimpulan itu dan sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh obyektifitas dari si pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang diselidiki.

2) Berpikir Deduktif

(23)

16

kesimpulan deduksi yang tidak dapat kita terima kebenarannya, yang disebut Silogisme semu.

3) Berpikir Analogis

Analogi berarti persamaan atau perbandingan. Berpikir analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau membandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami. Di dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena-fenomena yang dihadapi sekarang10.

3. Berpikir Kritis

Dalam beberapa tahun terakhir, ‘berpikir kritis’ telah menjadi suatu istilah yang sangat popular dalam dunia pendidikan. Karena banyak alasan, para pendidik menjadi lebih tertarik mengajarkan keterampilan-keterampilan berpikir dengan berbagai corak daripada mengajarkan informasi dan isi.

Berpikir kritis secara umum dianggap sebagai proses kognitif, tindakan mental, untuk memperoleh pengetahuan. Model berpikir peserta didik adalah suatu sikap ketika dalam proses pemahaman peserta didik mengungkapkan solusi dari persoalan kemudian dilanjutkan dengan

10

(24)

17

meningkatkannya dengan analisa tentang alasan dari pemahaman itu sehingga bertambah jelaslah ilmu yang diperolehnya11.

Alec Fisher menyebutkan bahwa John Dewey menamakan ‘berpikir kritis’ ini sebagai ‘berpikir reflektif’ dan mendefinisikannya sebagai

pertimbangan yang aktif, terus-menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya12.

Alec Fisher menyebutkan bahwa definisi berpikir kritis menurut Glaser sebagai: (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibat-kannya13.

Alec Fisher juga menyebutkan bahwa definisi berpikir kritis menurut Robert Ennis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang

11

Ali Hamzah, Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2014), 38.

12

Alec Fisher, Berpikir Kritis (Jakarta:Erlangga, 2009), 2.

13

(25)

18

berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan14. Sedangkan definisi berpikir kritis menurut Richard Paul adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya15. Selanjutnya Alec Fisher juga menyebutkan bahwa Michael Scriven memberikan definisi bahwa berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi16.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau meng-evaluasi informasi. Informasi tersebut bisa diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, proses deduksi induksi, atau komunikasi.

4. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan adalah kesanggupan atau kapasitas seseorang untuk melakukan sesuatu. Berpikir kritis adalah proses mental untuk meng-analisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisa diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, proses deduksi induksi, atau komu-nikasi.

14

Alec Fisher, Berpikir Kritis (Jakarta:Erlangga, 2009), 4.

15

Ibid, 4.

16

(26)

19

Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemam-puan berpikir kritis adalah kesanggupan untuk menganalisis atau meng-evaluasi informasi. Informasi tersebut bisa diperoleh dari hasil penga-matan, pengalaman, proses deduksi induksi, atau komunikasi.

Dalam berpikir kritis, dibutuhkan adanya kemampuan-kemampuan berpikir yang dipandang sebagai landasan untuk berpikir kritis. Alec Fisher menyebutkan bahwa menurut Edward Glaser, kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk 17:

a. Mengenal masalah.

b. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu.

c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan. d. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan. e. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas f. Menganalisis data.

g. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

h. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah. i. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang

diper-lukan.

j. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang sese-orang ambil.

17

(27)

20

k. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan penga-laman yang lebih luas.

l. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Ada dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang ada dalam lima kelompok kemampuan berpikir, yaitu 18:

a. Memberikan penjelasan sederhana yang meliputi memfokuskan perta-nyaan menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertaperta-nyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.

b. Membangun keterampilan dasar yang meliputi mempertimbangkan kredibilitas (criteria) suatu sumber, mengobservasi dan mempertim-bangkan hasil observasi.

c. Menyimpulkan yang meliputi membuat deduksi dan mempertim-bangkan hasil deduksi, membuat induksi, dan mempertimmempertim-bangkan hasil induksi, membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan. d. Memberikan penjelasan lanjut yang meliputi mendefinisikan istilah

dan mempertimbangkan defnisi, mengidentifikasi asumsi.

e. Mengatur strategi dan teknik yang meliputi memutuskan suatu tindakan, berinteraksi dengan orang lain.

18

(28)

21

Merujuk pada dua pendapat tentang indikator berpikir kritis di atas, maka indikator yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

a. Mengenal masalah b. Bertanya

c. Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan d. Mendefinisikan istilah

e. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi f. Merumuskan alternatif pemecahan masalah

g. Membuat kesimpulan

h. Berinteraksi dengan orang lain.

B. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

1. Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, per-buatan mempelajari. Subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembe-lajaran adalah dialog interaktif. PembePembe-lajaran merupakan proses organik dan konstruktif19.

Pasal 1 ayat 20 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang pendi-dikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan

19

(29)

22

kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan meng-kontruksikan pengetahuan baru sebagai upaya mening-katkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman20.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

2. Model Pembelajaran

Trianto menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran menurut Joy adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joy menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah-kan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai21.

20

Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, ( Jakarta: pusat bahasa, 2008), 24.

21

(30)

23

Trianto juga menyebutkan bahwa Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar22.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisa terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional kelas, model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru kelas23.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh peng-hargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang

22

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2011), 5.

23

(31)

24

dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan itulah yang selan-jutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok24.

Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka sa-ling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelom-pok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kom-pleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi as-pek utama dalam pembelajarn kooperatif25.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran, di mana para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,

24

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), 242-243.

25

(32)

25

saling mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing26.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah heterogen.

Wina Sanjaya menyebutkan bahwa belajar melalui kooperatif meenurut Slavin, Abrani, dan Chambers dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya27.

26

Robert E. Slavin, Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik (Narulita Yusron) (Ban-dung:Nusa Media, 2005), 4.

27

(33)

26

Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa karakteristik, di antaranya :

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

(34)

27

kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberha-silan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. d. Keterampilan bekerja sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain28.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa prinsip dasar, di antaranya :

a. Prinsip ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan

28

(35)

28

oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggo-tanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisi-pasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak29.

29

(36)

29

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif30

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam ke-lompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelom-pok bekerja dan bela-jar

Guru membimbing kelompok-kelompok bela-jar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

30

(37)

30

Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keunggulan-keunggulan dibanding strategi pembelajaran yang lain, di antara keunggulan yang dimiliki oleh strategi pembelajaran kooperatif antara lain :

a. Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu meng-gantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan ke-mampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sum-ber dan belajar dari siswa yang lain.

b. Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

(38)

31

f. Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompok.

g. Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang31.

Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran kooperatif juga memiliki keterbatasan-keterbatasan, di antaranya :

a. Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

31

(39)

32

b. Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi rancu mengenai cara belajar apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami, tidak akan pernah dicapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

d. Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya mengem-bangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi itu.

(40)

33

Agar pembelajaran kooperatif bisa berjalan sesuai harapan, dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok, maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilaan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar-anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar-anggota kelompok. Keterampilan kooperatif tersebut terdiri dari keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain:

1) Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas dengan tanggung jawabnya;

2) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok;

3) Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota untuk memberikan kontribusi; dan

4) Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan persepsi/pendapat. b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain :

(41)

34

2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut; dan

3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat berbeda;

4) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar.

c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir antara lain: 1) Mengolaborasi, yaitu memperluas konsep; 2) Membuat kesimpulan; dan

3) Menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu32.

4. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS).

Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan salah satu di antara sekian banyak tipe model pembe-lajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi think-pair-share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Strategi think-pair-share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Frang Lyman menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk

32

(42)

35

mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya me-lengkapi penyajian singkat atau situasi yang menjadi tanda tanya. Seka-rang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Sha-re untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan33.

Adapun langkah langkah pembelajaran model Think Pair Share adalah sebagai berikut 34:

a. Langkah 1: Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.

b. Langkah 2: Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan mendis-kusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus

33

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Tim Prestasi Pustaka, 2007), 61.

34

(43)

36

yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c. Langkah 3: Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.

Model pembelajaran Think Pair Share mempunyai kelebihan-kele-bihan, di antaranya35:

a. Peserta didik dilatih untuk bekerja sama dan mempertahankan pendapat.

b. Semua peserta didik terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif di dalam berlatih diskusi bagi peserta didik.

Dengan kelebihan-kelebihan yang ada pada model pembelajaran Think Pair Share, maka model pembelajaran ini sangat tepat diterapkan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini bisa dilihat dari keterkaitan antara indikator-indikator kemampuan berpikir

35

(44)

37

kritis yang akan diteliti dalam penelitian ini dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini. Keterkaitan ini dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini

Tabel 2.2

Keterkaitan Indikator Kemampuan Berpikir kritis dengan Sintaks

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

No Indikator Kemampuan Berpikir kritis

Keterkaitan dengan Sintaks Model Pembelajaran TPS 1 Menganalisis masalah Termasuk dalam tahap Think

2 Bertanya Termasuk dalam tahap Pair dan

Share

3 Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan

Termasuk dalam tahap Pair dan Share

4 Mendefinisikan istilah Termasuk dalam tahap Think dan Share

5 Mengobservasi dan memper-timbangkan hasil observasi

Termasuk dalam tahap Think

6 Merumuskan alternatif pemeca-han masalah

Termasuk dalam tahap Pair dan Share

7 Membuat kesimpulan Termasuk dalam tahap Share 8 Berinteraksi dengan orang lain Termasuk dalam tahap Pair dan

Share

(45)

38

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran Think Pair Share juga memiliki kekurangan-kekurangan, antara lain:

a. Memerlukan waktu yang lama.

b. Membangun kepercayaan diri memang bukan hal yang mudah.

C. Bangun Datar disebut sisi. Sudut-sudut pada segitiga adalah tiga sudut yang ditentukan oleh sisi-sisi dan titik sudut sudut-titik sudut segitiga (Definisi 2.8)36. Segitiga dikatakan lancip jika dan hanya jika ketiga sudutnya lancip. Segitiga dikatakan tumpul jika dan hanya jika salah satu sudutnya adalah tumpul. (Definisi 3.5)37. Segitiga dikatakan segitiga siku-siku jika dan hanya jika segitiga tersebut memiliki satu sudut siku-siku. Sisi depan sudut siku-siku disebut hepotenusa. Kedua sisi-sisi yang lain disebut kaki (Definisi 3.6)38.

Segitiga disebut tak sama kaki jika dan hanya jika tidak ada sisi yang kongruen. Segitiga disebut sama kaki jika dan hanya jika palaing sedikit

36

Susanah, Hartono, Geometri (Surabaya:Unesa University Press, 2014), 30.

37

Ibid, 39.

38

(46)

39

mempunyai dua sisi yang kongruen. Sisi yang lain disebut alas. Dua sudut yang mengapit alas itu disebut sudut alas, dan sudut depannya disebut sudut puncak. Suatu segitiga disebut sama sisi jika dan hanya jika ketiga sisinya kongruen (Definisi 4.1)39.

2. Segiempat

Misal A, B, C dan D empat titik yang sebidang. Jika tidak ada tiga titik yang segaris dan segmen-segmen ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅ berpotongan di titik-titik ujungnya, maka gabungan keempat segmen itu disebut segiempat. Empat segmen itu disebut sisi dan titik-titik A, B, C dan D disebut titik sudut dan DAB, ABC, BCD, dan CDA adalah sudut-sudutnya (Definisi 4.2)40 .

Belahketupat adalah jajargenjang yang semua sisinya kongruen. Persegipanjang adalah jajargenjang yang semua sudutnya siku-siku. Persegi adalah persegi panjang yang semua sisinya kongruen (Definisi 8.11)41. Menurut definisi tersebut, belahketupat bisa merupakan per-segipanjang, tetapi tidak harus begitu. Demikian pula, persegipanjang juga bisa merupakan belahketupat, tetapi tidak selalu begitu. Bila sebuah segiempat merupakan belahketupat dan persegipanjang sekaligus, maka segiempat itu adalah persegi. Jika jajargenjang memiliki satu sudut siku-siku, maka memiliki empat sudut siku-siku dan jajargenjang itu disebut

39

Susanah, Hartono, Geometri (Surabaya:Unesa University Press, 2014), 63.

40

Ibid, 70.

41

(47)

40

persegipanjang (Teorema 8.19)42. Diagonal-diagonal belahketupat tegak lurus satu sama lain (Teorema 8.20)43. Jika diagonal-diagonal sebuah segiempat saling membagi dua sama panjang dan saling tegak lurus, maka segiempat itu disebut belahketupat (Teorema 8.21)44.

3. Lingkaran

Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang sebidang yang berjarak sama terhadap titik tertentu (disebut pusat) (Definisi 11.1)45.

D. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share pada Materi Sifat-sifat

Bangun Datar.

Penerapan model pembelajaran Think Pair Share pada materi sifat-sifat bangun datar dapat digambarkan seperti dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.3

Penerapan Model TPS pada Materi Sifat-sifat Bangun Datar

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin yaitu untuk memahami sifat-sifat bangun datar. Guru juga memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan tentang macam-macam bangun datar.

42

Susanah, Hartono, Geometri (Surabaya:Unesa University Press, 2014), 135.

(48)

Guru membagikan LKS kepada masing-masing pasangan

Guru meminta siswa untuk memikirkan soal/masalah yang ada dalam

Tahap Pairing

Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS tersebut secara berpasangan dengan pasangan-nya masing-masing.

Tahap Sharing

Guru meminta beberapa siswa untuk mempre-sentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru sebagai fasilitator dan motivator membimbing siswa dalam diskusi kelas.

Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari bersama.

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil presentasi kelompok-kelompok yang maju.

Guru mengevaluasi hasil belajar dengan memberikan soal tes.

Fase 6 Memberikan penghargaan

(49)

42

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan (Action Research), karena peneli-tian dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan, memperbaiki serta meme-cahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, sebab penelitian ini menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MINU WARU 2 Jl. Jend. S.Parman Gg. V Baru Waru Sidoarjo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

3. Subjek Penelitian

(50)

43

C.Variabel yang Diselidiki

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya1.

Jenis variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)2. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VA MINU WARU 2 Sidoarjo semester genap tahun pelajaran 2014/2015 pada materi sifat-sifat bangun datar.

D.Rencana Tindakan

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research) dengan mengikuti model Kemis & Taggart yang pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus4.

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), 61.

2

Ibid

3

Ibid..

4

(51)

Penjelasan dari skema tersebut adalah sebagai berikut: 1. Refleksi awal

Peneliti melakukan refleksi awal terhadap kegiatan pembelajaran sebelumnya, dimana kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika yang masih belum didukung dengan penggunaan model pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran ini aktivitas belajar dan

(52)

45

kemampuan berpikir kritis siswa sangat rendah. Hasil refleksi awal ini digunakan sebagai bahan acuan untuk merumuskan perencanaan tindakan.

2. Penyusunan perencanaan

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nya-ta yang ada.

Rencana tindakan yang dilakukan antara lain: a. Menyusun indikator ketercapaian kinerja b. Menyusun/mengembangkan silabus c. Menyusun RPP

d. Menyusun lembar observasi aktivitas guru

e. Menyusun lembar observasi kemampuan berpikir kritis f. Menyusun lembar kerja/lembar soal

g. Menyusun kis-kisi soal tes akhir siklus h. Menyusun soal tes akhir siklus

(53)

46

3. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan yang telah dibuat.

4. Observasi (pengamatan)

Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tinda-kan yang dilaksanatinda-kan atau dikenatinda-kan terhadap siswa yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, selain itu peneliti juga mengamati aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair Share. observasi terhadap aktivitas guru ini digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi terhadap kekurangan atau kelebihan pelaksanaan tindakan pada siklus tersebut.

5. Refleksi

(54)

47

E.Data dan Cara Pengumpulannya

1. Data dan Sumber Data

Data adalah suatu bahan mentah yang diolah dengan baik melalui berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi.5 Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber datanya disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan6. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah lembar hasil

observasi aktivitas guru dan lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Bila dilihat dari sumbernya data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder7.

5

Husaini usman, Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), 15.

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), 172.

7

(55)

48

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Lembar Observasi Aktivitas Guru

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keterampilan guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Think pair Share. Lembar observasi ini diisi oleh observer di setiap per-temuan.

b. Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kemampuan ber-pikir kritis siswa selama kegiatan pembelajaran. Observasi terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ini dilakukan secara sampling. Artinya hanya dilakukan terhadap beberapa kelompok tertentu. Hal ini dilakukan karena dengan alokasi jam belajar yang sedikit, observasi tidak mungkin dapat dilakukan terhadap semua siswa yang ada dalam kelas tersebut. Lembar observasi kemampuan berpikir kritis ini diisi oleh peneliti di setiap pertemuan.

3. Teknik Analisis Data

(56)

49

Adapun analisis data dari masing-masing data yang terkumpul melalui instrumen yang telah dibuat adalah sebagai berikut :

a. Lembar observasi aktivitas guru

Teknik pengumpulan data melalui lembar observasi aktivitas guru ini menggunakan skala lajuan (rating scale). Rating scale adalah instrumen pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi yang menyatakan posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain. Tipe rating scale ini ada empat macam, yaitu numerical rating scale, descriptive graphic rating scale, ranking methode rating scale, dan paired comparisons rating scale8.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe numerical rating scale. Dalam lembar observasi aktivitas guru ini, peneliti menggunakan skala empat, yaitu (1) kurang, (2) cukup, (3) baik dan (4) sangat baik. Analisis terhadap data yang diproleh dari lembar observasi aktivitas guru dirumuskan seperti di bawah ini 9:

Skor Akhir (SA) =

skala (4)

8

Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), 148.

9

(57)

50

Kriteria Penilaiannya adalah :

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian Lembar Observasi Aktivitas Guru

Interval Skor Akhir (SA) Kriteria 3,25<SA≤ 4,00 Sangat Baik (SB) 2,50 <SA≤3,25 Baik (B)

1,75<SA≤ 2,50 Cukup (C) 1,00<SA≤1,75 Kurang (K)

b. Lembar observasi Kemampuan berpikir kritis

Dari data yang diperoleh dari lembar observasi kemampuan berpikir kritis, dianalisis tentang kemampuan berpikir kritis masing-masing siswa. Teknik analisis data lembar observasi kemampuan berpikir kritis sama dengan teknik analisis data lembar observasi aktivitas guru, yaitu menggunakan skala lajuan (Rating Scale) tipe numerical rating scale. Dalam lembar observasi kemampuan berpikir kritis ini, peneliti menggunakan skala 3, yaitu Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Skor akhir (SA) kemampuan berpikir kritis yang diperoleh masing-masing siswa dihitung dengan menggunakan rumus 10:

SA =

skala (3)

10

(58)

51

Kategori Penilaiannya adalah :

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis

Interval Skor Akhir (SA) Kriteria 2,34<SA≤3,00 Baik (B) 1,67<SA≤2,34 Cukup (C) 1,00<SA≤1,67 Kurang (K)

F. Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan suatu penelitian diperlukan adanya indikator kinerja yang ditetapkan dalam perencanaan tindakan.

Penelitian ini dikatakan berhasil jika persentase jumlah siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis kategori baik minimal 60% dari jumlah siswa yang diobservasi.

G.Tim Peneliti dan Tugasnya

Organisasi dalam penelitian ini terdiri atas seorang ketua dan seorang anggota.

1. Ketua

Nama : Niswatun Khasanah

Tempat & Tgl lahir : Sidoarjo, 31 agustus 1971

NIM : D54211104

Alamat : Waru Sidoarjo

(59)

52

2. Anggota

Nama : Uswatun Chasanah, SE

Tempat & Tgl lahir : Sidoarjo, 31 Mei 1977

Alamat : Waru Sidoarjo

(60)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MINU WARU 2 Jl. Jend. S.Parman Gg.V Baru Waru Sidoarjo. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 18 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengajarkan mata pelajaran matematika sebelum pelaksanaan penelitian ini diperoleh permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Beberapa hal yang menunjukkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa tersebut adalah sebagai berikut:

a. Siswa sangat kesulitan mengerjakan soal-soal yang membutuhkan analisis.

b. Siswa kurang mampu menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

c. Siswa kurang mampu memberikan jawaban yang sistematis terhadap soal-soal matematika.

d. Siswa kurang mampu dalam kerja kelompok.

(61)

54

f. Mereka kesulitan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika mereka baik secara lisan maupun tulisan.

2. Deskripsi Pembelajaran Siklus I

Siklus I terdiri dari beberapa tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Adapun tahap-tahap dalam siklus I akan dideskripsikan sebagai berikut: a. Tahap perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan ini diisi dengan menentukan indikator kinerja yang akan dicapai, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran materi sifat-sifat bangun datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), menyusun lembar observasi aktivitas guru, menyusun lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa, menyusun kisi-kisi soal tes akhir siklus, membuat soal tes akhir siklus dan kunci jawabannya.

b. Tahap Pelaksanaan (Action)

Proses pelaksanaan tindakan dilakukan bersamaan dengan tahapan observasi. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 15 Juni 2015 dan berlangsung selama 2 jam pelajaran. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 18 anak.

(62)

55

do’a bersama mengawali pelajaran, siswapun berdo’a bersama. Setelah itu peneliti mengecek kehadiran siswa, dilanjutkan bertanya mengenai kabar mereka. Selanjutnya, peneliti melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa: “Anak-anak, apakah kalian masih ingat materi pelajaran yang kita pelajari di pertemuan kemarin?”, Beberapa siswa menjawab pertanyaan, ada yang menjawab: “Tentang perbandingan Bu”, ada yang menjawab: “Tentang skala Bu”, adalagi yang mejawab: “Pecahan Bu”. Peneliti merespons jawaban dari siswa tersebut: “Benar sekali, jawaban

kalian semua benar, pertemuan kemarin kita sudah belajar tentang pecahan dalam perbandingan dan skala”.

Gambar 4.1

(63)

56

Peneliti memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya pembelajaran hari itu dengan memberikan sebuah cerita: “Anak-anak, kalian tahu bahwa gedung SMP di depan gedung MI ini sedang dalam pembangunan kan?”, coba kalian perhatikan dengan seksama bagian-bagian bangunannya. Nah, silahkan perhatikan atapnya! Berdasarkan pengamatan kalian, bentuk atap dari bangunan gedung SMP tersebut seperti apa, persegikah atau segitigakah?”, mayoritas jawaban mereka adalah: “Segitiga Bu”, peneliti bertanya kembali: “Bagaimana kalau atap gedung itu berbentuk segiempat?”, mendengar pertanyaan tersebut tidak ada

satupun siswa yang mau menjawab pertanyaan peneliti. Karena tidak ada satupun siswa yang bisa menjawab, maka peneliti melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi yang akan dipelajari pada hari itu yaitu tentang sifat-sifat bangun datar segitiga.

Gambar

 Tabel 2.1
  Tabel 2.2 Keterkaitan Indikator Kemampuan Berpikir kritis dengan Sintaks
 Tabel 2.3
Gambar 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pemberian tingkat konsentrasi larutan fermentasi urin sapi dan lama perendaman perkecambahan benih trembesi ( Samanea saman ) terhadap umur berkecambah

Bahasa menjadi ciri identitas suatu bangsa. Melalui bahasa orang dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenali perilaku dan kepribadian masyarakat

--ari sej belalang (yg bersuara nyaring); - bawang anak kecil yang tidak mengerti apa-apa yang menjadi anggota bohong- bohongan dalam sebuah permainan; - baranakan anak ikan

menguasainya. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa dengan menguasai bahasa. Mentawai seseorang akan lebih mudah memahami tata nilai dan berc bagai aspek

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

- kawasan tadahan musnah - perlombongan petroleum di laut : - peningkatan suhu kerana kurang proses transpirasi pencemaran laut, kepupusan sumber laut - angin lebih kencang

jadi, lingkungan bisnis Islami adalah segala aktivitas ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam....

- Terdapat variasi font di dalam satu mukasurat, tiada kekemasan.. -Penggunaan effect pada font adalah melebihi